Anda di halaman 1dari 13

A.

KONSEP DASAR MEDIS

1. Pengertian
Antenatal care adalah : Pelayanan kesehatan atau perawatan kepada ibu selama
masa kehamilan (DepKes RI, 2005 : 26). Menurut Prawiroharjo S. (2000 : 72)
antenatal care adalah : pengawasan terhadap ibu hamil dengan mempersiapkan
sebaik-baiknya fisik dan mental ibu dalam kehamilan, persalinan dan nifas sehingga
selalu dalam keadaan sehat dan normal.
2. Tujuan
Antenatal Care bertujuan untuk menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa
kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat serta menghasilkan bayi
yang sehat. (Dep Kes RI, 2005 : 48). Menurut Reeder S.J. (2001 : 111) tujuan
antenatal care adalah melindungi dan menjaga kesehatan serta kehidupan ibu dan
janin selama kehamilan dengan mempertimbangkan sosio kultural keluarga
(meliputi status ekonomi, tingkat pendidikan dan support system). Sedangkan tujuan
utama pelayanan antenatal care di Indonesia adalah :
a. Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit yang terdapat saat
kehamilan, persalinan dan nifas.
b. Mengenal dan menangani penyakit yang menyerati kehamilan, persalinan dan
nifas.
c. Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan,
persalinan, laktasi dan keluarga berencana.
d. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.
3. Pelaksana
Sebagai pelaksana pelayanan antenatal care terdiri atas :
a. Tenaga medis meliputi dokter umum dan dokter spesialis Obstretik
Gineokologi.
b. Tenaga perawat meliputi bidan/perawat yang telah mendapatkan pelatihan
antenatal care. (Dep Kes RI, 2005 : 16).
4. Lokasi Pelayanan
Menurut Dep Kes RI (2005 : 16), tempat pemberian pelayanan antenatal care dapat
bersifat statis dan aktif meliputi :
a. Puskesmas/ puskesmas pembantu
b. Pondok bersalin desa.
c. Posyandu.
d. Rumah Penduduk (pada kunjungan rumah.
e. Rumah sakit pemerintah/ swasta
f. Rumah sakit bersalin
g. Tempat praktek swasta (bidan dan dokter).
5. Pelaksanaan Pelayanan
Pelayanan antenatal care selengkapnya mencakup anemnesis, pemeriksaan fisik
(umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium atas indikasi dasar dan intervensi
khusus sesuai dengan tingkat resiko. Dengan penerapan operasionalnya dikenal
standar minimal 5T untuk pelayanan antenatal yang terdiri atas :
a. Timbang berat badan
b. Ukuran tekanan darah, diukur setiap kunjunga
c. Ukur tinggi fundus uteri, dilakukan setiap kunjungan dimana fundus uteri mulai
teraba setelah usia kehamilan > 12 minggu.
d. Pemberian imunisasi Tetanus Toxoid atau TT lengkap, mulai diberikan usia
kehamilan 16 minggu dengan interval pemberian selanjutnya 4 minggu.
e. Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama hamil, mulai diberikan pada
usia kehamilan 20 minggu diminum 1 hari 1 tablet.
Dengan demikian maka secara operasional pelayanan antenatal yang tidak
memenuhi standar minimal 5T tersebut belum dianggap suatu pelayanan
antenatal care (Dep Kes RI, 2005 : 18).
6. Frekuensi Kunjungan Antenatal Care
Kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu hamil dan petugas kesehatan
yang memberi pelayanan antenatal untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan.
Istilah kunjungan tidak mengandung arti bahwa selalu ibu hamil yang datang ke
fasilitas pelayanan tetapi dapat juga sebaliknya yaitu ibu hamil yang dikunjungi
petugas kesehatan dirumahnya.
Selama kehamilan keadaan ibu dan janin harus selalu dipantau jika terjadi
penyimpangan dari keadaan normal dapat dideteksi secara dini dan diberikan
penanganan yang tepat. Oleh karena itu ibu hamil diharuskan memeriksakan diri
secara berkala selama kehamilannya.
Menurut Manuaba (2000 : 129), berdasarkan standar pemeriksaan kehamilan
dilakukan berulang dengan ketentuan sebagai berikut :
- Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid.
- Satu kali dalam sebulan sampai umur kehamilan 7 bulan.
- Dua kali sebulan sampai umur kehamilan 8 bulan.
- Setiap minggu sejak umur kehamilan 8 bulan sampai dengan bersalin.
Dalam pelaksanaan ANC terdapat kesepakatan adanya standar minimal
yaitu dengan pemeriksaan ANC 4 kali selama kehamilan dengan distribusi sebagai
berikut :
- Minimal satu kali pada trimester I
- Minimal satu kali pada trimester II
- Minimal dua kali pada trimester III (Dep Kes RI, 2005 : 24)
Menurut Jumiarni (2004 : 34), frekuensi ANC diharapkan paling kurang 8
kali (7 9 kali) sehingga pengawasan ibu dan janin dapat dilaksanakan dengan
optimal. Pemeriksaan kehamilan tersebut dilaksanakan dengan jadwal dan kegiatan
sebagai berikut :
a. Kunjungan 1 (0-12 minggu) kunjungan II 12-24 minggu
Pada kunjungan ini dilakukan:
1. Anamnesis lengkap, termasuk mengenai riwayat obstertric dan ginekologi.
2. Pemeriksaan fisik ; Tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu tubuh, bunyi
jantung, bunyi pernafasan, reflek patella, edema dan lain-lain.
3. Pemeriksaan obstetric : Usia kehamilan, tinggi fundus uteri, DJJ (kehamilan
lebih dari 12 minggu), pengukuran panggul luar.
4. Pemeriksaan laboratorium : urine lengkap, darah (Haemoglobin, leukosit, Diff,
Golongan darah, Rhesus, sitologi, dan gula darah).
5. Penilaian status gizi, dilihat dari keseimbangan antara berat badan (BB) dan
tinggi badan (TB).
6. Penilaian resiko kehamilan.
7. KIE pada ibu hamil tentang keberhasilan diri dan gizi ibu hamil.
8. Pemberian imunisasi TT 1.

