TEKNIS
1. METODOLOGI PENDEKATAN TEKNIS
Perencanaan pekerjaan Penyusunanan Batas – Batas Daerah Lingkungan
Kerja (DLKr) Dan Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) Pelabuhan Tua Pejat
merupakan suatu pekerjaan yang bersifat kompleks dan terintegrasi dengan
berbagai bidang pekerjaan, disiplin ilmu dan tingkat keahlian yang benar-benar
berkualitas (qualified) dikarenakan keterkaitannya dengan pedoman, standar dan
aturan teknis yang diberlakukan secara nasional dan internasional serta amat
terkait dengan keterpaduan intra dan antar moda transportasi dalam cakupan
wilayah yang akan dilayani. Oleh karenanya didalam pekerjaan Penyusunanan
Batas – Batas Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) Dan Daerah Lingkungan
Kepentingan (DLKp) Pelabuhan Tua Pejat diperlukan pendekatan dan metodologi
dengan mempertimbangkan berbagai aspek, meliputi strategi pengembangan
wilayah, teknis, ekonomis, keselamatan operasi pelayaran, lingkungan serta
LAPORAN PENDAHULUAN
pertahanan dan keamanan agar investasi yang
PENYUSUNAN ditanamkan
BATAS-BATAS dapat berdaya
DAERAH LINGKUNGAN KERJA (DLKr)guna
DAN DAERAH LINGKUNGAN KEPENTINGAN (DLKp)
PELABUHAN TUA PEJAT
(efisien) dan berhasil guna (efektif).
Untuk pekerjaan Jasa Konsultansi pekerjaan Penyusunanan Batas – Batas
Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) Dan Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp)
Pelabuhan Tua Pejat, konsultan mengacu dengan standar dari Kementerian
Perhubungan yaitu Lampiran Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut
Nomor PP 001/5/2/DJPL-17 tentang Penetapan Petunjuk Teknis Penyusunan
Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan yang
mencakup berbagai tahapan kegiatan.
III-1
Metodologi pendekatan pada dasarnya penjabaran dari persepsi dan
pemahaman konsultan dalam bentuk alur logika interelasi komponen terkait yang
berisi proses
pendekatan
dari awal sampai
akhir pekerjaan
yang dilakukan
oleh konsultan
dalam
menangani
pekerjaan.
Gambar
berikut
menjelaskan
proses alur
pekerjaan /
LAPORAN PENDAHULUAN
tahapan
PENYUSUNAN BATAS-BATAS DAERAH LINGKUNGAN KERJA (DLKr)
kegiatan
DAN DAERAH LINGKUNGAN KEPENTINGAN (DLKp)
PELABUHAN TUA PEJAT
yang digunakan
konsultan
dalam
menangani
pekerjaan
Jasa Konsultansi
pekerjaan
III-2
Lingkungan Kepentingan (DLKp) Pelabuhan Tua Pejabat Kabupaten Kepulauan
Mentawai.
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN BATAS-BATAS DAERAH LINGKUNGAN KERJA (DLKr)
DAN DAERAH LINGKUNGAN KEPENTINGAN (DLKp)
PELABUHAN TUA PEJAT
Gambar 3.1 Bagan Alir Penyusunan Batas-Batas DLKr dan DLKp Pelabuhan
III-3
2. PEKERJAAN PERSIAPAN
Pekerjaan persiapan harus dilakukan oleh konsultan sebelum memulai
pelaksanaan pekerjaan, langkah-langkah yang akan dilakukan berupa
penyusunan rencana kerja yang mencakup:
a. Persiapan Tim dan mobilisasi peralatan yang akan digunakan dalam
survey.
b. Penyusunan metodologi pelaksanaan pekerjaan;
c. Menyiapkan checklist data, kuesioner, wawancara dan form penelitian yang
diperlukan untuk pengumpulan data di lokasi/lapangan.
III-4
Satu hal yang akan mempermudah serta melancarkan tahapan telaah
awal ini, maka Konsultan akan menggunakan peta-peta dasar wilayah
perencanaan yang bersumber dari RTRW Kabupaten Kepulauan
Mentawai dan juga melakukan telaah kawasan perencanaan
menggunakan foto udara kawasan. Peta – peta dasar dan foro udara
tersebut akan ditelaah dengan menggunakan aplikasi Sistem Informasi
Geospasial (SIG). Dengan melakukan telaah awal diatas foto udara yang
menggunakan aplikasi SIG ini maka akan lebih akurat dan tajam
gambaran mengenai kondisi wilayah studi.
4. SURVEY PENDAHULUAN
Survey pendahuluan atau lebih dikenal dengan Reconaissance Survey dilakukan
untuk lebih memperkuat hipotesis terhadap suatu indikasi permasalahan. Pada
survey pendahuluan ini akan dilakukan observasi atau penelitian lebih mendalam
terhadap wilayah perencanaan, khususnya rencana lokasi Pelabuhan Tua Pejat.
Survey pendahuluan yang biasa dilakukan antara lain :
a. Mengumpulkan data sekunder d a n d a LAPORAN PENDAHULUAN
t a p r i m e r terutama data di lokasi
PENYUSUNAN BATAS-BATAS DAERAH LINGKUNGAN KERJA (DLKr)
perencanaan, data operasional pelabuhan dan status lahan pelabuhan dari
DAN DAERAH LINGKUNGAN KEPENTINGAN (DLKp)
PELABUHAN TUA PEJAT
III-5
5. SURVEY LAPANGAN
Setelah pelaksanaan survei pendahuluan dan telah di analisa awal,
selanjutnya penyedia jasa harus melaksanakan survei lapangan. Survei
lapangan yang dilaksanakan akan mencakup 3 (tiga) aspek yaitu :
a. Penentuan Titik Koordinat Batas-Batas DLKr dan DLKp Pelabuhan dengan
menggunakan peralatan survey yang akurat yaitu GPS Real Time
Kinematik (RTK).
b. Penentuan Tanda Alam Batas-Batas DLKr dan DLKp Pelabuhan, dan
c. Inventarisasi Data Status Lahan Pelabuhan. Hal ini perlu dilakukan jika pada
survey pendahuluan belum didapatkan kejelasan mengenai status lahan.
