Anda di halaman 1dari 10

4.

1 Docking
4.1.1 Graving Dock
Graving dock atau Dok Kering merupakan jenis dok yang dibangun dengan
menggali tanah yang cukup luas di pantai dan memasang pintu air di salah satu sisinya
yang terbuka. Jenis pintu air yang dipasang ada yang berjenis ponton, berengsel pada
bagian atas dan juga berengsel di bagian dasar.
Pada PT. Industri Kapal Indonesia (Makassar) memiliki 1 buah Graving Dock
yang dapat menampung beban 10.000 DWT (Dead Weight Tonnage),dengan ukuran
luas P 120 m x L 28 m x T 8 m.
Saat itu pada graving dock sedang melakukan proses reparasi KMP. Sangiang
dengan dimensi :
LOA (Length Over All) : 74 m
LBP (Lengt Between Perpendicullar) : 68 m
B (Breadth) : 15,2
T (Draught) : 2,85 m

Gambar 4.1. KMP. Sangiang yang berada di Graving Dock


Sistematika Umum Proses Pengedokan adalah sebagai berikut :
1. Pemilik kapal (Owner) akan menghubungi galangan untuk meminta perbaikan
kapalnya yang sedang berlayar.
2. Proses berikutnya berdasarkan data-data yang diberikan oleh owner
3. Kemudian dilakukan langkah sebagai berikut :
a. Docking space e. Contract
b. Repair List f. Dock Regulation
c. Calculation g. Draft Bill
d. Pranegotioation h. Final Calculation
Adapun urutan dari kapal yang akan melakukan pengedokan dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut.
1. Persiapan kapal sebelum masuk dock.
2. Persiapan di dalam graving dock
3. Memasukkan kapal yang akan direparasi kedalam dock.
4. Penutupan graving dock dan memompa air keluar

4.1.2 Air bag system


Building berth merupakan tempat perakitan kapal dan sekaligus tempat
peluncuran kapal bila sudah selesai pengerjaannya. Building berth digunakan untuk
membangun kapal-kapal bangunan baru yang dilengkapi sarana penunjang seperti
gudang, bengkel persiapan, bengkel fabrikasi dan sarana penunjang lainnya. Selain itu
di tempat pembangunan kapal baru juga harus ditunjang alat-alat lain yang dapat
menunjang produktivitas pembangunan seperti Crane yang bertugas untuk mengangkat
seksi-seksi konstruksi yang telah diselesaikan.
PT. Industri Kapal Indonesia (Makassar) memiliki Building Berth yang dapat
menampung 4 unit kapal dengan bobot sampai,6,500 DWT dan 10 unit kapal dengan
bobot sampai 500 GRT. Pada Building Berth kapal diluncurkan dengan menggunakan
Air Bag.
Building Berth sedang digunakan untuk mereparasi KMP. Sibayak yang akan
diluncurkan dengan metode Air bag, Air bag disusun secara Single Row Arrangement
dikarenakan panjang Air bag sesuai dengan lebar kapal.
Gambar 4.2. Metode Peluncuran dock Air bag
Peluncuran adalah proses menurunkan kapal dari landasan peluncuran dengan
menggunakan gaya berat kapal atau dengan memberikan gaya dorong tambahan yang
dapat bekerja pada bidang miring kapal. Peluncuran kapal pada umumnya dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu :
1. Peluncuran memanjang Peluncuran memanjang adalah peluncuran dimana
sumbu memanjang kapal terletak tegak lurus garis pantai dan biasanya kapal
diluncurkan dengan buritan terlebih dahulu.
2. Peluncuran melintang adalah peluncuran dengan sumbu memanjang kapal sejajar
dengan garis air.
Pada KMP. Sibayak peluncuran dilakukan dengan cara peluncuran secara
memanjang dan dibantu dengan tarikan dari kapal Tug Boat.

