Anda di halaman 1dari 21

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU

KEPALA KELUARGA TERHADAP KEBERADAAN BANK SAMPAH


(STUDI KASUS PADA BANK SAMPAH KEL CIBINONG BANDUNG)

Dr. Irdam Ahmad, M.Stat


irdam_ahmad@yahoo.com

Abstrak

Bank Sampah pertama kali didirikan atas prakarsa masyarakat tahun 2008 di
Kabupaten Bantul dengan nama Bank Sampah Gemah Ripah. Sejak itu,
keberadaan Bank Sampah terus berkembang. Sampai dengan akhir Desember
2012, jumlah Bank Sampah di seluruh Indonesia sudah mencapai 1195 unit,
yang tersebar pada 55 kota/kabupaten di 16 propinsi, dengan jumlah anggota
sebanyak 96.203 orang. Sungguhpun demikian, dibandingkan dengan jumlah
keluarga di seluruh Indonesia, yang mencapai sekitar 4 juta keluarga, berarti
baru sekitar 2 persen yang sudah menjadi anggota Bank Sampah. Dalam
pelaksanaannya, warga datang membawa sampah organik dan an organik yang
sudah dipilah. Sampah organik diolah menjadi kompos, sedangkan sampah an
organik disimpan di Bank Sampah dan dicatat pada buku tabungan yang
bersangkutan. Setiap bulan sampah an organik dijual kepada pengepul dan
uangnya diserahkan kepada warga pemilik sampah, setelah dipotong 15 %
sebagai biaya jasa Bank Sampah. Karena itu, motto Bank Sampah adalah from
trash to cash. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
pengetahuan tentang manfaat Bank sampah dan sikap mengenai sistem
pengelolaan sampah terpadu dengan perilaku kepala keluarga terhadap
keberadaan Bank Sampah, di Kelurahan Cibangkong, Bandung. Penelitian
dilakukan dengan cara survey menggunakan kuesioner terstruktur. Populasi
penelitian ini adalah seluruh keluarga yang tinggal di Rukun Warga (RW) 11,
tempat lokasi Bank Sampah, Kelurahan Cibangkong. Pemilihan sampel keluarga
responden dilakukan dengan metode cluster sampling, yaitu dengan memilih dua
Rukun Tetangga (RT) secara acak, dimana semua keluarga yang tinggal pada
ketiga RT tersebut dijadikan responden. Analisis data dilakukan dengan
menggunakan analisa regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan terdapat
pengaruh positive yang significant dari variabel pengetahuan tentang manfaat
sampah dan sikap terhadap pengelolaan sampah terpadu, baik sendiri-sendiri
maupun secara bersama-sama, dengan perilaku kepala keluarga terhadap
keberadaan Bank Sampah.

