Anda di halaman 1dari 35

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Tahapan Pemuatan Tongkang PT Wahyu Murti Garuda Kencana

1. Persiapan Armada

Persiapan armada berupa kapal tug boat dan tongkang Persiapan yang

dilakukan adalah dengan cara melakukan pengecekan kesiapan armada

kapal berupa mesin induk dan mesin bantu serta alat-alat navigasi dapat

berfungsi dengan baik untuk dapat melakukan proses penyandaran

tongkang di pelabuhan muat. Persiapan tongkang adalah melakukan

pengecekan terhadap kebersihan ruang muat tongkang terhindar dari

kontaminasi barang-barang seperti plastik, kertas , potongan besi dan

lainnya yang dapat mengakibatkan kontaminasi batu bara yang seharusnya

netral dari barang-barang tersebut.

Gambar 4.1 Persiapan Armada Sinar Kota Besi II

62
63

2. Penyandaran

Setelah pengecekan kesiapan kapal dan tongkang selanjutnya proses

penyandaran tongkang di pelabuhan muat yang mana proses sandar di

bantu oleh asistentug boat. Komando penyandaran tongkang di pelabuhan

muat dilakukan oleh kepala pelabuhan dan yang diawasi oleh pihak PT

WMGK dan pihak pembeli untuk memastikan proses penyandaran

berjalan dengan aman.

Gambar 4.2 Aktivitas Penyandaran Tongkang

Gambar 4.3 Pemasangan Tali Tambat Pada Pelabuhan


64

3. Draft Survei

Setelah kapal ditambatkan segerar dilakukan intialoleh pihak ketiga

dari antar pembeli dengan penjual yaitu PT. ANINDAYA untuk

mengetahui benaman awal dari muatan tongkang atau berat tongkang yang

belum diisi batubara. Beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat

melakukan intial adalah :

Draft Reading

Pembacaan draft kapal dari ke-empat titik draft tongkang untuk

referensi berat(displacement) kapal. Lokasi ke-empatdraft kapal

tersebut.

Gambar 4.4 Angka Draft Bagian Belakang Sisi Kiri Tongkang

Forward part (bagian depan kapal)

Portside (sisi kiri kapal) : 0,62 m

Starboardside (sisi kanan kapal) : 0,61 m

After part (Bagian belakang kapal)

Portside (sisi kiri kapal) : 0,44 m

Starboardside (sisi kanan kapal) : 0,49 m


65

Data Check And Calculation

Setelah angka draft tongkang didapat dilakukan pengecekan

bagian-bagian kapal memungkinkan atau tidaknya tongkang dilakukan

pemuatan serta melakukan perhitungan untuk mengetahui benaman

awal tongkang atau bobot bersih tongkang sebelum dimuat batubara

perhitungan dilakukan oleh surveyor dari PT. Anindaya.

4. Pembuatan Jalan Untuk Pemuatan

Membuka Pintu Tongkang

Pembukaan pintu tongkang dilakukan dengan bantuan alat berat

excavatoryang dikaitan pada bagian pintu tongkang yang akan dibuka

pada sisi kiri tongkang bagian pintu tongkang ini memiliki tiga tingkat

dan tergantung dari jenis tongkang kerena pintu bagian samping

tongkang dapat berbeda-beda.

Gambar 4.5 Pintu Tongkang Dibuka

Penurunan room door


66

room door adalah alat sebagai jembatan antar tongkang dan

pelabuhan sebagai jalan DT untuk melakukan pemuatan pada

tongkang.

Gambar 4.6 Menurunkan Room Door

Perataan Jalan Pada Room Door

Perataan jalan ini dilakukan dengan alat berat loader, loader akan

membawa batubara yang akan digunakan untuk menimbun bagian

ujung room door pada tongkang sehingga timbunan ini akan menjadi

jalan masuk bagi DT.

Gambar 4.7 Pertaan Jalan Room Door Dengan Alat Loader

Penyesuaian Room Door


67

Setelah pemuatan batubara ke tongkang berjalan maka timbunan

batubara akan naik dan lambung tongkang akan tenggelam, room door

yang awalnya berada pada lantai permukaan tongkang akan dinaikan

satu tingkan pada bagian pintu agar batubara dapat masuk pada bagian

tengah tongkang dan menyesuaikan jembatan agar sejajar dengan

tinggi tongkang yang tenggelam akibat pemuatan batu yang

berlangsung.

