Anda di halaman 1dari 5

Keterampilan Penelitian dalam Pembelajaran Sejarah di jejang

SMA (Sekolah Menegah Atas)/ MA (Madrasah Aliyah)

Abstrak

Kurikulum di Indonesia telah disempurnakan menjadi kurikulum 2013 dalam rangka


mencapai tujuan pendidikan nasional yang menjadi salah satu sektor dalam pembangunan
nasional. Salah satu hal yang harus dimiliki dan dibiasakan pada siswa SMA/ MA adalah dalam
mengembangkan keterampilan penelitian sejarah. Banyak manfaat yang bisa diambil oleh siswa
itu sendiri dalam penelitian sejarah yang dilakukan oleh siswa. Lalu mengenai keseimbangan
antara keterampilan penelitian yang harus dimiliki siswa SMA/ MA dengan perkembangan
kognitifnya itu sudah seimbang dan bisa dikembangakan keterampilan penelitian pada anak usia
remaja atau SMA/ MA.

Kata Kunci: Kurikulum 2013, Penelitian, dan Kognitif.

Kurikulum 2013

Pada saat ini dalam dunia pendidikan di Indonesia telah hadir suatu kurikulum baru yang
dinamakan kurikulum 2013. Kurikulum 2013 ini hadir dalam rangka menyempurnakan dari
kurikulum yang ada sebelumnya yaitu KTSP 2006. Kurikulum 2013 ini berbasis pendidikan
karakter. Kurikulum baru ini hadir dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional,
selanjutnya sebagaimana yang dijelaskan dalam dokumen kurikulum 2013 bahwasannya
Pendidikan nasional, sebagai salah satu sektor pembangunan nasional dalam upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2012: 1).

Keterhubungan Kurikulum 2013 dengan Keterampilan Penelitian Sejarah

Keterhubungan antara kurikulum 2013 dengan keterampilan penelitian dalam


pembelajaran Sejarah di jenjang SMA/ MA ini adalah adanya Peraturan Pemerintah Nomor 17
Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan bertujuan membangun

1 Rika Yuanita. 1100716. Pendidikan Sejarah, Universitas Pendidikan Indonesia.


Problematika dalam Pembelajaran Sejarah. 27 Juli 2013.
landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang (Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2013: 1):

1) beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dan
berkepribadian luhur;

2) berilmu, cakap, kritis, kreatif, dan inovatif;

3) sehat, mandiri, dan percaya diri; dan

4) toleran, peka sosial, demokratis, dan bertanggung jawab.


Khususnya dalam poin yang ke-2, dapat diartikan bahwa keterampilan penelitian ini dapat
membuat siswa yang salah satunya berpikir kritis. Berpikir kritis juga merupakan penanaman
bahwa sejarah sebagai ilmu dengan adanya pengkajian secara ilmiah. Selain itu adanya
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar dalam kurikulum 2013. Kompetensi Inti dirancang
dalam empat kelompok yang saling terkait, yaitu berkenaan dengan sikap keagamaan
(kompetensi inti 1), sikap sosial (kompetensi inti 2), pengetahuan (kompetensi inti 3), dan
penerapan pengetahuan (kompetensi inti 4). Keempat kelompok itu menjadi acuan dari
Kompetensi Dasar dan harus dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara
integratif (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013: 6). Jadi pada Kompetensi Inti 1-2
merupakan Indirect Teaching, dimana guru meneladani sikap religi dan sosialnya kepada peserta
didik, dan hal itu bisa dimasukan dan bisa juga tidak dimasukan dalam RPP. Sedangkan
Kompetensi Inti 3-4 merupakan Direct Teaching yang guru menerapkannya dalam pembelajaran
dan masuk dalam RPP. Dan salah satu penerapan pengetahuan atau keterampilan dalam
pembelajaran itu dengan peserta didik membuat suatu produk berupa laporan, dan laporannya itu
merupakan laporan penelitian.Sedangkan maksud dari Kompetensi Dasar tersebut adalah, dimana
Kompetensi Dasar mengacu pada keempat Kompetensi Inti dan menjadikan setiap materi
pembelajaran itu mengintegratif atau menyatukan antara materi dengan keempat kompetensi inti
tersebut.

