Anda di halaman 1dari 17

Dredging

Cholik Kirom1, Subdit Pengerukan, Nurdin Ahmadi 2


1
Center of Excellence Port Shipping and Maritime Logistics Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir
dan Lautan IPB University
2
Center of Excellence Port Shipping and Maritime Logistics Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir
dan Lautan IPB University

Diskripsi: Membahas mengenai Faslitas Pelabuhan utamanya terkait dengan maintenance


fasilitas alur dan kolam pelabuhan dengan Dredging.

Tujuan: Setelah selesai mengikuti pelatihan Ahli Kepelabuhanan Tingkat Dasar, dengan topik
Port Facilities Maintenace (Dredging) peserta dapat memahami: 1) kerangka Hukum kegiatan
pengerukan; 2) kegiatan-kegiatan pengerukan; 3) berbagai macam pekerjaan pengerukan; 4)
prosedur perizinan kegiatan pengerukan; 5) administratif kegiatan pengerukan; 6) prosedur
pelaksanaan pengerukan; 7) kegiatan pemeruman dan perhitungan volume keruk; 8) Desain alur
pelayaran/ kolam pelabuhan; 9) berbagai macam alat keruk; 10) Aspek bisnis dalam kegiatan
pengerukan.

Rincian Pokok pembelajaran


 Dasar Hukum Penarifan pelabuhan di Indonesia
 Pengertian pengerukan
 Jenis kegiatan pengerukan
 Perizinan pengerukan
 Pelaksanaan pengerukan
 Alur pelayaran dan kolam pelabuhan
 Alat pengerukan
 Evaluasi pengerukanRincian pokok pembelajaran toipik ini antara lain adalah:

1. Pengertian Pengerukan
Pengerukan adalah pekerjaan merubah bentuk dasar perairan untuk mencapai kedalaman dan lebar yang
dikehendaki atau untuk mengambil material dasar perairan yang digunakan untuk keperluan tertentu.
Reklamasi adalah pekerjaan timbunan di perairan atau pesisir yang mengubah garis pantai
dan/atau kontur kedalaman perairan.
Kapal Keruk adalah Kapal dengan jenis apapun yang dilengkapi dengan alat bantu, yang khusus
digunakan untuk melakukan pekerjaan pengerukan dan/atau reklamasi.
Daerah Buang adalah lokasi yang digunakan untuk tempat penimbunan hasil kerja keruk. Alur
Pelayaran adalah perairan yang dari segi kedalaman, lebar, dan bebas hambatan pelayaran lainnya
dianggap aman dan selamat untuk dilayari.
Kolam Pelabuhan adalah perairan di depan dermaga yang digunakan untuk kepentingan
operasional standar. Alur dan Perlintasan adalah bagian dari perairan yang dapat dilayari sesuai dimensi
spesifikasi kapal di laut, sungai dan danau. Bangunan atau Instalasi adalah setiap konstruksi baik berada
di atas dan atau di bawah permukaan perairan.
Pengerukan yang pertama kali dilaksanakan dalam rangka pembangunan pelabuhan, pendalaman
kolam pelabuhan atau alur pelayaran, dan pembuatan alur baru.
Pengerukan Pemeliharaan (Maintenance Dredging) adalah pengerukan yang dilaksanakan secara rutin
berkala dalam rangka memelihara kedalaman kolam pelabuhan, alur masuk pelabuhan dan alur
pelayaran.
Pemeruman (Sounding) adalah kegiatan pemetaan untuk mengetahui kontur ke dalam perairan.
Pemeruman Awal (Predredge Sounding) adalah: Kegiatan pemeruman awal yang dilaksanakan oleh
pemberi tugas sebelum diadakan pekerjaan pengerukan atau disebut pemeruman pra pengerukan. Data
yang dihasilkan digunakan sebagai dasar penentuan perhitungan volume dan desain yang dikeruk.
Pemeruman Progress (Progress Sounding) adalah: Pemeruman sementara dari seluruh lokasi yang telah
dikeruk. Data yang dihasilkan digunakan untuk mengetahui
perkembangan hasil seluruh pekerjaan pengerukan yang telah dicapai.
Pemeruman Final (Final Sounding) adalah: pemeruman akhir yang dilaksanakan setelah
pekerjaan pengerukan selesai oleh konsultan pengawas dan pemberi tugas. Tingkat Pengendapan
(Siltation Rate) adalah: pengendapan atau sedimentasi yang
materialnya datang dari luar maupun dalam lokasi keruk yang terjadi pada saat pelaksanaan pengerukan.

