Bank Sampah - Ringkasan - Irdam PDF
Bank Sampah - Ringkasan - Irdam PDF
Abstrak
Bank Sampah pertama kali didirikan atas prakarsa masyarakat tahun 2008 di
Kabupaten Bantul dengan nama Bank Sampah Gemah Ripah. Sejak itu,
keberadaan Bank Sampah terus berkembang. Sampai dengan akhir Desember
2012, jumlah Bank Sampah di seluruh Indonesia sudah mencapai 1195 unit,
yang tersebar pada 55 kota/kabupaten di 16 propinsi, dengan jumlah anggota
sebanyak 96.203 orang. Sungguhpun demikian, dibandingkan dengan jumlah
keluarga di seluruh Indonesia, yang mencapai sekitar 4 juta keluarga, berarti
baru sekitar 2 persen yang sudah menjadi anggota Bank Sampah. Dalam
pelaksanaannya, warga datang membawa sampah organik dan an organik yang
sudah dipilah. Sampah organik diolah menjadi kompos, sedangkan sampah an
organik disimpan di Bank Sampah dan dicatat pada buku tabungan yang
bersangkutan. Setiap bulan sampah an organik dijual kepada pengepul dan
uangnya diserahkan kepada warga pemilik sampah, setelah dipotong 15 %
sebagai biaya jasa Bank Sampah. Karena itu, motto Bank Sampah adalah from
trash to cash. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
pengetahuan tentang manfaat Bank sampah dan sikap mengenai sistem
pengelolaan sampah terpadu dengan perilaku kepala keluarga terhadap
keberadaan Bank Sampah, di Kelurahan Cibangkong, Bandung. Penelitian
dilakukan dengan cara survey menggunakan kuesioner terstruktur. Populasi
penelitian ini adalah seluruh keluarga yang tinggal di Rukun Warga (RW) 11,
tempat lokasi Bank Sampah, Kelurahan Cibangkong. Pemilihan sampel keluarga
responden dilakukan dengan metode cluster sampling, yaitu dengan memilih dua
Rukun Tetangga (RT) secara acak, dimana semua keluarga yang tinggal pada
ketiga RT tersebut dijadikan responden. Analisis data dilakukan dengan
menggunakan analisa regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan terdapat
pengaruh positive yang significant dari variabel pengetahuan tentang manfaat
sampah dan sikap terhadap pengelolaan sampah terpadu, baik sendiri-sendiri
maupun secara bersama-sama, dengan perilaku kepala keluarga terhadap
keberadaan Bank Sampah.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan pertanyaan penelitian yang sudah diuraikan pada
perumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, pertama,
hubungan antara pengetahuan tentang manfaat sampah dengan perilaku kepala
keluarga terhadap Bank Sampah, kedua, hubungan antara sikap mengenai
sistem pengelolaan sampah terpadu dengan perilaku kepala keluarga terhadap
Bank Sampah, ketiga, hubungan antara pengetahuan tentang manfaat sampah
dan sikap mengenai sistem pengelolaan sampah terpadu, secara bersama-
sama, dengan perilaku kepala keluarga terhadap Bank Sampah
Adapun hipotesis penelitian yang akan diuji pada penelitian ini adalah,
pertama, ada hubungan positif antara pengetahuan tentang manfaat sampah
dengan perilaku kepala keluarga terhadap Bank Sampah, kedua, ada hubungan
positif antara sikap mengenai sistem pengelolaan sampah terpadu dengan
perilaku kepala keluarga terhadap Bank Sampah, ketiga, ada hubungan positif
antara pengetahuan tentang manfaat sampah dan sikap mengenai sistem
pengelolaan sampah terpadu, secara bersama-sama, dengan perilaku kepala
keluarga terhadap Bank Sampah.
Kerangka Pikir
Pengetahuan Tentang
Manfaat Sampah
Gambar 1
Kerangka Pikir Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Beberapa penelitian pernah dilakukan tentang Bank Sampah yang ada di
Yogyakarta, Bandung, dan lain-lain. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Aryenti
(2011) di RW 13 Kelurahan Babakan Kiaracondong, Bandung, menyimpulkan
bahwa berdirinya Bank Sampah di RW 13, Kelurahan Kiaracondong, Bandung,
telah mampu merubah perilaku masyarakat dalam mengelola sampah. Melalui
kegiatan program 3R dan gerakan menabung sampah, telah berhasil mereduksi
sampah lingkungan di RW 13 40 % dari jumlah sampah yang ada.