Kata kunci: bank sampah, reduce, reuse, recycle, regresi berganda


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelahiran Undang-Undang (UU) Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah, yang kemudian dilengkapi dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 81 tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Keluarga dan
Sampah Sejenis Sampah Keluarga merupakan tonggak sejarah pengelolaan
sampah di Indonesia, karena mencakup regulasi tentang hak dan kewajiban
semua pemangku kepentingan terkait dengan pengelolaan sampah (KLH, 2012).
Khusus tentang pengelolaan sampah keluarga, terdapat pada pasal 19 sampai
dengan pasal 22 UU Nomor 18 tahun 2008. Pasal 19 berbunyi pengelolaan
sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga terdiri atas
pengurangan sampah dan penanganan sampah. Pengurangan sampah meliputi
kegiatan: pembatasan timbulan sampah; pendaur ulang sampah; dan atau
pemanfaatan kembali sampah (pasal 20). Sedangkan penanganan sampah
meliputi pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah
sesuai dengan jenis, jumlah dan atau sifat sampah (pasal 22).
Untuk melaksanakan kedua peraturan perundangan tersebut, khususnya
tentang pengelolaan sampah keluarga, Kementerian Lingkungan Hidup
kemudian mengeluarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun
2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse dan Recycle Melalui Bank
Sampah. Bank Sampah adalah tempat pemilahan dan pengumpulan sampah
yang dapat di daur ulang dan/atau diguna ulang yang memiliki nilai ekonomi.
Sedangkan tujuan Bank Sampah adalah pelaksanaan 3R, yaitu, pengurangan
(reduce), pemakaian kembali (reuse) dan pendaur ulangan (recycle) sampah
untuk menghasilkan pendapatan (KLH, 2012).
Bank Sampah pertama kali didirikan atas prakarsa masyarakat tahun
2008 di Kabupaten Bantul dengan nama Bank Sampah Gemah Ripah. Sejak itu,
keberadaan Bank Sampah terus berkembang. Sampai dengan bulan Desember
2012, jumlah Bank Sampah di seluruh Indonesia sudah mencapai 1195 unit,
yang tersebar pada 55 kota/kabupaten di 16 propinsi, dengan jumlah nasabah
penabung 96.203 orang dan omzet Rp 15,1 milyar per bulan (Tabel 1.1).
Sedangkan volume sampah yang berhasil diolah atau direduksi adalah sekitar
2.262 ton per bulan atau 27.144 ton per tahun. Sungguhpun demikian,
dibandingkan dengan total produksi sampah di seluruh Indonesia yang
diperkirakan mencapai 54 juta ton pertahun, volume sampah yang berhasil
direduksi melalui Bank Sampah baru sekitar 0,05 persen (KLH, 2012).
Melalui Bank Sampah, masyarakat diminta bertanggungjawab terhadap
sampah yang mereka hasilkan, dengan cara meminta masyarakat memilah
sampah organik dengan an organik di rumah mereka masing-masing, dan
menyerahkannya kepada Bank Sampah dalam dua wadah yang berbeda.
Sampah organik kemudian diolah menjadi kompos, yang bisa digunakan untuk
penghijauan lingkungan, sedangkan sampah an organik disimpan di Bank
Sampah sebagai tabungan warga yang membawanya, dan dicatat pada buku
tabungan yang bersangkutan. Setiap bulan sampah an organik dijual kepada
pengepul dan uangnya diserahkan kepada pemilik sampah an organik tersebut.
Karena itu, motto Bank Sampah adalah from trash to cash (Saefudin, 2012).
Dengan adanya Bank Sampah, ada beberapa manfaat yang bisa
diperoleh sekaligus, diantaranya adalah; pertama, salah satu alternatif
pemecahan masalah sampah rumah tangga, kedua, menjadi media pendidikan
lingkungan yang efektif bagi masyarakat tentang pentingnya memilah dan
menabung sampah, ketiga, meningkatkan kesadaran warga akan pentingnya
pengelolaan sampah keluarga, keempat, dapat menciptakan lingkungan
permukiman yang sehat, bersih dan hijau, kelima, mengurangi volume sampah
yang dibuang ke TPA, sehingga bisa menghemat biaya angkut, memperpanjang
usia pemakaian TPA dan mengurangi polusi udara di sekitar TPA, dan keenam,
dapat menjadi sumber penghasilan tambahan bagi sebagian masyarakat.
Kelahiran konsep Bank Sampah pada tahun 2008 bisa dianggap sebagai
sebuah fenomena, karena mampu merubah paradigma pengelolaan sampah
keluarga dari pola lama (kumpul, angkut, dan buang), menjadi pola baru, yaitu
3R yang diawali dengan pemilahan sampah organik dengan sampah an organik
di sumber nya (rumah kepala keluarga). Sungguhpun demikian, setelah berjalan
lebih dari dua tahun dan baru mencakup 96.203 orang penabung atau baru
sekitar 2,4 persen dari sekitar 4 juta keluarga, tampaknya diperlukan upaya
ekstra agar jumlah kepala keluarga yang berpartisipasi menjadi penabung dan
anggota Bank Sampah bisa meningkat dengan lebih cepat, yang pada akhirnya
diharapkan dapat mereduksi volume sampah secara significant.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku kepala keluarga
terhadap keberadaan Bank Sampah di RW 11, Kelurahan Cibangkong,
Bandung. Disamping itu juga akan dianalisis berbagai kendala yang dihadapi
dan solusi untuk mengatasi berbagai kendala tersebut. Penelitian ini juga akan
meneliti faktor-faktor apa saja yang memengaruhi perilaku kepala keluarga untuk
berpartisipasi menjadi anggota Bank Sampah dan bersedia memilah sampah
organik dengan an organik di rumah masing-masing.
Dari hasil penelitian ini, diharapkan berbagai masalah yang dialami oleh
Bank Sampah bisa segera diatasi, dan keberadaan Bank Sampah bisa terus
berkembang di setiap RW atau Kelurahan di seluruh Indonesia, sebagai salah
satu solusi mengatasi masalah sampah, khususnya di perkotaan. Disamping
dapat mengurangi volume sampah yang harus dibuang ke TPA, keberadaan
Bank Sampah juga dapat menyerap tenaga kerja dan memberikan penghasilan
tambahan bagi sebagian masyarakat. Lebih dari itu, keberadaan Bank Sampah
bisa menjadi sarana pendidikan lingkungan yang efektif, karena bisa melibatkan
semua kelompok masyarakat untuk aktif dan bertanggungjawab mengelola
sampah yang mereka hasilkan, mulai dari anak-anak, remaja, pemuda sampai
orang tua. Hasil penelitian ini diharapkan juga bisa memberikan masukan dan
pemahaman kepada pemerintah kabupaten/kota di seluruh Indonesia bahwa
proses pengelolaan sampah melalui sistem kumpul, angkut dan buang yang
dilakukan selama ini sudah tidak bisa dipertahankan lagi dan harus dirubah
menjadi sistem Bank Sampah.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah sebagai berikut;
1. Apakah ada hubungan antara pengetahuan tentang manfaat sampah
dengan perilaku kepala keluarga terhadap keberadaan Bank Sampah
2. Apakah ada hubungan antara sikap mengenai sistem pengelolaan
sampah terpadu dengan perilaku kepala keluarga terhadap keberadaan
Bank Sampah
3. Apakah ada hubungan antara pengetahuan tentang manfaat sampah dan
sikap mengenai sistem pengelolaan sampah terpadu, secara bersama-
sama, dengan perilaku kepala keluarga terhadap keberadaan Bank
Sampah

Tujuan Penelitian
Berdasarkan pertanyaan penelitian yang sudah diuraikan pada
perumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, pertama,
hubungan antara pengetahuan tentang manfaat sampah dengan perilaku kepala
keluarga terhadap Bank Sampah, kedua, hubungan antara sikap mengenai
sistem pengelolaan sampah terpadu dengan perilaku kepala keluarga terhadap
Bank Sampah, ketiga, hubungan antara pengetahuan tentang manfaat sampah
dan sikap mengenai sistem pengelolaan sampah terpadu, secara bersama-
sama, dengan perilaku kepala keluarga terhadap Bank Sampah
Adapun hipotesis penelitian yang akan diuji pada penelitian ini adalah,
pertama, ada hubungan positif antara pengetahuan tentang manfaat sampah
dengan perilaku kepala keluarga terhadap Bank Sampah, kedua, ada hubungan
positif antara sikap mengenai sistem pengelolaan sampah terpadu dengan
perilaku kepala keluarga terhadap Bank Sampah, ketiga, ada hubungan positif
antara pengetahuan tentang manfaat sampah dan sikap mengenai sistem
pengelolaan sampah terpadu, secara bersama-sama, dengan perilaku kepala
keluarga terhadap Bank Sampah.
Kerangka Pikir

