Anda di halaman 1dari 18

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1 Metodologi Penelitian


Dalam Karya Tulis ini penulis akan mendeskripsikan tentang gambaran
umum objek sesuai dengan judul Karya Tulis ini yaitu “Efisiensi Pengedokan
Untuk Mempercepat Proses Perbaikan Kapal Di PT. Janata Marina Indah”.
Sehingga dengan adanya deskripsi gambaran umum objek penelitian ini pembaca
dapat memehami dan mampu merasakan tentang hal yang terjadi pada saat
penulis melakukan Praktek Darat di PT. Janata Marina Indah.
1. Sumber Data
Yang dimaksud dengan sumber data adalah merupakan subyek dari data yang
diperoleh (Suharsimi Arikunto, 2010). Ada dua sumber data yang digunakan dalam
penyusunan Karya Tulis ini adalah sebagai berikut :
a. Data Primer
Suatu data yang diperoleh secara langsung dari obyek yang menjadi pokok
pengamatan. Dengan melakukan survey langsung yaitu melakukan pengamatan
dan mencatat secara langsung pada saat taruna Praktek Darat. (Suharsimi Arikunto,
2010).
b. Data Sekunder
Data yang diperoleh sudah dalam bentuk jadi seperti data dalam dokumen yang
sudah dipublikasikan. Data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber berupa
kepustakaan, buku-buku bahan kuliah, internet, dokumentasi resmi dari instansi
perusahaan tempat taruna melakukan praktek. (Suharsimi Arikunto, 2010).
2. Metode Pengumpulan Data
Langkah-langkah dalam dalam pola prosedur Karya Tulis yaitu menentukan dan
menyusun instrument (Suharsimi Arikunto, 2010). Metode informasi dari
pengumpulan data dalam Karya Tulis ini adalah:
a. Metode Pengamatan (Observasi)
Kegiatan pengamatan secara cermat, teliti dan hati-hati dengan panca indra tentang
sistem kelistrikan kapal yang dilakukan langsung diatas kapal.
b. Metode Wawancara (Interview)
Sebuah dialog dengan melakukan tanya-jawab kepada electrician dan masinia di
atas kapal mengenai sistem sistem kelistrikan kapal, cara perawatan dan
penanganan saat terjadi kerusakan atau tidak berjalan secara normal.
c. Kepustakaan
Teknik pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku kepustakaan dan
literatur-literatur yang ada hubungannya dengan Karya Tulis yang dilakukan oleh
penulis.

1.2 Pengertian Pengedokan


Docking Kapal adalah suatu peristiwa pemindahan kapal dari air/laut ke atas dock dengan bantuan
fasilitas docking/pengedockan. Untuk melakukan pengedokan kapal ini, harus dilakukan persiapan yang
matang dan berhati-hati mengingat spesifikasi kapal yang berbeda-beda. Klasifikasi Indonesia dan
syah Bandar menentukan periode-periode pengedokan kapal (perbaiakan kapal diatas
dok), yang kesemuanya tergantung dari umur kapal, jenis bahan yang dipakai sebagi
badan kapal, keadaan/ kebutuhan kapal. Juga sebagai proses pembangunan Kapal
meliputi desain, pemasangan gading awal, pemasangan plat lambung, instalasi peralatan,
pengecekan, test kelayakan, hingga klasifikasai oleh Class yang telah ditunjuk.