Keberhasilan pengelolaan sampah melalui sistem 3R di RW 13 telah membawa
RW 13 menjadi juara tiga kebersihan se Kotamadya Bandung.
Hasil penelitian lainnya yang dilakukan oleh Permanasari dan Damanhuri
(2012) pada tiga Bank Sampah yang ada di kota Bandung menyimpulkan bahwa
63,9 persen dari seluruh responden telah melakukan pemilahan sampah dirumah
berdasarkan nilai ekonomi dari sampah tersebut, yaitu sampah yang dapat dijual.
Secara keseluruhan, pengolahan sampah organik menjadi kompos, mendaur
ulang sampah an organik serta menjual sampah an organik melalui Bank
Sampah, dapat mereduksi sampah rata-rata sekitar 0,14 kg/orang/hari.
Dalam penelitiannya di Bank Sampah Gemah Ripah di Pedukuhan
Badegan Kabupaten Bantul, Febby Kautsar (2011) menyimpulkan bahwa Bank
Sampah telah berhasil memberikan banyak manfaat. Berdasarkan penilaian
nasabah, Bank Sampah Gemah Ripah termasuk dalam tingkat pengelolaan yang
baik dan bisa di replikasi di daerah lain. Adapun faktor-faktor yang
menyebabkannya adalah faktor keberhasilan sosialisasi/penyuluhan, faktor
sosial budaya serta faktor komunitas/organisasi bank sampah. Syarat utama
replicability adalah adanya tiga komponen utama Bank Sampah, yakni: (1)
penabung di sosialisasikan; (2) pengelola diberi pelatihan; (3) pengepul diajak
kerja sama. Scaling up/skala layanan bank sampah bersifat fleksibel, artinya
bank sampah dapat didirikan dalam lingkup layanan yang kecil hingga ke lingkup
layanan yang luas. Penelitian ini merekomendasikan bahwa model Bank
Sampah Gemah Ripah ini dapat diterapkan/replikasi diseluruh daerah dan kota-
kota yang ada di Indonesia.
Penelitian lain di Bank Sampah Gemah Ripah, Kabupaten Bantul,
dilakukan oleh Aan Nuryani (2012) dalam skripsinya yang berjudul Peranan
Bank Sampah Gemah Ripah Terhadap Kesempatan Kerja dan Pendapatan
Keluarga di Kecamatan Bantul, Yogyakarta. Penelitian ini menemukan bahwa
peranan Bank Sampah Gemah Ripah terhadap kesempatan kerja di Kecamatan
Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta masih kecil yaitu 1,02 persen. Peranan
Bank Sampah Gemah Ripah terhadap pendapatan keluarga juga masih kecil
yaitu 0,90 persen dari pendapatan hasil menabung. Peranan pendapatan dari
menabung di Bank Sampah terhadap pendapatan total keluarga paling besar
berasal dari penabung atau nasabah yang mempunyai pekerjaan pokok sebagai
buruh 1,34 persen dan yang paling kecil berasal dari nasabah yang memiliki
profesi sebagai PNS yaitu 0,63 persen. Faktor penghambat dalam
perkembangan Bank Sampah Gemah Ripah adalah manajemen Bank Sampah
yang belum baik.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode Pengumpulan Data
Metode Penelitian yang digunakan adalah survei, sedangkan metode
pengumpulan datanya dilakukan dengan cara meminta responden kepala
keluarga yang terpilih sebagai sampel pada penelitian ini untuk mengisi
kuesioner yang sudah dipersiapkan atau diisi oleh petugas lapangan melalui
wawancara. Secara definisi, survei adalah metode pengumpulan data dengan
menggunakan instrument yang disebut kuesioner (questionaire) atau daftar
pertanyaan, untuk mengumpulkan jawaban dari sejumlah (sample) responden.
