Anda di halaman 1dari 23

PP-IPTEK

A. Pusat Pergaan Ilmu Pungatahuan & Teknologi


( PP-IPTEK )
PP-IPTEK ( Pusat Peragaan Ilmu
Pengetahuan & Teknologi ) yang berda di wilayah
Timur TMII ini merupakan Science Center pertama
di Indonesia, serta salah satu sarana pendidikan
luar sekolah yqang didalam nnya terdapat
perpaduan antara pengetahuan dengan unsur
hiburan untuk mrmerkenalkaniptek kepada
masyarakat segala usia dengan mudah, menarik
dan berkesan melalui berbagai kegiatan peragaan
interaktif yang dapat disentuh dan juga dapat
dimainkan. Dengan adanya kegiatan peragaan
interaktif ini, dapat menumbuhkan suatu pemikiran
tentang APA, MENGAPA dan BAGAIMANA iptek
digali dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan
manusia.
Dalam hal ini PP-IPTEK memiliki Visai dan Misi
yang dapat m,enunjang daam hal iptek :
Visi PP-IPEK adalah untuk mencerdaskan
masyarakat indonesia melalui pemahaman iptek.
Misi PP-IPTEK adalah memupuk para generasi
penerus bangsa agar memiliki rasa syukur dan
senang dalam mengamati dan mempelajari

fenomrna alam dilingkungan sekitar dan


perkembangan iptek yang mengiringinya, sehingga
tumbuh rasa cinta terhadap iptek dalam diri
generasi penerus.
B. Sejarah Pendirian PP-IPTEK
Gagasan pendirian PP-IPTEK muncul
bersama dengan pembangunan kompleks
PUSPIPTEK ( pusat penelitian ilmu pengetahuan &
teknologi ) di serpong, jawa Barat tahun 1978.
namun gagasan ini tidak di kembangkan lebih
lanjut karena PUSPIPTEK dikhususkan untuk
penyediaan wahana penelitian dan perkembangan
yang tisak bersifat untuk umum.
Pada tahun 1984, Menristek atas persetujuan ua
BP3-TMII kemudian mengambil kebijaksanaan
untuk pebangunan PP-IPTEK di TMII. Berdasarkan
Surat Keputusa ( SK ) Menristek di bentuk
kelompok kerja yaiti kelompok kerja Science
Center untuk melekukan pengkajian ulang
menyangkut : konsep dasar pembangunan, teme
tema peragaan, sistem pengolahan, arsitektur dan
untuk mempelajari serta menyempurnakan
rancangan PP-IPTEK dan study perbandingan.
Baru beberapqa tahun kemudian tahun 1987
kerjasama dengan prancis dalam pengembangan

rencana induk PP-IPTEK dilakukan pada bulan


Desember tahun 1986 s.d juni tahun 1987,
kerjasama panitia Science Center diperkenalkan
kepada masyarakat. Kemudian berita
pembangunan PP-IPTEK ramai di bicarakan media
masa. Disisi lain keuangan negara pada saat itu
tidak memungkinkan untuk merealisasi progrwm
PP-IPTEK sessuai dengan yang tertera dalam
rencana induk Mei 1987, Karena dipandang perlu
untuk melaksanakn pembangunan PP-IPTEK secara
bertahap.
Pada tahun 1987 dilakukan usaha pengenalan
IPTEK kepada masyarakat luas melalui
penyelenggaraan pameran Fisika Dan Matematika
dengan bekrja sama denga prancis di gedung
pengelolaan TMII. Pameran dibuka oleh Menteri P
dan K ( Prof. Dr. Faud Hasan ) dan Asisten Menteri
Riset dan Teknologi ( Prof. Dr . Didin S .
Sastrapraja ), mewakili MENRISTEK. Dari bulan
januari tahun 1988 1990 digelar peragaan di
bidang IPA di istana anak anak indonesia di TMII
sebagai hasil kerjasama dengan Fakultas
Pendidikan Mtematika dan IPA , IKIP Jakarta.
Pada tanggal 20 April 1991 diresmikanlah gedung
dementara PP-IPTEK, seluas 1000 m2 oleh Presiden
Soeharto yang berlokasi di gedung SKYLIFT TMII
yang sudah mengalami renovasi.