1.3 Persiapan Pengedokan


1. Proses Persiapan Kapal
a. Kapal ditambatkan di Dermaga dan mematikan semua mesin utama kapal.
b. Menurunkan barang-barang yang tidak dipelukan dalam proses perbaikan kapal,
misalnya drum dan barang lainnya yang mudah bergeser.
c. Memasukan alat-alat yang menonjol keluar kapal misalnya stabilisato kapal.
d. Kapal diusahakan tegak tidak dalam posisi miring ataupun nungging.
e. Kapal yang naik dock diusahakan dalam keadaan free gas demi keselamatan
karyawan dalam proses perbaikan.
f. Menyediakan tali temali, fender dan peralatan yang lain yang dapat digunakan
sewaktu-waktu.
g. Menyediakan kapal tunda sebagai pemandu kapal.
h. Pengosongan tangki, baik tangki bahan bakar, pelumas, ballast dll.
i. Menyediakan gambar yang dibutuhkan dalam proses pengedokan, seperti
1) General arrangement
2) Midshipman section
3) Lines plan
4) Shell expantion
j. Memperhatikan posisi waktu gelombang air (pasang/ surut) untuk proses
pemasukan kapal maupun pengeluaran kapal dari dock dengan dibantu kapal bantu
dantug boat.
2. Persiapan Docking oleh Pihak Galangan
Sebelum memasukkan kapal perlu kita perhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Mesin harus mati kecuali mesin winch
b. Kapal diatur supaya trim yang terjadi adalah trim minimum.
c. Kapal harus bebas dari muatan berbahaya dan gas
d. Kesiapan fasilitas sandar (bolder, tali, crew dock dll)
Selain memperhatikan hal-hal tersebut diatas perlu juga dipersiapkan hal-hal
sebagai berikut:
a. Pengaturan keel block dan side block, yang mengacu pada docking line plan.
b. Pada keel block 1 m terdiri dari beton cor setinggi 70cm dan bantalan kayu keras
setinggi 30 cm.
c. Peninggian side block diatur sesuai bentuk gading-gading kapal.
d. Kapal-kapal dengan lebar sama atau lebih dari 16m dibuat side block antara,
dimana jarak antar block maksimal 2 m atau diatur tumpuan maksimal pada
landasangraving tidak lebih.
e. Posisi bottom plug, peralatan elektronik dibawah kulit lambung, sea chest, dan
sepatu kemudi tidak boleh bertumpu pada stop block.
Jarak pengaturan lock sebagai berikut:
a. 4 buah keel block terdepan dan 5 buah paling belakang jarak antar stop
blockmasing-masing adalah 50 cm dan diikat masing-masing menjadi 1 unit agar
saat kapal duduk susunan keel block tidak bergeser pada pondasi.
b. Jarak antara keel block masing-masing 2 m
c. Jarak antara side block masing-masing 3 m, 3,5 m, 4 m tergantung masing-masing
jarak frame dan besar kapal.
d. Penempatan side block diletakkan dalam daerah setengah lebar –R bilga
e. Penempatan side block antara, tergantung posisi side keel pada konstruksi kapal
tersebut.
f. Penempatan keel block, side block dan side block antara diusahakan bertumpu pada
wrang-wrang double bottom, sekat melintang dan memanjang sekat melintang dan
memanjang untuk menghindari deformasi pada plat bottom.
g. Penandaan garis, titik, untuk posisi acuan pembentukan kapal.
h. Persiapan tug boat, dock master dan crew dock, batang stut ukuran, tali-temali,
tangga dan lain-lain.
i. Setelah pekerjaan persiapan selesai, kapal dapat dimasukkan, urutan sesuai dengan
proses docking
1.4 Macam-macam Survey Docking
Berdasrkan waktu pelaksanaan dan volume yang dilakukan, 3 reparasi kapal dapat
dibedakan menjadi 3 survey yaitu annual survey, intermediate survey, dan special survey.
1. Annual Survey
Merupakan jenis survey yang dilakukan setiap satu tahun sekali. Tujuannya
adalah untuk memastikan bahwa lambung kapal, alat-alat penutup atau
kekedapan kapal, dan peraturan keselamatan dijaga dalam kondisi yang baik
selama periode Renewal Class (pembaharuan kelas). Annual Survey ini juga
merupakan item survey yang diakui oleh syah bandar yang dikuasakan kepada
surveyor kelas untuk menilai kelayakan kapal dalam rangka penerbitan
Sertifikat Keselamatan Konstruksi. Selain itu juga survey tahunan lambung
dilakukan dengan survey tahunan permesinan dan kondisi kapal yang akan