Wawancara biasanya dilaksanakan dalam lingkungan yang apa adanya
(natural setting), yaitu ditempat dimana biasanya responden berada, misalnya di
rumah, di kantor, dan lain-lain, dengan menggunakan kuesioner terstruktur yang
sudah dipersiapkan sebelumnya, sehingga peneliti bisa langsung memperoleh
data asli (factual) dan objektif dari responden. Karena itu, kualitas atau
keberhasilan dari suatu penelitian dengan menggunakan metode survei sangat
tergantung pada kualitas peneliti dan kuesioner yang digunakan.
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh warga RW (Rukun Warga) 11,
Kelurahan Cibangkong, Bandung. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode
cluster random sampling, dengan cara memilih dua Rukun Tetangga (RT) secara
acak, dimana seluruh kepala keluarga yang terdapat pada kedua RT tersebut
dijadikan sebagai responden pada penelitian ini. Penelitian ini menggunakan
pendekatan keluarga, dimana semua anggota keluarganya tinggal dalam satu
rumah/bangunan tempat tinggal. Dengan demikian, jika dalam satu
rumah/bangunan terdiri dari lebih dari satu kepala keluarga (KK), akan tetap
diperlakukan sebagai satu keluarga.
Y = 0 + 1X1 + 2X2 + i
Dimana :
Y = skor perilaku responden terhadap keberadaan Bank Sampah
X1 = skor pengetahuan responden tentang manfaat sampah
X2 = skor sikap responden mengenai sistem pengelolaan sampah terpadu
i = residual
PROFIL BANK SAMPAH KELURAHAN CIBANGKONG
Lokasi Bank Sampah di Kelurahan Cibangkong, kecamatan Batununggal,
terletak di lingkungan RW 11, yang merupakan salah satu pemukiman padat
penduduk. Bank Sampah di kelurahan Cibangkong dibentuk tahun 2010 dengan
nama Bank Sampah My Darling (singkatan dari Masyarakat Sadar Lingkungan)
yang diprakarsai oleh Ibu Dewi Kusmianti, salah seorang warga RW 11
Kelurahan Cibangkong. Jargon Bandung Green and Clean yang selama ini
didengungkan oleh pemerintah kota Bandung, rupanya sudah terlebih dahulu
dilaksanakan secara mandiri oleh sosok Ibu Dewi Kusmianti bersama suaminya,
yang bertugas mengumpulkan sampah warga di lingkungan RW 011, kelurahan
Cibangkong.
Awalnya, tujuannya hanya untuk membantu suaminya yang setiap hari
mengurus sampah, karena sejak tahun 1997 Dinas Kebersihan Kota Bandung
tidak lagi mengangkut sampah dari wilayah RW 11. Akibatnya, tumpukan
sampah menjadi sangat banyak sampai melimpah kejalan, dan menyebabkan
bau. Untuk mengurangi volume sampah, petugas sampah kemudian membakar
sampah tersebut, yang tentu saja menjadi tidak sehat dan berbahaya, karena
asap yang timbul akibat pembakaran sampah.
Sekaligus juga ia ingin memberi peran dan pendidikan lingkungan bagi
masyarakat agar peduli terhadap sampah. Ibu Dewi lalu mengajak tetangga
sekitarnya untuk mendirikan Bank Sampah, dimana masyarakat yang berperan
sebagai penghasil sampah menjadi nasabahnya. Moto yang selalu dipegang
oleh Bu Dewi adalah Lebih baik hidup dari sampah dari pada hidup menjadi
sampah.
Bank Sampah My Darling buka setiap hari Selasa, Kamis, dan Sabtu,
untuk memberikan pelayanan kepada nasabah. Para petugas, yang sebagian
besar ibu-ibu, menerima setoran sampah yang sudah dipilah dari nasabah.
Harga sampah organik dihargai Rp 50 per kilogram, sedangkan sampah an
organik dihargai Rp 400 per kilogram. Untuk pembayaran kepada nasabah,
digunakan sistem pembayaran setelah mencapai nominal Rp 50.000 rupiah.
Masyarakat sekitar rumah Ibu Dewi kini mulai menyadari bahwa sampah
bisa didaur ulang dan dikelola dengan baik. Tentunya, sampah yang dibuang
harus dipilah dulu dan diserahkan sesuai dengan jenisnya untuk diolah di bank
sampah My Darling. Perlahan, masyarakat mulai ikut terlibat dalam pengurusan
bank sampah ini. Dulu, sampah menggunung dan menimbulkan bau tidak sedap
di lingkungan Cibangkong ini. Kini, tumpukan sampah berkurang drastis dengan
adanya pemilahan dan pemilihan sampah sesuai dengan jenisnya.