Dalam melakukan survey lapangan, konsultan melakukan pendekatan-
pendekatan seperti yang terlihat pada alur berikut ini :
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN BATAS-BATAS DAERAH LINGKUNGAN KERJA (DLKr)
DAN DAERAH LINGKUNGAN KEPENTINGAN (DLKp)
PELABUHAN TUA PEJAT
III-6
pengukuran yang digunakan adalah Differential Global Positioning System
(DGPS) dan pengolahannya dilakukan secara Post-Procesing. Bench Mark (BM)
yang digunakan sebagai titik acuan dilapangan adalah BM eksisting yang
diikatkan ke titik BAKO (BIG). Orientasi Lapangan dilaksanakan secara cermat
dan terprogram sehingga pelaksanaan pekerjaan selanjutnya dapat berjalan
dengan baik dan lancar. Peralatan yang digunakan untuk orientasi lapangan
adalah GPS (Global Positioning System) navigasi yang dilengkapi dengan
bacaan pendekatan koordinat . Kegiatan ini meliputi :
a. Menginventarisasi titik-titik referensi milik Badan Informasi Geospasial (BIG)
atau titik referensi lain yang ada/paling dekat dengan lokasi pekerjaan. Titik-
titik ini yang nantinya akan digunakan sebagai referensi koordinat untuk
pekerjaan ini. Adapun kegiatan survey ini dilakukan untuk memastikan
batas-batas wilayah yang tersebut diatas sudah sesuai kordinatnya sesuai
dengan Jaring Kontrol Geodesi dan Geodinamika milik Badan Informasi
dan Geospasial ( BIG ).
b. Inventarisasi lokasi rencana pemasangan BM dan patok batas.
Prioritas utama dari orientasi lapanganLAPORAN PENDAHULUAN
ini adalah pemasangan patok atau
PENYUSUNAN BATAS-BATAS DAERAH LINGKUNGAN KERJA (DLKr)
tanda lainnya sebagai petunjuk rencanaDANpemasangan BM/tugu
DAERAH LINGKUNGAN baru.
KEPENTINGAN (DLKp)Hasil
PELABUHAN TUA PEJAT
orientasi lapangan diplot di peta sebagai peta kerja yang memuat antara
lain:
BM baru atau menggunakan yang sudah ada di lokasi sebagai Base
(acuan).
Patok-patok batas wilayah DLKr dan DLKp Pelabuhan untuk titik – titik
batas yang terletak di tanah kosong.
III-7
Pada dasarnya penentuan posisi dengan GPS adalah pengukuran
menggunakan prinsip perpotongan ke belakang (resection) dalam
ruang tiga dimensi, yang dilakukan dengan cara pengamatan
terhadap satelit-satelit GPS yang diketahui koordinatnya. Dengan
mengetahui jarak dan titik perpotongan dari minimal empat buah
satelit, maka koordinat posisi yang diinginkan dapat diketahui.
Koordinat posisi yang diperoleh merupakan koordinat relatif
terhadap titik referensi atau titik ikatnya. Metode pengikatan titik
referensi dilakukan dengan menggunakan metode statik differential
yaitu titik yang akan diukur (Bench Mark) dan titik ikatnya
(BAKO/BIG) diukur secara bersamaan, sehingga diperoleh data dari
satelit yang sama yang digunakan dalam pengolahan data.
Sedangkan metode pengukuran titik-titik batas DLKr daratan
menggunakan metode Real Time Kinematic (RTK), seperti pada
gambar di bawah ini:
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN BATAS-BATAS DAERAH LINGKUNGAN KERJA (DLKr)
DAN DAERAH LINGKUNGAN KEPENTINGAN (DLKp)
PELABUHAN TUA PEJAT
III-8
nya untuk memberikan data real time, stasiun referensi harus
mengirimkan data fase dan pseudorange kepada pengguna secara
realtime menggunakan sistem komunikasi data Stasiun referensi dan
pengguna harus dilengkapi dengan suatu sistem pemancar dan penerima
data yang dapat berfungsi dengan baik sehingga komunikasi data dapat
berjalan dengan baik.
Pengikatan terhadap titik referensi ini bertujuan agar diperoleh hasil
posisi/koordinat relatif titik BM terhadap titik ikatnya dalam koordinat
Geodetik (lintang dan bujur) dan koordinat pada bidang proyeksi UTM (X
dan Y) dengan sistem referensi yang sama. Selain itu dilakukan juga
koreksi terhadap sistem tinggi yang akan digunakan yaitu tinggi
orthometrik atau tinggi diatas geoid (MSL). Untuk memperoleh tinggi
orthometrik, dilakukan dengan cara menghitung koreksi nilai undulasi
(tinggi geoid) di titik koordinat tersebut, yang dihitung dari tinggi elipsoid
hasil pengukuran GPS, dengan hubungan sistem tinggi seperti pada
gambar Metode Survei GPS RTK
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN BATAS-BATAS DAERAH LINGKUNGAN KERJA (DLKr)
DAN DAERAH LINGKUNGAN KEPENTINGAN (DLKp)
PELABUHAN TUA PEJAT
III-9
Hasil pengolahan baseline harus Fixed.
Bereferensi pada datum World Geodetic System 1984 (WGS 84)
Sedangkan untuk penentuan titik-titik DLKr perairan dan DLKp perairan
dilakukan tracking dengan menggunakan speed boat dengan jalur
tracking yang ditentukan.
Gambar 3.5 Contoh Jalur Tracking Penentuan Titik-Titik DLKr Perairan dan DLKp Perairan
III-10
Gambar 3.6 Diagram Alir Pengolahan Data GPS (Abidin, Et.Al, 2002)
III-11
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN BATAS-BATAS DAERAH LINGKUNGAN KERJA (DLKr)
DAN DAERAH LINGKUNGAN KEPENTINGAN (DLKp)
PELABUHAN TUA PEJAT
III-12
Nilai standar deviasi dari koordinat maupun vektor baseline
Nilai rms (root mean square), minimum, maksimum, serta standar
deviasi dari residual pengamatan
Nilai factor variansi aposteori
Jumlah data yang di tolak (reject)
Jumlah cycle slips yang terjadi selama pengamatan
Jika ambiguitas fase dapat ditentukan secara baik, dan nilai standar
deviasi dari komponen koordinat yang diperoleh memenuhi standar, maka
dapat dikatakan bahwa pengolahan baseline GPS tersebut telah
dilaksanakan dengan baik, dan hasilnya secara umum dapat diterima.
