Laporan Lengkap Kation
Laporan Lengkap Kation
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Maksud dan Tujuan
1.3 Prinsip Percobaan
BAB V PEMBAHASAN
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
BAB I
PENDAHULUAN
Identifikasi kation banyak digunakan terhadap terutama sampel yang berupa bahan garam
yang mengandung banyak logam-logam, misalnya pasir besi dan sebagainya. Dengan uji
kation ini, bahan-bahan galian tersebut dapat segera ditentukan tanpa memerlukan waktu
yang lama.
Dengan adanya suatu unsur berguna untuk memisahkan bahan galian yang tercampur.
Selain itu, dapat juga digunakan untuk kasus-kasus keracunan logam berat, seperti Hg dan
Pb. Identifikasi kation banyak digunakan atau dilakukan, mengingat karena bahan-bahan
tersebut merupakan bagian bahan obat, bahan baku, dan sedian obat. Namun, dapat juga
sebagai pencemar yang perlu diketahui keberadaannya agar dapat diantisipasi bila
membahayakan.
Kation golongan I membentuk klorida, yang tidak larut. Namun, Timbal klorida
sedikit larut dalam air, dan karena itu timbal tidak pernah mengendap dengan sempurna
bila ditambahkan dengan HCl encer kepada suatu cuplikan ion timbal yang tersisa itu,
diendapkan secara kuantitatif dengan H2S dalam suasana asam bersama-sama golongan II.
Endapan Perak klorida dalam bentuk dadih susu atau gumpalan sebagai hasil
koagulasi bahan koloidal. Endapan dapat dengan mudah disaring atau dicuci dengan air
yang mengandung sedikit asam nitrat. Asamnya mencegah peptisasi endapan dan teruapkan
apabila endapan dikeringkan.
Reaksi identifkasi yang lebih sederhana dikenal sebagai reaksi spesifik untuk
golongan tertentu. Reaksi kation untuk golongan II adalah Hidrogen sulfida yang hasilnya
adalah endapan-endapan berbagai warna. Kation-kation golongan II dibagi atas dua
subgolongan, yaitu subgolongan Tembaga dan Arsenik. Subgolongan Tembaga terdiri dari
Hydrargium (II), Plumbum (II), Bismut (III), Cuprum (III), dan Capmium (II).
Subgolongan Arsenik terdiri dari Arsen (III), Arsen (V), Stibium (III), Stannum (II), dan
Stannum (IV).
Kation golongan III terdiri dari Besi (III), Aluminium, Kromium (III) dan (IV), Nikel,
Kobalt, Mangan (II) dan (VII), dan Zink.
Logam-logam ini diendapkan oleh reagen golongan untuk golongan I dan II, tetapi
semuanya diendapkan. Dengan adanya Amonium klorida oleh Hidrogen sulfida dari larutan
yang telah dijadikan basa dengan larutan Amonia. Logam-logam ini diendapkan sebagai
sulfida, kecuali Amonium dan Kromin, yang diendapkan sebagai hidroksida oleh larutan
Amonia dengan adanya Amonium klorida. Sedang logam-logam lain ini tetap berada dalam
larutan dan dapat diendapkan sebagai sulfida oleh Hidrogen sulfida.
Kation golongan IV terdiri dari Barium, Stronsium, dan Kalsium. Kation golongan ini
tidak bereaksi dengan Asam klorida, Hidrogen sulfida, ataupun Amonium sulfida; tetapi
Amonium karbonat membentuk endapan-endapan putih.
Kation golongan V terdiri dari Magnesium, Natrium, Kalium, dan Amonium. Kation-
kation golongan V tidak bereaksi dengan Asam klorida, Hidrogen sulfida, Amonium
sulfida, dan Amonium karbonat. Reaksi-reaksi khusus atau uji-uji nyala dapat dipakai
untuk mengidentifikasi ion-ion ini.
Kadar :Mengandung tidak kurang dari 99,5 % HgCl2 dihitung terhadap zat yang telah
dikerinakan.
KelarutanLarut dalam 1/5 bagian air,dalam 2,1 bagian air mendidih,dalam dalam 3 bagian
etanol(95 %) p,,dalam 2 bagian etanol (95 %) p mendidih,dalam 20 bagian eter p dan
dalam 5 bagian gliserol p.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat.
Khasiat dan kegunaan : antiseptikum ekstern.
