Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN

KEGIATAN OUTING CLASS


MATA PELAJARAN
PENJASORKES
SMK MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA
TA. 2022/2023

MAJELIS PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PDM KOTA SURAKARTA


SMK MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA
Jl. Prof. Dr. Supomo No. 51 Telp/Fax. (0271) 716088 Kode Pos 57139
Website : www.smkmuh3solo.ac.id E-mail : smkmuh3ska@yahoo.co.id
2022
PENGESAHAN

Laporan kegiatan Outingclass di Monumen Pers SMK Muhammadiyah 3


Surakarta dalam rangka kegiatan literasi sekolah telah disyahkan/disetujui
pada:

Hari : Jum’at
Tanggal : 29 Juli 2022

Surakarta, 29 Juli 2022

Kepala Sekolah

Fauzi Hidayat, S. Pd., M. Pd.


NIPM. 512 099 159

UNDANGAN DARI MONUMEN PERS


SURAT TUGAS
LAPORAN PELAKSANAAN

A. Latar Belakang
Kini siswa lebih mudah mengenali dan kritis untuk menafsirkan kejadian-
kejadian masa silam, berdasarkan rekaman zamannya. Tentunya, pembacaan itu akan
membuahkan hasil belajar yang baik apabila dibekali berbagai pengetahuan (konsep)
teknologi percetakan dan media massa. Tentunya peran media massa dalam sejarah
memegang kapasitas yang sangat kuat untuk menetapkan sebuah isu sosial bagi
khalayak massa untuk diasumsikan dan dibicarakan (McQuail, Denis. 1992. Media
Performance).
Tanpa mengetahui sumber sejarah, sering kali mahasiswa terpaku pada tafsir
sejarah yang telah dibuat demikian baik oleh penulis buku teks, padahal kita dapat
dengan tegas mengoreksi berbagai pandangan yang orang-orang tuliskan dalam
bukunya. Begitulah yang kita miliki, kebebasan berpikir dan berinterpretasi terhadap
suatu peristiwa ketika mengakses secara langsung atau mengetahui sumber sejarah
pertama (primer).
Demikianlah lewat penulisan laporan kunjungan ini, diharapkan dapat
menumbuhkan kesadaran pentingnya perkembangan teknologi komunikasidi kalangan
masyarakat kini. Maka marilah kita lebih mengenal harta karun sejarah yang ada jelas
keadaanya, Monumen Pers Nasional.
B. Waktu dan Tempat
Hari dan Tanggal : Kamis, 29 Juli 2022
Pukul : 09.00 – 11.00 WIB
Tempat : Monumen Pers Nasional, Jl. Gajah Mada No. 29,
Kota Surakarta, Jawa Tengah.
C. Peserta
Peserta yang ikut menghadiri kunjungan ini adalah siswa/ dan siswi kelas X TKJ A, X
TKJ B dan XI TKJ B SMK Muhammadiyah 3 Surakarta. Berjumlah 62 siswa dan siswi
yang datang mengikuti kunjungan monument pers Surakarta.
D. Kegiatan Kunjungan
Suasana yang sejuk dan cerah siswa siswi berjalan menuju Monumen Pers
Nasional di Jalan Gajah Mada yang terletak di sebelah barat Pura Mangkunegaran, tepat
disaat menginjakkan kaki di lokasi untuk yang pertama kalinya bagi saya, saya mulai
tertarik untuk mengabadikan momen disana dengan mengambil beberapa foto sambil
melihat-lihat objek dari luar pintu masuk hingga kedalam gedung Monumen Pers
Nasional. Berjalan menaiki anak-anak tangga yang terlihat estetis yang diapit oleh
patung ular naga raksasa. Secara visual, gedung tersebut terlihat bersih dan tertata rapi
sejak awal memasukinya, berawal dari duduk di ruang utama gedung sambil menonton
video dokumenter mengenai seluk-beluk Monumen Pers Nasional yang berhasil
mengobati rasa penasaran kami. Setelah menonton video dokumenter, kami diberi
selembaran brosur yang berisi informasi tentang Monumen Pers Nasional.
Sebelum itu, kami berkenalan dengan media e-paper di ruang koleksi yang juga
berisikan beberapa buletin, majalah internasional, dan koran-koran dari setiap daerah di
Indonesia, melanjutkan perjalanan kami ke ruang Perpustakaan, dan kemudian