b. Kunjungan III, 28 32 Minggu


Pemeriksaan terutama untuk menilai resiko kehamilan, laju pertumbuhan
janin, kelainan atau cacat bawaan. Kegiatan yang dilakukan adalah :
1. Anemnese meliputi keluhan dan perkembangan yang dirasakan oleh ibu.
2. Pemeriksaan fisik dan obstetric (pengukuran panggul luar tak perlu dilakukan
lagi).
3. Pemerksaan dengan USG. Biometri janin (besar dan usia kehamilan), aktifitas
janin, kelainan, cairan ketuban dan letak plasenta, serta keadaan plasenta.
4. Penilaian resiko kehamilan.
5. KIE tentang perawatan payudara.
6. Pemberian imunisasi TT 2 dan vitamin bila perlu.

c. Kunjungan IV kehamilan 34 minggu.


Pemeriksaan terutama untuk menilai resiko kehamilan dan pemeriksaan
laboratorium ulang. Kegiatannya adalah :
1. Anamnese keluhan dan gerakan janin.
2. Pengamatan gerak janin
3. Pemeriksaan fisik dan obstetrik (pemeriksaa panggl dalam bagi kehamilan
pertama)
4. Penilaian resiko kehamilan.
5. Pemeriksaan laboratorium ulang : Hb, Ht, dan gula darah.
6. Nasehat senam hamil, perawatan payudara dan gizi.

d. Kunjungan V (36 minggu), Kunjungan VI (38 minggu), Kunjungan VII (40


minggu) (2 minggu 1 kali). Pemeriksaan terutama untuk menilai resiko
kehamilan, aktifitas janin dan pertumbuhan janin secara klinis. Kegiatan yang
dilakukan adalah :
1. Anamnese meliputi keluhan, gerakan janin dan keluhan.
2. Pemeriksaan laboratorium ulang (Hb dan gula darah).
3. Pemeriksaan fisik dan obstetrik.
4. Penilaian resiko kehamilan.
5. USG ulang pada kunjungan 4.
6. KIE tentang senam hamil, perawatan payudaran, dan persiapan persalinan.
7. Pengawasan penyakit yang menyertai kehamilan dan komplikasi trimester III.
8. Penyuluhan diet 4 sehat 5 sempurna.
e. Kunjungan VIII 41 minggu, kunjungan IX 42 minggu (1 minggu sekali).
Pemeriksaan terutama ditujukan kepada penilaian, kesejahteraan janin dan
fungsi plasenta serta persiapan persalinan. Kegiatan yang dilakukan adalah :
1. Anamnese meliputi keluhan dan lain-lain.
2. Pengamatan gerak janin.
3. Pemeriksaan fisik dan obstetric.
4. Pemeriksaan USG yaitu pemeriksaan yang memantau keadaan jantung
janin sehubungan dengan timbulnya kontraksi.
5. Memberi nasehat tentang tanda-tanda persalinan, persiapan persalinan dan
rencana untuk melahirkan.
6. Sesuai standar kunjungan ibu hamil diatas maka semakin tua umur
kehamilan harus semakin sering memeriksakan kehamilannya, resiko
kehamilan semakin tinggi, semakin tinggi pula kebutuhan untuk
memeriksakan kehamilannya.