2. Pekerjaan Pengerukan
Pekerjaan pengerukan antaralain dilakukan untuk:
 Membangun dan memelihara alur pelayaran dan kolam pelabuhan
 Pembangunan pelabuhan
 Pembangunan breakwater
 Penambangan
 Bangunan lainnya dengan kerja keruk sehubungan dengan keselamatan pelayaran

3. Alur Usulan Kegiatan Pengerukan


Berikut ini Gambar 6 1 alur proses usulan kegiatan pengerukan. Dalam melakkukan kegiatan
pengerukan diperlukan data-data dukung yang harus tersedia sebelum dilaksanakan proses pengerukan,
berikut Tabel 1.
Tabel 1. Daftar data dukung kebutuhan kegiatan pengerukanm
Gambar 1. Alur Proses Usulan Kegiatan Pengerukan

4. Survey Investigasi dan Desain (SID) Pengerukan Alur Pelayaran


Dalam kegiatan pengerukan dilakukan kegiatan survey investigasi dan desain (SID), dimana output yang
harus ada dalam survey tersebut adalah sebagai berikut:
a) Volume keruk
b) Jenis tanah
c) Peralatan keruk
d) Dumping area, dan
e) Siltation Rate

5. Pelaksanaan Pengerukan
Berikut Gambar 2 adalah alur pelaksaan pengerukan yang dananya bersumber dari APBN, dimana
diawali dari program yang telah ditetapkan kemudian masuk dalam proses lelang/ pengadaan barang
dan jasa dan selanjunya dapat dilihat pada Gambar 2 dibawah ini.
Gambar 2. Bagan Alir Proses Pelaksanaan Pengerukan

6. Kelengkapan data dan Gambar


Dalam pengerukan diperlukan data dan gambar untuk kelengakapan pelaksanaan pengerukan yaitu
seagai berikut:
a) Peta bathimetri, perhitungan volume keruk dan rencana kerja dan syarat-syarat,
b) Gambar/peta situasi yang merupakan rencana pengerukan antara lain areal keruk, jarak
terhadap bangunan sekitarnya dan kedalamannya,
c) Gambar-gambar konstruksi bangunan di sekitar daerah keruk,
d) Peta Bathimetri (predredge sounding)
• skala 1 : 2.500 untuk areal alur pelayaran
• skala 1 : 1.000 untuk areal kolam Pelabuhan
e) Posisi pembuangan hasil pengerukan harus diberikan tanda agar dapat dilihat baik
siang/malam hari (jika menggunakan kapal keruk Hopper),
f) Potongan-potongan melintang yang dapat menunjukkan dimensi profil kemiringan tepian
(slide – slope) dan posisinya terhadap bangunan sekitarnya.

