dr. M. Razief
1. PENGERTIAN Pelayanan rohani yang dimaksud identik dengan pelayanan
spiritual kepada pasien. Hal ini menjadi penting karena pasien akan
dibantu dengan adanya perhatian (attention), dukungan (sustaining),
perdamaian (reconciling), bimbingan (guiding), penyembuhan luka
batin (inner-healing) serta doa (prayer). Apabila pasien terlayani aspek
rohaninya maka akan terjadi keseimbangan dalam hidup dan
berdampak positif untuk perjalanan pengobatan penyakitnya.
Pelayanan selesai.
5.UNIT TERKAIT Rawat Inap 2.
Humas
PERLINDUNGAN TERHADAP PRIVASI PASIEN
dr. M. Razief
Pengertian Suatu tata cara perlindungan terhadap privasi pasien di RSAF, pada
waktu wawancara klinis, pemeriksaan, prosedur tindakan, pengoatan
dan transportasi
Tujuan 1. Mendeskripsikan prosedur untuk memenuhi kebutuhan privasi
pasien elama perawatan di RSAF;
2. Mengurangi kejadian tidak terpenuhinya privasi pasien selama
perawatan di RSAF
Kebijakan 1. Semua paien yang dirawat di RSAF harus terpenuhi kebutuhan
privasinya selama berada dirumah sakit.
2. Setiap pasien/ pengunjung/ karyawan yang berada dalam rumah
sakit harus menggunakan tanda pengenal berupa tanda identitas
pasien, kartu visitor/ pengunjung atau kartu pengenal karyawan (ID
Card)
Prosedur Petugas Ruang Perawatan
1. Mengidentifikasi kebutuhan privasi pasien, dengan menanyakan
langsung dan mencatatnya pada form assessment kebutuhan privai
pasien
2. Kalimat tanya yang disampaikan kurang lebih sebagai berikut
Apakah ada permintaan khusus selama pelayanan terkait privasi
bapak/ ibu?
3.
1)
Unit terkait
PENITIPAN/PENYIMPANAN BARANG MILIK PASIEN
dr. M. Razief
1. Pengertian 1. Suatu kegiatan untuk mengamankan dan melindungi barang/ benda
bagi pasien yang tidak mampu menjaga harta bendanya;
2. Barang merupakan barang bernilai/ berharga milik pasien/ keluarga
pasien, seperti perhiasan, dompet dan isinya, uang untuk biaya
perawatan pasien, handphone dan lain- lain yang bernilai diatas lima
ratus ribu rupiah;
3. Barang- barang seperti pakaian pasien dan perlengkapan sehari- hari
tidak termasuk dalam lingkup SPO ini dan penyimpananya cukup di
ruang perawatan pasien.
Kasir / keuangan 1. Petugas kasir yang dinas pada saat itu, menerima, mencatat
dan member kuitansi titipan uang yang sedianya untuk
biaya perawatan memasukkannya sebagai uang muka pada
billing pasien.
2. Meletakkan uang di tempat yang telah di sediakan dan
wajib mengawasi, mengamankan serta menjaga uang
titipan.
3. Setiap shift bertanggung jawab dan wajib mengecek keberadaan
uang titipan secara periodik untuk memastikan keberadaan dan
kondisi uang titipan tersebut dan di operkan ke shift berikutnya.
4. Mengkroscek/menanyakan (operan) kepada petugas shift
sebelumnya apabila ada uang yang dititipkan tidak berada di
tempatnya.
5. Setiap shift Memberikan informasi dengan jelas tentang keberadaan
uang titipan tersebut kepada shift selanjutnya, sampai
pasien/keluarga melunasi biaya perawatan.
1. Sebelum menyerahkan barang titipan harus mengisi di form yang
telah disediakan . Yang terdiri dari Nama lengkap, alamat, nomor
KTP, dan barang yang akan di titipkan.
2. Khusus bagi yang menitipkan mencharge handphone, mengisi form
penitipan charge HP yang tersedia di petugas keamanan RSAF.
3. Membawa kartu identitas sebagai bukti penyerahan kembali barang
(tanda terima).