Pada tanggal 26 Januari 1994 awal pembangunan


PP-IPTEK yang permanen seluas 20.000 m2 di
laksanakan, Ibu Tien Soeharto selaku pelindung
melakukan awal pengeboran untuk tiang utama
pondasi, disaksikan oleh pejabat negara bidang
Iptek, diantaranya : MENRISTEK , Dirjen Badan
Tenaga Atom Nasional & Ketua LIPI, General
Manager TMII serta tamu undangan. Gedung PPIPTEK yang permwanen ini memperoleh lokasi
utma di TMII, yaitu poros kompleks TMII
menghadap Plaza Perdamaian.
Tujuan dan Sasaran didirikannya PP-IPTEK adalah :
R Untuk menggugah kesadaran & menumbuhkan
apresiasi masyarakat terhadap peranan iptek
dalam kehidupan modern.
R Untuk mendorong timbulnya rasa keingintahuan
( coriosity )
R Untuk memberikan gambaran adanya kaitan
antara hasil pengembangan iptek dengan
kemajuan dinia industri dalam kehidupan sehari
hari.
C. Kegiatan dan Alat Peraga di PP-IPTEK
Peragaan Iptek berlokasi di wilayah timur
kompleks TMII, tepatnya di sebelah selatan Taman
burung / sebelah barat Monumen KTT Gerakan Non
Blok TMII. Keberadaan peragaan Iptek yang

menempati areal tanah seluas 42.300 meter2


dengan luas lantai bangunan 24.000 meter2 yang
mudah di temukan oleh pengunjung TMII karena
wujud bangunannya yang khas dan memberi kesan
berbeda dengan bangunan sekitarnya. Selain itu PP
IPTEK ini juga terkenal dengan kegiatan-kegiatan
dan alat-alat peragaan Iptek yang dapat
dimainkan, yaitu sbb:
Kegiatan Peragaan PP IPTEK
Kegiatan utama dari pusat peragaan ilmu
pengetahuan dan teknologi ini adalah menyajikan
berbagai peragaan Iptek yang dapat di indera
pengunjung, interaktif dan dapat di sentuh serta
dimainkan. Selain itu PP IPTEK ini dilengkapi
kegiatan penunjang yaitu menyelenggarakan
berbagai kegiatan khusus ditujukan bagi siswasiswi dari tingkat SD-SMA / SMU, seperti: Kegiatan
sanggar kerja, Demontrasi Iptek, Sains fair,
Kegiatan ilmiah, Sabtu-Minggu, Lokakarya Iptek
siswa dan kegiatan ilmiah lainnya yang
berhubungan dengan Iptek.

MASJID ISTIQLAL
Masjid
Istiqlal adalah
masjid negara
Republik
Indonesia yang terletak di pusat ibukota Jakarta. Masjid

Istiqlal
merupakan
masjid
terbesar
di
Asia
Tenggara. Pembangunan masjid ini diprakarsai oleh
Presiden Republik Indonesia saat itu, Ir. Soekarno.
Dimulai dengan terbentuknya Pengurus Harian Yayasan
Masjid Istiqlal pada tanggal 7 Desember 1954, dengan
Ketua Umum H. Anwar Tjokroaminoto. Pembentukan
Yayasan Masjid Istiqlal merupakan kesepakatan dalam
pertemuan yang dihadiri sekitar 200 orang ulama dan
tokoh-tokoh Islam seluruh Jakarta Raya di bawah
pimpinan K.H. Taufiqurrahman (seorang tokoh Masyumi).
Pada 22 Februari 1955 diumumkan melalui surat kabar
Sayembara Rencana Gambar Masjid Istiqlal. Ketua
Panitia Sayembara ialah Mr. Assaat (mantan Presiden
Negara Bagian RI yang berkedudukan di Yogyakarta, dulu
Ketua Panitia Pembangunan Masjid Syuhada), dan Ketua
Dewan Juri Presiden Republik Indonesia Ir. Soekarno.
Pemenang pertama sayembara adalah arsitek Frederich
Silaban (seorang Kristen Protestan), memakai sandi
Ketuhanan. Pemenang kedua adalah R. Oetoyo,
memakai sandi Istighfar. Pemenang ketiga adalah Hans
Groenewegen dengan sandi Salam. Pemenang keempat
dan kelima, masing-masing lima orang Mahasiswa ITB,
memakai sandi Ilham, dan tiga orang Mahasiswa ITB,
memakai sandi Khatulistiwa. Dewan Juri memutuskan
karya arsitek Frederich Silaban sebagai pemenang,
dengan catatan gambar tersebut harus disempurnakan.
Pemancangan
batu
pertama,
sebagai
tanda
dimulainya pembangunan Masjid Istiqlal dilakukan oleh
Presiden Soekarno dalam upacara resmi, pada hari Kamis