Berdasarkan uraian diatas berikut ini akan digambarkan jadwal/frekuensi antenatal


care sebagai berikut :
Tabel Frekuensi / Jadwal Pemeriksaan Kehamilan
Minimal Frek Optimal Frek Ideal Frek
Triwulan I 1 - Kehamilan 1 12 1 - Sejak haid terlambat 1
minggu 1 bulan
- Kehamilan 12 28 2 - Sampai kehamilan 28 5
minggu mg (1 bulan 1x)
Triwulan II 1 - Kehamilan 28 32 1 - Kehamilan 28-36 mg 4
minggu (2 mg 1x)
Triwulan III 2 - Kehamilan 34 40 3 - Kehamilan 7 / 37 5
minggu (1 mg 1x)
- Kehamilan 41 42 2
minggu
Total 4 9 15
Sumber : Dep Kes RI, 2005 : 24, Jumiarni, 2001 : 34, Manuaba, 2000 : 130

Dari tabel diatas dapat disampaikan hal hal sebagai berikut :


1. Frekuensi pemeriksaan kehamilan minimal (4 kali, Depkes, 2005) Frekuensi
pemeriksaan kehamilan dilakukan 4 kali yang terbagi dalam triwulan I,II,III.
Frekuensi ini dapat terjadi bila segalanya normal tanpa adanya resiko dan frekuensi
lebih sering dilakukan pada triwulan III untuk deteksi dini terhadap kelainan.
2. Frekuensi pemeriksaan kehamilan optimal ( 9 kali, Jumiarni l994)
Pemeriksaan kehamilan dilakukan sejak haid terlambat sampai dengan usia
kehamilan 12 minggu l kali. Pemeriksaan tiap l bulan sekali dilakukan sampai
dengan usia kehamilan 36 minggu, sedangkan pemeriksaan kehamilan 36 40
minggu dilakukan setiap 2 minggu sekali.dan sampai dengan melahirkan
pemeriksaan dilakukan l minggu sekali. Dengan frekuensi demikian adanya penyulit
kehamilan dapat dideteksi dan diatasi sedini mungkin.
3. Frekuensi pemeriksaan kehamilan ideal (Manuaba, 2000).
Pemeriksaan kehamilan dilakukan sejak terlambat haid satu bulan sampai dengan
usia kehamilan 28 minggu dilakukan satu bulan satu kali. Pada usia kehamilan 28
36 minggu pemeriksaan dilakukan setiap 2 minggu sekali dan usia 37 minggu
sampai dengan melahirkan pemeriksaan dilakukan 1 minggu sekali. Pemeriksaan
kehamilan ini yang paling ideal sehingga diharapkan dengan frekuensi seperti ini
penyulit kehamilan dapat terdeteksi dan diatasi sedini mungkin.

Menurut Manuaba (2000 : 130), jadwal melakukan ANC sebaiknya 12 13 kali


selama hamil. Dinegara berkembang ANC dilakukan sebanyak 4 kali sudah cukup
(tercatat). Menurut Puji Rochyati Penentuan frekuensi ANC antara lain didasarkan atas
resiko kehamilan yang dihadapi oleh ibu hamil, adapun resiko itu dapat dilihat pada tabel
di bawah ini :
Pedoman Penyuluhan Menuju Persalinan Aman
Jumlah Kelompok Periksa Rujukan Tempat
Penolong
skor resiko kehamilan kehamilan persalinan

24 Resiko Tidak Rumah Bidan


Bidan
ringan dirujuk pasien Dukun
Resiko Rumah
68 Bidan Bidan Bidan
tinggi Polindes
Puskesmas
Resiko
> 10 Dokter Dokter Rumah Dokter
tinggi
sakit

