a.Kebudayaan Etnosentris
Merupakan sebuah faktor penghambat internal yang mana suatu kehidupan kesukuan
yang cenderung menutup diri dari segala perkembangan global yang ada dengan tujuan untuk
mempertahankan nilai-nilai budaya asli.
b.Kurangnya Daya Kreatif dan Inofatif Sumber Daya Manusia
Merupakan sebuah faktor penghambat internal yang turut berdampak pada
perkembangan IPTEK. Faktor ini diakibatkan oleh kurangnya swadaya SDM dan minimnya
kualitas SDM, dalam hal ini kapasitas kreatif dan inofatif yang kurang memadai dapat
memperlambat perkembangan IPTEK.
c.Tingkat Pendidikan yang Rendah
Pendidikan merupakan suatu sarana penting yang bermanfaat bagi perkembangan
IPTEK di suatu negara, karena lewat pendidikannlah ilmu pengetahuan dan juga
penerapannya sampai ke tangan individu maupun kelompok orang. Oleh karena
itu, pendidikan dapat menjadi sebuah penghambat perkembangngan IPTEK apabila taraf
pendidikan rendah. Tingkat pendidikan yang rendah dapat memperlambat transfer ilmu
pengetahuan yang berakibat pada perkembangan IPTEK.
d.Sarana-prasarana Penelitian (Observasi) yang Kurang Memadai
Sarana-prasarana dan infrastruktur juga turut berperan dalam perkembangan IPTEK.
Seperti yang telah diketahui bahwa suatu penilitian(observasi) adalah suatu d asar untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan atau dengan kata lain, lewat sebuah penilitian, ilmu
pengetahuan dapat dirumuskan sesui fakta empiris yang ada. Penilitian juga merupakan
indikator dari perkembangan ilmu pengetahuan dalam suatu peradaban.Apakah peradaban itu
kaya akan ilmu pengetahuan dapat dihitung dari tingkat populasi yang melakukan penelitian
terhadap sebuah teori. Oleh karena itu, sarana-prasarana penelitian yang buruk dapat
menghambat perkembangan IPTEK.
e.Belum adanya Budaya Industrialis dan juga Kesadaran untuk
berobservasi
Budaya industrialis merupakan manifestasi dan IPTEK atau lebih khusus mencakup
teknologi. Semakin tinggi tingkat kegiatan industrialis di dalam suatu negara,
mengindikasikan progres yang baik dari penerapan IPTEK di negara tersebut. Kurangnya
budaya industrialis atau bahkan belum adanya budaya industrialis ini menunjukan bahwa
suatu negara tertinggal secara IPTEK yang ada. Selain itu, kesadaran untuk berobservasi
yang masih kurang dapat menghambat dan mematikan penyebaran dan perkembangan IPTEK
di suatu negara.
f.Kurangnya Tenaga Ahli/Profesional, Pemikiran yang Sempit dan Statis
Kurangnya tenga ahli/profesional diakibatkan dari kurangnya pemberdayaan manusia
khususnya secara kemampuan, nalar, maupun mental. Hal ini dapat mengakibatkan,
kurangnya tenaga yang berkompeten dan terampil dalam memanfaatkan ilmu pengetahuan
dan teknologi, ditambah lagi sebuah paradigma yang sempit dan statis menjadi penunjang
yang paling baik dari faktor ini. oleh karena itu, kurangnya tenaga ahli dapat secara nyata
menghambat perkembangan IPTEK.
Pengertian IPTEK
IPTEK merupakan singkatan dari ‘ilmu pengetahuan dan teknologi, yaitu suatu sumber
informasi yang dapat meningkatkan pengetahuan ataupun wawasan seseorang di bidang
teknologi. IPTEK merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknologi, baik itu
penemuan yang terbaru yang bersangkutan dengan teknologi ataupun perkembangan dibidang
teknologi itu sendiri.
Sejarah Perkembangan IPTEK di Indonesia
Perkembangan ilmu pengetahuan di dunia dimulai pada abad 15 saat munculnya pergerakan
reinesance. Pergerakan ini memiliki tujuan mengembangkan pikiran dan daya cipta manusia.
Melalui pergerakan tersebut, umat manusia bebas menciptakan benda atau karya yang berguna
bagi kehidupan manusia. Hingga abad ke 18 perkembangan IPTEK semakin berkembang pesat
ditandai dengan banyaknya penemuan-penemuan di bidang teknologi.
Di Indonesia sendiri perkembangan IPTEK dimulai sejak jaman penjajahan Belanda. Hal ini
ditandai dengan adanya lembaga pengembangan penelitian yang didirikan oleh pemerintah
Belanda. Lembaga tersebut bernama Lembaga Biologi Molekular Eijkman dan Bataviaasch
Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (BGKW). Lembaga ini banyak berperan dalam
bidang perkembangan pengobatan khususnya pada penyakit tropis. Lembaga ini didirikan oleh
Cristiaan Eijkman pada tahun 1888 berlokasi di Batavia pada masa itu.
Selain lembaga penelitian yang didirikan oleh Belanda, setelah kemerdakaan pemerintah mulai
mendirikan lembaga-lembaga penelitian dan pengembangan teknologi, antara lain :
1. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
Berdirinya LIPI diawali dengan berdirinya Organisasi Penyelidikan dalam Ilmu
Pengetahuan Alam atau OPIPA yang diprakarsai oleh pemerintah Hindia Belanda tahun 1928.
Lembaga ini bertugas hingga tahun 1956 dan pada tahun itu juga pemerintah melalui UU No. 6
tahun 1956 membentuk suatu Majelis Ilmu Pengetahuan Indonesia (MIPI).
Organisasi tersebut memiliki tugas pokok membimbing perkembangan IPTEK serta
memberikan pertimbangan kepada pemerintah dalam hal IPTEK. Kemudian pada tahun 1962
pemerintah membentuk Departemen Urusan Riset Nasional (DURENAS) untuk mengurusi
masalah riset dan MIPI termasuk di dalamnya.
Pada tahun 1966 pemerintah mengubah status DURENAS menjadi Lembaga Riset
Nasional (LEMRENAS), hingga pada tahun 1967 pemerintah meleburkan LEMRENAS dan
MIPI menjadi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Pada intinya LIPI bertanggungjawab atas perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
di Indonesia di berbagai bidang. LIPI memiliki berbagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang
memegang bidangnya masingmasing. Selain melakukan berbagai penelitian, LIPI juga banyak
mengadakan kompetisi ilmiah khususnya bagi kaum remaja dan kaum muda Indonesia.