III-13
Gambar 3.8 Contoh Tanda Alam Batas DLKr Daratan
Gambar 3.9
Contoh
Tanda
Alam Batas
DLKr
Perairan
3. I
NVENTARISASI DATA STATUS LAHAN DLKR DAN DLKP
PELABUHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
Dalam melakukan inventarisasi status lahan
PENYUSUNAN dalam DLKr
BATAS-BATAS dan DLKp
DAERAH LINGKUNGAN pelabuhan
KERJA (DLKr)
DAN DAERAH LINGKUNGAN KEPENTINGAN (DLKp)
penyedia harus mengumpulkan data status lahan di Badan Pertanahan
PELABUHAN TUA Nasional
PEJAT
(BPN) setempat, serta instansi perangkat desa di areal sekitar pelabuhan. Hasil
data inventarisasi status tanah akan dimuat dalam bentuk tabel status lahan,
luasan area lahan serta fungsi lahan. Selain itu juga divisualisasikan ke dalam
peta status lahan dan peta pemanfaatan lahan. Penyedia jasa wajib
melampirkan fotocopy sertifikat lahan yang sudah menjadi hak milik atau hak
guna pakai penyelenggara pelabuhan.
1) Perhitungan dan Analisa Data
Penyedia jasa diharuskan melakukan perhitungan ulang terhadap
kebutuhan fasilitas daratan dan perairan untuk kemudian dibandingkan
hasilnya dengan hasil perhitungan dan analisis dalam rencana induk
pelabuhan.
2) Fasilitas Perairan (DLKr Perairan)
Batas-batas daerah lingkungan kerja dan daerah lingkungan Pelabuhan
Tua Pejat yang diusulkan dalam perairan Pelabuhan Tua Pejat adalah
meliputi DLKr dan DLKp Perairan. Perkiraan kebutuhan lahan daratan
III-14
untuk kegiatan operasional dan fasilitas pelabuhan minimal 2 Ha
(disesuaikan dengan perkiraan permintaan jasa kepelabuhanan untuk
jangka waktu tertentu serta RTRW Kabupaten/ Kota yang bersangkutan.
Penetapan DLKr perairan berpedoman pada:
Tempat labuh
Tempat alih muat antar kapal
Tempat sandar kapal
Kolam putar
Perairan alur penghubung intra pelabuhan (fair way)
Pemanduan dan penundaan di dalam DLKr
DLKp suatu pelabuhan hanya ada di wilayah perairan saja. DLKp
digunakan untuk:
Alur pelayaran dari dan ke pelabuhan
Keperluan keadaan darurat
Penempatan kapal mati
Percobaan berlayar
LAPORAN PENDAHULUAN
Kegiatan pemanduan kapal
PENYUSUNAN BATAS-BATAS DAERAH LINGKUNGAN KERJA (DLKr)
DAN DAERAH LINGKUNGAN KEPENTINGAN (DLKp)
PELABUHAN TUA PEJAT
Fasilitas pembangunan dan pemeliharaan kapal
Pengembangan pelabuhan jangka panjang
III-15
a) Perairan tempat/area labuh kapal
Analisis untuk perkiraan kebutuhan area labuh kapal harus
memperhitungkan kriteria sebagai berikut, antara lain:
Jumlah kapal maksimum yang berlabuh per hari;
Dimensi/ukuran kapal maksimum yang berlabuh;
Kedalaman perairan tempat/area labuh minimal sama dengan tinggi
fulload draft kapal yang direncanakan dapat berlabuh di pelabuhan
ditambah 1 meter untuk faktor keselamatan (referensi LWS);
Areal perairan yang dibutuhkan untuk tempat labuh persatu kapal
diasumsikan berbentuk lingkaran;
Rumus pendekatan dalam perhitungan luasan area labuh:
A= π*R2
R = L + 6 (D) + 30 Meter
III-16
diasumsikan berbentuk lingkaran;
Rumus pendekatan dalam perhitungan luasan tempat/area alih muat
antar kapal:
A = π*R2
R = L + 6 (D) + 30
Meter
Dimana :
A = Luas Perairan tempat/area alih muat antar kapal
R = Jari-jari tempat/area alih muat antar kapal
L = Panjang kapal maksimum yang melakukan alih muat antar
kapal
D = Kedalaman perairan tempat/area alih muat antar kapal
(referensi LWS)
LAPORAN
Analisis untuk perkiraan kebutuhan PENDAHULUAN
area alih muat antar kapal
PENYUSUNAN BATAS-BATAS DAERAH LINGKUNGAN KERJA (DLKr)
harus memperhitungkan kriteria sebagai berikut,
DAN DAERAH antaraKEPENTINGAN
LINGKUNGAN lain: (DLKp)
PELABUHAN TUA PEJAT
Panjang dermaga;
Ukuran kapal rencana yang berkunjung;
Jumlah kapal maksimum yang sandar di dermaga per hari;
Jarak antar kapal untuk olah gerak kapal;
Rumus pendekatan dalam perhitungan luasan kolam untuk
tempat sandar kapal
Dimana :
A = Luas perairan untuk tempat sandar kapal
L = Panjang kapal (LOA)
III-17
d) Perairan untuk kolam putar (turning basin)
Analisis untuk perkiraan kebutuhan area kolam putar (Turning Basin)
harus memperhitungkan kriteria sebagai berikut, antara lain:
Panjang kapal rencana (LOA);
Kedalaman kolam putar minimal sama dengan tinggi full load draft
kapal rencana ditambah 1 meter untuk faktor keselamatan;
Referensi LWS;
Jumlah kolam putar;
Kolam putar diasumsikan berbentuk lingkaran;
A = π*R2
D > 2 L
Dimana : meter
R = D/2 meter
A = Luas areal kolam putar
D = Diameter kolam putar
R = Jari-jari kolam putar LAPORAN PENDAHULUAN
L = Panjang kapal rencana maksimum
PENYUSUNAN (LOA)
BATAS-BATAS DAERAH LINGKUNGAN KERJA (DLKr)
DAN DAERAH LINGKUNGAN KEPENTINGAN (DLKp)
PELABUHAN TUA PEJAT
A = (L x P)
Dimana :
A = Luas perairan
L = Lebar alur
III-18
P = Panjang alur.