Menurut Dep Kes RI (2005), faktor resiko ibu hamil seperti yang tercantum dalam
KMS ibu hamil adalah sebagai berikut :
1. Anemia berat (Hb < 8 gr %)
2. Tekanan darah diastole > 90 mmHg
3. Perdarahan selama kehamilan
4. Kelainan pada persalinan terdahulu
5. Jarak kehamilan terakhir kurang dari 2 tahun
6. Tinggi badan kurang dari 140 cm
7. Umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih 35 tahun
8. Pernah sakit kronis
Tabel Penilaian Resiko Kehamilan (Depkes RI, 2005 : 85)
No. Kriteria Jumlah Nilai
Kematian neonatal BB < 40 atau > 70 kg
Riwayat preterm Premipara < 20 tahun dan >
Riwayat preeklamsi 35 tahun
1. 1
Penyakit paru Multi para > 40 tahun
Anemi 8-10 gr% Paritas > 3
Tinggi badan < 145 cm Tanpa antenatal
Abortus > 3 Gemelli
Riwayat SC Sungsang
2. 2
Placenta previa Partus percobaan
Diabetes mellitus Hiperteoridism
Riwayat lahir mati Sungsang (premipara)
Penyakit ginjal Ketuban pecah > 6 jam
Partus 32 36 minggu Mekonium (kepala)
3. 3
Posterum > 42 minggu Partus > 24 jam
Penyakit hepar Plasenta previa
Preeklamsi berat SC
Diabetes mellitus
DJJ ireguler < 120 atau >
4. Fitiumcordis 4
180 kali / menit
KMK
Eklamsi Incomtabilitas RH
Hedramnion Solutio pacenta
5. 5
Infeksi intra partum Letak lintang
KPD > 24 jam Prolapsus tali pusat

Keterangan :
1. Bila jumlah nilai resikonya > 3 ibu hamil perlu dirujuk ke Puskesmas untuk
mendapatkan pemriksaan dan penanganan yang lebih teliti dari dokter.
2. Bila jumlah nilai resiko > 5 ibu hamil harus dirujuk ke rumah sakit. Ibu hamil yang
boleh ditolong perawat/ bidan hanya pasien dengan resiko rendah dengan nilai < 3.

7. Pemeriksaan Leopold
1) Leopold I
Kaki klien dibengkokan pada lutut dan lipatan paha
Pemeriksa berdiri sebelah kanan klien dan melihat ke arah muka klien
Rahim dibawah ke tengah
Tinggi fundus uteri ditentukan
Tentukan bagian apa dari anak yang terdapat dalam fundus uteri.
Sifat kepala ialah keras, bundar dan melenting, sifat bokong adalah lunak,
kurang bundar dan kurang melenting, pada letak lintang fundus uteri
kosong.Variasi menurut knebel : menentukan letak kepala atau bokong
dengan satu tangan di fundus dan tangan lain di atas simfisis
2) Leopold II
Kedua tangan pindah ke samping
Tentukan batas samping rahim kiri dan kanan
Tentukan letak punggung anak
Pada letak lintang, tentukan dimana letak kepala janin
Leopold II untuk menentukan dimana letaknya punggung anak dan dimana
letaknya bagian-bagian kecil).Variasi menurut poudin : menentukan letak
punggung dengan satu tangan menekan di fundus
3) Leopold III
Dipergunakan satu tangan saja
Bagian bawah ditentukan antara ibu jari dan jari lainnya
Adakah bagian bawah masih dapat dipergunakan
Leopold III menentukan apa yang terdapat di bawah dan apakah bagian
bawah anak ini sudah atau belum terpegang oleh pintu atas panggul)
Variasi menurut Ahlfeld : menentukan letak punggung dengan pinggir
tangan kiri diletakkan tegak di tengah perut.
4) Leopold IV
Pemeriksa merubah sikapnya yaitu melihat ke arah kaki si penderita.
Dengan kedua tangan ditentukan apa yang menjadi bagian bawah.
Ditentukan apakah bagian bawah sudah masuk ke dalam pintu atas panggul
dan berapa masuknya bagian bawah ke dalam rongga panggul.
Jika kita rapatkan kedua tangan akan kita dapatkan :
Kedua tangan pada pinggir kepala divergent (ukuran tebesar kepala sudah
melewati pintu atas panggul), Kedua tangan pada pinggir kepala convergent
(ukuran terbesar kepala belum melewati pintu atas panggul)
Leopold IV untuk menentukan bagian yang terendah dan berapa masuknya
bagian yang bawah ke dalam rongga panggul.
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian Fisik
Tanda vital, antopometri
Pengkajian kepala
Pengkajian dada : paru, jantung, payudara
Pengkajian abdomen : hepar, abdomen, uterus (palpasi, inspeksi, auskultasi,
pergerakan janin, his)
Pemeriksaan Panggul, Genital, dan Ekstremitas
Aktifitas / Istirahat
BP , HR , Episode Sinkop, Edema
Integritas ego persepsi diri
Eliminasi
Konstipasi, miksi , BJ urine , haemoroid
Makanan & Cairan
morning sickness (TM I), nyeri ulu hati.
Penambahan BB ( 8 12 kg), hipertrofi gusi (berdarah)
Anemi fisiologis (Hemodilusi)
Nyeri / Ketidak Nyamanan
Kram kaki, nyeri payudara & punggung, Braxton Hicks
Pernafasan
RR ,
Keamanan
Suhu : 36,1o 37,6 o C ,
DJJ ( 12 mgg dg dopler, 20 mgg dg fetoskop)
Gerakan janin ( 20 mgg)
Quickening & Ballotement ( 16 20 mgg)
Seksualitas
Perubahan seksualitas, leukorea, peingkatan uetrus
Payudara , pigmentasi , Goodell, Hegar, chadwiks
Interaksi sosial
Denial, maturasi, aseptent
Penyuluhan / Pembelajaran
Pemeriksaan Diagnostik

