Proyek ini sudah dianggap bermasalah sejak Tiang monorel yang dibiarkan setelah
pertama kali dilaksanakan. Pertama kali diresmikan proyeknya batal dilanjutkan
dengan peresmian tiang pertama pada 2003, Info
kontraknya beralih kepemilikan tiga kali hingga
Pemilik Pemda DKI Jakarta
2005, dan kemudian dihentikan pada 2008 dengan
hanya menyisakan tiang-tiangnya, Proyek ini Wilayah Jakarta, Indonesia
kemudian dilanjutkan lagi 2013,[6] tetapi batal lagi Jenis Angkutan cepat, Transportasi
pada 2015 karena masalah keuangan dan sengketa umum
hukum.[7] Gubernur DKI saat itu Basuki Tjahaja
Jumlah jalur 2
Purnama akhirnya mengonfirmasi bahwa proyek ini
tak akan dilanjutkan lagi.[4] Penumpang -
harian
Pada Juli 2005, proyek ini beralih dengan nota kesepahaman baru. Kali ini konsorsium antara PT
Bukaka Teknik Utama, PT INKA, dan Siemens Indonesia menjalankan proyek ini. Namun pihak
Omnico menentang ini dan penyelesaian pembangunan pada tahun 2007 sepertinya tidak
mungkin terjadi. Pada Oktober 2005 konstruksi terus berlangsung, dengan anggapan bahwa
fondasi dasar pile dan tiang dapat digunakan oleh konsorsium dan teknologi yang memenangi
tender.[8]
Meski terdapat permasalahan dalam pembiayaan, Gubernur DKI Jakarta saat itu, Sutiyoso,
bersikeras untuk melanjutkan pembangunan monorel tersebut setelah ada bantuan dana dari
Dubai Islamic Bank,[9] Uni Emirat Arab.[3] Dubai Islamic Bank mempersyaratkan ada jaminan
dari Pemerintah Republik Indonesia untuk proyek monorel tersebut. Namun permintaan tersebut
ditolak oleh Menteri Keuangan pada saat itu, Sri Mulyani Indrawati.[3] Penolakan ini
menyebabkan pembangunan monorel menjadi tertunda lagi.
Tahun 2010, saat Fauzi Bowo (Foke) menjadi Gubernur DKI Jakarta, Pemprov DKI Jakarta
berusaha mengambil alih proyek monorel. Sebagai kompensasi penggantian nilai investasi yang
telah dikeluarkan, PT Jakarta Monorail meminta Pemprov DKI Jakarta membayar ganti rugi
sebesar Rp600 miliar. Namun berdasarkan perhitungan Badan Pemeriksa Keuangan dan
Pembangunan (BPKP), Pemprov DKI Jakarta cukup membayar maksimal Rp204 miliar.[3] Dalam
keputusan tersebut, PT Jakarta Monorail diberikan kebebasan untuk meneruskan proyek tersebut
atau menyerahkannya ke Pemprov DKI Jakarta, juga diberikan kebebasan untuk menjualnya pada
pihak swasta baru agar meneruskan proyek monorel tersebut.[3]
Pada 2011, Foke menghentikan proyek pembangunan monorel dan mengganti nilai investasi milik
PT Jakarta Monorail.[3]
Tahun 2013, Gubernur DKI Jakarta saat itu, Joko Widodo, menghidupkan kembali proyek
monorel yang kerjakan oleh PT Jakarta Monorail dengan 15 syarat. Syarat tersebut antara lain
adalah PT Jakarta Monorail memiliki modal senilai Rp15 triliun untuk membangun. Namun syarat
tersebut tidak dapat dipenuhi oleh PT Jakarta Monorail sehingga Gubernur Jakarta selanjutnya
saat itu, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) kembali membatalkan proyek pembangunan monorel
tersebut.[2]
Jokowi juga merencanakan PT Adhi Karya mau bergabung dengan PT Jakarta Monorail. Namun
pihak Adhi menolaknya. Mereka justru menawarkan rute lain monorel di Jakarta dan akan
mengajukan proposal ke Pemprov DKI Jakarta.[10][11]
Ahok pun secara terang-terangan akan memutus kontrak kerja sama Pemprov DKI dengan PT
Jakarta Monorail. Jakarta Monorail mengajukan persyaratan yaitu meminta hak mengelola
properti seluas 200 m²,[12] serta membangun depot monorel di atas Waduk Setiabudi atau Kanal
Banjir Barat berdasarkan desain awal. Ahok menolaknya dengan alasan tidak layak membangun
bangunan apapun di area badan air dan ketakutan akan terulangnya lagi jebolnya tanggul yang
menyebabkan banjir Jakarta 2013.[13] Namun dirut Jakarta Monorail Sukmawati Syukur
menganggap bahwa Pemprov DKI-lah yang memutuskan lokasi depotnya, serta bahwa
pembangunan depot tersebut telah disetujui Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto.[14]
Sejak saat itu wacana terus mengemuka bahwa Pemprov DKI akan memerintahkan pengelola
proyek untuk mencabut 90 tiang monorel yang berlokasi di Kuningan. Syukur menyebut tiang-
tiang yang berada di kawasan Kuningan tersebut "sudah disita oleh Adhi Karya". Artinya, yang
berkewajiban untuk membongkar tiang tersebut adalah Adhi. Lukmanul Hakim, anggota Komisi A
DPRD DKI, meminta Pemprov DKI segera memerintahkan pengembang proyek untuk mencabut
tiang monorel itu, bukan Pemprov DKI.[15] Namun Adhi enggan menggunakan tiang-tiang
monorel tersebut untuk dijadikan tiang LRT. Adhi justru memilih tiang baru untuk membangun
LRT Jabodebek dengan alasan penempatan di sisi Jalan H.R. Rasuna Said lebih aksesibel daripada
penempatan di tengah jalan.[13]
Rencana pengembangan
Monorel perkotaan
Monorel Jakarta aslinya hanya melayani dua rute. Jalur lingkar yang juga disebut "Jalur Hijau"
melayani kawasan bisnis perkotaan (Casablanca dan Rasuna Said) sepanjang 14,8 km (9,2 mi)
dengan 15 stasiun. Yang kedua, adalah Kampung Melayu–Tanah Abang sepanjang 14,2 km
(8,8 mi), sehingga totalnya 29 km. Akan ada dua stasiun antarmoda di Casablanca dan Karet
sehingga pengguna jasa dapat berpindah moda dengan Transjakarta dan KRL Commuter Line.