7. Peralatan kerja
Peralatan kapal keruk yang digunakan sesuai dengan spesifiksi yang telah ditentukan. Kapal keruk harus
sudah berada dilokasi paling lambat tiga puluh hari kerja setelah penandatanganan kontrak. Apabila
dalam pelaksanaan pekerjaan kontraktor pelaksana akan mengganti peralatan, maka kontraktor
pelaksana harus melaporkan kepada pemberi tugas. Kontraktor pelaksana diijinkan apabila dalam
melaksanakan pekerjaan bermaksud ingin menambah jumlah peralatan untuk meningkatkan kapasitas
pengerukan guna mempercepat penyelesaian pekerjaan dari yang telah ditentukan pemberi tugas, di
mana untuk penambahan peralatan tersebut tidak diadakan penambahan biaya.
Kontraktor pelaksana harus menyiapkan instrument survei minimal sebagai berikut (Gambar 3):
a) Satu buah survey boat
b) Satu buah GPS
c) Satu buah Theodolite
d) Satu unit Echosounder
e) Satu buah Laptop
f) Tiga buah handy talky
Dalam melaksanakan pengerukan, untuk kegiatan pemeruman kedalaman, Kontraktor pelaksana
harus menjamin kondisi peralatan yang dipergunakan selalu berada dalam kondisi baik sehingga dalam
pelaksanaan pekerjaan pengerukan tidak terjad kerusakan-kerusakan yang dapat menghambat
pelaksanaan pekerjaan.
Kontraktor pelaksana wajib segera mengatasi kerusakan pada peralatan/perlengkapan kapal atau
mengganti peralatan/perlengkapan tersebut tanpa menimbulkan hambatan-hambatan kerja.

Keterangan: (1) Survey Boat; (2) GPS; (3) Theodolite; (4) Echosounder; (5) Laptop; (6) Handy Talky
Gambar 3. Peralatan Survei Kegaiatan Pemeruan Kedalaman
Pelaksanaan Pemeruan
Kegaiatan pemeruan dilaksanakan dalam 5 fase mulai dari pemeruan awal sampai dengan pemeruan
akhir sebagaimana dapar dilihat pada Gambar 5 di bawah ini.
Gambar 4. Proses kegiatan pemeruan

1.1. Metode Pemeruman


a) Single Beam Echosounder: Alat ukur kedalaman air yang menggunakan pancaran tunggal
sebagai pengirim dan penerima sinyal gelombang suara. Kerapatan pemeruman yang dapat
dilakukan tergantung pada karateristik dari dasar laut.
b) Multi Beam Echosounder: Alat untuk menentukan kedalaman air dengan cakupan area dasar
laut yang luas. Prinsip operasi alat ini secara umum adalah berdasar pada pancaran dua arah
yang dipancarkan secara langsung ke arah dasar laut dan setelah itu energi akustik dipantulkan
kembali dari dasar laut.
Peralatan Pemeruman antara lain adalah: Single beam echosounder, beam angle < 100 (200 kHz),
GPS map sounder, beam angle 100 (200 kHz) s/d 400 (50 kHz).

1.2. Penentuan Lokasi Dumping


Untuk melakukan penentuan lokasi dumping diatur sesuai dengan PM 52 tahun 2012 dan perubahannya
dalam PM 74 tahun 2014, sebagaiman dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Penentuan Lokasi Dumping

8. Tenaga Kerja
Aspek tenaga kerja dan peralatan kerja merupakan komponen yang sangat vital dalam keberhasilan
pelaksanaan pekerjaan pengerukan. Selain itu, hal utama yang perlu menjadi prioritas adalah faktor
keselamatan tenaga kerja.
Standar keamanan dalam pelaksanaan pekerjaan pengerukan harus memenuhi syarat yaitu safety
first. Standar keamanan ini meliputi standar keamanan terhadap tenaga kerja, perlengkapan, dan metode
kerja.

Keterangan Gambar: (1) Pelindung Kepala; (2) Pelindung Mata; (3) Sarung Tangan; (4) Safety Shoes; (5) Life
Jacket; (6) Wear Pack; (7) Safety Harness; (8) Rompi Keselamatan.

Gambar 6. Perlengkapan Kesehatan dan Keselamatan Tenaga Kerja dalam Pengerukan


9. Desain Alur Pelayaran dan Kolam Pelabuhan

9.1. Alur Pelayaran


Desain alur pelayaran dan kolam pelabuhan perlu memperhatikan:
a) Rencana Induk Pelabuhan (RIP)
b) Bathimetri (kedalaman perairan)
c) Elevasi muka air (hasil analisa pasang surut)
d) Laju Sedimentasi
e) Kondisi angin di perairan (arah dan kecepatan)
f) Arah dan kecepatan arus di perairan
g) Arah dan tinggi gelombang di perairan
h) Kondisi Tanah (Sea Bed)
i) Spesifikasi kapal terbesar yang melalui alur pelayaran
j) Ukuran kapal rencana dan rencana maneuver yang diperbolehkan
k) Keselamatan pelayaran yang efisien dan efektif
l) Koordinasi dengan instasi lainnya