2. Penyimpangan KDM

Coitus

3. Diagnosa Keperawatan
Ejakulasi (lepasnya cairan sperma ke dalam saluran reproduksi wanita)
4. Rencana Tindakan

Sperma bergerak menuju tuba fallopi

Konsepsi Tidak terjadi

Fertilisasi Tidak terjadi fertilisasi

Konsepsi dan pertumbuhan zigot


Endometrium runtuh

Implantasi di uterus Menstruasi

Zigot (nidasi dalam rahim 5-7 hari)

Mencapai cavum uteri

Embrio (3-5 minggu)

Fetus ( >5 minggu)


3. Diagnosa Keperawatan

Trimester I Trimester II Trimester III


1. Nausea b.d. Perubahan sistem 1. Gangguan citra 1. Nyeri akut b.d.
gastrointestinal. tubuh b.d. Peningkatan
2. Konstipasi b.d. Kehamilan. Perubahan progesteron.
3. Inkontinensia urine stress b.d. bentuk tubuh. 2. Gangguan pola tidur
Kehamilan. 2. Pola nafas tidak b.d. Perubahan
4. Kelelahan b.d. Kehamilan . efektif b.d. fisiologis kehamilan.
5. Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari Penekanan 3. Perubahan pola
kebutuhan tubuh b.d. Perubahan diafragma seksualitas b.d.
fisiologis kehamilan. karena Perasaan takut karena
6. Kurang pengetahuan: Perubahan pembesaran kehamilan.
fisiologis dan psikologis, perawatan uterus. 4. Kecemasan b.d.
kehamilan b.d. kurangnya informasi 3. Inkontinensia Persiapan persalinan.
tentang penatalaksanaan antenatal care. urine stress b.d.
7. Kecemasan b.d. Perubahan yang Kehamilan.
menyertai kehamilan.