Gambar 4.8 Penyesuaian Room Door Dengan Tongkang

5. Pemuatan Batubara ke Tongkang

Pemuatan ini dilakukan dengan manual loadingatau bisa disebut

dengan cara manual yaitu mengguna alat DT untuk melakukan pemuatan

pada tongkang, pemuatan ini diawasi oleh master loading dan beberapa

karyawan pelabuhan untut memantau keadaan tongkang agar tidak tambat

akibat tenggelamnya lambung tongkang dan juga memperhatikan muatan

tongkang agar sesuai dengan trim yang sudah disetujui oleh draft surveyor

hal ini untuk menjaga keseimbangan bagian-bagian kapal agar tidak

miring sehingga muatan tongkang sesuai dengan permintaan pembeli.


68

Gambar 4.9 Aktivitas Pemuatan Tongkang

6. Selesai Pemuatan

Pada tahap selesai pemuatan ini dilakukan pengangkatan kembali room

door dari tongkang dan menutup kembali tongkang agar tongkang dapat

dicek muatannya oleh draft surveyor.

Gambar 4.10 Penutupan Kembali Pintu Tongkang

7. Intermediate

Tahapintermediateuntuk mengecek muatan tongkang pada saat

pumuatan berlangsung atau sudah sampai sengah muatan untuk

mengetahui benaman tongkang yang diawasi oleh draft surveyor agar

tidak terjadi kesalahan pemuatan yang akan berpengaruh pada


69

trimtongkang. Tahap ini dilakukan beberapa kali sebelum tongkang

mencapai batas muatannya.

8. Pemuatan Selesai

Tahap ini dilakukan oleh draft surveyor pada saat pemuatan tongkang

sudah selesai yaitu untuk mengetahui berapa jumlah berat muatan dengan

cara yang sama pada saat initial yaitu melakukan perhitungan dari angka-

angka draft tongkang :

Forward part (bagian depan kapal)

Portside (sisi kiri kapal) : 3.23 m

Starboardside (sisi kanan kapal) : 3,06 m

After part (Bagian belakang kapal)

Portside (sisi kiri kapal) : 3,62 m

Starboardside (sisi kanan kapal) : 3,48 m

Gambar 4.11 Pembacaan Draft Final

Setelah dilakukan perhitungan dan hasil sudah didapat maka disesuai

kan dengan ketentuan :


70

Jika muatan masih kurang menurut pihak ketiga maka muatan

harus ditambah kembali oleh pihak penjual atau pihak kedua susai

ketentuan yang ditentukan oleh pihak ketiga agar muatan sesaui

dengan permintaan pihak konsumen atau pihak pertama.

jika muatan yang dimuat sudah sesuai dengan jumlah permintaan

konsumen atau pihak pertamamaka tongkang dapat maju ketahap

final.

9. Final

Final adalah kegiatan melepas tongkang dari pelabuhan setelah semua

disetujui oleh pihak pertama dan pihak kedua yang syarat pelepasan

tongkang dirilis oleh pihak ketiga sebagai surat jalan tongkang, sehingga

tongkang dapat dilepaskan untuk membawa muatannya.

Gambar 4.12 Pelepasan Tongkang Dari Pelabuhan

4.1.2 Waktu Gilir Kerja

Kesediaan jam kerja pada PT. Wahyu Murti Garuda Kencana selama

31 hari dalam satu bulan yang dimanfaakan dalam operasi pemuatan kapal

tongkang dibagi dalam 2 gilir kerja (shift). Dalam penelitian ini dilakukan
71

pada bulan Februari. Pada kegiatan produksi pemuatan tongkang berlaku

aturan waktu gilir kerja dalam satu minggu adalah pada tabel berikut :

Tabel 4.1 Waktu gilir kerja (shift)