tanggal 24 Agustus 1961. Pembangunan Masjid Istiqlal


berjalan lambat dan terhenti sampai bergantinya
pemerintahan Presiden Soekarno (orde lama). Panitia
Pembangunan Masjid yang ditetapkan dengan Keputusan
Presiden RI beberapa kali diganti. Pada tahun 1969
bangunan masjid masih merupakan pilar-pilar beton yang
tegak berdiri tanpa atap. Proses Pembangunan Masjid
Istiqlal dilanjutkan kembali pada masa pemerintahan orde
baru. Presiden Soeharto turun tangan selaku Ketua
Penyantun Masjid Istiqlal dengan menyediakan anggaran
pembangunan sejak Pelita I hingga Pelita II.
Peresmian penggunaan Masjid Istiqlal dilakukan oleh
Presiden Soeharto pada tanggal 22 Februari 1978.
Sebelum peresmiannya, untuk pertama kalinya Presiden
Soeharto bersama para menteri dan ribuan umat Islam di
Jakarta telah melaksanakan shalat Idul Fitri di Masjid
Istiqlal pada tanggal 30 November 1970 (1 Syawal 1390).
Lokasi kompleks masjid ini berada di bekas Taman
Wilhelmina, di timur laut lapangan Medan Merdeka yang
ditengahnya berdiri Monumen Nasional (Monas). Di
seberang timur masjid ini berdiri Gereja Katedral Jakarta.
Bangunan utama masjid ini terdiri dari lima lantai dan satu
lantai dasar. Masjid ini memiliki gaya arsitektur modern
dengan dinding dan lantai berlapis marmer, dihiasi
ornamen geometrik dari baja antikarat. Bangunan utama
masjid dimahkotai satu kubah besar berdiameter 45 meter
yang ditopang 12 tiang besar. Menara tunggal setinggi
total 96,66 meter menjulang di sudut selatan selasar

masjid. Masjid ini mampu menampung lebih dari dua ratus


ribu jamaah.
Selain digunakan sebagai aktivitas ibadah umat
Islam, masjid ini juga digunakan sebagai kantor berbagai
organisasi Islam di Indonesia, aktivitas sosial, dan
kegiatan umum. Masjid ini juga menjadi salah satu daya
tarik wisata yang terkenal di Jakarta. Kebanyakan
wisatawan yang berkunjung umumnya wisatawan
domestik, dan sebagian wisatawan asing yang beragama
Islam. Sering kali Masjid Istiqlal mendapat kunjungan dari
tamu-tamu negara mulai dari Presiden, Pedana Menteri
sampai dengan para Duta Besar negara-negara sahabat.
Masyarakat non-Muslim secara umum juga dapat
berkunjung ke masjid ini setelah sebelumnya mendapat
pembekalan informasi mengenai Islam dan Masjid Istiqlal,
meskipun demikian bagian yang boleh dikunjungi kaum
non-Muslim terbatas dan harus didampingi pemandu.
Pada setiap hari besar Islam seperti Ramadhan, Idul
Fitri, Idul Adha, Tahun Baru Hijriah, Maulid Nabi
Muhammad dan Isra Mi'raj, Presiden Republik Indonesia
selalu mengadakan kegiatan keagamaan di masjid ini
yang disiarkan secara langsung melalui televisi nasional
(TVRI) dan sebagian televisi swasta. (Adm.Simas/fa)

Partai Syarikat Islam mengadakan pertemuan


dengan sejumlah tokoh Islam di Deca Park, sebuah

gedung pertemuan di jalan Merdeka Utara, tidak


jauh dari Istana Merdeka. Pertemuan dipimpin
oleh KH. Taufiqurrahman, yang membahas
rencana pembangunan masjid.
Gedung pertemuan yang bersebelahan dengan
Istana Merdeka itu, kini tinggal sejarah. Deca Park
dan beberapa gedung lainnya tergusur saat proyek
pembangunan Monumen Nasional (Monas) dimulai.
Masjid tersebut disepakati akan diberi nama
Istiqlal. Secara harfiah, kata Istiqlal berasal dari
bahasa Arab yang berarti: kebebasan, lepas atau
kemerdekaan, yang secara istilah menggambarkan
rasa syukur kepada Allah SWT atas limpahan
rahmat berupa kemerdekaan bangsa.