Gambar 4.3. Penempatan Air Bag pada KMP. Sibayak


4.1.3 Slipway
Seringkali galangan kapal menggunakan slipway sebagai sarana pokok
galangannya. Slipway adalah salah satu bentuk sarana pokok untuk peluncuran kapal.
Konstruksi slipway terdiri dari rel yang dipasang pada landasan beton seperti pada
building berth dan kereta diatasnya. Kereta (cradle) dapat dinaikturunkan diatas rel
dengan bantuan kabel baja yang ditarik mesin. Derek atau winch. Seperti building
berth, slipway ada 2 macam yaitu slipway memanjang dan slipway melintang, kapal
dinaik turunkan dengan posisi datar .Pada slipway melintang yang dilengkapi rel ganda
dan pemindah, dapat difungsikan seperti lift dock.
Komponen-komponen slipway sebagai berikut :
a. Landasan beton yaitu sebagai dasar rel, terbagi atas landasan peluncuran dan
landasan pemindah.
b. Track/rel yaitu sebagai tempat shifter dan cradle bergerak.
c. Shifter yaitu tempat menaikkan, menurunkan dan memindahkan kapal beserta
cradlenya dari permukaan air.
d. Cradle yaitu kereta untuk memindahkan kapal dari berth ke shifter atau sebaliknya.
e. Winch/Derek yaitu alat untuk menarik shifter dan cradle.
PT. Industri Kapal Indonesia (Makassar) memiliki fasilitas slipway dengan
kapasitas 1.500 TLC (Tone Lifting Capacity).

Gambar 4.4. Denah Slipway


4.2 Uji NDT (Non Destructive Test)
4.2.1 Ultrasonic Test (Wall Thickness)
Ultrasonic test adala salah satu pengujian NDT (Non Destructive Test) dengan
cara memberikan suatu gelombang frekuensi tinggi kedalam material benda uji untuk
mengukur sifat geometris dan fisik dari bahan.
Ultrasonic dapat digunakan untuk mendeteksi cacat, pengukuran dimensi,
karakteristik material dan lain-lain.
Alat yang diperlukan untuk melakukan Ultrasonic (Wall
Thickness) adalah
1. Ultrasonic Thickness Gauge
2. Probe
3. Kuplan

Gambar 4.5. Ultrasonic Thcikness Gauge, Kuplon , Probe


Prosedur pengecekan ketebalan plat dengan menggunakan uji ultrasonic (Wall
Thickness).
a. Sebelum pengukuran

1. Hubungkan transducer dengan unit utama, untuk menghidupkan, tunggu


hingga pemindaian kecepatan suara terakhir yang tersimpan di unit memori
selesai dipindai dan muncul indicator angka 00.0 untuk mengukur ketebalan.
2. Penyesuaian & revisi kecepatan suara. Tekan VEL untuk melakukan

j
penyesuaian kecepatan suara, tekan atau untuk memilih kecepatan yang
diinginkan (ada 12 velocity yang sudah disediakan). Jika perlu menyesuaikan
velocity, selama penyetelan tekan VEL lagi untuk memasukan revisi kecepatan,
sambil menekan ^ atau v untuk merevisi kecepatan, ikon VEL dan m/s akan terus
berkedip selama pemilihan. Tekan VEL untuk mengkonfirmasi dan menyimpan
kecepatan yang direvisi, unit akan kembali ke status normal.
b. Kalibrasi
Kalibrasi harus dilakukan untuk setiap penggantian transducer atau baterai, operasi
ini cukup penting untuk memastikan ketepatan pengukuran. Jika perlu, langkah ini
harus diulangi ketika keakuratannya kritis. Sebelum kalibrasi, taruh beberapa
kopling yang disediakan pada sampel blok standard untuk menyinkronkan tranduser
dan sampel blok. Tekan CAL untuk masuk ke mode kalibrasi, vertical akan terus
memindai dengan tampilan CAL, VEL, m/s, hingga layar LCD menunjukan
kalibrasi selesai. Setelah kalibrasi, kecepatan suara akan kembali ke nilai yang
dipilih dan siap untuk diukur.
c. Pengecekan ketebalan
Oleskan kuplan ke probe, lalu tempelkan porbe ke sample block untuk melakukan
kalibrasi, disini nilai kalibrasi adalah 4.1. Setelah itu tempelkan probe ke material
yang akan diuji, LCD akan menampilkan ketebalan material.