Hari Shift I
Jam Keterangan Waktu (jam)
Senin-Kamis 08.00-12.00 Waktu kerja 4
dan Sabtu- 12.00-13.00 Waktu Istirahat 1
Minggu 13.00-17.00 Waktu kerja 4
Istirahat 17.00-19.00 ( 2 jam )
Shift II
19.00-23.00 Waktu kerja 4
23.00-01.00 Waktu istirahat 2
01.00-05.00 Waktu kerja 4
Istirahat 05.00-08.00 (3 jam )
Waktu kerja16 jam
Waktu istirahat 8 jam
Jumat Shift I
08.00-11.00 Waktu kerja 3
11.00-13.00 Sholat / istirahat 2
13.00-17.00 Waktu kerja 4
Istirahat 17.00-19.00 ( 2 jam )
Shift II
19.00-23.00 Waktu kerja 4
23.00-01.00 Waktu istirahat 2
01.00-05.00 Waktu kerja 4
Istirahat 05.00-08.00 (3 jam )
Waktu kerja15 jam
Waktu istirahat 9 jam

4.1.3 ProduktivitasAlat Mekanis

Dalam penelitian selama dilapangan terhadap alat mekanis pada PT.

Wahyu Murti Garuda Kencana dalam kegiatan pemuatan batubara ke

tongkang 250 feet menggunakan alat Loader Komatsu WA 500 (Wl 15)

Vs Hino DT 500/260 (071) Dan Excavator Doosan DX225LCA Vs Hino

DT 500/260 (072), dimana ada beberapa faktor yang menyebabkan


72

turunnya produktivitas alat mekanis dalam proses loading, yaitu selain dari

pengaruh material, manusia/tenaga kerja (man power), metode, jalan dan

mesin adalah keadaan cuaca, apabila hari sedang hujan seluruh kegiatan

akan berhenti (stop) sampai hujan berhernti untuk memulai aktivitas

kembali. Pada hal tersebut adalah kondisi yang tidak terduga dimana bila

waktu hujan yang berkepanjangan sangat menjadi pengaruh pada

produktivitas alat.

Berdasarkan target produksi 5000 ton untuk setiap pemuatan tongkang

yang disesuai dengan permintaan konsumen. Produktivitas alat ini

dipengaruhi oleh alat gali muat , melakukan digging, swing, dumping

pada saat loading time, metode dalam pemuatan dan bucket fill facktor,

dan efisiensi alat.

Bucket fill factor adalah penenutuan dalam pengisian vessel dump truk

(passing), misalnya untuk pengisian material pada batubara menggunakan

WA500 VS DT500 standar pengisian 7 bucket (passing). Dalam keadaan

actual yang diteliti WA500 bisa mengisi 6 passing dan 8 passing terhadap

DT500 yang di karenakan pengisian bucket berdasarkan kelunakan

material.
73

Gambar 4.13Bucket material Coal Capacity100-110%

Gambar 4.14Bucket material Coal Capacity 90-100%

Berdasarkan perencanaan dalam kococokan alat gali muat melakukan

pemuatan (passing) terhadap alat angkut adalah :

Muatan bucketWA500 = 3,5 ton

Muatan vessel DT500 = 30 ton

Pengisian (passing) terhadap HD1500 = 30ton / 3,5 ton

= 8,57

= 8passing

Muatan bucket DX225LCA = 1.2 ton

Muatan vessel HD DT500 =30 ton

Pengisian (passing) terhadap HD785 Jumbo = 30 ton/ 1.2 ton


74

= 25

= 25passing

Pengaruh produktivitas dari alat angkut adalah jarak tempuh alat

angkut, manuver (spotting) alat angkut sebelum pemuatan atau sebelum

penumpahan (dumping material) dan keadaan jalan angkut sehingga

berpengaruh pada cycle time alat angkut.

Gambar 4.15 Kondisi JalanAlat Angkut

Gambar 4.16 Pemuatan Vessel Bagus


75

Gambar 4.17Dump truk melakukan manuver (spotting)

1. Produktivitas Excavator Doosan DX 225LCA Vs Hino DT 500/260

(072)

Excavator Doosan DX 225LCA(Lampiran I)

Efisiensi dari alat gali muat excavator dalam 1 jam efektif bekerja 50

menit dimana 10 menit tersebut waktu operator buang air kecil , dan lain-

lain.