Pembentukan Panitia
Pada pertemuan di gedung Deca Park tersebut,
secara mufakat disepakati H. Anwar Tjokroaminoto
sebagai ketua Yayasan Masjid Istiqlal. Beliau juga
ditunjuk secara mufakat sebagai ketua panitia
pembangunan Masjid Istiqlal, meskipun beliau
terlambat hadir karena baru kembali ke tanah air
setelah bertugas sebagai delegasi Indonesia ke

Jepang membicarakan masalah pampasan perang


saat itu.
Pada tahun 1953, Panita Pembangunan Masjid
Istiqlal, melaporkan rencana pembangunan masjid
itu kepada kepala negara. Presiden Soekarno
menyambut baik rencana tersebut, bahkan akan
membantu sepenuhnya pembangunan Masjid
Istiqlal. Kemudian Yayasan Masjid Istiqlal disahkan
dihadapan notaris Elisa Pondag pada tanggal 7
Desember 1954.
Presiden Soekarno mulai aktif dalam proyek
pembangunan Masjid Istiqlal sejak beliau ditunjuk
sebagai Ketua Dewan Juri dalam Sayembara maket
Masjid Istiqlal yang diumumkan melalui surat kabar
dan media lainnya pada tanggal 22 Pebruari 1955.
Melalui pengumuman tersebut, para arsitek baik
perorangan maupun kelembagaan diundang untuk
turut serta dalam sayembara itu.

Penentuan Lokasi
Terjadi perbedaan pendapat mengenai rencana

lokasi pembangunan Masjid Istiqlal. Ir.H.


Mohammad Hatta (Wakil Presiden RI) berpendapat
bahwa lokasi yang paling tepat untuk
pembangunan Masjid Istiqlal tersebut adalah di Jl.
Moh. Husni Thamrin yang kini menjadi lokasi Hotel
Indonesia. Dengan pertimbangan lokasi tersebut
berada di lingkungan masyarakat Muslim dan
waktu itu belum ada bangunan di atasnya.
Sementara itu, Ir. Soekarno (Presiden RI)
mengusulkan lokasi pembangunan Masjid Istiqlal di
Taman Wilhelmina, yang di bawahnya terdapat
reruntuhan benteng Belanda dan dikelilingi oleh
bangunan-bangunan pemerintah dan pusat-pusat
perdagangan serta dekat dengan Istana Merdeka.
Hal ini sesuai dengan simbol kekuasaan kraton di
Jawa dan daerah-daerah di Indonesia bahwa masjid
selalu berdekatan dengan kraton.
Pendapat H. Moh. Hatta tersebut akan lebih hemat
karena tidak akan mengeluarkan biaya untuk
penggusuran bangunan-bangunan yang ada di atas
dan di sekitar lokasi. Namun, setelah dilakukan
musyawarah, akhirnya ditetapkan lokasi
pembangunan Masjid Istiqlal di Taman Wilhelmina
bekas benteng Belanda.

Sayembara Maket
Dewan Juri sayembara maket Masjid Istiqlal, terdiri
dari para Arsitek dan Ulama terkenal. Susunan
Dewan Juri adalah Presiden Soekarno sebagai
ketua, dengan anggotanya Ir. Roeseno, Ir. Djuanda,
Ir. Suwardi, Ir. R. Ukar Bratakusumah, Rd.
Soeratmoko, H. Abdul Malik Karim Amrullah
(HAMKA), H. Abu Bakar Aceh, dan Oemar Husein
Amin.
Sayembara berlangsung mulai tanggal 22 Februari
1955 sampai dengan 30 Mei 1955. Sambutan
masyarakat sangat menggembirakan, tergambar
dari banyaknya peminat hingga mencapai 30
peserta. Dari jumlah tersebut, terdapat 27 peserta
yang menyerahkan sketsa dan maketnya, dan
hanya 22 peserta yang memenuhi persyaratan
lomba.
Setelah dewan juri menilai dan mengevaluasi,
akhirnya ditetapkanlah 5 (lima) peserta sebagai
nominator. Lima peserta tersebut adalah:
Pemenang Pertama: Fredrerich Silaban dengan
disain bersandi KETUHANAN

