Anda di halaman 1dari 7

SEMINAR PERPAJAKAN

RESUME & CONTOH KASUS

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

OLEH :

KELOMPOK 6

1. ADELINA PUTRI ZUSRIADI B1C1 14 057


2. HALIN BAHAYULANDA B1C1 14 059
3. RYAN PURNAMA INDAH B1C1 14 061
4. RAHMAT FAJRIL B1C1 14 070

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2017

1
BAB V : PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

1. Pengertian
Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal
Pajak Nomor PER-32/PJ/2015 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apa pun
sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh
orang pribadi subyek pajak dalam negeri.
2. Pemotongan Pajak Pph Pasal 21
1) Pemberi kerja yang terdiri dari:
a. orang pribadi dan badan;
b. cabang, perwakilan, atau unit, dalam hal yang melakukan sebagian atau
seluruh administrasi yang terkait dengan pembayaran gaji, upah,
honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain adalah cabang, perwakilan,
atau unit tersebut.
2) Bendahara atau pemegang kas pemerintah, termasuk bendahara atau
pemegang kas pada Pemerintah Pusat termasuk institusi TNI/POLRI,
Pemerintah Daerah, instansi atau lembaga pemerintah, lembaga-lembaga
negara lainnya, dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di luar negeri, yang
membayarkan gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan
nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan,
jasa, dan kegiatan;
3) Dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja, dan badan-
badan lain yang membayar uang pensiun secara berkala dan tunjangan hari tua
atau jaminan hari tua;
4) Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta
badan yang membayar:
a. Honorarium, komisi, fee, atau pembayaran lain sebagai imbalan
sehubungan dengan jasa dan/atau kegiatan yang dilakukan oleh orang
pribadi dengan status Subjek Pajak dalam negeri, termasuk jasa tenaga ahli
yang melakukan pekerjaan bebas dan bertindak untuk dan atas namanya
sendiri, bukan untuk dan atas nama persekutuannya;

2
b. Honorarium, komisi, fee, atau pembayaran lain sebagai imbalan
sehubungan dengan kegiatan dan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi
dengan status Subjek Pajak luar negeri;
c. Honorarium, komisi, fee, atau imbalan lain kepada peserta pendidikan dan
pelatihan, serta pegawai magang;
5) Penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi yang bersifat
nasional dan internasional, perkumpulan, orang pribadi serta lembaga lainnya
yang menyelenggarakan kegiatan, yang membayar honorarium, hadiah, atau
penghargaan dalam bentuk apapun kepada Wajib Pajak orang pribadi
berkenaan dengan suatu kegiatan.

Yang tidak termasuk sebagai pemberi kerja yang mempunyai kewajiban untuk
melakukan pemotongan pajak adalah:
a) kantor perwakilan Negara asing,
b) organisasi-organisasi internasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat
(1) huruf c Undang-Undang Pajak Penghasilan, yang telah ditetapkan oleh
Menteri Keuangan,
c) pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas yang semata-mata mempekerjakan orang pribadi untuk
melakukan pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan bukan dalam rangka
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
3. Hak Dan Kewajiban Pemotong Pajak
Hak Pemotong Pajak, yaitu:
a. Pemotong pajak berhak atas kelebihan jumlah penyetoran PPh pasal 21 yang
terjadi karena jumlah PPh pasal 21 yang terutang dalam 1 tahun takwim lebih
kecil daripada jumlah PPh pasal 21 yang disetor.
b. Pemotong pajak berhak mengajukan permohonan untuk memperpanjang jangka
waktu penyampaian SPT PPh pasal 21.
c. Pemotong pajak dapat mengajukan keberatan kepada direktur jenderal pajak dan
permohonan banding kepada badan peradilan pajak.

Kewajiban Pemotong Pajak, yaitu:

a. Setiap pemotong pajak wajib mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak


setempat.