mengakhiri kedatangan kami di ruang proses digitalisasi media cetak.
E. Sejarah Singkat Monumen Pers Nasional
Berawal pada tahun 1933 dinamakan Gedung Societeit Sasana Soeka (awal
sebelum berubah nama menjadi Monumen Pers Nasional), di gedung ini pernah
diadakan rapat yang dipimpin oleh R.M. Ir. Sarsito Mangunkusumo yang melahirkan
stasiun radio baru yang bernama Solosche Vereeniging (SRV) sebagai radio pertama
kaum pribumi dengan semangat kebangsaan. Di gedung ini pula, organisasi profesi
kewartawanan pertama yaitu PWI (Persatuan Waratawan Indonesia) terbetuk pada 9
Februari 1946, tanggal ini ditetapkan sebagai hari lahir Persatuan Wartawan Indonesia
dan Hari Pers Nasional.
Untuk memperingati peristiwa pers bersejarah tersebut, maka PWI dengan restu
presiden dan dukungan pemerintah dan masyarakat, menetapkan bekas gedung “Sasana
Soeka” tersebut untuk dijadikan Monumen Pers Nasional. Semula gedung ini adalah
sebuah societiet miik kerabat Mangkunegaran, gedung ini dibangun atas prakarsa
KGPAA. Sri Mangkunegoro VII, pada tahun 1918 dan diperuntukkan sebagai balai
pertemuan. Gedung ini pernah menjadi Markas Besar Palang Merah Indonesia (PMI).
Pada awal kemerdekaan, tepatnya pada hari Sabtu Pahing 9 Pebruari 1946,
dilaksanakanlah Konferensi Wartawan Pejuang Kemerdekaan Indonesia, yang
melahirkan organisasi profesi kewartawanan dengan nama Persatuan Wartawan
Indonesia dengan Mr. Soemanang terpilih sebagai ketuanya.
Pada peringatan 1 dasawarsa PWI 9 Pebruari 1956, tercetuslah suatu gagasan
mendirikan Yayasan Museum Pers Indonesia. Gagasan ini dicetuskan oleh B.M. Diah,
S. Tahsin, Rosihan Anwar, dan lain-lain, yang akhirnya terwujud pada 22 Mei 1956,
dengan pengurusnya antara lain R.P. Hendro, Kaidono, Sawarno Prodjodikoro, Mr.
Soelistyo, Soebekti, dengan modal utamanya waktu itu koleksi buku dan majalah milik
Soedarjo Tjokrosisworo. Kemudian pada kongres di Palembeng pada tahun 1970
muncullah niat mendirikan “Museum Pers Nasional”.
Akhirnya pada tanggal 9 Pebruari 1978 Presiden Soeharto meresmikan gedung
Societiet Sasana Soeka menjadi Monumen Pers Nasional dengan penanda tanganan
prasasti. Gedung Monumen Pers Nasional tersebut selanjutnya dikelola oleh Yayasan
Pengelola Sarana Pers Nasional yang berada di bawah Departemen Penerangan sesuai
dengan Surat Keputusan Menteri Penerangan RI No.145/KEP/MENPEN/1981 tanggal 7
Agustus 1981. Yayasan ini bertugas mengatur dan mengorganisir fungsi dan
pemeliharaan sarana-sarana Pers Nasional termasuk gedung Dewan Pers di Jakarta dan
Monumen Pers Nasional di Surakarta.
F. Profil dan Koleksi Monumen Pers Nasional
Bangunan bersejarah yang diarsiteki oleh arsitek Jawa modern pertama sang
pionir Mas Abu Kasan Atmodirono ini menyimpan lebih dari satu juta surat kabar dan
majalah sejak masa sebelum dan sesudah Revolusi Nasional Indonesia dari berbagai
daerah di Nusantara. Salah satu tugas monumen pers nasional adalah pendokumentasian
koleksi buku terbit media cetak dari seluruh indonesia baik dimasa sebelum
kemerdekaan ataupun masa kini. Banyak koleksi media cetak utamanya yang terbit
dimasa sebelum kemerdekaan indonesia yang tersimpan di Monumen Pers Nasional.
Karena bahan koleksi media terbuat dari kertas yang sudah tersimpan lebih dari
setengah abad tentu saja kondisinya memprihatinkan.
Jam operasional Monumen Pers Nasional berlangsung pada pukul 08.00 – 16.00
pada hari Senin – Jumat, dan tutup pada hari Sabtu dan Minggu. Terdapat beberapa
ruangan yang bisa dikunjungi pengunjung, diantaranya adalah:

Media
Center
e-paper

Media Center Monumen Pers Nasional dapat dimanfaatkan oleh pengunjung untuk
mengakses internet secara gratis. Pengunjung media center saat ini kebanyakan berasal dari
kalangan mahasiswa, pelajar dan masyarakat umum kota Surakarta. Media center Monumen
Pers Nasional memiliki 9 PC, dilengkapi printer dan scanner. Ruangan dilengkapi dengan
AC dan pencahayaan yang baik sehingga memberikan rasa nyaman bagi pengunjung.
Dengan free hotspot 24 jam nonstop.

Dokumentasi Monumen Pers Nasional menyimpan lebih dari satu juta eksemplar
bukti terbit media cetak dari seluruh Indonesia sejak jaman penjajahan sampai sekarang.
Bukti terbit media berupa surat kabar, majalah dan buletin pers tersebut tertata dirak sesuai
tahun terbit dan penerbitnya. Selain itu tersedia bukti terbit media yang terdigitalisasi yang
dapat dilihat oleh pengunjung melalui touchscreen (layar sentuh).

Lokasi Papan Baca

Papan Baca Monumen Pers Nasional terletak di depan gedung dan


memasang beberapa tabloid dan koran yang berasal dari lokal (surakarta) dan nasional,
antara lain tabloid Komunika, surat kabar Solo Pos, Suara Merdeka dan lain-lain. Saat
malam hari papan baca dilengkapi dengan lampu sehingga pembaca tetap dapat menikmati
informasi 24 jam. Pengunjung papan baca tidak hanya dari lingkungan terpelajar tetapi juga
termasuk para pejalan kaki, supir taksi, pengemudi becak, pemulung dan lain sebagainya.

Perpustakaan

Perpustakaan Monumen Pers Nasional memiliki koleksi buka kurang lebih


12.000 eksemplar. Keanggotaan perpustakaan ini terbuka untuk umum. Keanggotaan
perspustakaan saat ini terdiri dari pelajar, mahasiswa, dosen, peneliti pegawai negeri sipil
dan masyarakat umum.

Perpustakaan Monumen Pers Nasional


dilengkapi dengan katalog online  yang dapat diakses melalui mpn.kominfo.go.id/perpus/
untuk memudahkan pencarian buku, meja baca, ruangan ber AC dan free hotspot.

Lokasi Riset dan Kunjungan Ilmiah

Bagian depan ruang depan utamanya dihiasi pahatan kepala tokoh-tokoh


penting dalam sejarah jurnalisme Indonesia, termasuk Tirto Adhi Soerjo, Djamaluddin
Adinegoro, Sam Ratulangi, dan Ernest Douwes Dekker.
Di belakang ruang depan utama terdapat enam diorama yang
menggambarkan komunikasi dan pers sepanjang sejarah Indonesia. Diorama pertama
memperlihatkan berbagai bentuk komunikasi dan berita di Indonesia pra-kolonial. Diorama
kedua memperlihatkan pers di era kolonial, termasuk surat kabar pertama di Hindia Belanda
milik Vereenigde Oostindische Compagnie, Memories der Nouvelles (1615); surat kabar
pertama yang dicetak di Hindia Belanda, Bataviasche Nouvelles (1744), dan surat kabar
bahasa Jawa pertama di Hindia Belanda, Bromartani (1855). Diorama teiga
menggambarkan pers pada masa pendudukan Jepang, sedangkan yang keempat
menggambarkan pers pada masa Revolusi Nasional, termasuk pembentukan PWI. Diorama
kelima menunjukkan keadaan pers yang disensor besar-besaran saat Orde Baru di bawah
kepemimpinan Presiden Soeharto. Diorama terakhir menunjukkan kondisi pers setelah
dimulainya era Reformasi tahun 1998 yang melonggarkan kebebasan pers.