Efisiensi dari gali muat ( E ) =50/60 x 100%

= 83 %

Cycle Timeexcavator (CT) per siklus

= DgT + SLT + DpT + SET

= 4+ 3 + 4 +2

= 13 detik

= 13/60

= 0,21666 menit

Bucket Fill Factor(K) = x 100%
76

= 1,2/1,3 x 100%

= 92,30 %

Dari hasil perhitungan diatas maka diperoleh nilai produktivitas alat

gali muat :

E = 83 % = 0,83

K = 92,30 % = 0,923

CT = 0,21666 menit

q1 = 1,2 m3

Produksi per siklus (q) = q1 x K

=1,2 x 0,923

= 1,1076 m3

Produktivitas excavator (Q) = 60/CT x q x E

= 60/0,21666 x 1,1076 x 0,83

= 254,58 m3/jam

Produktivitas excavator (Q) dengan jumlah alat yang ada

= Q x Jumlah alat

=254,58 m3/jam /jam x 1

= 254,58 m3/jam

Waktu kerja per hari (senin-kamis dan sabtu-minggu) 16 jam dengan 2

shiftkerja sehingga produktivitasnya sebagai berikut :

Produktivitas excavator (Q) / Hari


77

= 254,58 m3/jam x 16 jam/hari

= 4073,28 m3/hari

Waktu kerja per hari (jumat) 15 jam dengan 2 shift kerja sehingga

produktivitasnya sebagai berikut

Produktivitas excavator (Q) / Hari

= 254,58 m3/jam x 15 jam/hari

= 3818,7 m3/hari

Maka produktivitas alat gali muat dalam sehari(senin-kamis dan sabtu-

minggu) 4073,28m3/hari dan (jumat) 3818,7 m3/hari.

Hino DT 500/260 (072)(Lampiran I)

Efisiensi dari alat angkut dalam 1 jam efektif kurang lebih bekerja 50

menit dimana 10 menit waktu tunda yang diakibatkan alat berhenti pada

saat membersihkan vessel, buang air kecil, antri pada depan room door dan

lain-lain.

Efisiensi dari gali muat ( E ) = 50/60 x 100%

= 83 %

Cycle TimeDT (CT) per siklus

= STL + LT + TL + STD + DT + TE

= 21 + 278 +280 + 465 +10 + 9


78

= 1063detik

= 1063/60

= 17,1667menit


Bucket Fill Factor(K) = x 100%

= 1,2/1,3 x 100%

= 92,30 %

Dari hasil perhitungan diatas maka diperoleh nilai produktivitas alat

gali muat :

E = 83 % = 0,83

K = 92,30 % = 0,923

CT = 17,71667 menit

q1 = 1,2 m3

Produksi per siklus (q) = n x q1 x K

= 21 x 1,2 x 0,923

= 23,25 m3

Produktivitas DT (Q) = 60/CT x q x E

= 60/17,71667 x 23,25 x 0,83

= 65,35 m3/jam

Produktivitas DT (Q) dengan jumlah alat yang ada

= Q x Jumlah alat

= 65,35 m3/jam x 2
79

= 130,7 m3/jam

Waktu kerja per hari (senin-kamis dan sabtu-minggu) 16 jam dengan 2

shift kerja sehingga produktivitasnya sebagai berikut :

Produktivitas DT (Q) / Hari

= 130,7 m3/jamx 16 jam/hari

=2.091,2m3/hari

Waktu kerja per hari (jumat) 15 jam dengan 2 shift kerja sehingga

produktivitasnya sebagai berikut

Produktivitas DT (Q) / Hari

= 130,7 m3/jam x 15 jam/hari

= 1.960,5m3/hari

Maka produktivitas alat angkut dalam sehari (senin-kamis dan sabtu-

minggu) 2.091,2m3/haridan (jumat) 1.960,5 m3/hari

Keserasian alat gali muat dan alat angkut :

MF = 2 x 21 x 0,21/ 1 x 17,71

= 8,82 / 17,71

=0,49

Faktor keserasian < 1, maka alat gali muat akan sering menganggur.
80

2. Produktivitas Loader Komatsu WA500 (WL 15) VS Hino DT 500

(071)

Loader Komatsu WA500(Lampiran II)

Efisiensi dari alat gali muat excavator dalam 1 jam efektif bekerja 50

menit dimana 10 menit tersebut waktu operator buang air kecil , dan lain-

lain.