Pemenang Kedua: R. Utoyo dengan disain bersandi


ISTIGFAR
Pemenang Ketiga: Hans Gronewegen dengan disain
bersandi SALAM
Pemenang Keempat: 5 orang mahasiswa ITB
dengan disain bersandi ILHAM
Pemenang Kelima: adalah 3 orang mahasiswa ITB
dengan disain bersandi KHATULISTIWA dan NV.
Associatie dengan sandi LIMA ARAB
Pada tanggal 5 Juli 1955, Dewan Juri menetapkan F.
Silaban sebagai pemenang pertama. Penetapan
tersebut dilakukan di Istana Merdeka, sekaligus
menganugerahkan sebuah medali emas 75 gram
dan uang Rp. 25.000. Pemenang kedua, ketiga,
dan keempat diberikan hadiah. Dan seluruh
peserta mendapat sertifikat penghargaan.
Pemasangan tiang pancang
Pemancangan tiang pertama dilakukan oleh
Presiden Ir. Soekarno pada tanggal 24 Agustus
1961 bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi
Muhammad SAW, disaksikan oleh ribuan ummat
Islam.
Selanjutnya pelaksanaan pembangunan masjid ini

tidak berjalan lancar. Sejak direncanakan pada


tahun 1950 sampai dengan 1965 tidak mengalami
banyak kemajuan. Proyek ini tersendat, karena
situasi politik yang kurang kondusif.
Pada masa itu, berlaku demokrasi parlementer,
partai-partai politik saling bertikai untuk
memperjuangkan kepentingannya masing-masing.
Kondisi ini memuncak pada tahun 1965 saat
meletus peristiwa G30S/PKI, sehingga
pembangunan masjid terhenti sama sekali.
Setelah situasi politik mereda,pada tahun 1966,
Menteri Agama KH. M. Dahlan mempelopori
kembali pembangunan masjid ini. Kepengurusan
dipegang oleh KH. Idham Chalid yang bertindak
sebagai Koordinator Panitia Nasional Pembangunan
Masjid Istiqlal.

Peresmian
Tujuh belas tahun kemudian, Masjid Istiqlal selesai
dibangun. Dimulai pada tanggal 24 Agustus 1961,
dan diresmikan penggunaannya oleh Presiden
Soeharto pada tanggal 22 Februari 1978, ditandai

dengan prasasti yang dipasang di area tangga


pintu As-Salam.
Konstruksi Bangunan:
Tiang pancang seluruhnya 5.138 tiang, termasuk
180 tiang pada gedung pendahuluan.
Seluruh Bangunan, konstruksi Beton Bertulang.
Lantai dan dinding baik dalam maupun luar
seluruhnya terbuat dari Marmer, kecuali lantai
teras raksasa.
Plafond seluruhnya yaitu balkon, borde tangga,
jendela, terawang, lisplank, kusen, dan tempat
wudlu
seluruhnya terbuat dari stainles steel, seberat 377
ton.
Kubah bebrbentuk setengah bola dengan
fasilitas:
Kerangk polyhendra eks Jerman Barat
Konstruksi Beton bertulang garis tengah 45 meter
Ditunjang 12 Tiang kolom bergaris tengah 2,5
meter, dihubungkan denga beton ring berukuran
2,45 meter

Dipuncak Kubah dipasang lambang bulan Bintang


terbuat dari stainlees steel tinggi tiang 17 meter,.
Bergaris tengah 3 meter, berat seluruhya 2,5 ton.
Kubah kecil diatas gedung pendahuluan bergaris
tengah 8 meter
Menara, letaknya disebelah timur dengan
ketinggian 66,66 meter (melambangkan jumlah
ayat alquran. Puncak menara dengan ketinggian
30 meter dan berat 28 ton terletak diatas tempat
azan.
Bagian Gedung/Bangunan Masjid Istiqlal:
Gedung Induk/ Utama da Balkon bertingkat lima
adalah tempat sholat
Gedung pendahuluan
Gedung penghubug
Teras raksasa di lantai dua, luasnya 19.800 m2.
Koridor di lantai dua
Lantai dasar tempat perkantoran, seluas 25.000
m2
Pintu gerbang masuk areal masjid Istiqlal, terdiri
dari;

Sebelah Selatan

: 3 buah

Sebelah Timur

: 1 buah

Sebelah Utara

: 3 buah

Pintu Masuk masjid Istiqlal


Sebelah barat: Pintu Al-malik (Pintu VIP) No 26
Sebelah selatan: Pintu Ar-Rahman (no. 31), Pintu Ar
Rozak (no. 14), Pintu Al Ghafar (no.19)

Tangga masuk gerbang Utama

Jumlah tangga menuju lantai utama sebanyak 11


buah, tiga diantaranya berukuran besar,
berfungsi sebagai tangga utama.
Tiga buah tagga berukuran besar berukuran lebar
15 m
Delapan buah tangga berukuran lebar 3n
Lift khusus penyandang cacat
Bangunan Penunjang Lainnya