4.2.2 Magnetic Particle Inspection


Magnetic Particle Inspection (MPI) adalah metode uji tak rusak yakni pengujian
non-destruktif yang dapat mendeteksi cacat / diskontinuitas las-lasan yang berada di
permukaan (suface) dan di bawah permukaan (sub-surface) dengan kedalaman plus
minus 2 mm pada benda uji dalam bahan ferromagnetik.
Metode ini dapat mendeteksi cacat permukaan atau dekat- permukaan seperti
retak, lap, dan inklusi dalam bahan ferromagnetik seperti besi dan baja. Salah satu
keunggulan utama dari pemeriksaan partikel magnetik adalah ia dapat memberikan
indikasi langsung tentang cacat dan diskontinuitas.
Kami melaksanakan kegiatan Magnetic Particle Inspection (MPI) saat
melakukan inpeksi ass Propeler KMP. Sangiang. Jenis magnet yang digunakan adalah
jenis Yoke dan menggunakan serbuk magnet, disini serbuk magnet yang digunakan
adalah tipe basah. Alat yang diperlukan dalam melakukan uji Magnetic Particle
Inspection (MPI) ialah :
1. Yoke magnet
2. Cleaner/Remover
3. White Contrast Paint
4. Magnetic Particle Inspection (7Hf/Magnavis)
5. Kain majun

Gambar 4.6. Yoke Magnet dan Cleaner / Remover


Gambar 4.7. White Contrast Paint dan MPI Ink

Prosedur dalam melaksanakan Magnetic Particle Inspection (MPI) adalah


sebagai berikut :
1. Surface preparation (persiapan permukaan): membersihkan kotoran kotoran yang
ada di permukaan seperti korosi , sparter ,dan lain – lain.
2. Equipment preparation ( persiapan alat ) : menyiapkan peralatan pengujian yang
terdiri dari ( yoke, cairan 7Hf, , WCP, cleaner, kain majun dan sikat baja).
3. Pre cleaning : membersihkan permukaan dengan menyemprotkan cairan
Cleaner/Remover lalu usap dengan kain majun dan tunggu beberapa saat sampai
permukaan kering.
4. Aplikasi WCP : dengan cara menyemprotkan cairan WCP (White Contrast
Paint_ pada permukaan benda uji secara merata dan tunggu sampai kering.
5. Megnetisasi : yoke di tempelkan ke benda uji
6. Magnetic particle aplication ( aplikasi magnetik partikel ) : di lakukan dengan
metode continue , artinya setelah yoke dinyalakan dilanjutkan dengan
penyemprotan 7Hf Pada benda uji yang di aliri magnet.
7. Interpetasi dan evaluasi : mengamati berbagai macam indikasi yang terjadi pada
benda uji baik itu linear indiction maupun rounded indication.
4.3 Welding Gauge
Pengukuran hasil sambungan dalam pengelasan atau disebut dengan dimension
check merupakan salah satu kegiatan penyidikan (detection) untuk mendapatkan data
secara kuantitatif. Langkah ini dilaksanakan setelah dilakukannya inspeksi visual
selesai dilaksanakan. Terdapat beberapa jenis pengukuran sambungan las, yaitu :
1. Pengukuran presisi
2. Pengukuran optic
3. Pengukuran elektronik
Salah satu contoh peralatan yang digunakan dalam pengukuran presisi adalah
Welding Gauge.
Welding Gauge adalah alat ukur yang digunakan untuk mengetahui dimensi dari
persiapan pengelasan seperti sudut bevel, lebar gap dan juga untuk mengetahui dimensi
hasil pengelasan seperti tinggi capping, tinggi root penetration, mengukur fillet weld
(leg length, actual throat thickness) serta untuk mengukur kedalaman cacat undercut
dan lain lain.

Gambar 4.8. Welding Gauge


Gambar 4.9. Cara Penggunaan Welding Gauge

Anda mungkin juga menyukai