9. Nikel Sulfat(1:429)
Nama resmi : Nikel Sulfurium
Nama lain :Nikel Sulfat
RM/BM :N2SO4.7 H2O/280,9
Penmerian :Hablur berwarna hijau
Beberapa tetes larutan ditambahkan 2 tetes KI 0.5 N terbentuk endapan kuning Pb I2 yang larut dalam
air panas dan apabila didinginkan akan terjadi Kristal kuning emas yang mengkilap
2. Perak (Ag+)
Larutan yang mengandung Ag(NH3)2+ tambahkan setetes demi setetes HNO3 6M terbentuk
endapan putih AgCl
Larutan yang sama dengan a, tetesi setetes KBr 1 M akan terjadi endapan kuning AgBr atau AgI
3. Raksa (Hg2+)
Endapan hitam dilarutkan dalam aqua regia (HCl + HNO3 : 3:1)lalu diuapkan sampai hamper
kering. Residu dilarutkan dalam 1o tetes air dan 1 tetes HNO3 2 N kemudian diperiksa:
Pada kertas saring teteskan larutan diatas lalu teteskan SnCl2 terbentuk amolgan yang
mengkilap.
Celupkan kawat tembaga yang bersih, biarkan beberapa lamanya menjadi tak berwarna. (HgCl2
+ 2I- HgI2 endapan merah + Cl-)
Kation golongan II
1. Raksa (II) Hg2+
Pada larutan diteteskan 1 tetes preaksi Cinchomin-NO3 dan 1 tetes KI trbentuk endapan jingga.
Celupkan kawat tembaga pada larutan, setelah beberapalama terbentuk amalgam yang tahan
pemanasan.
Pada kertas rodamin diteteska larutan, terbentuk noda jingga.
4. Cuprum (Cu2+)
Reaksi Gutzetc : Larutan zat dalam tabung reaksi ditambahkan bubuk Al dan 10 tetes KOH 6 M.
Pada mulut tabung dimasukkan kapas yang dibasahi dengan HgCl2 atau larutan AgNO3,
terbentuk noda jingga coklat atau hitam.
Setelah larutan ditambahkan setetes H2O2 3% lalu dipanaskan. Tambahkan pereaksi HNO3 2M
dan NH4-molibalat, terjadi endapan putih.
7. Antimon (Sb3+)
Setetes larutan ditambah 1 tetes pereaksi Rhodamin dan hablur KNO2 , terbentuk warna merah
ungu.
Setetes larutan ditambah natrium asetat dan sebutir Na2S2O3, terjadi warna merah.
Kation golongan III
1. Zink (Zn2+)
Larutan yang ditambah H2O-H2S, terjadi endapan putih dari ZnS.
Larutan yang ditambahkan K4Fe(CN)6, terjadi endapan putih yang tidak larut dalam HCl.
Larutan yang ditambahkan merkuri tiosianat dan CuS terjadi warna ungu.
2. Cobalt (Co2+)
Pada larutan zat ditambahkan larutan KNO2 6M dalam jumlah yang sama terbentuk endapan
kuning setelah dipanaskan.
Pada kertas saring teteskan larutan zat kemudian teteskan larutan nitroso-B-naftol dalam
spiritus 40% menjadi warna merah.
3. Nikel (Ni2+)
Larutkan zat yang ditambahkan NH4OH tetes demi tetes sehingga basa kemudian ditambah
dimetil slioksisan , terjadi warna merah.
4. Ferrum (Fe2+)
Larutan zat ditambah 2 tetes larutan KSCN, terjadi warna ungu.
Larutan zat ditambah 2 tetes larutan K4Fe(CN)6 terjadi warna biru berlin.
Pada larutan zat ditambahkan difenil karbazan dalam CHCl3, terbentuk warna ungu yang larut
dalam CHCl3.
Pada larutan zat ditambah 2 tetes H2)2 3% dan metilisobutilketon beberbentuk warna birupada
lapisan organic.
7. Mangan (Mn2+)
Pada larutan zat ditambahkan I mL HNO3 6 M, lalu sebutir Na bismutat terbentuk warna ungu
dari MnO4.
Pada kertas saring yang telah dibasahi dengan perekasi benzidain asetat dan NaOH 1 M
diteteskan larutan zat, terjadi noda biru.
5 tetes larutan zat diuapkan di atas capor sampai kering lalu ditambahkan sebutir KNO3 dan
Na2CO3 anhidrat, dilebur kembali, terjadi warna hijau.