Gedung tempat pemotongan hewan Qurban,


sebelah Timur masjid seluas 144 m2
Gedung jaga satpam dan Wartel sebelah utara
masjid seluas 50 m2.
Pos jaga satpam, disebelah Timur dan Selatan
masjid

Sarana dan Prasarana masjid Istiqlal


1. Sarana penunjang kebersihan
Tempat wudlu ada 600 kran, dapat melayani
600 jamaah secara bersamaan
52
12
28

Kamar mandi dan WC tertutup rapat sebanyak


Kamar terdiri atas; Emper Barat dekat menara
kamar, Emper Selatan 12 kamar, Emper Timur
Kamar

Lokasi Urinoir ada dua tempat yang dapat


menampung kurang lebih 80 Orang
Sumur Artetis ada tiga buah untuk penyediaan
air bersih, berkapasitas 600 liter permenit

- Air Pam untuk penyediaan air bersih,


berkapasitas 0,117 m3 permenit atau perbulan
berkapasitas5,065 M3.
2. Sarana penerangan
- Sarana penerangan listrik bekerjasama dengan
PLN, dilengkapi 1 gardu berkapasitas 1.730 KVA.
Untuk menagglangi pemadaman arus listrik dari
PLN disediakan 3 buah generator: 2 buah
berkekuatan 100 KVA, dan 1 buah berkekuatan 500
KVA.
Daya yang terpakai rata-rata 151,32 KVA =
151.320 Watt
AC central 330 unit dengan kapasitas 10.110
KVA
Lampu TL sebanyak 5.325 Unit = 213
KVA/213.000 Watt
3. Sarana Penunjang Kemanan
- Metal detektor untuk ceking benda terlarang di
dalam badan dan juga barang bawaan.
- Miror detektor untuk ceking benda terlarang
didalam mobil

- Security door khusus untuk ceking benda


terlarang yang mungkin ada pada badan/ pakaian
seseorang
- HT yang digunakan untuk komunikasi petugas
satpam.
Daya Tampung Masjid
Untuk shalat berjamaah seluruhnya dapat
menampung 200.000 jamaah dengan rincian;
- Gedung Induk/Utama : 61.000 jamaah
- Gedung Pendahuluan : 8.000 jamaah
- Teras raksasa

: 50.000 jamaah

- Koridor dan tempat ainya : 81.000 jamaah


Daya tampung pelataran parkir, dapat menampung
800 kendaraan.
Perkantoran, Ruag sidang, Ruang tunggu, Ruang

Pelaksana teknis lainnya menempati lantaidasar


seluas 25.000 M2.
Kantor badan pelaksana pengelola Masjid Istiqlal
(BPPMI)
Lembaga kegamaan yang berkantor di masjid
istiqlal;
-

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat

Dewan masjid Indonesia (DMI) pusat

Dewan penseht pembinaan dan pelestarian


perkawinan Pusat (BP4) Pusat
Badan komunikasi pemuda remaja masjid
Indonesia (BKPRMI)
Lembaga pengembangan Tilawatil Quran
(LPTQ) tingkat nasional
-

Pusat perpustakan Islam Indonesia (PPII)

Terjemah Alquran selama 40 jam

Badan pembina Rohani islam (BABINROHIS)

Himpunan Seni dan Budaya Islam (HSBI)

Ikatan persaudaraan Qori Qoriah hafiz


hafizah Indonesia (IPQOH)
-

Kantor tabloid jumat

Badan musyawarah Organisasi Islam wanita


Indonesia (BMOIWI)
Kantor Sekertariat majelis Ilmuan Muslim
Muslimah sedunia Cabang Indonesia
Ruang sidang dan aula salah satunya berukuran
18 x 24 m
Ruang tunggu khusus VIP
Unit pelaksana teknis masjid Istiqlal
-

Perpustakaan masjid Istiqlal

Koperasi masjid Istiqlal

Pramuka masjid Istiqlal

Taman kanak-kanak masji Istiqlal

Pengajian

Poliklinik Masjid Istiqlal

KBIH masjid Istiqlal

Bedug dan Kaligrafi

Bedug masjid Istiqlal terbear di Indonesia, dengan


ukuran;
- Garis tengah depan 2 meter
- Garis tengah bgian belakang 1,71 meter
- Panjang 3 meter
- Berat 2.30 ton
- Jenis kayu meranti merah dari Kalimantan Timur
Kaligrafi di ruang utama

Anda mungkin juga menyukai