III-19
Tabel 4.1 Kriteria Lebar Alur (i)
Panjang Alur Kondisi Navigasi Lebar Alur
2 – jalur relatif Kapal dengan 7 B + 30 Meter
panjang, alur lurus frekuensi tinggi
Kapal dengan 4 B + 30 Meter
frekuensi rendah
2 – Jalur, alur Kapal dengan 9 B + 30 Meter
membelok/ menikung frekuensi tinggi
Kapal dengan 6 B + 30 Meter
frekuensi rendah
zKet :
Dimana B = Lebar kapal rencana maksimum
Sumber : Juknis Penyusunan RIP, 2014
Kapal dengan
1,5 L
frekuensi rendah
Alur yang relatif Kapal dengan
1,5 L
pendek frekuensi tinggi
Kapal dengan
L
frekuensi rendah
Ket :
Dimana L = Panjang kapal
Sumber : Juknis Penyusunan RIP, 2014
D = 1,10 D
III-20
Dimana :
d = kedalaman alur
D = full load draft kapal
d = D + D’ - 0,1 H
Dimana :
d = kedalaman alur
D = full load draft kapal
D’ = clearence for ship squat and trim
H = tinggi gelombang diluar pelabuhan
A =A π*R2
R = L + 6 (D) + 30
Meter
Dimana,
A = Luas perairan tempat/areal pindah labuh kapal
R = Jari-jari tempat/area alih muat antar kapal
L = Panjang kapal maksimum yang melakukan alih muat antar
kapal
D = Kedalaman perairan tempat/area alih muat antar kapal
(referensi LWS).
III-21
6. Pengembangan pelabuhan jangka Panjang
Disesuaikan dengan layout plan/masterplan pelabuhan.
7. Penempatan kapal mati
Faktor yang perlu diperhatikan: jumlah kapal dan ukuran kapal.
Luas yang dibutuhkan sekitar setengah dari luas areal pindah labuh
kapal.
8. Percobaan berlayar
Faktor yang perlu diperhatikan adalah ukuran kapal rencana. Luas
yang dibutuhkan sekitar setengah dari luas areal pindah labuh
kapal.
9. Perairan wajib pandu
Faktor yang perlu diperhatikan: kondisi alur, ukuran kapal rencana
dan kunjungan kapal. Luas yang dibutuhkan disesuaikan dengan
kondisi fisik alur dan ukuran kapal yang menggunakan alur
pelayaran.
LAPORAN PENDAHULUAN
10. Fasilitas pembangunan dan pemeliharaan
PENYUSUNAN BATAS-BATAS DAERAH LINGKUNGAN KERJA (DLKr)
Faktor yang perlu diperhatikan: ukuran
DAN DAERAH kapalPELABUHAN
LINGKUNGAN maksimum
KEPENTINGAN (DLKp)yang
TUA PEJAT
III-22
permasalahan terkait lahan maupun permasalahan lain yang ada telah
diselesaikan antara berbagai stakeholder yang terkait.
c) Fasilitas Pokok
1. Terminal Penumpang
Kebutuhan luas terminal penumpang perlu memperhatikan
kenyamanan pengguna terminal. Kebutuhan luas area terminal
penumpang yang nyaman mengasumsikan kebutuhan sebesar
1,2 m2 untuk satu orang penumpangnya. Dengan mengasumsikan
rata-rata penumpang naik dan turun satu kapal adalah sebanyak
100 penumpang.
2. Gudang dan Lapangan Penumpukan
Gudang dan lapangan penumpukan menurut perencanaan
dokumen Rencana Induk Pelabuhan di bagi dua yaitu gudang dan
lapangan penumpukan.
T x TrT x Sf
A= LAPORAN PENDAHULUAN
2365 Sth(1−BS)
PENYUSUNAN BATAS-BATAS DAERAH LINGKUNGAN KERJA (DLKr)
DAN DAERAH LINGKUNGAN KEPENTINGAN (DLKp)
PELABUHAN TUA PEJAT
T : Throughput per
tahun (muatan yang lewat tiap tahun, ton)
III-23
hal perlu diperhatikan dalam menentukan kebutuhan lahanparkir
adalah sebagai berikut:
- Jumlah total kendaraan yang parkir dalam satuan waktu
tertentu, dimana akumulasi maksimum merupakan demand
tertinggi;
- Durasi atau lamanya kendaraan parkir;
- Tujuan akhir pergerakan, maksud pergerakan dan waktu
beralan kaki.
- Ukuran ruang parkir ditentukan oleh jenis kendaraan yang
akan parkir
𝐴 = 𝑛 x 𝑎 x 𝑓𝑝 x 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜
d) Fasilitas Penunjang
- Kawasan Perkantoran sebagai pelayanan kepelabuhan
Ruang kantor diperlukan bagi pengelola pelabuhan.
- Pemadam Kebakaran
Fasilitas pemadam kebakaran sebagai antisipasi terhadap
kejadian yang tidak diharapkan dan sebagai upaya penanganan
dini.
- Akses Jalan Masuk
Sumber utama dari fasilitas Pelabuhan adalah adanya akses
Jalan Masuk yang maksimum untuk melakukan kegiatan bongkar
muat.
- Rumah Dinas
Rumah dinas dirasa perlu, mengingat adanya kegiatan
kepelabuhan yang mungkin memerlukan tempat untuk istirahat,
III-24
- Poliklinik
Sebagai sarana kesehatan pada suatu pelabuhan diperlukan
bangunan poliklinik sebagai pemeriksaan awal terhadap orang
yang mengalami sakit atau membutuhkan pertolongan terhadap
kesehatan.
- Kantor Agen
Kantor agen berfungsi sebagai mitra pelabuhan
- Rumah pompa
Rumah pompa sebagai pendukung terhadap operasional
pelabuhan.
- Bak Air
Bak Air sebagai pendukung terhadap operasional pelabuhan,
- Rumah Genset
Rumah Genset sebagai pendukung terhadap operasional
pelabuhan.
- Kantin
- Toilet Umum LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN BATAS-BATAS DAERAH LINGKUNGAN KERJA (DLKr)
- Pos Jaga DAN DAERAH LINGKUNGAN KEPENTINGAN (DLKp)
PELABUHAN TUA PEJAT
III-25
Dalam Pasal 20 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 ini, dijelaskan cakupan
sarana bantu navigasi pelayaran yang meliputi:
1. Jenis dan fungsi;
2. persyaratan dan standar;
3. penyelenggaraan;
4. zona keamanan dan keselamatan;
5. kerusakan dan hambatan;
6. biaya pemanfaatan; dan
7. fasilitas alur-pelayaran sungai dan danau.
Jenis dan Fungsi sarana bantu navigasi pelayaran menurut pasal 21 adalah
sebagai berikut:
1. Jenis Sarana Bantu Navigasi - Pelayaran terdiri atas:
- Visual;
- Elektronik; dan
- Audible.