Tidak seperti Bank Sampah lainnya yang hanya mengolah sampah
organik menjadi kompos, Bank Sampah My Darling juga mengolah sampah
organik menjadi bio gas dan pupuk organik cair. Teknologi pembuatan bio gas
dan pupuk cair ini dibantu secara teknis oleh Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat Universitas Pajajaran (Unpad). Selain dapat
mengurangi volume sampah organik, program pengelolaan sampah berbasis
biogas ini manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat sebagai bahan
bakar pengganti LPG, sehingga dapat menghemat pengeluaran rumahtangga
untuk membeli gas LPG. Disamping dapat digunakan sebagai pengganti gas
LPG untuk memasak, bio gas juga dapat digunakan sebagai bahan bakar
generator listrik (genset) untuk pembangkit listrik (penerangan). Sedangkan
pupuk organik cair yang dihasilkan merupakan pupuk organik terbaik, karena
tidak mengandung bakteri patogen, serta bisa langsung digunakan untuk semua
jenis tanaman.
Untuk sampah an organik, dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok
yang bisa dijual, seperti kardus, kertas, botol, kaleng, dan lain-lain, serta
kelompok sampah kantong plastik yang didaur ulang (recycle) menjadi aneka
barang kerajinan yang bermanfaat, seperti tas, dompet, taplak meja, dan lain-
lain, yang dapat meningkatkan penghasilan ibu-ibu rumahtangga anggota Bank
Sampah. Sampah kemasan botol ait mineral, dihancurkan/dicacah dengan
menggunakan mesin pencacah, bantuan dari PT. Pindad, kemudian baru dijual
ke pabrik pengolahan plastik.
Saat ini Bank Sampah RW 11 kelurahan Cibangkong sudah tertata bersih
dan rapi. Bantuan yang datang untuk mendukung program Bank Sampah ini juga
tidak sedikit. Berbagai penghargaan dan piagam, telah diterima oleh Ibu Dewi
dari berbagai pihak, seperti Kementerian Lingkungan Hidup, Pemerintah Kota
Bandung, Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Kick Andy Foundation, dan lain-lain.
Sekarang, di Bank Sampah tersebut terdapat satu instalasi Bio Metan Green,
yang digunakan untuk mengolah sampah organik menjadi gas dan pupuk cair
organik. Sedangkan sampah non organik, di daur ulang menjadi berbagai
kerajinan tangan. Sampai saat ini, omset yang diperoleh Bank Sampah My
Darling sudah mencapai Rp 800.000 per bulan. Padahal, di awal terbentuknya,
omset mereka hanya berkisar Rp 800.000 per tahun.
Tabel 3
Output SPSS Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Terhadap
Perilaku Kepala Keluarga Tentang Keberadaan Bank Sampah
Coeffi ci entsa
Tabel 4
Output SPSS Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Secara Bersama-Sama
Terhadap Perilaku Penduduk Terhadap Bank Sampah
ANOVAb
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 5921.362 2 2960.681 42.225 .000a
Residual 6591.010 94 70.117
Total 12512.371 96
a. Predictors: (Const ant), sikap, pengetahuan
b. Dependent Variable: perilaku
Tabel 5
Output SPSS Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap
Dengan Perilaku Kepala KeluargaTerhadap Bank Sampah
Correlations
Endy Sjaiful Alim, 2008, Strategi Pengembangan LPPM UHAMKA: Sinergi Amal
Ilmiah dalam Konteks Keummatan, Kebangsaan, Dan Berkontribusi
Global, dalam Buletin Gema UHAMKA: Media Informasi dan
Komunikasi, (Jakarta: Januari 2010), h.3
Permanasari, Devita dan Enri Damanhuri, 2012, Studi Efektifitas Bank Sampah
Sebagai Salah Satu Pendekatan Dalam Pengelolaan Sampah Yang
Berbasis Masyarakat, Program Studi Teknik Lingkungan, ITB, dalam
http://www.ftsl.itb.ac.id