4. Mengecek barang yang di titipkan kondisi barang yang di titipkan.
Unit terkait 1. Semua Lingkungan RSAF
dr. M. Razief
Pengertian Suatu tata cara perlindungan terhadap pasien RSAF dari kekerasan
fisik oleh pengunjung, pasien lain dan staf rumah sakit
Tujuan 1. Mendeskripsikan prosedur untuk memastikan tidak terjadinya
adanya kekerasan fisik pada pasien oleh pengunjung/karyawan
selama berada di rumah sakit
2. Mengurangi kejadian yang berhubungan dengan adanya serangan
dan pihak luar pada pasien oleh pengunjung/karyawan. Serangan ini
dapat berupa memukul, menendang, menampar, menikam,
menembak, mendorong (paksa), menjepit.
3. Mengurangi kejadian cedera pada pasien selama berada dalam
rumah sakit.
Kebijakan 1. Semua pasien/pengunjung/karyawan yang berada dalam rumah
sakit harus diidentifikasi dengan benar saat masuk rumah sakit dan
selama berada dirumah sakit.
2. Setiap pasien/pengunjung/karyawan yang berada dalam rumah sakit
menggunakan tanda pengenal berupa tanda identitas pasien, kartu
visitor/pengunjung atau kartu pengenal karyawan (ID Card).
3. Setiap karyawan RSAF bertanggung jawab untuk menghindari dan
melakukan upaya untuk melidungi pasien dari kekerasan fisik di
RSAF
Prosedur Rekam Medis
1. Mengidentifikasi pasien korban kekerasan Dalam Rumah Tangga
(KDRT), Kekerasan pada Anak, pasien cacat, pasien koma, lanjut
usia > 80 th, pasien angguan mental & emosional, dengan benar dan
memeberikan gelang pengenal khusus.
2. Mengkomunikasikan kepada petugas ruangan perawatan bahwa
pasien termasuk resiko kekerasan fisik dengan member tanda
khusus di status pasien.
Petugas Ruangan Perawatan
1. Mengecek kembali dokumen rekam medis & gelang pasien, apakah
ada tanda khusus terkait resiko terjadinya kekerasa fisik.
2. Mengkomunikasikan resiko kekerasan fisik pasien ke perawat dan
dokter yang menangani pasien.
3. Mengkomunikasikan ke keluarga pasien yang menunggu pasien
mengenai langkah-langkah menghindari kejadian kekerasan fisik
pada pasien.
4. Menggunakan ID card karyawan, saat mendatangi pasien.
Petugas Satpam
1. Memberikan tanda pengenal bagi 2 (dua) orang keluarga pasien.
2. Memberikan kartu visitor bagi pengunjung diluar jam besuk pasien
& terhadap tamu-tamu RSAF.
3. Memantau dan mengawasi pengujung-pengunjung yang dinilai
mencurigakan.
4. Melakukan patrol/keliling ruanan perawatan di jam-jam yang telah
ditentukan.
Unit terkait Rekam medis, Petugas Ruangan, Petugas Satpam
CARA MEMPEROLEH SECOND OPINION BAGI PASIEN DAN
KELUARGA
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
0
Ditetapkan oleh :
Direktur
TGL. TERBIT
PROSEDUR TETAP
dr. M. Razief
Pengertian Suatu tata cara pasien atau keluarga untuk memperoleh second
opinion/ pendapat dokter lain baik di dalam maupun luar rumah sakit
dr. M. Razief
Pengertian
Tujuan 1. Memberikan kenyamanan kepada pasien
2. mengurangi nyeri
Kebijakan
dr. M. Razief
Pengertian Pelayanan pada tahap terminal adalah pelayanan yang
diberikan untuk pasien yang mengalami sakit atau penyakit yang tidak
mempunyai harapan untuk sembuh dan menuju pada proses kematian
dalam 6 (enam) bulan atau kurang. Pasien yang berada pada tingkat
akhir hidupnya memerlukan pelayanan yang berfokus akan
kebutuhannya yang unik. Pasien dalam tahap ini dapat menderita
gejala lain yang berhubungan dengan proses penyakit atau terapi
kuratif atau memerlukan bantuan berhubungan dengan faktor
psikososial, agama , dan budaya yang berhubungan dengan proses
kematian. Keluarga dan pemberi layanan dapat diberikan
kelonggaranmelayani pasien tahap terminal dan membantu
meringankan rasa sedih dan kehilangan.
Kebijakan
Unit terkait
SOP Penyelesaian Komplain, Keluhan, Konflik atau Perbedaan
Pendapat
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
0
Ditetapkan oleh :
Direktur
TGL. TERBIT
PROSEDUR TETAP
dr. M. Razief
Pengertian adalah suatu cara menyelesaikan interaksi yang terjadi akibat
adanya ketidaksesuaian antara dua pendapat (sudut pandang) yang
berpengaruh atas pihak-pihak yang terlibat baik pengaruh positif
maupun pengaruh negatif.