2. Fungsi Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran terdiri atas:
- LAPORAN PENDAHULUAN
Menentukan posisi dan/atau haluan kapal;
PENYUSUNAN BATAS-BATAS DAERAH LINGKUNGAN KERJA (DLKr)
- Memberitahukan adanya bahaya/rintangan pelayaran;
DAN DAERAH LINGKUNGAN KEPENTINGAN (DLKp)
PELABUHAN TUA PEJAT
III-26
4. Radio beacon;
5. Radar surveylance; dan
6. Medium wave radio beacon.
III-27
adanya bahaya/rintangan navigasi antara lain karang, air dangkal, gosong,
kerangka kapal dan menunjukan perairan yang aman serta pemisah alur
yang hanya dapat dipergunakan pads siang hari.
6. Rambu radio (Radio Beacon) adalah sarana bantu navigasi pelayaran yang
mengunakan gelombang radio untuk membantu para navigator dalam
menentukan arah baringan dan/atau posisi kapal.
7. Rambu radar (Radar Beacon) adalah sarana bantu navigasi pelayaran yang
dapat membantu para navigator untuk menentukan posisi kapal dengan
menggunakan radar.
8. Kecukupan sarana bantu navigasi pelayaran adalah terpenuhinya sarana
bantu navigasi pelayaran untuk mencakup perairan Indonesia sesuai dengan
rasio yang ditetapkan.
9. Keandalan sarana bantu navigasi pelayaran adalah tingkat kemampuan
sarana bantu navigasi pelayaran untuk menjalankan fungsinya sesuai
ketentuan.
10. Kelainan sarana bantu navigasi-pelayaran adalah kondisi berkurangnya
LAPORAN
optimalisasi fungsi sarana bantu navigasi pelayaran PENDAHULUAN
balk karena gangguan
PENYUSUNAN BATAS-BATAS DAERAH LINGKUNGAN KERJA (DLKr)
alam, gangguan teknis dan kesalahan manusia.
DAN DAERAH LINGKUNGAN KEPENTINGAN (DLKp)
PELABUHAN TUA PEJAT
III-28
- Lampu suar serta perlengkapannya memenuhi standar internasional
(IALA);
- Fasilitas menara suar meliputi :
Rumah penjaga menara suar tipe T.50;
Rumah generator 60 m2, gudang peralatan 50 m2dan gudang
penampungan logistik dipantai 30 m2;
Bak penampungan air tawar 1 buah kapasitas minimum 25 m3
untuk setiap rumah kapasitas 5 m3;
Alat penolong dan keselamatan;
Sumber tenaga listrik yang memadai;
Jetty sesuai kebutuhan;
Sarana komunikasi.
b) Sarana bantu navigasi pelayaran tetap yang dibangun di perairan
- pondasi dan konstruksi bangunan memenuhi standar konstruksi;
- ketinggian lantai rambu suar dipertimbankan lebih tinggi dari
tingginya ombak;
LAPORAN PENDAHULUAN
- lampu suar serta perlengkapannya memenuhi
PENYUSUNAN BATAS-BATAS standar KERJA
DAERAH LINGKUNGAN Internasional
(DLKr)
DAN DAERAH LINGKUNGAN KEPENTINGAN (DLKp)
(IALA). PELABUHAN TUA PEJAT
III-29
c) Melaksanakan pemeliharaan dan perawatan dalam rangka menjaga
keandalan sarana bantu navigasi pelayaran.
mil laut,
b) Rambu suar memiliki jarak tampak lampu sama atau lebih dari 10 mil
laut,
c) Pelampung suar memiliki jarak tampak lampu sama atau lebih dari 4
mil laut,
2. Tipe dan Karakteristik Lampu
Pengaturan tipe dan karakteristik lampu meliputi:
a) Menara suar mempunyai tipe lampu revolving, rotating, dan flashing,
yang mempunyai karakteristik lampu sebagai berikut:
- Perairan aman:
Cerlang panjang dengan periode 10 detik;
Cahaya isophasa;
Cahaya tunggal terputus;
Cahaya kode morse dengan karakter tunggal ”A”.
- Tanda khusus
III-30
Kelompok terputus;
Cerlang tunggal, tetapi bukan cerlang panjang dengan
periode 10 detik;
Kelompok cerlang dengan 1 kelompok terdiri dari empat,
lima, atau (secara luar biasa)enam cerlang;
Kelompok cerlang campuran;
Cahaya kode morse tetapi bukan karakter tunggal ”A”
maupun ”U”;
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN BATAS-BATAS DAERAH LINGKUNGAN KERJA (DLKr)
DAN DAERAH LINGKUNGAN KEPENTINGAN (DLKp)
PELABUHAN TUA PEJAT
III-31
- Tanda khusus:
Kelompok terputus;
Cerlang tunggal, tetapi bukan cerlang panjang dengan
periode 10 detik;
Kelompok cerlang dengan 1 kelompok terdiri dari empat,
lima, atau (secara luar biasa)enam cerlang;
Kelompok cerlang campuran;
Cahaya kode morse tetapi bukan karakter tunggal ”A”
maupun ”U”;
- Tanda khusus penandaan kapal tenggelam:
Cerlang tunggal, tetapi bukan cerlang panjang dengan
periode 3 detik;
Cahaya kode morse ”D”
- Lateral:
Semua irama/karakter yang direkomendasikan, tetapi
termasuk dalamkelompokcerlang campuran, dengan
LAPORAN PENDAHULUAN
kelompok (2+1) cerlang,
PENYUSUNAN danDAERAH
BATAS-BATAS hanya digunakan
LINGKUNGAN untuk
KERJA (DLKr)
DAN DAERAH LINGKUNGAN KEPENTINGAN (DLKp)
tandalateral yang dimodifikasi untuk menandai alur
PELABUHAN TUA PEJATyang
dianjurkan;
Modifikasi lateral; kelompok pancaran cahaya yang
tersusun dengan satu kelompok (2+1) pancaran dalam satu
periode tidak lebih dari 16 detik;
- Kardinal:
Kardinal Utara:
- Cahaya terus menerus secara sangat cepat;
- Cahaya terus menerus secara cepat;
Kardinal Timur:
- Kelompok cahaya sangat cepat dengan satu kelompok
terdiri dari tiga pancaran dalam 1 periode 5 detik;
- Kelompok cahaya sangat cepat dengan satu kelompok
terdiri dari tiga pancaran dalam 1 periode 10 detik;
Kardinal Selatan:
III-32
- Kelompok cahaya sangat cepat dengan satu kelompok
terdiri dari enam pancaran yang diikuti oleh pancaran
