kontribusi yang dikenakan kepada seluruh Warga Negara Indonesia, warga negara asing
dan warga yang tinggal secara kumulatif 120 hari di wilayah Indonesia dalam jangka
waktu dua belas bulan.
Indonesia memiliki stratifikasi pajak termasuk pajak penghasilan, pajak daerah dan
pajak pemerintah pusat.
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan
nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke konsumen. Dalam
bahasa Inggris, PPN disebut Value Added Tax (VAT) atau Goods and Services Tax
(GST). PPN termasuk jenis pajak tidak langsung, maksudnya pajak tersebut disetor oleh
pihak lain (pedagang) yang bukan penanggung pajak atau dengan kata lain, penanggung
pajak (konsumen akhir) tidak menyetorkan langsung pajak yang ia tanggung.
Mekanisme pemungutan, penyetoran, dan pelaporan PPN ada pada pihak pedagang
atau produsen sehingga muncul istilah Pengusaha Kena Pajak yang disingkat PKP.
Dalam perhitungan PPN yang harus disetor oleh PKP, dikenal istilah pajak keluaran dan
pajak masukan. Pajak keluaran adalah PPN yang dipungut ketika PKP menjual
produknya, sedangkan pajak masukan adalah PPN yang dibayar ketika PKP membeli,
memperoleh, atau membuat produknya.
Indonesia menganut sistem tarif tunggal untuk PPN, yaitu sebesar 10 persen. Dasar
hukum utama yang digunakan untuk penerapan PPN di Indonesia adalah Undang-
Undang No. 8/1983 berikut revisinya, yaitu Undang-Undang No. 11/1994 dan Undang-
Undang No. 18/2000.
Pada dasarnya semua barang dan jasa merupakan barang kena pajak dan jasa kena
pajak, sehingga dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), kecuali jenis barang dan
jenis jasa sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 4A Undang-Undang No. 8/1983 tentang
Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang No. 18/2000
tidak dikenakan PPN
Bea Materai
Dasar hukum pengenaan bea materai adalah Undang-Undang No. 13 Tahun 1985.
Undang-Undang bea materai berlaku mulai tanggal 1 januari 1986 menggantikan
peraturan dan undang-undang bea materai yang lama (aturan bea materai 1921).
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
dasar hukum pengenaan pajak bumi dan bangunan adalah Undang-Undang No. 12
Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 12 Tahun 1994.
Undang-Undang PBB berlaku mulai tanggal 1 januari 1986 dan merupakan pengganti:
1. ordonansi pajak rumah tangga tahun 1908.
2. ordonansi verponding Indonesia tahun 1923.
3. Ordonansi pajak kekayaan tahun 1932.
4. Ordonansi verponding tahun 1928.
5. Ordonansi pajak jalan tahun 1942.
6. Undang-undang darurat nomor 11 tahun 1957 khususnya pasal 14 huruf j,
k, l.
7. Undang-undang nomor 11 Prp.tahun 1959 pajak hasil bumi.
Pajak Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (PHTB)
Dasar hukum pengenaan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan adalah Undang-
Undang No. 21 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang
No. 20 Tahun 2000. Undang-Undang BPHTB berlaku sejak tanggal 1 januari 1998
menggantikan Ordonansi bea balik nama staasblad 1924 No.291.
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
Dasar hokum pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah adalah Undang-Undang
No. 18 Tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Undang-Undang No.34 Tahun 2000.