Efisiensi dari gali muat ( E ) = 50/60 x 100%

= 83 %

Cycle TimeLoader (CT) per siklus

= Bt + Stf + Lt + Ste

= 11+ 7 + 4 +5

= 27 detik

= 27/60

= 0,45 menit

Bucket Fill Factor(K) = x 100%

= 3,5/5 x 100%

= 70 %

Dari hasil perhitungan diatas maka diperoleh nilai produktivitas alat

gali muat :

E = 83 % = 0,83

K = 70 % = 0,7

CT = 0,45 menit
81

q1 = 3,5 m3

Produksi per siklus (q) = q1 x K

= 3,5 x 0,7

= 2,45 m3

Produktivitas Loader (Q) = 60/CT x q x E

= 60/0,45 x 2,45 x 0,83

= 271,13m3/jam

Produktivitas Loader (Q) dengan jumlah alat yang ada

= Q x Jumlah alat

= 271,13m3/jam x 1

= 271,13m3/jam

Waktu kerja per hari (senin-kamis dan sabtu-minggu) 16 jam dengan 2

shift kerja sehingga produktivitasnya sebagai berikut :

Produktivitas Loader (Q) / Hari

= 271,13m3/jam x 16 jam/hari

= 4.338,08m3/hari

Waktu kerja per hari (jumat) 15 jam dengan 2 shift kerja sehingga

produktivitasnya sebagai berikut

Produktivitas Loader (Q) / Hari


82

= 271,13m3/jam x 15 jam/hari

= 4.066,95 m3/hari

Maka produktivitas alat gali muat dalam sehari (senin-kamis dan

sabtu-minggu) 4.338,08m3/hari dan (jumat) 4.066,95 m3/hari

Hino DT 500 (072) (Lampiran II)

Efisiensi dari alat angkut dalam 1 jam efektif kurang lebih bekerja 50

menit dimana 10 menit waktu tunda yang diakibatkan alat berhenti pada

saat membersihkan vessel, buang air kecil, antri pada depan room door dan

lain-lain.

Efisiensi dari gali muat ( E ) = 50/60 x 100%

= 83 %

Cycle TimeDT (CT) per siklus

= STL + LT + TL + STD + DT + TE

=37 + 252 + 465 + 9 + 10 + 340

= 1.113detik

= 1.113/60

= 18,55menit


Bucket Fill Factor(K) = x 100%

= 3,5/5 x 100%

= 70 %
83

Dari hasil perhitungan diatas maka diperoleh nilai produktivitas alat

gali muat :

E = 83 % = 0,83

K = 70 % = 0,7

CT = 18,55 menit

q1 = 3,5 m3

Produksi per siklus (q) = n x q1 x K

= 8 x 3,5 x 0,7

= 19,6 m3

Produktivitas DT (Q) = 60/CT x q x E

= 60/18,55 x 19,6 x 0,83

= 52,618 m3/jam

Produktivitas DT (Q) dengan jumlah alat yang ada

= Q x Jumlah alat

= 52,618 m3/jam x 2

= 105,236 m3/jam

Waktu kerja per hari (senin-kamis dan sabtu-minggu) 16 jam dengan 2

shift kerja sehingga produktivitasnya sebagai berikut :

Produktivitas DT (Q) / Hari

= 105,236 m3/jam x 16 jam/hari


84

= 1.683,776m3/hari

Waktu kerja per hari (jumat) 15 jam dengan 2 shift kerja sehingga

produktivitasnya sebagai berikut

Produktivitas DT (Q) / Hari

= 105,236 m3/jam x 15 jam/hari

= 1578,54 m3/hari

Maka produktivitas alat angkut dalam sehari (senin-kemis dan sabtu-

minggu) 1.683,776m3/haridan (jumat) 1578,54 m3/hari

Keserasian alat gali muat dan alat angkut :

MF = 2 x 8 x 0,45/ 1 x 18,55

= 7,2 / 18,55

=0,38

Faktor keserasian < 1, maka alat gali muat akan sering menganggur.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Produktivitas

Dari hasil penelitian dilapangan didapatkan data produktivitas alat dalam

keadaan tanpa terpengaruh cuacadan 1 jam kerja didapatkan :

1. Produktivitas Excavator Doosan DX 225LCA Vs Hino DT 500/260

(072)
85

(lampiran I)