Pengetahuan Tentang
Manfaat Sampah

Perilaku Kepala keluarga


Terhadap Keberadaan
Sikap Mengenai Sistem Bank Sampah
Pengelolaan Sampah
Terpadu

Gambar 1
Kerangka Pikir Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA
Beberapa penelitian pernah dilakukan tentang Bank Sampah yang ada di
Yogyakarta, Bandung, dan lain-lain. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Aryenti
(2011) di RW 13 Kelurahan Babakan Kiaracondong, Bandung, menyimpulkan
bahwa berdirinya Bank Sampah di RW 13, Kelurahan Kiaracondong, Bandung,
telah mampu merubah perilaku masyarakat dalam mengelola sampah. Melalui
kegiatan program 3R dan gerakan menabung sampah, telah berhasil mereduksi
sampah lingkungan di RW 13 40 % dari jumlah sampah yang ada.
Keberhasilan pengelolaan sampah melalui sistem 3R di RW 13 telah membawa
RW 13 menjadi juara tiga kebersihan se Kotamadya Bandung.
Hasil penelitian lainnya yang dilakukan oleh Permanasari dan Damanhuri
(2012) pada tiga Bank Sampah yang ada di kota Bandung menyimpulkan bahwa
63,9 persen dari seluruh responden telah melakukan pemilahan sampah dirumah
berdasarkan nilai ekonomi dari sampah tersebut, yaitu sampah yang dapat dijual.
Secara keseluruhan, pengolahan sampah organik menjadi kompos, mendaur
ulang sampah an organik serta menjual sampah an organik melalui Bank
Sampah, dapat mereduksi sampah rata-rata sekitar 0,14 kg/orang/hari.
Dalam penelitiannya di Bank Sampah Gemah Ripah di Pedukuhan
Badegan Kabupaten Bantul, Febby Kautsar (2011) menyimpulkan bahwa Bank
Sampah telah berhasil memberikan banyak manfaat. Berdasarkan penilaian
nasabah, Bank Sampah Gemah Ripah termasuk dalam tingkat pengelolaan yang
baik dan bisa di replikasi di daerah lain. Adapun faktor-faktor yang
menyebabkannya adalah faktor keberhasilan sosialisasi/penyuluhan, faktor
sosial budaya serta faktor komunitas/organisasi bank sampah. Syarat utama
replicability adalah adanya tiga komponen utama Bank Sampah, yakni: (1)
penabung di sosialisasikan; (2) pengelola diberi pelatihan; (3) pengepul diajak
kerja sama. Scaling up/skala layanan bank sampah bersifat fleksibel, artinya
bank sampah dapat didirikan dalam lingkup layanan yang kecil hingga ke lingkup
layanan yang luas. Penelitian ini merekomendasikan bahwa model Bank
Sampah Gemah Ripah ini dapat diterapkan/replikasi diseluruh daerah dan kota-
kota yang ada di Indonesia.
Penelitian lain di Bank Sampah Gemah Ripah, Kabupaten Bantul,
dilakukan oleh Aan Nuryani (2012) dalam skripsinya yang berjudul Peranan
Bank Sampah Gemah Ripah Terhadap Kesempatan Kerja dan Pendapatan
Keluarga di Kecamatan Bantul, Yogyakarta. Penelitian ini menemukan bahwa
peranan Bank Sampah Gemah Ripah terhadap kesempatan kerja di Kecamatan
Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta masih kecil yaitu 1,02 persen. Peranan
Bank Sampah Gemah Ripah terhadap pendapatan keluarga juga masih kecil
yaitu 0,90 persen dari pendapatan hasil menabung. Peranan pendapatan dari
menabung di Bank Sampah terhadap pendapatan total keluarga paling besar
berasal dari penabung atau nasabah yang mempunyai pekerjaan pokok sebagai
buruh 1,34 persen dan yang paling kecil berasal dari nasabah yang memiliki
profesi sebagai PNS yaitu 0,63 persen. Faktor penghambat dalam
perkembangan Bank Sampah Gemah Ripah adalah manajemen Bank Sampah
yang belum baik.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode Pengumpulan Data
Metode Penelitian yang digunakan adalah survei, sedangkan metode
pengumpulan datanya dilakukan dengan cara meminta responden kepala
keluarga yang terpilih sebagai sampel pada penelitian ini untuk mengisi
kuesioner yang sudah dipersiapkan atau diisi oleh petugas lapangan melalui
wawancara. Secara definisi, survei adalah metode pengumpulan data dengan
menggunakan instrument yang disebut kuesioner (questionaire) atau daftar
pertanyaan, untuk mengumpulkan jawaban dari sejumlah (sample) responden.
Wawancara biasanya dilaksanakan dalam lingkungan yang apa adanya
(natural setting), yaitu ditempat dimana biasanya responden berada, misalnya di
rumah, di kantor, dan lain-lain, dengan menggunakan kuesioner terstruktur yang
sudah dipersiapkan sebelumnya, sehingga peneliti bisa langsung memperoleh
data asli (factual) dan objektif dari responden. Karena itu, kualitas atau
keberhasilan dari suatu penelitian dengan menggunakan metode survei sangat
tergantung pada kualitas peneliti dan kuesioner yang digunakan.
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh warga RW (Rukun Warga) 11,
Kelurahan Cibangkong, Bandung. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode
cluster random sampling, dengan cara memilih dua Rukun Tetangga (RT) secara
acak, dimana seluruh kepala keluarga yang terdapat pada kedua RT tersebut
dijadikan sebagai responden pada penelitian ini. Penelitian ini menggunakan
pendekatan keluarga, dimana semua anggota keluarganya tinggal dalam satu
rumah/bangunan tempat tinggal. Dengan demikian, jika dalam satu
rumah/bangunan terdiri dari lebih dari satu kepala keluarga (KK), akan tetap
diperlakukan sebagai satu keluarga.

Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner terstruktur
yang dibuat dengan mengacu pada karakteristik variabel penelitian yang telah
diuraikan sebelumnya. Dari berbagai teori yang telah diuraikan dari setiap
variabel tersebut, kemudian diturunkan menjadi sintesis, definisi koseptual,
definisi operasional, kisi-kisi dan butir soal dari setiap variabel, yang mempunyai
indikator atau aspek yang dituangkan pada kisi-kisi instrumen.
Instrumen dibagikan dan diisi oleh kepala keluarga yang terpilih sebagai
responden pada penelitian ini. Skala yang digunakan pada instrumen penelitian
terdiri dari dua macam, yaitu skala Likert (untuk variabel perilaku dan sikap),
dengan alternatif jawaban skor 1-5, serta skala binary (variabel pengetahuan)
dengan alternatif jawaban 1 dan 0. Untuk variabel sikap dan perilaku yang
menggunakan skala Likert, bobot skala jawabannya adalah ; 5 = sangat
setuju/selalu (SS/SL), 4 = setuju/sering (S/SR), 3 = ragu-ragu/kadang-kadang
(R/K), 2 = tidak setuju/jarang (TS/J) dan 1 = sangat tidak setuju/tidak pernah
(STS/TP). Sedangkan untuk variabel pengetahuan, menggunakan skala binary,
yaitu 1=Betul dan 0=Salah.

Metode Analisis Data


Ada dua metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini, yaitu
analisis deskriptif dan analisis inference. Analisis deskriptif akan dilakukan
dengan menggunakan tabel dan grafik, sedangkan analisis inference akan
dilakukan dengan menggunakan metode analisis regresi beganda berikut.

Y = 0 + 1X1 + 2X2 + i
Dimana :
Y = skor perilaku responden terhadap keberadaan Bank Sampah
X1 = skor pengetahuan responden tentang manfaat sampah
X2 = skor sikap responden mengenai sistem pengelolaan sampah terpadu
i = residual
PROFIL BANK SAMPAH KELURAHAN CIBANGKONG
Lokasi Bank Sampah di Kelurahan Cibangkong, kecamatan Batununggal,
terletak di lingkungan RW 11, yang merupakan salah satu pemukiman padat
penduduk. Bank Sampah di kelurahan Cibangkong dibentuk tahun 2010 dengan
nama Bank Sampah My Darling (singkatan dari Masyarakat Sadar Lingkungan)
yang diprakarsai oleh Ibu Dewi Kusmianti, salah seorang warga RW 11
Kelurahan Cibangkong. Jargon Bandung Green and Clean yang selama ini
didengungkan oleh pemerintah kota Bandung, rupanya sudah terlebih dahulu
dilaksanakan secara mandiri oleh sosok Ibu Dewi Kusmianti bersama suaminya,
yang bertugas mengumpulkan sampah warga di lingkungan RW 011, kelurahan
Cibangkong.
Awalnya, tujuannya hanya untuk membantu suaminya yang setiap hari
mengurus sampah, karena sejak tahun 1997 Dinas Kebersihan Kota Bandung
tidak lagi mengangkut sampah dari wilayah RW 11. Akibatnya, tumpukan
sampah menjadi sangat banyak sampai melimpah kejalan, dan menyebabkan
bau. Untuk mengurangi volume sampah, petugas sampah kemudian membakar
sampah tersebut, yang tentu saja menjadi tidak sehat dan berbahaya, karena
asap yang timbul akibat pembakaran sampah.
Sekaligus juga ia ingin memberi peran dan pendidikan lingkungan bagi
masyarakat agar peduli terhadap sampah. Ibu Dewi lalu mengajak tetangga
sekitarnya untuk mendirikan Bank Sampah, dimana masyarakat yang berperan
sebagai penghasil sampah menjadi nasabahnya. Moto yang selalu dipegang
oleh Bu Dewi adalah Lebih baik hidup dari sampah dari pada hidup menjadi
sampah.
Bank Sampah My Darling buka setiap hari Selasa, Kamis, dan Sabtu,
untuk memberikan pelayanan kepada nasabah. Para petugas, yang sebagian
besar ibu-ibu, menerima setoran sampah yang sudah dipilah dari nasabah.
Harga sampah organik dihargai Rp 50 per kilogram, sedangkan sampah an
organik dihargai Rp 400 per kilogram. Untuk pembayaran kepada nasabah,
digunakan sistem pembayaran setelah mencapai nominal Rp 50.000 rupiah.
Masyarakat sekitar rumah Ibu Dewi kini mulai menyadari bahwa sampah
bisa didaur ulang dan dikelola dengan baik. Tentunya, sampah yang dibuang
harus dipilah dulu dan diserahkan sesuai dengan jenisnya untuk diolah di bank
sampah My Darling. Perlahan, masyarakat mulai ikut terlibat dalam pengurusan
bank sampah ini. Dulu, sampah menggunung dan menimbulkan bau tidak sedap
di lingkungan Cibangkong ini. Kini, tumpukan sampah berkurang drastis dengan
adanya pemilahan dan pemilihan sampah sesuai dengan jenisnya.
Tidak seperti Bank Sampah lainnya yang hanya mengolah sampah
organik menjadi kompos, Bank Sampah My Darling juga mengolah sampah
organik menjadi bio gas dan pupuk organik cair. Teknologi pembuatan bio gas
dan pupuk cair ini dibantu secara teknis oleh Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat Universitas Pajajaran (Unpad). Selain dapat
mengurangi volume sampah organik, program pengelolaan sampah berbasis
biogas ini manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat sebagai bahan
bakar pengganti LPG, sehingga dapat menghemat pengeluaran rumahtangga
untuk membeli gas LPG. Disamping dapat digunakan sebagai pengganti gas
LPG untuk memasak, bio gas juga dapat digunakan sebagai bahan bakar
generator listrik (genset) untuk pembangkit listrik (penerangan). Sedangkan
pupuk organik cair yang dihasilkan merupakan pupuk organik terbaik, karena
tidak mengandung bakteri patogen, serta bisa langsung digunakan untuk semua
jenis tanaman.
Untuk sampah an organik, dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok
yang bisa dijual, seperti kardus, kertas, botol, kaleng, dan lain-lain, serta
kelompok sampah kantong plastik yang didaur ulang (recycle) menjadi aneka
barang kerajinan yang bermanfaat, seperti tas, dompet, taplak meja, dan lain-
lain, yang dapat meningkatkan penghasilan ibu-ibu rumahtangga anggota Bank
Sampah. Sampah kemasan botol ait mineral, dihancurkan/dicacah dengan
menggunakan mesin pencacah, bantuan dari PT. Pindad, kemudian baru dijual
ke pabrik pengolahan plastik.
Saat ini Bank Sampah RW 11 kelurahan Cibangkong sudah tertata bersih
dan rapi. Bantuan yang datang untuk mendukung program Bank Sampah ini juga
tidak sedikit. Berbagai penghargaan dan piagam, telah diterima oleh Ibu Dewi
dari berbagai pihak, seperti Kementerian Lingkungan Hidup, Pemerintah Kota
Bandung, Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Kick Andy Foundation, dan lain-lain.
Sekarang, di Bank Sampah tersebut terdapat satu instalasi Bio Metan Green,
yang digunakan untuk mengolah sampah organik menjadi gas dan pupuk cair
organik. Sedangkan sampah non organik, di daur ulang menjadi berbagai
kerajinan tangan. Sampai saat ini, omset yang diperoleh Bank Sampah My
Darling sudah mencapai Rp 800.000 per bulan. Padahal, di awal terbentuknya,
omset mereka hanya berkisar Rp 800.000 per tahun.