Gambar 7. Desain Alur Pelayaran dan Kolam Pelabuhan Serta Laju Sedimentasi
Gambar 8. Perencanaan Kedalaman Alur Pelayaran

Gambar 9. Desain Perencanaan Lebar Alur Pelayaran

9.2. Perencanaan Luas Kolam


Untuk perencanaan kebutuhan luas kolam, kemudahan manuver kapal menjadi salah satu faktor yang
perlu diperhatikan. Mengingat hal tersebut, maka perlu disediakan area kolam untuk dapat menampung
kegiatan yang dilakukan oleh kapal mulai dari kedatangan sampai berangkat dengan membuat
perencanaan kolam sebagai berikut:
 perlu disediakan kolam putar untuk manuver kapal.
 perlu adanya area bongkar muat kapal.
 perlu disediakan area tambat terpisah dengan area bongkar.
Persamaan untuk menghitung kebutuhan luas kolam pelabuhan adalah:

9.3. Perencanaan Luas Kolam Putar


Kolam putar diperlukan agar kapal dapat mudah berbalik arah. Luas area untuk perputaran kapal sangat
dipengaruhi oleh ukuran kapal, sistem operasi dan jenis kapal. Radius kolam putar diperkirakan sebesar
1,5 kali ukuran panjang kapal maksimum sehingga luas kolam putar menjadi:

9.4. Perencanaan Area Bongkar Muat


Area labuh atau bongkar muat merupakan salah satu kegiatan operasi yang rutin di lakukan di pelabuhan
dalam akvitas bongkar muat barang, penumpang, dan lain-lain.
Luas area bongkar muat dapat dihitung berdasarkan persamaan sebagai berikut:

9.5. Perencanaan Area Tambat


Area tambat diperlukan dalam pelabuhan, yang berfungsi sebagai bertambatnya kapal sebelum berlabuh
agar tidak mengganggu kapal yang sedang melakukan aktivitas bongkar muat. Luas area tambat dapat
menggunakan persamaan sebagai berikut:
10. Peralatan Keruk

10.1. Peralatan Pengerukan


Alat keruk dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu alat mekanikal dan alat menggunakan hidrolik dimana
perbedaanya keduanya adalah sebagai berikut:
a) Alat Keruk Mekanikal, Alat Keruk yang mengambil material keruk secara mekanik dengan
gerakan cangkram (clamshell) atau mangkok (bucket).
b) Alat Keruk Hidrolik, Alat Keruk yang mengambil material keruk dalam kondisi terlarut melalui
hisapan pipa dari pompa sentrifugal.

Tabel 2. Jenis peralatan pengerukan

Mekanikal Hidrolik

• Bucket Dredger • Suction Dredger


• Grab Dredger • Cutter Suction
• Backhoe Dredger
Dredger • Trailing Suction
Hopper Dredger
Tabel 3. Peralatan Pengerukan Mekanikal
Bucket Dredger
Merupakan jenis alat keruk tertua yang menggunakan susunan
mangkok (bucket) berantai. Dapat mengeruk hampir semua jenis
material bahkan dengan pemasangan cakar besi pada bibir
mangkok memungkinka untuk mengeruk karang lunak. Kapasitas
mangkok yang digunakan berkisar 100 s.d. 900 liter.