Excavator Doosan DX 225LCArata-rata = 236,7638m3/jam

Hino DT 500/260 (072)rata-rata = 61,3972m3/jam

2. Produktivitas Loader Komatsu WA500 (WL 15) VS Hino DT 500

(071)

(lampiran II)

Loader Komatsu WA500 (WL 15)rata-rata = 229,8259m3/jam

Hino DT 500 (071) rata-rata = 51,7146 m3/jam

Untuk mencapai target produksi yang diminta oleh konsumen5000

m3dalam pemuatan tongkang Laksamana M zain 899 maka dapat dihitung :

Produktivitas DT (Q) (072)dengan jumlah alat yang ada

DT (Q) = Q x Jumlah alat

= 61,3972 /jamx 2

= 122,7944m3/jam

Produktivitas DT (Q)/ Hari =83.59247 m3/jamx 16 jam/hari

= 1.964,7104m3/hari

Jadi, dengan 2 DT yang bekerja sama dengan Excavator Doosan DX

225LCA didapatkan nilai produktivitas alat dalam sehari kerja adalah

1.964,7104 m3/hari

Produktivitas DT (Q) (071)dengan jumlah alat yang ada


86

DT (Q) = Q x Jumlah alat

= 51,7146 m3/jam x 2

= 103,4292m3/jam

Produktivitas DT (Q)/ Hari = 103,4292m3/jamx 16 jam/hari

= 1.654,8672m3/hari

Jadi, dengan 2 DT yang bekerja sama dengan Loader Komatsu WA500

(WL 15) didapatkan nilai produktivitas alat dalam sehari kerja

adalah1.654,8672 m3/hari.

Jadi, jumlah produktivitas alat mekanis pemuatan tongkang yang bekerja

dalam sejam pada PT.WMGK adalah :

Produktivitas (Q)/jam = Q/jam (DT vs Excavator) + Q/jam(DT vs Loader)

=122,7944 m3/jam+ 103,4292 m3/jam

= 226,2236m3/jam

Waktu yang diperlukan untuk memenuhi tongkang dalam satuan jam

kapasitas tongkang
= Q

5000 m3
=
226,2236 m3/jam

= 22,10 jam

Produktivitas (Q)/hari = Q/hari (DT vs Excavator) + Q/hari(DT vs Loader)


87

= 1.964,7104 m3/hari + 1.654,8672 m3/hari

= 3.619,5776m3/hari

Waktu yang diperlukan untuk memenuhi tongkang dalam satuan hari

kapasitas tongkang
= Q

5000 m3
= = 1,3 hari
3.619,5776 m3/hari

Jumlah ritase yang dibutuhkan untuk mencapai target produksi untuk 1

tongkang, dalam 1 jam rata-rata = 3 ritase, dengan jumlah alat angkut DT yaitu 4

unit dan jam kerja semua unit yaitu 29,54 jam, maka =

Ritase = jumlah ritasi dalam 1 jam x jumlah alat angkut x jam kerja

= 3 x 4 x22,10

= 265,2

265

Pada saat melakukan penelitian target yang tercapai pada saat slesai

pemuatan tongkang Laksamana M zain 899 hanya mampu memuat 4.784,895

ton atau 4.784,895 m3.

Gambar 4.18 Hasil Draft Survei


Jadi, Waktu yang diperlukan untuk memenuhi tongkang dalam satuan jam
88

kapasitas tongkang
Jam kerja = Q

4.784,895 m3
=
226,2236 m3/jam

= 21,15 jam

Ritase = jumlah ritase dalam 1 jam x jumlah alat angkut x jam kerja

= 3 x 4 x 21,15

= 253,8

254

4.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Alat mekanis

1. Sifat Material

Sifat Material yang berpengaruh pada penetrasi pada alat gali muat

dalam melakukan kegiatan loading yang nantinya akan berpengaruh pada

produktivitas, sifat material batubara yang terdapat pada PT. WMGK

tergolong mudah rapuh dan tingkat kekerasan yang rendah sehingga pada

saat melakukan loading akan banyak abu berterbangan akibat batubara

yang dimuat ke DT berhamburan.

2. Metode Loading

Adapun metode loadingyang dilakukan di PT. WMGK ialah :

Metode Bottom Loading

Metode Bottom Loading adalah metode yang dilakakun pada alat

muat yang sejajar dengan alat angkut pada perusahaan PT. WMGK

metode ini dilakukan pada loader dan DT.


