Hari : Jum’at
Tanggal : 29 Juli 2022
Kepala Sekolah
A. Latar Belakang
Kini siswa lebih mudah mengenali dan kritis untuk menafsirkan kejadian-
kejadian masa silam, berdasarkan rekaman zamannya. Tentunya, pembacaan itu akan
membuahkan hasil belajar yang baik apabila dibekali berbagai pengetahuan (konsep)
teknologi percetakan dan media massa. Tentunya peran media massa dalam sejarah
memegang kapasitas yang sangat kuat untuk menetapkan sebuah isu sosial bagi
khalayak massa untuk diasumsikan dan dibicarakan (McQuail, Denis. 1992. Media
Performance).
Tanpa mengetahui sumber sejarah, sering kali mahasiswa terpaku pada tafsir
sejarah yang telah dibuat demikian baik oleh penulis buku teks, padahal kita dapat
dengan tegas mengoreksi berbagai pandangan yang orang-orang tuliskan dalam
bukunya. Begitulah yang kita miliki, kebebasan berpikir dan berinterpretasi terhadap
suatu peristiwa ketika mengakses secara langsung atau mengetahui sumber sejarah
pertama (primer).
Demikianlah lewat penulisan laporan kunjungan ini, diharapkan dapat
menumbuhkan kesadaran pentingnya perkembangan teknologi komunikasidi kalangan
masyarakat kini. Maka marilah kita lebih mengenal harta karun sejarah yang ada jelas
keadaanya, Monumen Pers Nasional.
B. Waktu dan Tempat
Hari dan Tanggal : Kamis, 29 Juli 2022
Pukul : 09.00 – 11.00 WIB
Tempat : Monumen Pers Nasional, Jl. Gajah Mada No. 29,
Kota Surakarta, Jawa Tengah.
C. Peserta
Peserta yang ikut menghadiri kunjungan ini adalah siswa/ dan siswi kelas X TKJ A, X
TKJ B dan XI TKJ B SMK Muhammadiyah 3 Surakarta. Berjumlah 62 siswa dan siswi
yang datang mengikuti kunjungan monument pers Surakarta.
D. Kegiatan Kunjungan
Suasana yang sejuk dan cerah siswa siswi berjalan menuju Monumen Pers
Nasional di Jalan Gajah Mada yang terletak di sebelah barat Pura Mangkunegaran, tepat
disaat menginjakkan kaki di lokasi untuk yang pertama kalinya bagi saya, saya mulai
tertarik untuk mengabadikan momen disana dengan mengambil beberapa foto sambil
melihat-lihat objek dari luar pintu masuk hingga kedalam gedung Monumen Pers
Nasional. Berjalan menaiki anak-anak tangga yang terlihat estetis yang diapit oleh
patung ular naga raksasa. Secara visual, gedung tersebut terlihat bersih dan tertata rapi
sejak awal memasukinya, berawal dari duduk di ruang utama gedung sambil menonton
video dokumenter mengenai seluk-beluk Monumen Pers Nasional yang berhasil
mengobati rasa penasaran kami. Setelah menonton video dokumenter, kami diberi
selembaran brosur yang berisi informasi tentang Monumen Pers Nasional.
Sebelum itu, kami berkenalan dengan media e-paper di ruang koleksi yang juga
berisikan beberapa buletin, majalah internasional, dan koran-koran dari setiap daerah di
Indonesia, melanjutkan perjalanan kami ke ruang Perpustakaan, dan kemudian
mengakhiri kedatangan kami di ruang proses digitalisasi media cetak.
E. Sejarah Singkat Monumen Pers Nasional
Berawal pada tahun 1933 dinamakan Gedung Societeit Sasana Soeka (awal
sebelum berubah nama menjadi Monumen Pers Nasional), di gedung ini pernah
diadakan rapat yang dipimpin oleh R.M. Ir. Sarsito Mangunkusumo yang melahirkan
stasiun radio baru yang bernama Solosche Vereeniging (SRV) sebagai radio pertama
kaum pribumi dengan semangat kebangsaan. Di gedung ini pula, organisasi profesi
kewartawanan pertama yaitu PWI (Persatuan Waratawan Indonesia) terbetuk pada 9
Februari 1946, tanggal ini ditetapkan sebagai hari lahir Persatuan Wartawan Indonesia
dan Hari Pers Nasional.
Untuk memperingati peristiwa pers bersejarah tersebut, maka PWI dengan restu
presiden dan dukungan pemerintah dan masyarakat, menetapkan bekas gedung “Sasana
Soeka” tersebut untuk dijadikan Monumen Pers Nasional. Semula gedung ini adalah
sebuah societiet miik kerabat Mangkunegaran, gedung ini dibangun atas prakarsa
KGPAA. Sri Mangkunegoro VII, pada tahun 1918 dan diperuntukkan sebagai balai
pertemuan. Gedung ini pernah menjadi Markas Besar Palang Merah Indonesia (PMI).
Pada awal kemerdekaan, tepatnya pada hari Sabtu Pahing 9 Pebruari 1946,
dilaksanakanlah Konferensi Wartawan Pejuang Kemerdekaan Indonesia, yang
melahirkan organisasi profesi kewartawanan dengan nama Persatuan Wartawan
Indonesia dengan Mr. Soemanang terpilih sebagai ketuanya.