panjang dengan waktu tidak kurang dari 2 detik dalam 1
periode 10 detik;
- Kelompok cahaya sangat cepat dengan satu kelompok
terdiri dari enam pancaran yang diikuti oleh pancaran
panjang dengan waktu tidak kurang dari 2 detik dalam 1
periode 15 detik;
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN BATAS-BATAS DAERAH LINGKUNGAN KERJA (DLKr)
DAN DAERAH LINGKUNGAN KEPENTINGAN (DLKp)
PELABUHAN TUA PEJAT
III-33
Kelompok terputus;
Cerlang tunggal, tetapi bukan cerlang panjang dengan
periode 10 detik;
Kelompok cerlang dengan 1 kelompok terdiri dari empat,
lima, atau (secara luar biasa) enam cerlang;
Kelompok cerlang campuran;
Cahaya kode morse tetapi bukan karakter tunggal ”A”
maupun ”U”;
- Tanda khusus penandaan kapal tenggelam:
Cerlang tunggal, tetapi bukan cerlang panjang dengan
periode 3 detik;
Cahaya kode morse ”D”
- Lateral:
Semua irama/karakter yang direkomendasikan, tetapi
termasuk dalam kelompok cerlang campuran, dengan
kelompok (2+1) cerlang, dan hanya digunakan untuk tanda
LAPORAN PENDAHULUAN
lateral yang PENYUSUNAN
di modifikasi untuk
BATAS-BATAS DAERAH menandai alur
LINGKUNGAN KERJA (DLKr)yang
DAN DAERAH LINGKUNGAN KEPENTINGAN (DLKp)
dianjurkan; PELABUHAN TUA PEJAT
III-34
Cahaya terus menerus secara sangat cepat;
Cahaya terus menerus secara cepat;
- Kardinal Timur:
Kelompok cahaya sangat cepat dengan satu kelompok
terdiri dari tiga pancaran dalam 1 periode
LAPORAN 5 detik;
PENDAHULUAN
PENYUSUNAN BATAS-BATAS DAERAH LINGKUNGAN KERJA (DLKr)
Kelompok cahaya sangat cepat
DAN DAERAH dengan
LINGKUNGAN satu kelompok
KEPENTINGAN (DLKp)
PELABUHAN TUA PEJAT
terdiri dari tiga pancaran dalam 1 periode 10 detik;
III-35
Kelompok cahaya sangat cepat dengan satu kelompok
terdiri dari enam pancaran yang diikuti oleh pancaran
panjang dengan waktu tidak kurang dari 2 detik dalam 1
periode 15 detik;
- Kardinal Barat:
Kelompok cahaya sangat cepat dengan satu kelompok
LAPORAN PENDAHULUAN
terdiri dari sembilan cerlang
PENYUSUNAN dalam
BATAS-BATAS 1 periode
DAERAH 10KERJA
LINGKUNGAN detik;
(DLKr)
DAN DAERAH LINGKUNGAN KEPENTINGAN (DLKp)
PELABUHAN TUA PEJAT
Kelompok cahaya sangat cepat dengan satu kelompok
terdiri dari sembilan cerlang dalam 1 periode 15 detik.
III-36
para wisatawan. Tanda dari special mark dapat dilihat pada gambar
dibawah.
cahaya putih;
- Tanda lateral menggunakan warna cahaya merah atau hijau;
- Tanda khusus menggunakan cahaya warna kuning;
- Tanda khusus penandaan kapal tenggelam menggunakan
cahaya warna kuning dan biru;
3. Pelampung suar memiliki warna lampu sebagai berikut:
- Bahaya terpencil, perairan aman, dan kardinal berwarna
cahaya putih;
- Tanda lateral menggunakan warna cahaya merah atau hijau;
- Tanda khusus menggunakan cahaya warna kuning;
- Tanda khusus penandaan kapal tenggelam menggunakan
cahaya warna kuning dan biru;
Terdapat 2 region pada penerapan lateral mark, yaitu region A dan region
B. Seperti terlihat pada gambar dibawah. Penerapan perbedaan wilayah
III-37
ini hampir serupa dengan kemudi kanan dan kemudi kiri pada asia dan
eropa, penerapan ini juga serupa yaitu berbalik penempatannya.
Karena Indonesia berada pada zona A, maka titik berat pembahasan akan
LAPORAN
dilakukan pada zona A. Pada lateral PENDAHULUAN
marks zona A, bejana berwarna
PENYUSUNAN BATAS-BATAS DAERAH LINGKUNGAN KERJA (DLKr)
merah mengharuskan kapal untuk melewati bejana
DAN DAERAH pada
LINGKUNGAN bagian port
KEPENTINGAN (DLKp) side
PELABUHAN TUA PEJAT
1
. Sedangkan pada bejana hijau mengharuskan kapal untuk melewati
bejana pada bagian starboard 2. Dengan tanda sorotan lampus, seperti
terlihat dibawah:
1
Haluan kapal sebelah kiri
2
Haluan kapal sebelah kanan
III-38
Selain itu terdapat lateral marks yang menyarankan untuk kapal agar
bermanuver ke arah sesuai dengan warna dominan dari tanda tersebut.
Seperti terliha pada diagram dibawah. Sebagai ilustrasi arah pelayaran
setelah adanya SBNP sebagai berikut
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN BATAS-BATAS DAERAH LINGKUNGAN KERJA (DLKr)
DAN DAERAH LINGKUNGAN KEPENTINGAN (DLKp)
PELABUHAN TUA PEJAT
III-39
Gambar3.20 Cardinal marks
Sumber : Nautical Chart Part II
b) Tanda Puncak
Pengaturan tanda puncak meliputi:
1. Rambu suar mempunyai tanda puncak sebagai berikut:
- Bahaya terpencil, menggunakan tanda puncak berupa 2 (dua)
buah bola hitam yang tersusun vertikal;
- Perairan aman, menggunakan tanda puncak berupa 1 (satu)
buah bola merah;
- Kardinal, menggunakan tandaLAPORANpuncakPENDAHULUAN
berupa 2 (dua) buah
PENYUSUNAN BATAS-BATAS DAERAH LINGKUNGAN KERJA (DLKr)
kerucut hitam; DAN DAERAH LINGKUNGAN KEPENTINGAN (DLKp)
PELABUHAN TUA PEJAT
- Tanda lateral, menggunakan tanda puncak dengan bentuk
silinder merah untuk sisi kiri alur dan kerucut hijau untuk sisi
kanan alur;
- Untuk perairan khusus menggunakan sebuah tanda puncak
bentuk ”X” berwarna kuning;
- Untuk tanda khusus penandaan kapal tenggelam
menggunakan sebuah tanda puncak benbentuk ”+” berwarna
kuning.