Kation golongan IV
1. Barium (Ba2+)
Larutan asam asetat ditambahkan Na2SO4, terbentuk endapan putih yang tidak larut dalam air
raja (HCl-HNO3 = 3:1)
2. Kalsium (Ca2+)
Larutan asam asetat encer di dalam tabung reaksi ditambahkan Na2SO4 terbentuk Kristal jarum
3. Stronsium (Sr3+)
Larutan dalam asam sulfat encer terbentuk endapan putih kembali, endapan tidak larut dalam
(NH4)2SO4 bahkan dengan mendidihkan (perbedaannya dengan kalsium), dalam CaSO4 jenuh,
terbentuk endapan putih lambat-lambat dalam keadaan dingin tetapi lebih cepat dengan
mendidihkan (perbedaan dengan barium)
Kation golongan V
1. Magnesium (Mg2+)
Filtrat terakhir ditambahkan 10 tetes larutan NH4Cr 5 M, 5 tetes NH4OH pekat, kemudian
ditambahkan 5 tetes larutan Na2HPO4 0,5 M. Kocok campuran di atas, diamkan beberapa
menit. Terbentuk Kristal dari MgNH4PO4.
2. Natrium (Na+)
Sedikit zat diteteskan 10 tetes HCl 6 M. Celupkan kawat nikrom yang telah berisi, kemudian pijar
di atas api oksidasi. Amati nyala yang terjadi, apabila ada Na maka terbentuk nyala kuning.
Sedikt zat disimpan di atas kaca objek, teteskan sedikit air suling, kemudian teteskan pereaksi
zink urasil asetat, terbentuk Kristal berbentuk diamond.
3. Kalium (K+)
Sedikit zat ditambahkan 10 tetes HCl 6 M, celupkan kawat nikrom yang telah bersih kemudian
pijarkan di atas api, terbnetuk nyala ungu (diamati dengan menggunakan kaca kobalt).
Sedukit zat disimpan di atas kaca objek teteskan air suling, kemudian ditetesi pereaksi triple
nitrit, terbnetuk Kristal persegi berwarna hitam (dlihat di bawah mikroskop).
TABULASI KATION
Kation Golongan I
Katoin golongan II A
Air Putih
BrO(NO)2
Reaksi Uji kobalt (II) Kalium Asam tionat Dinitro-P
spesifik Tiosianat biru iodida hitam depensi
tua endapan warbadida
merah (0,1%)
jingga dari coklat
berubah
menjadi
kehijauan
Uji nyala Biru Hijau
abu-abu kebiran
Kation golongan II B
Kation Golongan IV
Baskom, bunsen, cawan porselen, gegep kayu, gelas arloji, kain putih, kawat
nikrom, lampu spiritus, penangas air, pipet panjang, pipet pendek, plat tetes, pot
sampel, rak tabung, sendok tabung, sikat tabung, tabung reaksi, dan tissue roll.
III.1.1 Bahan yang dibutuhkan
PEMBAHASAN
Analisa kualitatif adalaah suatu analisa yang bertujuan untuk mengetahui keberadaan zat
tertentu dalam sample. Dalam praktikum kali ini dilakukan suatu analisa kualitatif terhadap zat-
zat anorganik di mana dilakukan uji terhadap sampel-sampel berupa garam-garam yang akan
diidentifikasi. Jenis kationnya melalui serangkaian uji, yaitu uji organoleptis, uji golongan, dan
Uji organoleptis merupakan uji pendahukuan, uji ini meliputi pengamatan bentuk, warna,
rasa, kelarutan, dan bau, serta sifat-sifat higroskopis sampel. Pengamatan bentuk bertujuan
mengamati bentuk sampel. Apakah sampel tersebut berbentuk serabut, hablur, Kristal, atau
lainnya. Uji ini dapat mempermudah untuk menentukan jenis kationnya. Uji rasa menentukan
keadaan halus atau kasarnya sampel. Uji kelarutan juga mempermudaj penentuan sampel. Ada
berberapa sampel yang sering ditemui yaitu AgCl2, AgBr, AgI, AgCH, SrSO4, BaSO4, dan
PbSO4. Selain itu, warna larutan juga mempermudah identifikasi. Pengamatan warna adalah yang
paling berperan di sini karena warna tertentu mencirikan kation tertentu pula. Beberapa kation
memeberi warna spesifik pada larutannya, yaitu biru (Cu2+), hijau (Ni2+, Fe2+, Cr3+, MnO4-),
kuning (CrO42-, [Fe(CN)6]4-, Fe3+), merah jingga (dikromat), ungu (permanganate), merah muda
(Co dan Mn2+). Ada istilah kelarutan yang dikenal di Faramkope Indonesia III, yaitu:
Adapun sampel yang diperoleh oleh kelompok kami pada saat uji kation yaitu:
a. Kode sampel AEK2 memiliki warna putih,rasa halus,bentuk serbuk,tidak berbau,dan larut dalam
aquades.Ketika dilakukan uji golongan, kode sampel AEK2 tidak bereaksi dengan dengan HCl + Na2S
tidak bereaksi, dengan NH4Cl + NH4OH tidak bereaksi, dan dengan NH4CO3 juga tidak bereaksi.