Pada peringatan 1 dasawarsa PWI 9 Pebruari 1956, tercetuslah suatu gagasan
mendirikan Yayasan Museum Pers Indonesia. Gagasan ini dicetuskan oleh B.M. Diah,
S. Tahsin, Rosihan Anwar, dan lain-lain, yang akhirnya terwujud pada 22 Mei 1956,
dengan pengurusnya antara lain R.P. Hendro, Kaidono, Sawarno Prodjodikoro, Mr.
Soelistyo, Soebekti, dengan modal utamanya waktu itu koleksi buku dan majalah milik
Soedarjo Tjokrosisworo. Kemudian pada kongres di Palembeng pada tahun 1970
muncullah niat mendirikan “Museum Pers Nasional”.
Akhirnya pada tanggal 9 Pebruari 1978 Presiden Soeharto meresmikan gedung
Societiet Sasana Soeka menjadi Monumen Pers Nasional dengan penanda tanganan
prasasti. Gedung Monumen Pers Nasional tersebut selanjutnya dikelola oleh Yayasan
Pengelola Sarana Pers Nasional yang berada di bawah Departemen Penerangan sesuai
dengan Surat Keputusan Menteri Penerangan RI No.145/KEP/MENPEN/1981 tanggal 7
Agustus 1981. Yayasan ini bertugas mengatur dan mengorganisir fungsi dan
pemeliharaan sarana-sarana Pers Nasional termasuk gedung Dewan Pers di Jakarta dan
Monumen Pers Nasional di Surakarta.
F. Profil dan Koleksi Monumen Pers Nasional
Bangunan bersejarah yang diarsiteki oleh arsitek Jawa modern pertama sang
pionir Mas Abu Kasan Atmodirono ini menyimpan lebih dari satu juta surat kabar dan
majalah sejak masa sebelum dan sesudah Revolusi Nasional Indonesia dari berbagai
daerah di Nusantara. Salah satu tugas monumen pers nasional adalah pendokumentasian
koleksi buku terbit media cetak dari seluruh indonesia baik dimasa sebelum
kemerdekaan ataupun masa kini. Banyak koleksi media cetak utamanya yang terbit
dimasa sebelum kemerdekaan indonesia yang tersimpan di Monumen Pers Nasional.
Karena bahan koleksi media terbuat dari kertas yang sudah tersimpan lebih dari
setengah abad tentu saja kondisinya memprihatinkan.
Jam operasional Monumen Pers Nasional berlangsung pada pukul 08.00 – 16.00
pada hari Senin – Jumat, dan tutup pada hari Sabtu dan Minggu. Terdapat beberapa
ruangan yang bisa dikunjungi pengunjung, diantaranya adalah:
Media
Center
e-paper
Media Center Monumen Pers Nasional dapat dimanfaatkan oleh pengunjung untuk
mengakses internet secara gratis. Pengunjung media center saat ini kebanyakan berasal dari
kalangan mahasiswa, pelajar dan masyarakat umum kota Surakarta. Media center Monumen
Pers Nasional memiliki 9 PC, dilengkapi printer dan scanner. Ruangan dilengkapi dengan
AC dan pencahayaan yang baik sehingga memberikan rasa nyaman bagi pengunjung.
Dengan free hotspot 24 jam nonstop.
Dokumentasi Monumen Pers Nasional menyimpan lebih dari satu juta eksemplar
bukti terbit media cetak dari seluruh Indonesia sejak jaman penjajahan sampai sekarang.
Bukti terbit media berupa surat kabar, majalah dan buletin pers tersebut tertata dirak sesuai
tahun terbit dan penerbitnya. Selain itu tersedia bukti terbit media yang terdigitalisasi yang
dapat dilihat oleh pengunjung melalui touchscreen (layar sentuh).
Perpustakaan
Selain
koleksi
mikrofilm, dan kamera kuno, uniknya, terdapat juga pemancar radio kambing yang
digunakan para pejuang Indonesia di kandang kambing agar tidak tertangkap oleh Kolonial
Belanda dan pemancar radio terjauh dari Kota Solo hingga ke Den Haag demi menyiarkan
tarian srimping yang ditarikan oleh Gusti Nurul kepada Ratu Yuliana dalam acara
pernikahannya dengan Pangeran Den Haag.
Monumen Pers Nasional dengan satu juta lebih koleksi bukti terbit media
menjadi daya tarik tersendiri bagi pelajar, mahasiswa, peneliti maupun masyarakat umum
untuk berkunjung melihat koleksi dan mengambil informasi. Berbagai kunjungan ilmiah
dari sekolah, universitas atau tokoh pemerhati pers dari berbagai daerah di Indonesia
menunjukan pentingnya Monumen Pers Nasional sebagai pusat dokumentasi pers. Untuk
kunjungan rombongan diharapkan terlebih dahulu mengirimkan surat permohonan yang
berisi nama instansi/lembaga, hari dan tanggal kunjungan, serta jumlah pengunjung.
Ruang Digitalisasi
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Monumen Pers Nasional yang mampu munyuguhkan koleksi terbaik dan
sumber daya manusianya yang handal dan kompeten di bidangnya menjadikan gedung
bersejarah ini menjadi ikon pers nasional bahkan internasional.
3.3 Saran
DAFTAR PUSTAKA
https://mpn.kominfo.go.id/index.php/sejarah-monumen-pers-nasional/