2. Pelampung suar mempunyai tanda puncak sebagai berikut:
Bahaya terpencil, menggunakan tanda puncak berupa 2 (dua)
buah bola hitam yang tersusun vertikal;
- Perairan aman, menggunakan tanda puncak berupa 1 (satu)
buah bola merah;
- Kardinal, menggunakan tanda puncak berupa 2 (dua) buah
kerucut hitam;
III-40
- Tanda lateral, menggunakan tanda puncak dengan bentuk
silinder merah untuk sisi kiri alur dan kerucut hijau untuk sisi
kanan alur;
- Untuk perairan khusus menggunakan sebuah tanda puncak
bentuk ”X” berwarna kuning;
- Untuk tanda khusus penandaan kapal tenggelam
menggunakan sebuah tanda puncak benbentuk ”+” berwarna
kuning
3. Tanda siang mempunyai tanda puncak sebagai berikut:
- Kardinal menggunakan tanda puncak berupa 2 (dua) buah
kerucut hitam;
- Tanda lateral, menggunakan tanda puncak dengan bentuk
silinder merah untuk sisi kiri alur dan kerucut hijau untuk sisi
kanan alur;
- Untuk perairan khusus menggunakan sebuah tanda puncak
bentuk ”X” berwarna kuning.
c) Warna Konstruksi LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN BATAS-BATAS DAERAH LINGKUNGAN KERJA (DLKr)
Pengaturan warna konstruksi SBNP meliputi:
DAN DAERAH LINGKUNGAN KEPENTINGAN (DLKp)
PELABUHAN TUA PEJAT
III-41
Kardinal Timur: Puncak keluar dengan karakteristik Lajur
Hitam diatas dan dibawah lajur Kuning (Kuning ditengah
lajur-lajur Hitam);
- rambu suar untuk lateral menggunakan warna merah dan hijau;
- rambu suar untuk tanda khusus menggunakan warna kuning;
- rambu suar untuk tanda khusus penandaan kapal tenggelam
menggunakan warna Kuning biru Melajur tegak;
2. Pelampung suar mempunyai warna konstruksi sebagai berikut:
- rambu suar untuk bahaya terpencil menggunakan warna hitam
dengan satu atau lebih lajur – lajur merah mendatar;
- rambu suar untuk perairan aman menggunakan warna merah
putih melajur tegak;
- rambu suar untuk kardinal menggunakan warna, meliputi;
Kardinal Utara: puncak keatas dengan karakteristik lajur
hitam diatas lajur kuning;
Kardinal Selatan: puncak kebawah dengan karakteristik
LAPORAN
lajur hitam dibawah lajur kuning; PENDAHULUAN
PENYUSUNAN BATAS-BATAS DAERAH LINGKUNGAN KERJA (DLKr)
Kardinal Barat: puncak DAN
keDAERAH
dalamLINGKUNGAN
dengan KEPENTINGAN (DLKp)
karakteristik
PELABUHAN TUA PEJAT lajur
III-42
Kardinal Utara: puncak keatas dengan karakteristik Lajur
hitam diatas lajur Kuning;
Kardinal Selatan: puncak kebawah dengan karakteristik
Lajur Hitam dibawah lajur Kuning;
Kardinal Barat: puncak ke dalam dengan karakteristik Lajur
hitam dibawah dan diatas lajur Kuning (Hitam ditengah lajur
– lajur Kuning);
Kardinal Timur: Puncak keluar dengan karakteristik Lajur
Hitam diatas dan dibawah lajur Kuning (Kuning ditengah
lajur-lajur Hitam);
- rambu suar untuk lateral menggunakan warna merah dan hijau;
- rambu suar untuk tanda khusus menggunakan warna kuning;
- rambu suar untuk tanda khusus penandaan kapal tenggelam
menggunakan warna kuning biru melajur tegak.
pada pelayaran memberikan dampak yang sangat luas, bukan hanya faktor
nyawa manusia di kapal yang bersangkutan namun pada kapal yang
mengangkut bahan-bahan cair lainnya yang mudah dibawa arus laut, maka
pengotoran/polusi laut akan menyebar luas ke tempat lain yang jauh dari
tempat kejadian.
Pemeliharaan alur pelayaran dapat dilakukan dengan melaksanakan
Survey Hidrografi secara berkala, Dengan menggunakan alat GPS
memakai metode differensial real time kinematik dapat membantu kegiatan
survey secara cepat dan tepat dibandingkan dengan memakai peralatan
yang konvensional seperti busur sextan, theodolite, dan alat bantu lainnya.
Penggunaan metoda differential real time kinematik dapat
menentukan posisi kapal secara teliti dalam waktu yang sangat singkat,
sekaligus menentukan arah dan kecepatan kapal untuk melakukan survey.
Metode tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
a) Busur Sextan
III-43
Pengukuran dengan metode ini memiliki tingkat akurasi sekitar 4 – 7
meter, pelaksanaannya dan pemrosesan data memiliki waktu yang
sangat lama, untuk survey kolam pelabuhan + 200 m2 saja,
membutuhkan waktu kurang lebih 1 bulan, hal ini disebabkan karena
pelaksanaannya membutuhkan waktu dengan perbandingan 50:50
(50% untuk pelaksanaan survey dan 50% untuk pemrosesan data
survey).
b) GPS Navigasi
Metode yang digunakan sudah memiliki tingkat akurasi 3-5 meter, dan
pelaksanaannya dapat dibilang lebih singkat dibandingkan dengan
pemakaian busur sextan tetapi untuk pemrosesan datanya memiliki
waktu yang hampir sama pada pemrosesan dengan metode sextan
karena pelaksanaan survey ini masih dikategorikan semi digital. Untuk
survey kolam pelabuhan membutuhkan waktu kurang lebih 20 hari
dengan perbandingan 30:70 (30% untuk pelaksanaan survey dan 70%
untuk pemrosesan data hasil survey).