89

Gambar 4.19 Metode Bottom Loading

Metode Bench Loading Normal

Metode Bench Loading Normal adalah metode yang dilakukan

dalam penggalian dan pemuatan pada area front yang sempit, dimana

ketinggian dudukan pada alat gali-muat adalah 3 meter. Biasanya

pada metode bench loading normal ini menggunakan alat gali-muat

tipe backhoe sehingga dapat mempermudah dalam kegiatan pemuatan.

Gambar 4.20 Metode Bench Loading Normal pada area stock pile

3. Keadaan Mesin

Keadaan mesin merupakan hal yang paling penting dalam kegiatan

produksi penambangan, karena 90% pekerjaan yang dilakukan dalam

pemuatan tongkang adalah menggunakan alat.


90

Pada perusahaan PT. WMGK dilakukan penjadwalan waktu istrahat

yang panjang atau lama kurang lebih dalam sehari kerja alat beristrahat 8

jam sesuai jadwal pekerjaan dalam sehari hal ini dilakukan ialah untuk

menjaga alat agar tetap pada kondisi yang baik dan untuk mehindari

kerukan yang tidak diinginkan.

Jika, terjadi kerusakan pada alat gali-muat dan angkut akan

memperngaruhi produktivitas alat dan hasil produksi, sehingga bila terjadi

kerusakan harus segera melaporkan kepada pengawas atau Group Leader

(GL) dan atasan untuk dicarikan sulosinya dan kegiatan pemuatan masih

tetap berjalan lancar.

Gambar 4.21Dump Truck melakukan Pit Stop


4. Manusia atau Tenaga Kerja (Man Power)

Manusia atau tenaga kerja yang merupakan hal yang berpengaruh

terhadap kegiatan produksi hampir seluruh unit yang bekerja pada

tambang PT. WMGK dioperasikan oleh tenaga kerja atau manusia. Ada

beberapa hal yang menjadi pengaruh terhadap tenaga kerja atau manusia

dalam melakukan pekerjaan :


91

Kesadaran

Kesadaran seseorang adalah hal yang terpenting dalam melakukan

pekerjaan, apalagi pekerjaan pada kegiatan penambangan memiliki

resiko yang besar atau kecelakaan kerja, karena bekerja berdasarkan

target yang sudah ditentukan dan akan berpengaruh pula terhadap

produktivitas alat. Untuk menghindari resiko pekerjaan tersebut

diutamakan keselamatan kerja (safety first) yang tinggi. Untuk

menghindari resiko pekerjaan maka perlu dilakukan istirahat yang

cukup dan bijak agar kondisi tubuh tetap terjaga kebugarannya, berdoa

sebelum melakukan pekerjaan, dan konsentrasi, sehingga kegiatan

produksi tetap berjalan dengan lancar. Apabila keadaan tidak fit atau

mengalami sakit pada saat jam bekerja segera laporkan kepada

pengawas atau Group Leader (GL) dan atasan agar bisa dicarikan

pengganti bekerja. Mencegah kecelakan kerja yang diakibatkan karena

kondisi tubuh yang tidak sehat lebih baik daripada kita dipulangkan

dengan keadaan yang tidak diinginkan.

Keahlian

Keahlian dalam bekerja sebagai faktor penentuan pada efektifnya

suatu produktivitas pada alat yang dioperasikan. Keahlian juga

cenderung berkaitan terhadap ketanggapan seorang pekerja dengan

bijak melakukan hal yang baik berdasarkan pengalamannya dalam

bekerja.
92

5. Enviroment (Lingkungan)

Enviroment atau lingkungan dalam melakukan pekerjaan pada

pemuatan juga harus diperhatikan dimana kaitannya terhadap keadaan

lingkungan yang dapat mempengaruhi produktivitas alat pada area

tambang. Enviroment yang mempengaruhi produktivitas adalah :

Kondisi Front

Keadaan area front yang memiliki jalan sempit, beroundulating,

memiliki cekungan dan ada bongkahan material terjatuh dari dump

truck pada saat travel sangat mempengaruhi dalam cara loading dan

pengangkutan yang berakibat menurunnya produktivitas alat. Maka

diperlukan alat bantu dalam melakukan pembersihan front (cleaning)

dan pelebaran jalan front oleh alat bantu yaitu alat perata tanah grader

untuk mempermudah dan memperlancar kegiatan loading dan

meningkatkan kembali produktivitas.