2 Rika Yuanita. 1100716. Pendidikan Sejarah, Universitas Pendidikan Indonesia.


Problematika dalam Pembelajaran Sejarah. 27 Juli 2013.
Keterampilan Penelitian dalam Pembalajaran Sejarah
Lalu dalam mengkaji manfaat dari keterampilan penelitian dalam pembelajaran sejarah
bagi siswa akan dikaji dalam paragraf ini. Setiap ilmu mempunyai cara kerja tersendiri dalam
melakukan penelitiannya, begitupun dengan ilmu sejarah mempunyai metodologinya tersendiri
dalam melakukan penelitian yang ilmiahnya yaitu metode penelitian sejarah yang terdiri dari
heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Menurut Agus Mulyana, cara kerja penelitian
dapat diterapkan dalam pembelajaran sejarah. Walaupun metodolgi merupakan materi yang
diberikan pada level pendidikan yang tinggi (khususnya di perguraun tinggi), akan tetapi dalam
konteks pembelajaran sejarah di sekolah, cara penelitian yang digunakan dapat menjadi materi
pelajaran. Sejarah yang diajarkan di sekolah tidak hanya sejarah sebagai kisah yaitu menceritakan
apa yang terjadi di masa lalu, tetapi juga harus dipahami oleh siswa bagaimana kisah itu
dikonstruksi dalam sebuah cerita (Mulyana, 2009: 1). Penelitian yang dilakukan oleh peserta
didik di tingkat SMA sangat penting, karena dalam penelitian terjadinya proses atau keterampilan
berpikir, yang merupakan bagian dari proses intelektual yang secara tidak langsung masuk dalam
esensi pembelajaran. Dalam penelitian tersebut juga secara tidak langsung membuat peserta didik
berpikir kritis. Menurut Lingga Novianty (Novianty, 2008: 22), berpikir kritis adalah
kemampuan berpikir tingkat tinggi, sehingga untuk mencapainya siswa harus terlebih dahulu
memiliki kemampuan untuk mengetahui dan memahami suatu konsep sejarah. Sedangkan
menurut Munawar Rois (Rois, 2002: 33), berfikir kritis, telah terlibat didalamnya suatu
kemampuan menguji tanpa sesuatu prasangka terhadap rangsangan yang dilakukan melalui
membanding-bandingkan hubungan dari berbagai peristiwa seperti norma dengan kenyataan yang
dihadapi. Kemampuan berpikir kritis ini sangat tergantung dari berbagai latar belakang informasi
yang diterima anak. Manfaat siswa mengembangkan keterampilan penelitian sejarah adalah
dapat lebih cepat mengingat materi, karena dalam membahas suatu topik tersebut dilakukan
pengkajian oleh siswa secara langsung. Selain itu juga dalam rangka mempersiapkan siswa untuk
memasuki ke jenjang perguruan tinggi.