c) GPS Realtime Kinematik LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN BATAS-BATAS DAERAH LINGKUNGAN KERJA (DLKr)
Dengan memakai cara ini dapat mempersingkat pelaksanaan dan
DAN DAERAH LINGKUNGAN KEPENTINGAN (DLKp)
PELABUHAN TUA PEJAT
III-44
untuk menghilangkan kesulitan yang akan timbul karena gerakan kapal
kearah atas (minimum ships manuever activity) dan gangguan alam,
maka perlu bagi perencana untuk memperhatikan keadaan alur
pelayaran (ship channel) dan mulut pelabuhan (port entrance). Alur
pelayaran harus memperhatikan besar kapal yang akan dilayani
(panjang, lebar, berat, dan kecepatan kapal), jumlah jalur lalu lintas,
bentuk lengkung alur yang berkaitan dengan besar jari – jari alur
tersebut. Karena perbedaan antara perkiraan dan realisasi sering
terjadi, maka penyediaan alur perlu dilakukan untuk mengantisipasi
kehadiran kapal-kapal besar. Suatu penelitian tentang karakteristik alur
perlu di evaluasi terhadap pergerakan trafik yang ada, pengaruh cuaca,
operasi dari kapal nelayan, dan karakteristik alur tersebut. Dengan
semakin meningkatnya perekonomian dunia maka penggunaan
transportasi laut semakin padat, khususnya pada daerah sempit,
seperti selat dan kanal, ataupun daerah yang terkonsentrasi seperti
palabuhan dan persilangan lintasan lalu lintas pelayaran. Sehingga
LAPORAN pelayaran,
beresiko tinggi untuk terjadinya kecelakaan PENDAHULUAN
baik berupa
PENYUSUNAN BATAS-BATAS DAERAH LINGKUNGAN KERJA (DLKr)
tabrakan sesama kapal ataupun DAN
bahaya pelayaran
DAERAH LINGKUNGAN lainnya(DLKp)
KEPENTINGAN seperti
PELABUHAN TUA PEJAT
III-45
a) Rencana induk pelabuhan yang mencakup:
1. Rencana Jangka pendek;
2. Rencana Jangka menengah;
3. Rencana Jangka panjang.
b) Kebutuhan ruang fasilitas pokok dan fasilitas penunjang yang ada;
c) Rencana kebutuhan areal untuk fasilitas pokok dan penunjang;
d) Penguasaan areal tanah;
e) Rencana pembebasan tanah;
f) Rencana reklamasi.
Namun demikian, untuk mencegah terjadinya konflik akibat adanya perselisihan
kepemilikan lahan, penetapan DLKr daratan berpedoman pada kepemilihan
lahan yang sudah bersertifikat hak milik atau hak guna pakai oleh
Penyelenggara Pelabuhan dari Badan Pertanahan Nasional (BPN) setempat.
Oleh sebab itu, penyedia jasa wajib mendapatkan data sertifikat lahan
pelabuhan yang diterbitkan oleh BPN.
DLKr Perairan terdiri dari :
a) Alur pelayaran LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN BATAS-BATAS DAERAH LINGKUNGAN KERJA (DLKr)
b) Areal labuh kapal DAN DAERAH LINGKUNGAN KEPENTINGAN (DLKp)
PELABUHAN TUA PEJAT
III-46
A. Pemetaan
Hasil survey lapangan dan analisis harus dituangkan dalam bentuk peta
digital. Proses pemetan adalah penggambaran situasi di lapangan degan
menggunakan proyeksi tertentu sehingga semua detail yang ada di
lapangan berupa batas-batas DLKR/DLKP tergambar di dalam bidang
datar (softcopy/hardcopy) dengn skala tertentu. Proses pemetaan dapat
dilakukan dengan alat bantu software pemetaan yang umum digunakan
saat ini seperti ArcGIS atau AutoCAD
Di dalam kegiatan ini pemetaan yang dilakukan adalah mengambarkan
batas- batas :
1. DLKR daratan
2. DLKR perairan
3. DLKP
4. Zonasi kegiatan kepelabuhanan.
III-47
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009
tentang Kepelabuhanan sebagaimana diubah menjadi Peraturan
Pemerintah Nomor 64 Tahun 2015; Daerah Lingkungan Kerja dan
Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan ditetapkan oleh:
- Menteri untuk pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpul;
- gubernur untuk pelabuhan pengumpan regional; atau
- bupati/walikota untuk pelabuhan pengumpan local serta pelabuhan
sungai dan danau.
Menteri dalam menetapkan Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah
Lingkungan Kepentingan pelabuhan harus terlebih dahulu mendapat
rekomendasi dari gubernur dan bupati/walikota mengenai kesesuaian dengan
tata ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.
Gubernur dalam menetapkan Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah
Lingkungan Kepentingan pelabuhan harus terlebih dahulu mendapat
rekomendasi dari bupati/walikota mengenai kesesuaian dengan tata ruang
wilayah kabupaten/kota. Dalam penetapan batas Daerah Lingkungan Kerja
LAPORAN
dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan palingPENDAHULUAN
sedikit memuat:
PENYUSUNAN BATAS-BATAS DAERAH LINGKUNGAN KERJA (DLKr)
1. luas lahan daratan yang digunakan sebagai Daerah
DAN DAERAH Lingkungan
LINGKUNGAN Kerja;
KEPENTINGAN (DLKp)
PELABUHAN TUA PEJAT
III-48
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN BATAS-BATAS DAERAH LINGKUNGAN KERJA (DLKr)
DAN DAERAH LINGKUNGAN KEPENTINGAN (DLKp)
PELABUHAN TUA PEJAT
III-49
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN BATAS-BATAS DAERAH LINGKUNGAN KERJA (DLKr)
DAN DAERAH LINGKUNGAN KEPENTINGAN (DLKp)
PELABUHAN TUA PEJAT
Gambar 3 . 2 2 Prosedur / Tata Cara Penetapan DLKR dan DLKP Pelabuhan Pengumpan
Regional
III-50
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN BATAS-BATAS DAERAH LINGKUNGAN KERJA (DLKr)
DAN DAERAH LINGKUNGAN KEPENTINGAN (DLKp)
PELABUHAN TUA PEJAT
Gambar 3 . 2 3 Prosedur / Tata Cara Penetapan DLKR dan DLKP Pelabuhan Pengumpan
Lokal
III-51
b. Kedua, Batas Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan, yang
menyebutkan luasannya, titik-titik batas, dan tanda-tanda batas yang
menunjukan posisi titik-titik batas DLKP pelabuhan tersebut.
c. Ketiga, Batas DLKR dan DLKP Pelabuhan digambarkan pada peta-peta
terlampir yang tidak terpisahkan dari peraturan atau surat keputusan ini.
d. Keempat, penyerahan tanah yang termasuk ke dalam batas DLKR
Pelabuhan diserahkan pengelolaannya kepada Direktorat Jenderal
Perhubungan Laut sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
e. Kelima, kewajiban Direktur Jenderal Perhubungan Laut terkait kewajiban
terhadap pemberian hak pakai/pengelolaan lahan untuk DLKR Pelabuhan.
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN BATAS-BATAS DAERAH LINGKUNGAN KERJA (DLKr)
DAN DAERAH LINGKUNGAN KEPENTINGAN (DLKp)
PELABUHAN TUA PEJAT
III-52