Sedangkan ketika dilakukan uji nyala dengan HCl, berwarna lembayung. Jadi, kode sampel AEK2
b. Kode sampel Vynzzie memiliki warna hijau,rasa kasar,serbuk Kristal,tidak berbau,dan larut dalam
auades.Ketika dilakukan uji golongan, kode sampel Vynzzie tidak bereaksi dengan HCl, dengan HCl +
Na2S tidak bereaksi, dengan NH4Cl + NH4OH tidak bereaksi, dan dengan NH4CO3 juga tidak bereaksi.
Sedangkan ketika dilakukan uji nyala dengan HCl, berwarna kuning. Jadi, kode sampel Vynzzie
c. Kode sampel KAFF memiliki warna ptih,rasa kasar,bentuk Kristal,tidak berbau,dan sangat larut
dalam aquades.Ketika dilakukan uji golongan, kode sampel KAFF tidak bereaksi dengan HCl, dengan
HCl + Na2S tidak bereaksi, dengan NH4Cl + NH4OH tidak bereaksi, dan dengan NH4CO3 juga tidak
bereaksi. Sedangkan ketika dilakukan uji nyala dengan HCl, berwarna kuning. Jadi, kode sampel KAFF
d. Kode sampel JOUNIN memiliki warna putih,rasa kasar,betuk Kristal,bberbau,dan sangat larut alam
aquades. Kode sampel Ketika dilakukan uji golongan, kode sampel JOUNIN tidak bereaksi dengan
HCl, dengan HCl + Na2S tidak bereaksi, dengan NH4Cl + NH4OH tidak bereaksi, dan dengan NH4CO3
juga tidak bereaksi. Sedangkan ketika dilakukan uji nyala dengan HCl, berwarna merah bata. Jadi,
e. Kode sampel DEVIL memiliki wana putih,rasa kasar,bentuk serbuk,tidak berbau,dan larut dalam
aquades.Ketika dilakukan uji golongan, kode sampel Devil tidak bereaksi dengan HCl, dengan HCl +
Na2S tidak bereaksi, dengan NH4Cl + NH4OH tidak bereaksi, dan dengan NH4CO3 juga tidak bereaksi.
Sedangkan ketika dilakukan uji nyala dengan HCl, berwarna kuning. Kode sampel Devil merupakan
f. Kode sampel L & A memilki warna putih,rasa halus,bentuk serbuk,tidak berbau,dan larut dalam
aquades.Ketika dilakukan uji golongan, kode sampel L & A bereaksi dengan HCl membentuk
endapan putih, yang berarti merupakan golongan I. Ketika dilakukan uji spesifik, kode sampel L & A
bereaksi dengan NaOH membentuk endapan coklat. Jadi, kode sampel L & A merupakan Ag+ yang
g. Kode sampel AQAN memiliki rasa Ketika dilakukan uji golongan, kode sampel AQAN tidak bereaksi
dengan HCl, dengan HCl + Na2S tidak bereaksi, dan dengan NH4Cl + NH4OH bereaksi membentuk
endapan putih yang berarti termasuk kation golongan III. Ketika dilakukan uji spesifik, kode sampel
AQAN bereaksi dengan (NH4)2S membentuk endapan merah jambu. Jadi, kode sampel AQAN
h. Ketika dilakukan uji golongan, kode sampel IIII tidak bereaksi dengan HCl,, dengan HCl + Na2S
bereaksi membentuk endapan hitam yang berarti golongan II. Ketika dilakukan uji spesifik, kode
sampel IIII bereaksi membentuk merah kecoklatan. Jadi, kode sampel IIII merupakan Hg2+ yang
i. Ketika dilakukan uji golongan, kode sampel THE bereaksi dengan HCl membentuk endapan putih
yang berarti kation golongan I. Ketika dilakukan uji spesifik, kode sampel THE bereaksi dengan HClO4
membentuk endapan kristal putih. Jadi, kode sampel THE merupakan Pb2+ yang termasuk kation
golongan I.