Selain
koleksi

mikrofilm, dan kamera kuno, uniknya, terdapat juga pemancar radio kambing yang
digunakan para pejuang Indonesia di kandang kambing agar tidak tertangkap oleh Kolonial
Belanda dan pemancar radio terjauh dari Kota Solo hingga ke Den Haag demi menyiarkan
tarian srimping yang ditarikan oleh Gusti Nurul kepada Ratu Yuliana dalam acara
pernikahannya dengan Pangeran Den Haag.

Monumen Pers Nasional dengan satu juta lebih koleksi bukti terbit media
menjadi daya tarik tersendiri bagi pelajar, mahasiswa, peneliti maupun masyarakat umum
untuk berkunjung melihat koleksi dan mengambil informasi. Berbagai kunjungan ilmiah
dari sekolah, universitas atau tokoh pemerhati pers dari berbagai daerah di Indonesia
menunjukan pentingnya Monumen Pers Nasional sebagai pusat dokumentasi pers. Untuk
kunjungan rombongan diharapkan terlebih dahulu mengirimkan surat permohonan yang
berisi nama instansi/lembaga, hari dan tanggal kunjungan, serta jumlah pengunjung.
Ruang Digitalisasi

Di ruang ini pihak Monumen Pers Nasional melakukan digitalisasi dengan


tujuan untuk mencetak keutuhan informasi media cetak lama. Terstruktur dengan rona-rona
warna yang ada demi hasil yang enak dipandang.

BAB III
PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan
Monumen Pers Nasional yang mampu munyuguhkan koleksi terbaik dan
sumber daya manusianya yang handal dan kompeten di bidangnya menjadikan gedung
bersejarah ini menjadi ikon pers nasional bahkan internasional.

Pasca kemerdekaan Indonesia dan terbentuknya Persatuan Wartawan


Indonesia, kini Indonesia sebagai negara berkembang terutama di bidang informasi dan
persnya yang terus mengalami kemajuan, sejarah perkembangan pers di Indonesia tidak
lepas dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia.

3.2 Kesan dan Pesan

Hingga kini jarang ada masyarakat yang sekedar mampir menyempatkan


dirinya untuk membaca atau melihat-lihat peninggalan sejarah yang tersimpan di dalamnya.
Hal ini membuktikan bahwa kesadaran dan apresiasi masyarakat akan sejarah masih kurang.

Sebagai cagar budaya yang dilestarikan di Kota Solo dengan keunikan


ornamen bangunannya berhasil membuat mata saya sebagai pengunjung berser-seri, dengan
kehadiran Monumen Pers Nasional ini semoga para pemuda lebih peka dan sadar akan
adanya sejarah.

3.3 Saran

Pembuatan laporan kunjungan ini diharapkan dapat memberikan wawasan


baru terhadap para pembaca mengenai Monumen Pers Nasional. Dalam penulisan ini saya
sadar akan adanya ketidaksempurnaan laporan ini. Oleh karena itu, saya mengaharapkan
sebuah kritik yang membangun guna tercapainya kesempurnaan dalam penulisan saya
selanjutnya. Dan untuk kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan
tentang makalah di atas dengan sumber yang lebih banyak dan tentunya dapat di
pertanggung jawabkan.

DAFTAR PUSTAKA

https://mpn.kominfo.go.id/index.php/sejarah-monumen-pers-nasional/

McQuail, Denis. 1992. Media Performance.


DOKUMEN KEGIATAN LITERASI
DI MONUMEN PERS SURAKARTA
KAMIS, 28 JULI 2022
Perkembangan koran dari masa ke Media Kamera jurnalistik

Pengawetan Dokumen Perkembangan jurnalistik di Solo

Kegiatan Literasi membaca di Perpustakaan Monumen Pers Surakarta


Siswa memilih buku
Siswa sedang membaca buku

Anda mungkin juga menyukai