Prosedur
Usahakan memperoleh semua fakta mengenai keluhan itu,
Usahakan memperoleh dai kedua belah pihak,
Selesaikan problema itu secepat mungkin.
Unit terkait
Persetujuan dan Penolakan Tindakan Kedokteran
dr. M. Razief
Pengertian 1. Merupakan suatu tata cara bagaimana menerapkan Persetujuan
Tindakan Medis (informed consent) di RSAF yang benar sesuai
ketentuan peraturan yang berlaku;
2. Persetujuan Tindakan Medis adalah persetujuan baik lisan/ tertulis
yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekat untuk dilakukan
tindakan medis atau dasar penjelasan dari tenaga medis yang akan
melakukan tindakan;
3. Keluarga terdekat adalah suami/ istri, ayah/ ibu kandung, anak-
anak kandung atau pengampunya.
Tujuan Memberikan alur yang jelas pihak- pihak terkait dalam pemberian
persetujuan tindakan medis di RSAF
Kebijakan 1. Semua tindakan medis yang akan dilkakukan terhadap pasien harus
diinformasikan dan mendapatkan persetujuan dari pasien atau
keluarga terdekat;
2. Pasien atau keluatga terdekat dapat memberikan persetujuan atau
melakukan penolakan ata tindakan yang akan dilakukan;
3. Persetujuan tertulis dimintakan apabila tindakan medis yang
dilakukan merupakan tindakan invasive dan tindakan yang beresiko
tinggi sesuai daftar tindakan medis yang memerlukan persetujuan
tertulis yang disahkan oleh pimpinan RSAF
4. Tindakan diluar angka 3, merupakan lingkup persetujuan umum
(general consent);
5. Apabila pasien dalam keadaaan tidak sadarkan diri sedangkan harus
dilakukan tindakan medis untuk menyelamatkan nyawanya.
Sementara keluarga pasien tidak ada, maka pihak rumah sakit dapat
melakukan tindakan terlebih dahulu, demi keselamatan jiwa paien.
Untuk kemudian apabila pasien sadar dan/ atau keluarga telah hadir
informasi akan diberikan;
Ladasan hukum 1. Undang- undang No. 44 Tahun 2013 tentang Rumah Sakit
2. Permenkes No. 290/MENKES/PER/III/2008 tentang Persetujuan
Tindakan Kedokteran
3. SK Direktur RSAF Nomor: tentang
Prosedur
dr. M. Razief
Pengertian Pelepasan informasi medis adalah prosedur melepaskan, membeberkan
atau mengungkapkan data atau informasi medis pasien untuk
kepentingan pasien dan kepentingan lainnya yang tidak merugikan
pasien yang telah diatur oleh undang- undang.
Tujuan 1. Terpenuhinya kebutuhan informasi terkait dengan rekam medis
pasien
2. Terjaganya kerahasiaan data medis pasien
3. Terlindunginya hak pasien dan kewajiban rumah sakit terkait
dengan data rekam medis
Kebijakan Pelepasan informasi medis harus memenuhi kaidah :
1. Kaidah autonomy bahwa pasienlah yang memutuskan boleh atau
tidaknya akses terhadap informasi kesehatannya, bukan
pasangannya ataupun pihak ketiga/.
2. Kaidah beneficence bahwa informasi hanya diungkapkan kepada
individu yang membutuhkannya dalam ranka melakukan perbuatan
yang menguntungkan atau untuk kepentingan pasien (mialnya
kepada perusahan asuransi dalam rangka pembayaran klaim)
3. Kaidah nonmaleficience bahwa informasi tidak diberikan kepada
pihak yan tidak berwenang dan yan munkin meruikan pasien
(misalnya perusahaan asuransi meminta informasi kesehata untuk
tujuan dikriminasi)
4. Kaidah justice bahwa informasi haris menerapkan ketentuan secara
adil dan konsisten untuk semua orang
Pengungkapan informasi kesehatan secara terbatas, yaitu :
1. Untuk kepentingan kesehatan pasien
2. Untuk memenuhi permintaan aparatur penegak hokum dalam
rangka penegakan hokum
3. Permintaan pasien sendiri
4. Berdasarkan ketentuan undang- undang
Prosedur Petugas Rekam Medis :
1. Menerima permintaan secara tertulis dari pasien dan atau atas
permintaan pengadilan.