Kapasitas monorel ditargetkan 10.000 penumpang/jam per hari dan dapat ditingkatkan menjadi
30.000 penumpang/jam per hari.[16] Saat dibuka, monorel ini ditargetkan dapat mengangkut
274.000 penumpang per hari dengan harapan dapat ditingkatkan menjadi 35.000
penumpang/jam per hari.[17]
Konsorsium yang dibentuk Adhi Karya merencanakan jalur monorel sepanjang 39,036 km (24 mi)
menghubungkan Cibubur-Cawang-Kuningan dan Bekasi-Cawang melintasi DKI Jakarta.[18] Jalur
ini juga akan terhubung dengan bekas monorel Jakarta.[19] Konsorsium ini kemudian
memamerkan purwarupa LRT Jakarta yang diproduksi oleh Industri Kereta Api di Jakarta pada
2013.[20] Biayanya ditaksir antara Rp7 hingga 9 triliun yang didanai dari BUMN dan pinjaman
bank BUMN[21] serta ditarget mengangkut 191.600 penumpang per hari.[22]
Rencana ini berubah menjadi LRT Jabodebek, yang semula merencanakan menggunakan tiang
monorel,[23] tetapi dibatalkan sepihak oleh Adhi.
Referensi
1. Aziza, Kurnia Sari. Afrianti, Desy, ed. "Monorel Hampir Dipastikan Batal Terealisasi di Jakarta".
Kompas.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-01-31.
2. Aziza, Kurnia Sari. Syatiri, Ana Shofiana, ed. "Ahok: Kalau Dibatalkan, Monorel Sudah
Dibatalkan sejak Zaman Foke". Kompas.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal
2017-01-31.
3. Ruqoyah, Siti. "Menelisik Kisah Kegagalan Monorel Jakarta". VIVA.co.id. Diakses tanggal
2017-01-31.
4. "Ahok confirms cancellation of monorail project". The Jakarta Post. Jakarta. 10 September
2015. Diakses tanggal 21 September 2015.
5. Syatiri, Ana Shofiana, ed. (16 October 2013). "Pembangunan Monorel Dilanjutkan, Mohon
Bersabar..." Kompas.com (dalam bahasa Indonesian). Kompas.
6. "Abandoned monorail plan to be revived".
7. "Editorial: Monorail fate", The Jakarta Post, 2008-03-15, diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-
06-07, diakses tanggal 2010-07-10
8. "Jakarta expects no share from monorail profits". Jakarta Post. December 26, 2006. Diarsipkan
dari versi asli tanggal 2014-11-10. Diakses tanggal 2020-12-03.
9. "Home | DUBAI ISLAMIC BANK". dib.ae. Diakses tanggal 2017-01-31.
10. abidien, Zed (2012-12-07). abidien, Zed, ed. "Jakarta Monorail dan Adhi Karya Berebut
Monorel". Tempo.co. Diakses tanggal 2020-12-03.
11. BeritaSatu.com. "PT Adhi Karya Enggan Gabung PT Jakarta Monorail". beritasatu.com.
Diakses tanggal 2020-12-03.
12. "Proyek Monorel Mandek, Ahok Semprot Jakarta Monorail". detikcom. Diakses tanggal
2020-12-03.
13. "Sejarah Tiang Monorel Jakarta yang Kini Mangkrak". detikcom. Diakses tanggal 2020-12-03.
14. Keteng, Andi Muttya (2015-01-12). Sinaga, Shinta NM, ed. "Ahok: Pokoknya Depo Monorel di
Atas Waduk Setiabudi Tidak Bisa". Liputan6.com. Diakses tanggal 2020-12-03.
15. Velarosdela, Rindi Nuris. Movanita, Ambaranie Nadia Kemala, ed. "Polemik Pembongkaran
Tiang Monorel yang Mangkrak, dari Era Ahok hingga Anies". Kompas.com. Diakses tanggal
2020-12-03.
16. "Jakarta Monorail Feasibility Study, Indonesia (Mott McDonald)". Diarsipkan dari versi asli
tanggal 2013-12-02. Diakses tanggal 2013-06-02.
17. "Jakarta Monorail FAQ".
18. Adhi Karya Bangun Monorel Cibubur- Cawang-Kuningan | Investor Daily (http://www.investor.c
o.id/home/adhi-karya-bangun-monorel-cibubur--cawang-kuningan/56598)
19. "State Firms Propose Jakarta Monorail Extension". Jakarta Globe. May 6, 2013.
20. "SOE consortium launches mock-up of Rp 12t monorail system".
21. "Monorail to Take up Budget of Rp 7 Trillion". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-04-02.
Diakses tanggal 2013-07-04.
22. "Indonesia to Build Jakarta Monorail to Ease Rising Traffic Jams". Bloomberg. Feb 7, 2013.
23. https://www.thejakartapost.com/news/2015/09/10/ahok-confirms-cancellation-monorail-
project.html
Pranala luar
Situs web resmi (http://www.jakartamonorail.com)