Dengan Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik (PUTL), mulai
tanggal 1 Januari 1960 Wiratman diangkat menjadi Ahli Teknik di Jawatan Jalan-
Jalan dan Jembatan Departemen Pekerjaan Umum di Bandung dan bersamaan
dengan itu, dengan SK Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan (PPK) juga
diangkat sebagai Asisten Luar Biasa dalam mata kuliah Konstruksi Baja dan
Konstruksi Beton pada Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung. Jabatan
asisten hanya disandang selama 1 (satu) tahun, karena tahun berikutnya diangkat
menjadi Dosen Luar Biasa dengan tugas mengajar dalam mata kuliah Konstruksi
Beton, di samping itu, menjadi Dosen Luar Biasa di ATEKAD (Akademi Teknik
Angkatan Darat) di Bandung dari tahun 1960 1963 dalam mata kuliah Konstruksi
Baja, dan juga di Jurusan Teknik Sipil UNPAR (Universitas Katolik Parahyangan) di
Bandung dalam mata kuliah Konstruksi Beton dari tahun 1962 - 1983. Dengan
demikian dari sejak awal Wiratman sudah bertindak sebagai praktisi dan pendidik
yang berjalan bersama-sama dan saling menunjang.
Pada tahun 1962 oleh Menteri PU (pada saat itu Ir Sutami) Wiratman ditugaskan
mendampingi Misi Pampasan Perang Republik Indonesia (MISPRI) selama dua
bulan ke Tokyo untuk memeriksa perencanaan Jembatan Musi (sekarang Jembatan
Ampera) di Palembang yang dibuat oleh Fuji Car Manufacturing Co. Ltd.Pada tahun
1963 Wiratman dipindahkan ke Perusahaan Negara Indah Karya, sebuah biro
perencana di bawah Departemen PUTL. Mula-mula bertugas sebagai ahli teknik
biasa, kemudian tahun 1965 - 1970 diangkat menjadi Direktur. Salah satu pekerjaan
penting yang ditangani sewaktu di Indah Karya adalah perencanaan awal jalan tol
pertama di Indonesia, yaitu jalan tol Jakarta Bogor Ciawi (Jagorawi).
Pada bulan Desember 1968 s/d Oktober 1969 ditugaskan untuk belajar ke Inggris
dengan beasiswa dari Colombo Plan, ditempatkan di perusahaan konsultan
ternama Scott Wilson & Kirkpatrick. Waktu itu Wiratman diikut sertakan dalam tim
perencana Hongkong Cross-Harbour Tunel I. Sekembalinya dari Inggris tahun 1970
Wiratman mendapat tugas baru di Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan
(LPMB) di bawah Direktorat Jendral Cipta Karya, Dep. PUTL di Bandung, dengan
dua tugas pokok yaitu (1) menyusun konsep Peraturan Beton Bertulang Indonesia
(PBI) baru, yang secara resmi diterbitkan oleh Dep. PUTL sebagai PBI 1971 dan (2)
menjadi Supervisor dan Ketua Tim Evaluasi perencanaan dan pelaksanaan Proyek
Gedung Wisma Nusantara (30 tingkat) sebagai gedung tinggi pertama di Indonesia
dan Hotel President (11 tingkat) di Jakarta, mewakili Direktorat Jenderal Cipta
Karya.
Pada bulan Juli 1972 Gubernur Ali Sadikin membentuk suatu tim penasehat yang
disebut Tim Penasehat Konstruksi Bangunan (TPKB) di bawah Dinas Tata Kota
dengan ketua yang pertama Prof. Dr.Ir. Roosseno dan Wiratman Wangsadinata
sebagai Wakil Ketua. Selanjutnya Wiratman menjadi Ketua untuk 2 (dua) periode
(1988 - 1994).
Atas permintaan Prof. Roosseno selaku Ketua Badan Pemugaran Candi Borobudur
(BPCB), mulai bulan Oktober 1973 Wiratman didudukkan sebagai Staf Ahli pada
Proyek Pemugaran Candi Borobudur di bawah Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan yang disponsori oleh UNESCO sampai dengan selesai pada tahun 1983.
Pada tanggal 16 Nopember 1976 Wiratman mendirikan perusahaan konsultan
sendiri dengan nama PT Wiratman & Associates dan melalui perusahaan konsultan
multidisipliner ini Wiratman berkarya untuk kepentingan Nasional dan
Internasional.