Grab Dredger
Dikenal juga sebagai alat keruk "clamshells". Dapat mengeruk
pada tempat yang sulit seperti sudut dari kolam pelabuhan, dengan
menggunakan "crane” yang sesuai dapat bekerja dari darat
maupun diatas "pontoon”. Dengan kapasitas cangkram dari 1 s.d.
20 m³ sebanding dengan kekuatan crane. Terdapat jangkar tiang
(spudpole) pada pontoon.
Backhoe Dredger
Merupakan alat yang menggunakan mangkok lipat seperti
excavator pada umumnya. Umumnya digunakan pada perairan
dangkal dengan maksimal kedalaman keruk antara 7 s.d. 9 meter.
Berupa pontoon dengan jangkar tiang.
Tabel 4. Alat Keruk Hidrolik
Suction Dredger
Merupakan jenis alat keruk hisap yang digunakan untuk mengeruk
material yang bersifat pasir, umumnya material hisap digunakan
untuk reklamasi. Kapasitas produksinya tergantung dari
“horsepower” kekuatan pompa yang digunakan dengan diameter
pipa “discharge” antara 100 s/d 1000 mm.

Cutter Suction Dredger


Alat keruk hisap yang memiliki pisau pemotong pada ujung pipa
hisapnya berupa mata pisau putar. Pisau putar ini berguna untuk
mengaduk pasir sehingga mudah dihisap dan membongkar lapisan
sedimen yang mengeras, bahkan dengan mata pisau yang sesuai
dapat menggerus karang lunak. Sering digunakan untuk pekerjaan
capital dredging.
Trailing Suction Hopper Dredger
Sangat dikenal dengan singkatan TSHD, berupa kapal (vessel)
dengan mesin penggerak dilengkapi hopper yan merupakan bagian
hull kapal dan lengan hisap (ladder). Ukuran TSHD tergantung
dari kapasitas hoppernya dari beberapa ratus kubik sampai lebih
dari 20.000 kubik.

Tabel 5. Perbandingan Jenis Kapal Keruk


Gambar 10. Jenis kapal keruk yang melakukan kegiatan pengerukan

11. Permasalahan alur pelayaran di Indonesia


Berikut beberapa permasalahan di pelabuhan yang terkait dengan kegiatan pengerukan:
1) BELAWAN memerlukan proses pengerukan sebanyak 250.000 m3/tahun
2) PALEMBANG (SUNGAI MUSI) memerlukan pengerukan sebesar 2.500.000 m3/thn
3) BENGKULU keterbatasan ketersediaan kapal cutter suction yang hanya ada 1 di Indonesia,
karena dalam proses pengerukan memerlukan kapal tersebut, saat ini sudah dilakukan Toll Fee
ke perusahaan Batubara
4) PONTIANAK (SUNGAI KAPUAS) 1.000.000 m3/tahun
5) SAMARINDA (SUNGAI MAHAKAM) 1.600.000 m3/tahun kapal kecil
6) BANJARMASIN (SUNGAI BARITO) 2 000 000 m3/tahun saat ini sudah di berlakukan toll
Fee
7) SURABAYA (alur Pelabuhan tanjung perak memerlukan perawatan berupa pendalaman dan
pelebaran dan saat ini sudah dilakukan Toll Fee bagi kapal-kapal yang melalui alur tesebut
dengan mekanisme dan persyaratan tertentu (Gambar 11)

Gambar 11. Alur pelayaran barat Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya


12. Tugas:
1) Bagaimana menurut saudara prose perencanaan pengerukan yang ada di Indonesia saat ini,
dimana banyak swasta yang terlibat dalam proses perawatan alur tersebut, yang seharusnya
menjadi tanggung jawab pemerintah dan kaitannya dengan PNBP?
2) Bagaimana proses sebuah kegiatan pengerukan dapat dilaksanakan dengan baik?

References
Undang-Undang No. 17 tahun 2008 tentang Pelayaran
UNCTAD Port Operation and Development
PP Nomer 61 Tahun 2009 jo PP Nomer 64 tahun 2015 tentang Kepelabuhanan
PP NO. 5 TAHUN 2010 tentang Kenavigasian
Kepres No.50/1979 tentang pengesahan convention on the international regulation for prevention
collison at sea 1972
Kepres No. 65/1980 tentang pengesahan SOLAS 1974
Permenhub No. PM.25/2011 tentang Sarana Bantu Nasivasi Pelayaran
Permenhub No. PM.68/2011 tentang Alur Pelayaran Di Laut

Anda mungkin juga menyukai