4. Rencana Tindakan

Diagnosa
No. Tujuan Intervensi
Keperawatan
1. Cemas b.d. Situasi Klien 1. Reduksi kecemasan
krisis. menunjukkan a. Kaji tingkat kecemasan dan respon
kontrol fisiknya.
kecemasan b. Gunakan kehadiran, sentuhan (dengan
dengan kriteria: ijin), verbalisasi untuk mengingatkan
1. Dapat klien tidak sendiri.
mengidentifi c. Terima pasien dan keluarganya apa
kasi, adanya.
verbalisasi, d. Gali reaksi personal dan ekspresi cemas.
dan e. Bantu mengidentifikasi penyebab.
mendemonst f. Gunakan empati untuk mendukung orang
rasikan tua.
teknik g. Anjurkan untuk berfikir positif.
menurunkan h. Intervensi terhadap sumber cemas.
kecemasan. i. Jelaskan aktivitas, prosedur.
j. Gali koping klien.
2. Menunjukkan k. Ajarkan tanda-tanda kecemasan.
postur, l. Bantu orang tua mendefinisikan tingkat
ekspresi kecemasan.
wajah, m. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
perilaku, n. Ajarkan teknik manajemen cemas.
tingkat
aktivitas
yang
menggambar
kan
kecemasan
menurun.
3. Mampu
mengidentifi
kasi dan
verbalisasi
penyebab
cemas.

2. Ketidakseimbangan Status nutrisi 1. Manajemen Nutrisi


nutrisi: Kurang dari klien seimbang a. Timbang BB sesuai indikasi.
kebutuhan tubuh dengan kriteria: b. Monitor intake klien.
b.d. Perubahan 1. BB stabil. c. Berikan makanan dalam porsi kecil tapi
fisiologis 2. Turgor kulit sering dan sajikan dalam keadaan hangat
kehamilan. membaik. d. Anjurkan klien menjaga kebersihan
3. Intake mulutnya.
makanan e. Atur lingkungan yang tenang dan bersih
meningkat. selama makan.
f. Pantau masukan dan haluaran.
g. Pantau adanya alergi makanan
h. Anjurkan untuk meningkatkan masukan
makanan yang mengandung Fe
i. Berikan informasi mengenai kebutuhan
nutrisi
2. Monitor Nutrisi
a. Monitor adanya penurunan BB pasien
b. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang
biasa dilakukan
c. Monitor mual dan muntah
d. Monitor kalori dan intake nutrisi
3 Perubahan pola Klien dapat a. Beri informasi tentang perubahan
eliminasi b.d beradaptasi perkemihan sehubungan dengan kehamilan.
Perubahan dengan b. Anjurkan klien untuk melakukan posisi
fisiologis perubahan pola miring kiri saat tidur.
kehamilan. eliminasinya c. Beri informasi tentang perlunya masukan
dengan kriteria: cairan 6-8 gelas/hari, penurunan masukan 2-3
1. Klien paham jam sebelum tidur, penggunaan garam,
dengan makanan dan produk yg mengandung Na
perubahan dalam jumlah sedang.
pola d. Kaji ulang masalah medis sebelumnya
eliminasinya (penyakit ginjal, hipertensi, penyakit
jantung).
e. Kaji tanda-tanda ISK.
4 Nyeri akut b.d Nyeri klien 1. Manajemen Nyeri
perubahan berkurang/hilan a. Kaji skala nyeri klien.
fisiologis pada g dengan b. Beri penjelasan pada klien tentang
kehamilan kriteria: fisiologis nyeri.
1. Klien paham c. Ajarkan klien tehnik relaksasi nafas
bahwa dalam.
nyerinya d. Anjurkan klien untuk beristirahat bila
fisiologis. nyeri datang.
2. Klien dapat e. Ajarkan klien untuk mencatat frekuensi,
beradaptasi lama, dan intensitas nyeri.
dengan f. Anjurkan klien untuk segera mendatangi
nyerinya. tempat pertolongan bila sudah ada tanda2
3. Klien akan melahirkan.
melaporkan
nyerinya
berkurang.
4. Skala nyeri
0-1.
5 Kurang Pengetahuan 1. Pendidikan Kesehatan
pengetahuan klien bertambah a. Kaji tingkat pengetahuan klien.
tentang kehamilan dengan kriteria: b. Beri informasi tentang perubahan-
dan proses 1. Klien perubahan fisik normal pada kehamilan.
persalinan b.d mengatakan c. Beri informasi tentang tanda-tanda
Kurangnya paham persalinan.
informasi. dengan d. Beri informasi tentang tempat pelayanan
penjelasan kesehatan yang dapat dikunjungi untuk
yang mendapat pertolongan dalam persalinan.
diberikan. e. Beri informasi tentang
2. Klien dapat
menyebutka
n perubahan
pada
kehamilan.
3. Klien dapat
menyebutka
n tanda-
tanda
persalinan.
4. Klien dapat
memutuskan
memilih
tempat
melahirkan.

Anda mungkin juga menyukai