j. Ketika dilakukan uji golongan, kode sampel ANDI tidak bereaksi dengan HCl, dengan HCl + Na2S tidak
bereaksi, dengan NH4Cl + NH4OH tidak bereaksi, dan dengan NH4CO3 juga tidak bereaksi. Sedangkan
ketika dilakukan uji nyala dengan HCl, berwarna kuning. Jadi, kode sampel ANDI merupakan Na+
k. Ketika dilakukan uji golongan, kode sampel XIX5 tidak bereaksi dengan HCl, dengan HCl + Na2S
bereaksi membentuk endapan hitam yang berarti golongan II. Ketika dilakukan uji spesifik, kode
sampel XIX5 bereaksi dengan HNO3 berlebih sehingga endapan hitamnya larut. Jadi, kode sampel
l. Ketika dilakukan uji golongan, kode sampel YABG tidak bereaksi dengan HCl, dengan HCl + Na2S
tidak bereaksi, dengan NH4Cl + NH4OH tidak bereaksi, dan dengan NH4CO3 juga tidak bereaksi.
Sedangkan ketika dilakukan uji nyala dengan HCl, berwarna lembayung. Jadi, kode sampel YABG
m. Ketika dilakukan uji golongan, kode sampel GOL tidak bereaksi dengan HCl, dengan HCl + Na2S tidak
bereaksi, dengan NH4Cl + NH4OH tidak bereaksi, dan dengan NH4CO3 juga tidak bereaksi. Sedangkan
ketika dilakukan uji nyala dengan HCl, berwarna lembayung. Jadi, kode sampel GOL merupakan K+
n. Ketika dilakukan uji golongan, kode sampel CHUNIN tidak bereaksi dengan HCl, dengan HCl + Na2S
tidak bereaksi, dengan NH4Cl + NH4OH tidak bereaksi, dan dengan NH4CO3 juga tidak bereaksi.
Sedangkan ketika dilakukan uji nyala dengan HCl, berwarna lembayung. Jadi, kode sampel CHUNIN
o. Ketika dilakukan uji golongan, kode sampel RCTI tidak bereaksi dengan HCl, dengan HCl + Na2S tidak
bereaksi, dengan NH4Cl + NH4OH tidak bereaksi, dan dengan NH4CO3 juga tidak bereaksi. Sedangkan
ketika dilakukan uji nyala dengan HCl, berwarna lembayung. Jadi, kode sampel RCTI merupakan K+
p. Ketika dilakukan uji golongan, kode sampel ABCD tidak bereaksi dengan HCl, dengan HCl + Na2S
tidak bereaksi, dengan NH4Cl + NH4OH bereaksi membentuk endapan putih. Ketika dilakuakn uji
spesifik, kode sampel ABCD bereaksi dengan (NH4)2S membentuk endapan merah jambu. Jadi, kode
q. Ketika dilakukan uji golongan, kode sampel Kecil tidak bereaksi dengan HCl, dengan HCl + Na2S tidak
bereaksi, dengan NH4Cl + NH4OH tidak bereaksi, dan dengan NH4CO3 juga tidak bereaksi. Sedangkan
ketika dilakukan uji nyala dengan HCl, berwarna kuning. Jadi, kode sampel Kecil merupakan Na+
r. Ketika dilakukan uji golongan, kode sampel AWTM tidak bereaksi dengan HCl, dengan HCl+Na2S
tidak bereaksi, dengan NH4Cl + NH4OH tidak bereaksi, dan dengan NH4CO3 membentuk endapan
putih. Sedangkan ketika dilakukan uji spesifik dengan ditambahkan HCl, berwara hijau kekuningan.
Namun pada saat melakukan percobaan terjadi kesalahan dalam menentukan jenis kationnya.
Ada beberapa sampel yang tidak diketahui termasuk kation jenis apa. Hal ini disebabkan kurangnya
pengetahun tentang percobaan ini. Kesalahan pada percobaan identifikasi kation ini disebabkan oleh
Kesalahan yang disebabkan oleh cara pelaksanaan analisis dan analisis (persona) dan bukan karena
b. Kesalahan metode
Kesalahan ini disebabkan oleh cara pengambilan sampel dan kesalah akibat reaksi kimia yang tidak
sempurna.
DAFTAR PUSTAKA