2. Jika pasien berumur dibawah 14 tahun, permintaan pelepasan
informasi tertulis dari orangtua atau wali
3. Memastikan bahwa permintaan informasi adalah benar paien
sendiri dengan melakukan cek kartu identitas pasien
4. Apabila permintaan pelepasan informasi berasal dari pihak lain/
pihak ketiga, maka harus mengidentifikasi apakah informasi yang
akan dilepas/ diungkap bersifat rahasia atau tidak. Ap[abila bersifat
rahasia maka harus seijin pasien, namun apabila tidak berifat
rahasia boleh tanpa seijin pasien.
5. Menyampaikan informasi untuk kepentingan asuransi kesehatan,
perusahaan, pemberi kerja, dan lain- lain dengan memegang prinsip
need to known yaitu minimal tapi mencukupi, relevan dan akurat
6. Melepas informasi untuk kepentingan intern dan ekstern dengan
berpegang pada Protap Peminjaman Berkas Rekam Medis
7. Melepas informasi untuk kepentingan pasien dengan berpegang
pada Protap Permintaan Resume Medis
8. Menjaga kerahasiaan identitas dan data kesehatan pribadi pasien
dengan berpedoman pada Protap Menjaga Kerahasiaan Rekam
Medis
Pasien :
1. Mengajukan permintaan pelepasan informasi medisnya secra
tertulis disertai kartu identitasnya
2. Apabila permintaan tersebut point 1 dikuasakan ke orang lain
(termasuk suami/istri/ anaknya), harus disertai Surat Kuasa
bermaterai yang lengkap dengan copy karu identitas pasien dan
penerima kuasa
3. Menerima informasi medis dengan prinsip need to kwon yaitu
minimal tapi mencukupi, relevan dan akurat
Pihak ketia (misalnya perusahaan, asuransi, dll) :
1. Mengajukan permintaan tertulis dengan identitas Surat Kuasa
bermaterai dari pasien da kartu identitas pasien
2. Menerima informasi medis dengan prinsip need to kwon yaitu
minimal tapi mencukupi, relevan dan akurat
Unit terkait 1. Rekam medis
2. Pasien
3. Pihak ketiga
Penentuan Mati Batang Otak
dr. M. Razief
Pengertian Mati batang otak adalah suatu keadaan yang ditandai oleh
menghilangnya fungsi batang otak berupa :
1. Tidak terdapat sikap tubuh yang abnormal (dekortikasi atau
deserebrasi)
2. Tidak terdapat sentakan epileptic
3. Tidak terdapat nafas spontan
Tujuan Untuk menentukan kondisi Mati Batang Otak (MBO) pada pasien
Kebijakan Penentuan mati batang otak (MBO) harus dilaksanakan sesuai dengan
prosedur yang berlaku di RS Abdhi Famili
Prosedur Syarat Pengujian MBO :
1. Diyakini bahwa telah terdapat prakondisi tertentu yaitu koma dan
apneu karena kerusakan otak struktural yan tak dapat diperbaiki
lagi, dengan kemungkinan MBO
2. Menyinkirkan penyebab koma dan henti nafas yang reversibel
(obat- obatan, intoksikasi, gangguan metabolik dan hopotermia)
Prosedur Pengujian MBO :
Memastikan hilangnya reflek batang otak dan henti nafas yang
menetap yaitu:
1. Tidak ada respon terhadap cahaya
2. Tidak ada refleks kornea
3. Tidak ada refleks vestibulo- okuler
4. Tidak ada respon motor terhadap rangsang adekuat pada area
somatik
5. Tidak ada refleks muntah (ag refleks) atau refleks batuk karena
rangsang oleh kateter isap yang dimasukkan ke dalam trakhea
6. Tes henti nafas poitif, yang dilakuka dengan cara :
a. Preoksigenasi dengan O2 100 % selama 10 menit
b. Pastikan pCO2 awal testing dalam bata 40- 60 torr dengan
memakai kapnograf dan atau analisa gas darah.
c. Lepaskan pasien dari ventilator, insuflasikan trakea dengan O2
100%, 6 liter/menit melalui kateter intra trakeal melewati
karina.
d. Lepaskan ventilator elama 10 menit.
e. Bila pasien tetap tidak bernafas, tes dinyatakan positif (henti
nafas menetap).
f. Bila tes hilangnya refleks batang otak dinyatakan positif, tes
diulangi lagi 25 menit kemudian.
g. Bila tes tetap positif, pasien dinyatakan mati, kendatipun
jantung masih berdenyut.