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN


Ada tiga macam hipotesis yang akan diuji pada penelitian ini, yaitu
pertama, terdapat hubungan positif antara variabel bebas X1 (pengetahuan
kepala keluarga tentang manfaat sampah) dengan variabel terikat Y (perilaku
kepala keluarga terhadap Bank Sampah), kedua, terdapat hubungan positif
antara variabel bebas X2 (sikap kepala keluarga terhadap sistem pengelolaan
sampah terpadu) dengan variabel terikat Y (perilaku kepala keluarga terhadap
keberadaan Bank Sampah), dan ketiga, terdapat hubungan positif antara
variabel bebas X1 dan variabel bebas X2, secara bersama-sama, dengan
variabel terikat Y.
Pengujian terhadap ketiga hipotesis tersebut akan dilakukan dengan
menggunakan pengujian hipotesis terhadap koefisien korelasi populasi Pearson
Product Moment () dengan hipotesis nol adalah tidak ada hubungan antara
variabel terikat Y dengan masing-masing variabel bebas X1 dan X2 atau koefisien
korelasi populasinya lebih kecil atau sama dengan nol (H0 : i 0), sedangkan
hipotesis alternatif nya adalah terdapat hubungan positif antara variabel terikat Y
dengan masing-masing variabel bebas X1 dan X2 atau koefisien korelasi
populasinya lebih besar dari pada nol (H1 : i > 0).
Pengujian hipotesis terhadap koefisien korelasi populasi Pearson Product
Moment akan dilakukan dengan menggunakan uji t, dengan menggunakan
tingkat signifikansi 0,05 dan derajat bebas sebesar jumlah sampel dikurangi
dengan 2 atau 97 - 2 = 95. Sedangkan kriteria pengujiannya adalah tolak
hipotesis nol jika nilai t hitung lebih besar dari pada nilai t tabel atau tingkat
signifikansinya kurang dari 0,05. Berikut ini adalah deskripsi dari hasil pengujian
hipotesis terhadap koefisien korelasi populasi Pearson Product Moment.
Disamping pengujian hipotesis terhadap koefisien korelasi populasi, untuk
mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat, penelitian
ini juga menggunakan model regresi berganda untuk mengetahui sampai sejauh
mana pengaruh dari variabel bebas, secara bersama-sama, terhadap variabel
terikat. Model regresi berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel
pengetahuan dan sikap terhadap perilaku penduduk terhadap Bank Sampah,
sedangkan model regresi logistik digunakan untuk mengetahui pengaruh umur,
jenis kelamin, pendidikan dan pendapatan terhadap perilaku penduduk dalam
memilah sampah di rumah masing-masing.

Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Manfaat Sampah (X1) Dengan


Perilaku Kepala Keluarga Terhadap Bank Sampah (Y)

Hipotesis pertama yang diajukan pada penelitian ini adalah terdapat


hubungan positif antara pengetahuan tentang Bank Sampah (X1) dengan
perilaku kepala keluarga terhadap Bank Sampah (Y). Analisis regresi linear
sederhana antara pengetahuan tentang manfaat sampah (X1) dengan perilaku
kepala keluarga terhadap Bank Sampah (Y) memberikan nilai koefisien regresi
(b) sebesar 2,63 dengan konstanta (bo) sebesar 16,90 (lihat Tabel 1). Karena
koefisien regresinya adalah positif, berarti terdapat hubungan positif antara
pengetahuan tentang manfaat sampah dengan perilaku kepala keluarga
terhadap Bank Sampah. Dengan kata lain, semakin tinggi pengetahuan kepala
keluarga tentang manfaat sampah, maka semakin baik perilakunya terhadap
Bank Sampah.
Tabel 1
Output SPSS Pengaruh Pengetahuan Terhadap
Perilaku Kepala Keluarga Tentang Keberadaan Bank Sampah
Coefficientsa

Unstandardized Standardized Collinearity


Coeff icients Coeff icients Statistics
Std. Tolera
Model B Error Beta t Sig. nce VIF
1 (Constant) 16.895 4.768 3.543 .001
pengetahuan 2.629 .378 .580 6.948 .000 1.000 1.000
a. Dependent Variable: perilaku

Dari Tabel 1 tersebut, maka hubungan antara variabel pengetahuan


tentang Bank Sampah dengan perilaku kepala keluarga terhadap Bank Sampah
dapat ditulis dalam bentuk persamaan regresi linear sederhana sebagai berikut ;
Y = 16,90 + 2,63. X1.
Dimana : Y = perilaku kepala keluarga terhadap Bank Sampah
X1 = pengetahuan kepala keluarga tentang Bank Sampah
Dari persamaan regresi Y = 16,90 + 2,63 X1 tersebut dapat disimpulkan
bahwa untuk setiap kenaikan satu unit skor pengetahuan tentang Bank Sampah,
dapat meningkatkan skor perilaku kepala keluarga terhadap Bank Sampah
sebesar 2,63 unit. Sedangkan jika skor pengetahuan tentang manfaat sampah
sama dengan nol, maka skor variabel perilaku kepala keluarga terhadap Bank
Sampah sama dengan 16,90..
Dari Tabel 1 tersebut juga dapat diketahui bahwa variabel pengetahuan
tentang Bank Sampah mempunyai pengaruh positif yang significant terhadap
perilaku kepala keluarga terhadap keberadaan Bank Sampah (angka significansi
0,000). Sementara itu, jika dilihat dari tingkat keeratan hubungan antara variabel
pengetahuan tentang manfaat sampah (X1) dengan perilaku kepala keluarga
terhadap Bank Sampah (Y), diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar r y.x1 = 0,69,
sedangkan koefisien determinasinya adalah 0,47 yang berarti variasi skor
perilaku kepala keluarga terhadap Bank Sampah (Y) dapat dijelaskan oleh skor
pengetahuan tentang Bank Sampah (X1) sekitar 47,6 %, sedangkan sisanya
(52,4 %) dapat dijelaskan oleh variabel yang lain.
Hubungan antara Sikap Mengenai Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu
(X2) dengan Perilaku Kepala Keluarga terhadap Bank Sampah (Y)

Hipotesis kedua yang diajukan pada penelitian ini adalah terdapat


hubungan positif antara sikap kepala keluarga tentang sistem pengelolaan
sampah terpadu (X2) dengan perilaku kepala keluarga terhadap Bank Sampah
(Y). Analisis regresi linear sederhana antara variabel sikap kepala keluarga
tentang sistem pengelolaan sampah terpadu (X2) dengan perilaku kepala
keluarga terhadap Bank Sampah (Y) memberikan nilai koefisien regresi (b)
sebesar 1,04 dengan konstanta (bo) sebesar 4,97 (lihat Tabel 2). Karena
koefisien regresinya adalah positif, berarti terdapat hubungan positif antara sikap
kepala keluarga tentang sistem pengelolaan sampah terpadu dengan perilaku
kepala keluarga terhadap Bank Sampah. Dengan kata lain, semakin tinggi sikap
kepala keluarga tentang sistem pengelolaan sampah terpadu, maka semakin
baik perilakunya terhadap Bank Sampah.
Tabel 2
Output SPSS Pengaruh Sikap Terhadap
Perilaku Kepala Keluarga Tentang Keberadaan Bank Sampah
Coeffi ci entsa

Unstandardized St andardized Collinearity


Coef f icients Coef f icients St at ist ics
St d. Toleran
Model B Error Beta t Sig. ce VI F
1 (Constant) 4.970 7.047 .705 .482
sikap 1.039 .163 .547 6.361 .000 1.000 1.000
a. Dependent Variable: perilaku

Dari Tabel 2 tersebut, maka hubungan antara variabel sikap kepala


keluarga tentang sistem pengelolaan sampah terpadu dengan perilaku kepala
keluarga terhadap Bank Sampah dapat ditulis dalam bentuk persamaan regresi
sebagai berikut ;

Y = 4,97 + 1,04 X2.