Gambar 4.22 Alat Perata Tanah Grader


93

Gambar 4.23 Kondisi Jalan Yang Sempit Pada Room Door

Kondisi Jalan

Kondisi jalan harus diperhatikan keadaanya karena semua alat

yang bekerja melalui jalan hauling baik dari front sampai area

stockpile. Kondisi jalan yang kurang bagus yang disebabkan hujan dan

lain-lain akan mempengaruhi kecepatan untuk alat angkut, sehingga

memperlambat waktu perjalanan. Untuk memperbaiki keadaan jalan

tersebut diperlukan alat Greader untuk meratakan jalan dari

oundulating dan cekungan yang terjadi akibat gemburnya tanah akibat

hujan. Selain keadaan jalan yang dilewati perlu diperhatikan.

Gambar 4.24 Kondisi Jalan Pemuatan Tongkang


94

4.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Pemuatan

tongkang

Pada umumnya yang terjadi pada saat pemuatan tongkang pada jeety hijau

PT.WMGK adalah sebagai berikut :

1. Hujan

Hujan sangat mempengaruhi pemuatan batubara pada saat

tongkangdimuat karena pada saat hujan semua aktivitas akan berhenti total

hal ini dilakukan untuk menjaga keaman alat mekanis, pekerja dan muatan

tongkang yaitu batu bara karena batubara akan mudah menjadi lumpur

pada saat alat mekanis bekerja meratakan muatan didalam tongkang.

Pekerjaan akan dilanjutkan jika hujan sudah berhenti total dan master

loadingakan memastikan bahwa keadaan aman untuk dilakukan pemuatan

kembali.

Gambar 4.25 Aktivitas Berhenti Akibat Hujan


95

2. Kondisi air sungai

Kondisi air sungai sangat mempengaruhi pemuatan tongkang hal ini

diakibatkan perubuhan pasang surut air dan arus air sungai, pasang surut

air sungai akan berpengaruh pada saat memposisikan tongkang dengan alat

muat pada saat pemuatan batubara. Jika air sungai terlalu tinggi maka

pemuatan akan berhenti sementara karena kondisi tongkang lebih tinggi

darijetty sehingga room door akan miring keatas tongkang dan akan

membuat sulit alat muat masuk ke tongkang dan sebaliknya jika kondisi

air sungai terlalu dangkal atau surut maka room door akan miring kebawah

tongkang dan juga membuat lambung tongkang kandas di dasar sungai,

kandasnya tongkang akan membuat berhenti aktivitas pemuatan dan

menunggu kondisi kapal kembali mengapung dipermukaan air, jika tetap

dilakukan pemuatan pada saat kondisi kandas maka posisi tongkang akan

miring dan membuat posisi tongkang tidak sesuai dengan trimyang

ditentukan oleh draf surveyor.

Gambar 4.26 Kondisi Air Tinggi

3. Kerusakan tongkang
96

Biasanya kerusakan yang dialami oleh tongkang adalah kebocoran

pada lambung tongkang yang terjadi karena pada saat melakukan sandar

dan lepas sandar tongkang yang memngakibatkan gesekan pada pelabuhan

dan gesekan ini dapat membuat lambung tongkang menjadi bocor atau

bocornya lambung tongkang dapat terjadi akibat tongkang menabrak

bahan material keras yang ada didasar sungai. Bocornya lambung

tongkang akan diperbaiki terlebih dahulu dengan melakukan pengelasan

pada bagian tongkang yang bocor setelah pengelasan selesai dan tongkang

tidak mengalami kebocoran maka pemuatan dapat dilaksanakan.

Kerusakan tongkang juga biasanya dapat terjadi karena lama umur

tongkang yang digunakan, semakin tua umur tongkang maka akan

berpengaruh pada kualitas konstruksi besi pada badan tongkang yang akan

mengakut batubara biasanya pada tongkang yang sudah lama digunakan

akan mengalami korosi atau pelapukan pada besi dan membuat tongkang

keropos dan dapat mengalami kebocoran tongkang, sehingga tongkang

tidak layak untu digunakan.

Anda mungkin juga menyukai