Bersama tim di Wiratman & Associates, karya di bidang perencanaan gedung tinggi
adalah antara lain Wisma Harapan Building (17 lantai), Gedung Dep. Perindustrian (20
lantai), Gedung Gunung Sewu Kencana (20 lantai), Wisma Bumi Putera (22 lantai),
Gedung Ratu Plaza (32 lantai + 1 basement), Perluasan Hotel Hyatt Aryaduta (18
lantai), Gedung Wisma Antara (21 lantai), Gedung Bank Duta (22 lantai + 1 basement),
Gedung Wisma Dharmala (20 lantai), Gedung Perkantoran BAPINDO (31 lantai), Niaga
Tower (28 lantai + 3 basement), Thamrin Tower (28 lantai), Gedung Bank Bumi Daya
(32 lantai + 1 basement), Gedung Landmark (33 lantai), Hotel Shangrila (32 lantai)
Bakrie Tower Rasuna Epicentrum, Jakarta (50 lt + 4 besmen), di Jakarta dan Garden
Hotel (17 lantai), Surabaya, Sudirman Place, Jalan Jend. Sudirman (Apartemen 44
lantai, Office 8 lantai, Shopping Mall 7 lantai, Basement 5 lantai), Senayan Residence,
Jalan Patal Senayan, Jakarta (3 tower masing-masing 25 lantai, Basement 2 lantai),
Thamrin Exchange Square (Apartment: 30 lantai, Office: 25 lantai, Retail: 5 lantai, 6
basemen), Kelapa Gading Square (Town House 5 tower, 6-14 lt + 2 besmen, Ruko 4 lt,
Apartemen 5 tower, 32 lt + 2 podium 5 lt + 2 besmen, Mall 8 lt + Bang. Parkir 11 lt, 2
besmen, City Home, Tower 25 lt, Podium 3 lt, 2 besmen), Essence of Dharmawangsa
(30 lantai, 2 besmen), Senayan Office II (28 lantai, 1 besmen), Pluit Junction (8 lantai, 1
besmen, 1 semibesmen), Senen Jaya (9 lantai, 4 besmen), The Grove Rasuna
Epicentrum, (Menara 3: 39 lt + 3 besmen, Menara 4: 32 lt + 3 besmen, Hotel: 12 lt + 3
besmen, Media Walk), Bakrie Tower Rasuna Epicentrum (50 lt + 4 besmen), Lifestyle
Rasuna Epicentrum, Jakarta (6 lt + 3 besmen).
Karya di bidang Perencanaan arsitektur, adalah antara lain Thamrin Tower, Jalan MH
Thamrin, Perluasan Aryaduta Hyatt Hotel, Gedung Kedutaan Besar Singapore di
Jakarta, Kampus Politeknik Universitas Andalas di Padang, Gedunggedung pendidikan
Balai Pendidikan dan Latihan Dep. Pertanian di seluruh P. Jawa, Renovasi President
Hotel dan Nusantara Building, Jalan MH Thamrin, Gedung Kedutaan Besar USSR,
Gedung Kedutaan Besar Singapore, Gedung Kedutaan Besar Jepang, Jakarta, Grand
Aston Vila, Nusa Dua Wisata, Bali, Renovasi Kantor Gubernur Maluku, Ambon, Gedung
BCA Pluit Kencana, Perluasan Gedung Kantor Perum Angkasa Pura 2, Bandara
Soekarno-Hatta, Cengkareng, Gedung Telkomsel, Gedung Terminal Bandar Udara
Internasional Kualanamu di Medan.
Karya di bidang Studi, perencanaan bandara dan pelabuhan, antara lain proyek
Pelabuhan Belawan di Medan, Pelabuhan Sekupang di Pulau Batam, Pelabuhan
Tanjung Priok, Pelabuhan Batu Bara Pulau Batam, Pelabuhan PN Timah di Pulau
Kundur, Pelabuhan Terminal Batu Bara Tarahan, Pelabuhan Perintis Amahai
(Ambon), Pelabuhan Samarinda, Marginal Wharf Cigading, Pelabuhan Tanjung Mas
di Semarang, Pelabuhan Kupang di Kupang NTT dan Bitung di Manado, Tanjung
Priok di Jakarta .