Dimana :
Y = perilaku kepala keluarga terhadap keberadaan Bank Sampah
X2 = sikap kepala keluarga terhadap sistem pengelolaan sampah terpadu
Dari persamaan regresi Y = 4,97 + .1,04 X2 dapat disimpulkan bahwa
untuk setiap kenaikan satu unit skor sikap kepala keluarga tentang sistem
pengelolaan sampah terpadu dapat meningkatkan skor perilaku kepala keluarga
terhadap Bank Sampah sebesar 1,04 unit.
Sementara itu, jika dilihat dari tingkat keeratan hubungan antara variabel
sikap kepala keluarga tentang sistem pengelolaan sampah terpadu (X2) dengan
variabel perilaku kepala keluarga terhadap Bank Sampah (Y), diperoleh nilai
koefisien korelasi sebesar r y.x2 = 0,55 sedangkan koefisien determinasinya
adalah 0,299, yang berarti variasi skor perilaku kepala keluarga terhadap Bank
Sampah (Y) dapat dijelaskan oleh variasi skor sikap kepala keluarga tentang
sistem pengelolaan sampah terpadu (X2) sekitar 29,9 %, sedangkan sisanya
(70,1 %) dapat dijelaskan oleh variabel lainnya.

Hubungan Antara Pengetahuan (X1) dan Sikap (X2), Secara Bersama-Sama,


Dengan Perlaku Kepala Keluarga Terhadap Bank Sampah (Y)

Hipotesis ketiga yang diajukan pada penelitian ini adalah terdapat


hubungan positif antara variabel pengetahuan tentang manfaat sampah (X1), dan
sikap mengenai sistem pengelolaan sampah terpadu (X2), secara bersama-
sama, terhadap variabel perilaku kepala keluarga terhadap Bank Sampah (Y).
Pengujian hipotesis untuk regresi berganda ini dilakukan dengan menggunakan
uji t dan uji F untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas X1 dan X2,
dengan variabel terikat Y, secara bersama-sama.
Dari Tabel 3 berikut ini dapat diketahui bahwa hasil regresi berganda dari
variabel bebas X1 dan X2 terhadap Y, memberikan nilai koefisien regresi b 1 dan
b2 masing-masing sebesar 2,02 dan 0,75 dengan konstanta bo = -7,47, yang
dapat ditulis dalam bentuk persamaan regresi berganda sebagai berikut ;
Y = -7,47 + 2,02 X1 + 0,75 X2.
Dimana : Y = perilaku kepala keluarga terhadap keberadaan Bank Sampah
X1 = pengetahun kepala keluarga tentang Bank Sampah
X2 = sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah terpadu
Karena koefisien regresi dari kedua variabel bebas X1 dan X2 mempunyai tanda
positif, berarti kedua variabel bebas tersebut mempunyai hubungan positif
dengan variabel terikat Y.

Tabel 3
Output SPSS Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Terhadap
Perilaku Kepala Keluarga Tentang Keberadaan Bank Sampah
Coeffi ci entsa

Unstandardized St andardized Collinearity


Coef f icients Coef f icients St at ist ics
St d. Tolera
Model B Error Beta t Sig. nce VI F
1 (Constant) -7.473 6.532 -1.144 .256
pengetahuan
2.015 .361 .445 5.581 .000 .881 1.135

sikap .748 .152 .393 4.932 .000 .881 1.135


a. Dependent Variable: perilaku

Dari Tabel 3 tersebut juga dapat diketahui bahwa variabel pengetahuan


tentang Bank Sampah mempunyai pengaruh yang significant terhadap perilaku
kepala keluarga terhadap keberadaan Bank Sampah (angka significansi 0,000).
Demikian juga dengan variabel sikap terhadap sistem pengelolaan sampah
terpadu juga mempunyai pengaruh yang significant terhadap perilaku kepala
keluarga terhadap keberadaan Bank Sampah (angka significansi 0,000).
Sementara itu, untuk mengetahui sampai sejauh mana hubungan antara
variabel bebas X1 dan X2, secara bersama-sama, dengan variabel terikat Y,
perilaku kepala keluarga terhadap Bank Sampah, dapat diketahui bahwa nilai
koefisien korelasi Pearson Product Moment nya sebesar 0,69, yang berarti
terdapat hubungan positif yang cukup erat antara kedua variabel bebas X1 dan
X2, secara bersama-sama, dengan variabel terikat Y.
Dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,69, maka nilai koefisien
determinasi (R2) nya adalah sebesar 0,473, yang berarti sekitar 47,3 % dari
variasi perilaku kepala keluarga terhadap Bank Sampah dapat dijelaskan oleh
pengetahuan yang bersangkutan tentang manfaat sampah dan sikapnya
terhadap sistem pengelolaan sampah terpadu. Sedangkan sisanya, sekitar 52,7
% dijelaskan oleh variabel lainnya, selain kedua variabel bebas tersebut.
Dengan menggunakan Tabel Analisa Variance (Anova), hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan dari variabel
pengetahuan dan sikap, secara bersama-sama, terhadap variabel perilaku
penduduk terhadap Bank Sampah. Dari Tabel 4 (Anova) dapat diketahui bahwa
tingkat signifikansi dari uji F adalah 0,000, yang berarti, variabel pengetahuan
kepala keluarga tentang manfaat sampah dan sikap kepala keluarga terhadap
sistem pengelolaan sampah terpadu, secara bersama-sama, mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap perilaku penduduk terhadap Bank Sampah.