3 Rika Yuanita. 1100716. Pendidikan Sejarah, Universitas Pendidikan Indonesia.


Problematika dalam Pembelajaran Sejarah. 27 Juli 2013.
Keseimbangan antara Keterampilan Penelitian Sejarah dengan Perkembangan Kognitif
Siswa
Selanjutnya, dalam keseimbangan antara keterampilan penelitian yang dilakukan oleh
siswa SMA/ MA dengan kemampuan kognitifnya menurut Agus Mulayana keterampilan
penelitian dalam pembelajaran sejarah dapat diajarkan kepada siswa di kelas. Dalam materi ini
dituntut siswa untuk memiliki kemampuan kognitif pada level yang tinggi (Mulyana, 2009: 8).
Menurut Jean Piaget, ia membagi perkembangan intelek/ kognitif menjadi empat tahapan yaitu
tahap sensori-motori (usia 0-2 tahun), tahap praoprasional (usia 2-7 tahun), tahap oprasional
konkret (usia 7-11 tahun), dan tahap oprasional formal (usia 11- dewasa). Tahap oprasional
formal ini anak telah mampu menyelesaikan pekerjaannya dengan kelogisannya. Selain itu anak
sudah mulai mampu mengembangkan pikiran formalnya, mereka juga mulai mampu mencapai
logika dan rasio serta dapat menggunakan abstraksi. Arti simbolik dan kiasan dapat mereka
mengerti. Melibatkan mereka dalam suatu kegiatan akan lebih memberikan akibat yang positif
bagi perkembangan kognitifnya. Misalnya, menulis puisi, lomba karya ilmiah, lomba menulis
cerpen, dan sejenisnya (Ali dan Asrori, 2009: 29). Manfaat lain dari membuat karya tulis ilmiah
atau pekerjaan lainnya dengan cara menulis adalah terapi penyembuhan diri dan proses
penormalan kembali suatu kinerja, menghilangkan stress, memformalisasikan ide baru, gudang
inspirasi, penyimpanan memori, media refleksi dan kebijaksanaan, dan lain sebagainya.
Dalam pembelajaran sejarah di sekolah, penelitian sejarah yang dilakukan adalah
penelitian yang mengikuti sebagaimana dalam kaidah-kaidah ilmiah (Mulyana, 2009: 3).
Dimana siswa dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan dari hasil siswa yang telah menguji topik-
topik berhubungan dengan studi sejarah dengan menggunakan sumber-sumber primer dan
sekunder. Cara guru mengantarkan siswa dalam pengembangan keterampilan penelitian dalam
pembelajaran sejarah itu sendiri dapat dilakukan dengan memberikan studi kasus yang sesuai
dengan pelajaran sejarah. Lalu dari studi kasus, guru membangun siswa utuk bertanya akan
masalah tersebut. Darisana guru menugaskan siswa dalam membuat laporan penelitian dalam
menjawab pertanyaan tersebut sesuai dengan metodologi penelitian sejarah. Dari pembuatan
laporan penelitian tersebut maka terjadi proses berpikir dalam mengolah dan mengkritisi data

4 Rika Yuanita. 1100716. Pendidikan Sejarah, Universitas Pendidikan Indonesia.


Problematika dalam Pembelajaran Sejarah. 27 Juli 2013.
sehingga siswa dapat menjawab pertanyaan tersebut yang mungkin akan lebih cepat diingat,
karena dia sendiri terlibat dalam menjawab pertanyaan tersebut.

Daftar Pustaka

Ali, Mohammad dan Asrori, Mohammad. (2009). Psikologi Remaja- Perkembangan Peserta
Didik. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2012). Dokumen Kurikulum 2013, Jakarta:
Kemendikbud.
[Online]
Tersedia: http://kangmartho.com [18 Juli 2013].
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Kurikulum 2013-Kompetensi Dasar Sekolah
Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA), Jakarta: Kemendikbud.
[Online]
Tersedia: http://www.man1pekanbaru.sch.id/file_download/kurikulum-2013-kompetensi-
dasar-sma-ver-3-3-2013.pdf [16 Juli 2013].
Mulyana, Agus. (2009). Mengembangkan Keterampilan Penelitian dalam Pembelajaran
Sejarah. Makalah pada Workshop Kesejarahan Mengembangkan Budaya Demoktasi
Melalui Pembelajaran Sejarah, Denpasar.
[Online]
Tersedia:http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/196608081991031-
AGUS_MULYANA/Makalah_Jarahnitra09.pdf [18 Juli 2013].
Novianty, Lingga. (2008). Pemanfaatan Buku Teks Sejarah dalam Upaya Mengembangkan
Kreativitas Siswa di Kelas. Skripsi FPIPS UPI. Bandung: tidak diterbitkan.
Rois, Munawar. (2002). Menumbuhkan Kemampuan Berfikir Kritis dan Kreatif Siswa dalam
Pembelajaran Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial melalui isu-isu Kemasyarakatan.
Tesis pada Program Pascasarjana UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

5 Rika Yuanita. 1100716. Pendidikan Sejarah, Universitas Pendidikan Indonesia.


Problematika dalam Pembelajaran Sejarah. 27 Juli 2013.

Anda mungkin juga menyukai