3
b. Pemotong pajak mengambil sendiri formulir-formulir yang diperlukan dalam
rangka pemenuhan kewajiban perpajakannya pada Kantor Pelayanan Pajak atau
Kantor Penyuluhan Pajak setempat.
c. Pemotong pajak wajib menghitung, memotong, dan menyetorkan PPh 21 yang
terutang untuk setiap akhir bulan takwim.
d. Pemotong pajak wajib melaporkan penyetoran tersebut sekalipun nihil dengan
menggunakan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa ke Kantor Pelayanan Pajak
setempat, selambat-lambatnya pada tanggal 20 bulan takwim berikutnya.
e. Pemotong pajak wajib memberikan Bukti Pemotongan PPh 21 baik diminta
maupun tidak pada saat dilakukannya pemotongan pajak kepada orang pribadi
bukan sebagai pegawai tetap, penerimaan uang tembusan pensiun, penerimaan
Jaminan Hari Tua, penerima uang pesangon, dan penerima dana pensiun.
f. Pemotong pajak wajib memberikan Bukti Pemotongan PPh 21 Tahunan kepada
pegawai tetap, termasuk penerima pensiun bulanan, dengan menggunakan
formulir yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak dalam waktu 2 bulan
setelah tahun pajak berakhir.
4. Penerima Penghasilan Wajib Pajak PPh Pasal 21
1) Pegawai;
2) Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan hari
tua, atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya;
3) Bukan Pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan
dengan pemberian jasa, meliputi:
a. tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara,
akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris;
b. pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang
sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati,
pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman lainnya;
c. olahragawan;
d. penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator;
e. pengarang, peneliti, dan penerjemah;
f. pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer dan sistem
aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi dan sosial serta
pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan;
g. agen iklan;
4
h. pengawas atau pengelola proyek;
i. pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi
perantara;
j. petugas penjaja barang dagangan;
k. petugas dinas luar asuransi; dan/atau
l. distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan
sejenis lainnya;
4) Anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap
sebagai Pegawai Tetap pada perusahaan yang sama.
5) Mantan pegawai;
6) peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan
dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan, antara lain:
a. peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan olah raga,
seni, ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi dan perlombaan lainnya;
b. peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau kunjungan kerja;
c. peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara
kegiatan tertentu;
d. peserta pendidikan dan pelatihan;
e. peserta kegiatan lainnya.

5. Tidak Termasuk Wajib Pajak PPh Pasal 21


a. Pejabat perwakilan diplomatic dan konsulat atau pejabat lain dari Negara asing
dan orang orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan
bertempat tinggal bersama mereka, dengan syarat bukan warga Negara
Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain
di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut, serta Negara yang bersangkutan
memberikan perlakuan timbal balik.
b. Pejabat perwakilan organisasi internasional dimaksud dalam pasal 3 ayat (1)
huruf c Undang Undang Pajak Penghasilan, yang telah ditetapkan oleh
Menteri Keuangan, dengan syarat bukan warga Negara Indonesia dan tidak
menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia.

6. Hak Dan Kewajiban Wajib Pajak

5
Hak Wajib Pajak
a. Wajib pajak berhak meminta bukti pemotongan PPh Pasal 21 kepada
Pemotong Pajak;
b. Wajib Pajak berhak mengajukan surat keberatan kepada Direktur Jenderal
Pajak;
c. Wajib Pajak berhak mengajukan permohonan banding secara tertulis dalam
bahasa Indonesia dengan alasan yang jelas kepada Badan Penyelesaian
Sengketa Pajak.

Kewajiban Wajib Pajak

a. Wajib Pajak (penerima penghasilan) wajib menyerahkan surat pernyataan


kepada Pemotong Pajak, yang menyatakan jumlah tanggungan keluarga pada
suatu tahun takwim, untuk mendapatkan pengurangan berupa Penghasilan
Tidak Kena Pajak (PTKP).
b. Wajib Pajak berkewajiban menyerahkan SPTTahunan PPh Wajib Pajak Orang
Pribadi, jikaWajib Pajak mempunyai penghasilan lebih dari satu pemberi
kerja.
7. Penghasilan Yang Dikecualikan Dari Pengenaan Pph Pasal 21
a. Pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa,
asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa.
b. Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dalam bentuk apapun
yang diberikan oleh wajib pajak atau pemerintah.
c. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan, iuran tunjangan hari tua atau iuran jaminan
hari tua kepada badan penyelenggara tunjangan hari tua atau badan
penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang dibayar oleh pemberi kerja.
d. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga
amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah, atau sumbangan
keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia
yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari lembaga keagamaan yang
dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah.

6
e. Beasiswa yang diterima atau diperoleh Warga Negara Indonesia dari Wajib
Pajak pemberi beasiswa dalam rangka mengikuti pendidikan dasar, pendidikan
menengah dan pendidikan tinggi dikecualikan dari obyek pajak penghasilan.

Daftar Pustaka

Awaluddin,Ishak. 2017. PERPAJAKAN PEMBAHASAN SESUAI ATURAN PELAKSANAAN


PERPAJAKAN TERBARU 2017. K-media. Yogyakarta
Cendekian, MS. 2016. Hak dan Kewajiban Pemotong Pajak. [online]. Tersedia dalam :
http://mscendikia.blogspot.co.id/2016/10/hak-dan-kewajiban-pemotong-pajak.html.
diakses tanggal 15 Oktober 2017
Puspa, Dian. 2016. PPh Pasal 21 (Pajak Penghasilan Pasal 21). online]. Tersedia dalam :
https://www.online-pajak.com/id/pph-pajak-penghasilan-pasal-21. diakses tanggal
15 Oktober 2017

Anda mungkin juga menyukai