Anda di halaman 1dari 10

1

LAPORAN

MATA KULIAH KOMUNIKASI POLITIK

“KUNJUNGAN MONUMEN PERS NASIONAL”

Dosen Pengampu : Drs. Warhi Pandapotan Rambe

Disusun Oleh :

AHMID AL IRSAD (21330029)

PROGRAM STUDY ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI

TAHUN 2022

J.l Laksda Adisucipto KM.6,3, Ambarukmo, Caturtunggal, Kec, Depok,

Kabupaten Sleman, Daerah Istimewah Yogyakarta 55281


2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas karunia, hidayah, dan nikmat-Nya, sehingga saya dapat
menyelesaikan laporan ini. Penulisan laporan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas
yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah Komunikasi Politik.

Sehingga saya dapat menyelesaikan laporan kegiatan kunjungan ke Monumen Pers


Nasional yang berada di Jl. Gadjah Mada, No.59 Kota Surakarta, yang saya kunjungi bersama
teman-teman Prorgam Studi Ilmu Komunikasi angkatan 2021. Tak lupa saya ucapkan terima
kasih kepada rekan rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat di selesaikannya
laporan ini. Penulis berharap, dengan membaca laporan ini, dapat memberi manfaat bagi kita
semua.

Keterbatasan waktu dan kesempatan sehingga laporan ini masih memiliki banyak
kekurangan yang tentunya masih perlu perbaikan dan penyempurnaan maka penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju ke arah yang lebih baik.

Demikian laporan ini, semoga dapat bermanfaat bagi penulis dan yang membacanya, sehingga
menambah wawasan dan pengetahuan tentang laporan ini, aamin.

Yogyakarta, 28 Juli 2022

Penulis
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... 2

DAFTAR ISI...................................................................................................... 3

BAB I
PENDAHULUNAN .......................................................................................... 4
A. Latar Belakang ....................................................................................... 4
B. Tujuan Kunjungan ................................................................................. 4
C. Waktu dan Tempat Kunjungan .............................................................. 5
D. Peserta .................................................................................................... 5

BAB II
PEMBAHASAN ................................................................................................ 6
A. Sejarah Monumen Pers Nasonal ............................................................ 6
B. Koleksi Monumen Pers Nasional........................................................... 9

BAB III
PENUTUP........................................................................................................ 10
A. Kesimpulan .......................................................................................... 10
B. Saran .................................................................................................... 10
4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Monumen Pers Nasional adalah monumen dan museum khusus pers nasional
Indonesia yang terletak di Surakarta, Jawa Tengah. Museum ini didirikan pada tahun
1978, semakin dari 20 tahun setelah diusulkan dan di operasikan oleh Kementerian
Komunikasi dan Informatika Indonesia. Kompleks monumen terdiri atas gedung
societeit lama, yang dibangun pada tahun 1918 dan digunakan untuk pertemuan
pertama Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) serta beberapa gedung yang
ditambahkan pada tahun 1970an. Monumen ini terdaftar sebagai Cagar Aturan sejak
dahulu kala Indonesia.
Monumen Pers Nasional memiliki koleksi yang terdiri dari satu juta koran dan
majalah, serta perbagai benda bersejarah yang terkait dengan pers Indonesia. Sarana
prasarana di museum termasuk ruang multimedia, koran yang bisa dibaca secara gratis,
dan perpustakaan. Kontruksi tempat berdirinya Monumen Pers Nasional dibangun
sekitar tahun 1918 atas perintah Mangkunegara VII, Pangeran Surakarta, sebagai balai
perkumpulan dan ruang pertemuan. Kontruksi ini dahulunya bernama "Societeit Sasana
Soeka", dan dirancang oleh Mas Debu Kasan Atmodirono. Pada tahun 1933, Sarsito
Mangunkusumo dan sejumlah insinyur lainnya berjumpa di gedung ini dan merintis
Soloche Radio Vereeniging, radio publik pertama yang dioperasikan pribumi
Indonesia.

B. Tujuan Kunjungan
Laporan kunjungan ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi
Politik sekaligus untuk mengetahui tentang sejarah perkembangan Pers di Indonesia.

C. Waktu dan Tempat Kunjungan


Hari & Tanggal : Selasa, 12 Juli 2022
Pukul : 07 a.m – sampai selesai
Tempat : Monumen Pers Nasional, J.l Gadjah Mada,
No.29, Kota Surakarta, Jawa Tengah
5

D. Peserta
Adapun peserta yang mengikuti kunjungan ke Monumen Pers Nasional terdiri dari
28 mahasiswa/i Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Respati Yogyakarta
angkatan 2021 berserta 3 orang dosen pengampu.
6

BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Monumen Pers Nasional
Bangunan induk Monumen Pers Nasional dibangun sekitar tahun 1918 atas perintah
Mangkunegara VII, Pangeran Surakarta, sebagai balai perkumpulan dan ruang
pertemuan. Gedung ini dulunya bernama "Societeit Sasana Soeka" dan dirancang oleh
Mas Aboekassan Atmodirono. Pada tahun 1933, Sarsito Mangunkusumo dan sejumlah
insinyur lainnya bertemu di gedung ini dan merintis Solosche Radio Vereeniging, radio
publik pertama yang dioperasikan pribumi Indonesia. Pada tahun 1937, diperkirakan
Solosche Radio Vereeneging menyiarkan musik gamelan secara langsung dari Solo
untuk mengiringi Gusti Nurul (Putri Mangkunegoro VII) yang membawakan tari
Bedhaya Srimpi di Istana Kerajaan Belanda di Den Haag, tanggal 7 Januari 1937.
Tiga belas tahun kemudian, pada tanggal 9 Februari 1946, Persatuan Wartawan
Indonesia (PWI) dibentuk di gedung ini. Saat pendudukan Jepang di Hindia Belanda,
gedung ini dijadikan klinik perawatan tentara, kemudian menjadi kantor Palang Merah
Indonesia pada masa Revolusi Nasional Indonesia.
Tanggal 9 Februari 1956, dalam acara perayaan 10 tahun PWI, wartawan-wartawan
ternama seperti Rosihan Anwar, B.M. Diah dan S. Tahsin menyarankan pendirian
yayasan yang akan menaungi Pers Nasional. Yayasan ini diresmikan tanggal 22 Mei
1956 dan sebagian besar koleksinya disumbangkan oleh Soedarjo Tjokrosisworo. Baru
15 tahun kemudian yayasan ini berencana mendirikan fisik gedung. Rencana ini secara
resmi diumumkan oleh Menteri Penerangan, Budiarjo, pada tanggal 9 Februari 1971.
Nama "Monumen Pers Nasional" ditetapkan tahun 1973 dan lahannya disumbangkan
ke pemerintah tahun 1977.
Monumen Pers Nasional resmi dibuka tanggal 9 Februari 1978 oleh Presiden
Soeharto. Dalam pidatonya, Presiden Soeharto memperingatkan pers akan bahaya
kebebasan. Ia mengatakan, "menikmati kebebasan demi kebebasan itu sendiri adalah
keistimewaan yang tak mampu kita dapatkan".
7

B. Koleksi Monumen Pers Nasional


a. Radio Kambing

Sebuah pemancar radio kuno yang terkenal dengan nama pemancar “radio
kambing. Penamaan ini karena pemancar ini pernahdisembunyikan oleh para
pejuang RRI dan TNI didalam kandang kambing untuk mengelabhi tentara
Belanda di Desa Balong, lereng Gunung Lawu pada saat terjadi Clash II tahun
1948-1949.

b. Mesin Ketik

Terdapat pula berbagai jenis mesin ketik jadul, dan juga terdapat mesin ketik
salah satu perintis pers Indonesia. Yaitu mesin ketik milik Bakrie Soeratmaadja.
8

c. Ruangan Konservasi dan Reservasi

Ruangan ini dibagi menjadi dua. Yaitu ruang pertama menyimpan surat
kabar tahun 2000an dan ruang yang menyimpan suratkabar dibawah tahun
2000. Selain surat kabar, ruangan ini juga terdapat komputer yang digunakan
sebagai penyimpanan surat-surat kabar lama yang sudah dilakukan digitalisasi.

d. Perpustakaan

Monumen Pers ini juga terdapat sebuah perpustakaandengan koleksi yang


mencapai 12.000 buku yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu, dengan koleksi-
koleksinya seputar seputar pers,komunikasi, dan juga informasi. Perpustakaan
initerbuka untuk umum.
9

e. Perangkat Radio

f. Tokoh Pers Bersejarah ( Tas & Kamera Fuad Muhammad Syaruddin)

Fuad Muhammad Syafruddin yang akrab disapa Udin adalah wartawan


harian bernas Yogyakarta. Ia menjadi korban penganiayaan oleh orang tidak
dikenal hingga meninggal dunia pada 16 Agustus 1996. Kamera dan tas merk
RICOH merupakan benda peninggalan Udin yang diserahkan keluarga kepada
Monumen Pers Nasional pada 15 Januari 2013.
10

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Monumen Pers Nasional merupakan salah satu bagian terpenting dalam sejarah
panjang perjalanan bangsa Indonesia. Monumen Pers Nasional memiliki banyak bukti
peninggalan-peninggalan seputar dunia pers yang ada di Indonesia. Mulai dari foto,
patung, surat kabar, miniatur, dan lain sebagainya. Tidak hanya menyimpan koleksi
benda bersejarah saja. Monumen Pers Nasional ini juga memiliki ruangan khusus untuk
melakukan digitalisasi dalam upaya merawat surat-surat kabar yang sudah rapuh
termakan usia. Ada juga perpustakaan yang bisa digunakan untuk para pengunjung
yang ingin menambah wawasan tentang dunia pers.

B. Saran
Sebagai generasi muda, tentunya perlu adanya kesadaran untuk mempelajari sejarah.
Salah satunya adalah mengunjungi Monumen Pers Nasional ini. Sebagai generasi muda
penerus dan harapan bangsa, kita sudah seharusnya tidak akan lupa akan sejarah.
Sebagaimana semboyan yang diucapkan oleh Presiden perta yaitu (Jasmerah) Jangan
Sekali-kali Meninggalkan atau Melupakan Sejarah.

Anda mungkin juga menyukai