Kriteria tenaga penentu Mati Batang Otak (MBO)
Sekurang kurangnya 3 orang dokter yang kompeten (2 orang dokter
diantaranya adalah 1 dokter speialis anestesiologi/ intensivis dan 1
dokter spesialis syaraf).
Unit terkait Rekam Medis, Satpam/ keamanan, Petugas Ruang Perawatan, SPI
Layanan Husnul Khotimah
dr. M. Razief
1. PENGERTIAN Husnul khotimah adalah akhir kehidupan manusia menjelang ajalnya
tetap berpegang teguh dengan ajaran aama Islam.
2. TUJUAN Agar pasien yang akan meninggal di Rumah Sakit Abdhi Famili
dibimbing sesuai dengan syariat Islam, hal ini akan membentuk citra
baik di masyarakat, bahwa pasien yang meninggal di RSAF diantarkan
secara baik, da tetap berpeang teguh pada agama Islam (husnul
khotimah)
3. KEBIJAKAN 1. Tidak ada keberuntungan bagi seorang muslim menjelang ajal yang
lebih besar dari pada mati dalam keadaan memeluk Islam. Keadaan itu
disebut dengan Husnul Khotimah. Firman Allah SWT dalam AL-
Quran :
Dan janganlah sekali kali kamu mati kecuali dalam keadaan
memeluk Islam. (Ali Imron : 102)
4. PROSEDUR Ruang Perawatan
Menginformasikan ke bagian kerohanian bahwa ada pasien dalam
keadaan kritis yang perlu diberikan layanan hunul khotimah. Sebelum
pihak kerohanian datang, maka paramedis (perawat) mengawali
memberikan layanan husnul khotimah.
Satpam
Kalau ada pasien yang sedang kritis pada shift malam, maka satpam
menghubungi petugas layanan husnul khotimah. Sebelum pihak
kerohanian datang, maka paramedis (perawat) mengawali memberikan
layanan husnul khotimah.
Binroh
1. Keluarga pasien dikumpulkan dan diberi penjelasan oleh petugas
kerohanian, secara medis pasien dalam keadaan sakaratul maut.
Diharapkan keluarga pasien tabah dan rela menerima keadaan itu.
Kalau pasien dalam kondisi kritis yang lama, maka diajarkan doa
pasrah dari nabi :
Ya Allah hidupkanlah dia jika hidup itu lebih baik baginya, dan
wafatkanlah dia bila wafat itu baik baginya. (H.R. Jamaah dari
Anas)
Kalau memungkinkan, menhadapkan atau memiringkan pasien yang
sedang kritis kearah kiblat. Di dalam hadits diterangkan bahwa :
Sesungguhya Fatimah putri Rosulullah SAW pada waktu
(menjelang) wafatnya menghadap ke kiblat lalu berbantal tangan
kanannya (Diriwayatkan oleh Ahmad dari Salman Ummu Abi
Raafi)
2. Apabila pasien yang kita sangka hampir menjelang ajalnya itu
ternyata bisa mengucapkan kalimah Laa ilaaha illallah sebagai kata
katanya yang terakhir, maka kita biarkan dia terus menerus
mengucapkanya. Tapi kalau dia belum mengucapkannya, atau sudah
mengucapkannya tapi telah mengucapkan kata kata lain, maka petua
kerohanian dan keluarga pasien secara bergantian menuntun paien
untuk mengucapkan kalimah Laa ilaaha illallah di dekat telinganya
supaya ditirukan mengucapkannya atau paling tidak ditirukannya di
dalam hatinya. Rosululloh SAW memberikan pertanda bagi seorang
yang mati dalam keadaan memeluk Islam itu, ialah bahwa kata
katanya yang terakhir sebelum mati adalah kalimat tauhid, yaitu Laa
ilaaha illallah (tiada Tuhan selain Allah). Sabda Rosululloh SAW :
5. UNIT TERKAIT
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
0
Ditetapkan oleh :
Direktur
TGL. TERBIT
PROSEDUR TETAP
dr. M. Razief
1. PENGERTIAN
2. TUJUAN
3. KEBIJAKAN
4. PROSEDUR
5. UNIT TERKAIT