Karya di bidang studi, perencanaan dan pengawasan pelaksanaan bidang ketenagaan,
antara lain proyek PLTA 3 lokasi (Kusan, Merangin, Ketaun), Kalimantan Selatan, PLTA
Riam Kiwa, Sumatera Barat, PLTA 21 lokasi (Cikaso, Cibuni, Rajamandala, Cipasang,
Rawalo, Gintung, Girindulu), Jawa Barat dan Jawa Tengah, PLTA Ciliman, PLTA Jati
Gede, PLTA Asahan I, PLTU Paiton, PLTA Tanggari I & II, Sulawesi, PLTA Cibuni, Jawa
Barat, PLTU Jawa Tengah, PLTU Ombilin, Sumatera Barat, PLTA Koto Panjang,
Sumatera Barat, PLTA Mrica, Jawa Tengah, PLTA Bakaru, Sulawesi, PLTU Bukit Asam,
Sumatera Barat, PLTP Kamojang, PLTP Patuha, PLTU Kaltim-Teluk Balikpapan, PLTA
Tabang di Kalimantan Timur.
Karya di bidang perencanaan dan pengawasan pelaksanaan infrastruktur adalah,
antara lain proyek peningkatan Jalan di Irian Jaya, Sulawesi dan Nusa Tenggara Timur,
Peningkatan Jalan Sumatera Barat, Jaringan Jalan PLTA Mrica, Jalan Raya Tuppu
Garugu (PLTA Bakaru), Jalan Tol Padalarang-Cileunyi, Jalan Tol Cawang-Tanjung Priok,
Jalan Tol Cipularang (Cikampek-Purwakarta-Padalarang), Manajemen Konstruksi
untuk Jalan di Bahodopi INCO, DED Dili Main Road di Timor Leste, sarana angkutan
umum bawah tanah (MRT Project), Blok M Bundaran Hotel Indonesia sepanjang 15
km.
Karya di bidang studi, perencanaan bidang perairan dan irigasi adalah, antara lain
proyek Bendung Bontomanai dan Padang Sapa, Bendung Wai Bini (Pulau Buru),
Pengembangan Air Tanah Jawa Timur, Potensi Hidro Sulawesi Selatan, Sulawesi
Tengah dan Kalimantan Timur, Jaringan Irigasi Tertier Sulawesi Selatan, Jawa Tengah
dan Jawa Barat, Jaringan Irigasi dan Bendung Rentang Baru, Irigasi Sederhana Sulawesi
Selatan dan Nusa Tenggara Barat, Pengendalian Banjir DKI Jakarta, Operation &
Maintenance Jatiluhur. Studi, perencanaan dan pengawasan pelaksanaan Bendungan
Keuliling di Prop. Nanggroe Aceh Darussalam, Bendungan Jatigede di Sumedang Jawa
Barat, Bendungan Bintang Bano di Sumbawa Barat, Bendungan Jamboaye di Aceh.
Karya di bidang penyelidikan geoteknik hidrografi dan pemetaan, adalah antara lain
untuk proyek Irigasi Teluk Lada, Proyek Irigasi Siluas, Proyek Irigasi Sampean Baru,
Pusat Aromatik Pulau Bunyu, Pelabuhan PLTU Paiton, Proyek PLTU Jawa Tengah.
Karya di bidang pekerjaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dan kajian
lingkungan adalah antara lain untuk beberapa pembangkit listrik, pelabuhan, bandar
udara, rumah sakit, tambang, kawasan industri, irigasi dan jalan.
Sampai dengan saat ini, Wiratman & Associates sebagai konsultan perencana sudah
menyelesaikan lebih dari 4100 proyek pembangunan di seluruh Indonesia. Selain itu
Wiratman telah terlibat penuh dalam penyusunan beberapa peraturan yang
berhubungan dengan Perencanaan Bangunan dan dikenal sebagai Ahli Beton, Ahli
Gempa, Ahli Gedung Tinggi serta Ahli Jembatan.
Pada tanggal 18 April 1992 dalam usia 57 tahun Wiratman meraih gelar Doktor dari
Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan predikat Cum Laude. Pada bulan Desember
1995 dengan SK Menteri P & K (pada waktu itu dijabat oleh Prof. Dr. Ing. Wardiman
Djojonegoro), Wiratman diangkat menjadi Guru Besar ITB sampai purna bakti tahun
2005.
Selanjutnya, pada tahun 2005 menjadi Guru Besar Emeritus di Universitas
Tarumanagara.
Saat ini Wiratman dan tim sedang mempersiapkan Studi Kelayakan (termasuk Basic
Design) Jembatan Selat Sunda yang akan menjadi salah satu landmark penting di
Indonesia.