Tabel 4
Output SPSS Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Secara Bersama-Sama
Terhadap Perilaku Penduduk Terhadap Bank Sampah
ANOVAb

Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 5921.362 2 2960.681 42.225 .000a
Residual 6591.010 94 70.117
Total 12512.371 96
a. Predictors: (Const ant), sikap, pengetahuan
b. Dependent Variable: perilaku

Sementara itu, untuk mengetahui hubungan antara variabel pengetahuan


tentang manfaat Bank Sampah dengan perilaku kepala keluarga terhadap
keberadaan Bank Sampah, serta hubungan antara sikap terhadap sistem
pengelolaan sampah terpadu dengan perilaku kepala keluarga terhadap
keberadaan Bank Sampah, dapat dilihat pada Tabel 5. Dari Tabel 5 dapat
diketahui bahwa terdapat hubungan yang significant antara variabel
pengetahuan tentang manfaat sampah dengan variabel perilaku kepala keluarga
terhadap Bank Sampah, dengan tingkat significansi 0,000 atau lebih kecil dari
pada 0,05. Demikian juga hubungan antara variabel sikap mengenai sistem
pengelolaan sampah terpadu dengan variabel perilaku kepala keluarga terhadap
Bank Sampah, juga mempunyai hubungan yang significant, dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,000 atau lebih kecil dari pada 0,05.

Tabel 5
Output SPSS Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap
Dengan Perilaku Kepala KeluargaTerhadap Bank Sampah
Correlations

perilaku pengetahuan sikap


Pearson Correlation perilaku 1.000 .580 .547
pengetahuan .580 1.000 .344
sikap .547 .344 1.000
Sig. (1-tailed) perilaku . .000 .000
pengetahuan .000 . .000
sikap .000 .000 .
N perilaku 97 97 97
pengetahuan 97 97 97
sikap 97 97 97

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


Kesimpulan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa;
a. Terdapat hubungan positif yang significant antara pengetahuan
tentang manfaat sampah dengan perilaku kepala keluarga
terhadap Bank Sampah
b. Terdapat hubungan positif yang significant antara sikap tentang
pengelolaan sampah terpadu dengan perilaku kepala keluarga
terhadap Bank Sampah.
c. Terdapat hubungan positif yang significant antara pengetahuan
tentang manfaat sampah dan sikap tentang sistem pengelolaan
sampah terpadu, secara bersama-sama, dengan perilaku kepala
keluarga terhadap Bank Sampah
Rekomendasi
Karena pengetahuan mengenai manfaat sampah dan sikap terhadap
sistem pengelolaan sampah terpadu mempunyai pengaruh yang significant
terhadap perilaku kepala keluarga terhadap Bank Sampah, maka untuk
mengembangkan Bank Sampah menjadi sebuah unit usaha yang
menguntungkan secara ekonomi dan bisa menjadi sarana untuk pendidikan
lingkungan hidup bagi masyarakat, maka pengetahuan dan sikap masyarakat
tentang manfaat sampah harus terus ditingkatkan.
Disamping itu, agar bisa berkembang menjadi lebih baik, pengembangan
Bank Sampah perlu dilakukan dengan cara menunjuk salah satu perguruan
tinggi untuk menjadi pendamping Bank Sampah, yang akan bertugas untuk
melakukan sosialisasi kepada masyarakat, memasarkan kompos dan produk
hasil daur ulang, serta mengelola Bank Sampah secara professional. Beberapa
Bank Sampah yang pernah dikunjungi menunjukkan bahwa jika tidak dilakukan
pendampingan, perkembangan Bank Sampah sangat lambat sekali, dan secara
perlahan akan tutup.
Penelitian ini awalnya akan dilakukan di Bank Sampah yang terletak di
kelurahan Babakan, Kiaracondong, Bandung, tetapi ketika dikunjungi ke lokasi,
ternyata Bank Sampah tersebut sudah tidak ada (tutup). Padahal, tahun 2012,
Devita Permanasari dan Enri Damanhuri (keduanya dosen Program Studi Teknik
Lingkungan, ITB), pernah melakukan penelitian di Bank Sampah tersebut dan
menulis hasil penelitiannya di internet, dengan judul Studi Efektifitas Bank
Sampah Sebagai Salah Satu Pendekatan Dalam Pengelolaan Sampah Yang
Berbasis Masyarakat, (http://www.ftsl.itb.ac.id).
Refference

Endy Sjaiful Alim, 2008, Strategi Pengembangan LPPM UHAMKA: Sinergi Amal
Ilmiah dalam Konteks Keummatan, Kebangsaan, Dan Berkontribusi
Global, dalam Buletin Gema UHAMKA: Media Informasi dan
Komunikasi, (Jakarta: Januari 2010), h.3

Kautsar, Febby, 2011, Pengelolaan Sampah di Bank Sampah; Studi Kasus


Bank Sampah Gemah Ripah, Pedukuhan badegan, Kabupaten Bantul,
Yogyakarta, Tesis UGM

Nuryani, Aan, 2011, Peranan Bank Sampah Gemah Ripah Terhadap


Kesempatan Kerja dan Pendapatan Keluarga di Kabupaten Bantul, DIY.
Skripsi, UNY.

Nuryanto, Niniek, 2012,Implementasi 3R di RW 03, Kelurahan Rawajati,


Pancoran, power point disampaikan pada work shop mengenai Bank
Sampah di Sekolah Tinggi Ilmu Statistik, 5 November 2012.

Permanasari, Devita dan Enri Damanhuri, 2012, Studi Efektifitas Bank Sampah
Sebagai Salah Satu Pendekatan Dalam Pengelolaan Sampah Yang
Berbasis Masyarakat, Program Studi Teknik Lingkungan, ITB, dalam
http://www.ftsl.itb.ac.id

Pikiran Rakyat, 14 Februari 2011

Saefudin, Agus, 2012, Pelaksanaan Bank Sampah, power point disampaikan


pada work shop mengenai Bank Sampah di Sekolah Tinggi Ilmu Statistik, 5
November 2012.

Anda mungkin juga menyukai