disurvei harus dalam kondisi tidak bermuatan. Jatuh tempo survei tahunan
adalah setiap tahun pada tanggal kapal tersebut dilakukan pengkelasan. Survei
dapat dilakukan dalam periode yang terbentang dari 3 bulan sebelum sampai 3
bulan setelah tanggal jatuh tempo.
Untuk perbaikan yang dilakukan pada Annual Survey melingkupi :
a. Sertifikat kapal
b. Inspeksi eksternal pada shell plating di atas garis air dan sekat kedap air,
c. Tes fungsional dan pemeriksaan eksternal terhadap peralatan kemudi,
d. Inspeksi eksternal pada penggerak utama, alat bantu, pompa, kompresor, heat
exchangers, pipa, valve dan alat kelengkapan.
e. Inspeksi eksternal instalasi listrik
f. Pemeriksaan eksternal dan tes fungsional peralatan proteksi kebakaran dan
keselamatan, pengecekan peralatan
2. Intermediate Survey
Intermediate survey merupakan jenis survey yang dilakukan setiap diantara dua
sampai tiga tahun sekali setelah kapal melakukan annual survey pada tahun
sebelumnya. Intermediate survey ini juga merupakan item survei yang diakui oleh syah
bandar yang dikuasakan kepada Surveyor kelas untuk menilai kelayakan kapal dalam
rangka penerbitan Sertifikat Keselamatan Konstruksi. Selain itu juga survey tahunan
lambung dilakukan dengan survey tahunan permesinan dan kondisi kapal yang akan
disurvey harus dalam kondisi tidak bermuatan. Untuk tanggal kadaluwarsa intermediate
survey adalah :
Survey menjadi kadaluwarsa setelah 2½ tahun dari dimulainya periode pengkelasan
(saat commissioning mengacu pada Pembaharuan Kelas). Tanggal kadaluwarsa
dihitung dari tanggal dimana periode kelas saat ini akan memenuhi 2½ tahun
validitasnya. Survey bisa dilakukan pada kesempatan diantara annual survey ke-2 dan
ke-3.
Docking Survey (jika diperlukan) yang dilakukan sebelum tanggal jatuh tempo untuk
periode survey, bisa diakui sebagai Survey Intermediate sepanjang jangka waktu
interval antara Docking Survey yang diakui tersebut terhadap Docking Survey
berikutnya tidak lebih lama dari 36 bulan.
Untuk intermediate survey melingkupi :
a. Pemeriksaan dan perawatan ruangan yang dipakai untuk tangki ballast,
b. Perbaikan cat pelindung pada tangki ballast,
c. Pemeriksaan kondisi lambung di bawah garis air,
d. Perbaikan buritan kapal melingkupi daun kemudi, shaft dan propeller, sterntube, dan
lain-lain.
e. Peralatan pemadam kebakaran,
f. Pemeriksaan permesinan kapal, yaitu penggerak utama, penggerak utama mesin
bantu, turbin, pompa, kompresor, vessels dan peralatan di bawah tekanan, pemanas,
alat penukar panas, pipa, valve dan peralatan, instrumentasi.
g. Pemeriksaan main and auxiliary steering gear,
h. Peralatan jangkar dan peralatan tambat,
i. Instalasi listrik yang melingkupi main generator, auxiliary generator, emergency
generator, main switchboards, motor listrik, panel distribusi dan switch cabinets,
baterai dan seluruh tempat-tempat instalasi kabel sejauh yang dapat diakses.
3. Special Survey
Survey pembaruan kelas dikenal dengan Special Survey (SS) yaitu survei yang
dilaksanakan setiap lima tahun sekali (setiap berakhirnya masa berlaku sertifikat
klasifikasi) dan dilaksanakan diatas dok. Survey pembaruan kelas untuk lambung,
instalasi mesin, termasuk instalasi listrik dan perlengkapan khusus yang dikelaskan
harus dilaksanakan pada akhir periode kelas. Survey pembaruan kelas dapat dimulai
pada survey tahunan keempat dan harus selesai dilaksanakan secara lengkap pada akhir
periode kelas. Masa survey keseluruhan tidak boleh lebih dari 15 bulan. Adapun item
yang dilakukan pada tahap ini yaitu :
a. Pembaruan Sertifikat
b. Pemeriksaan terhadap bottom and side plating, coating and painting
c. Pemeriksaan total terhadap kemudi
d. Pemeriksaan total terhadap propeller, stern tube, sistem perporosan, dan bow-
thruster
e. Crank web deflection pada mesin induk dan mesin bantu
f. General overhaul pada mesin induk dan mesin bantu
g. Pemeriksaan pompa dan kompresor

1.5 Reparasi Kapal


Dalam penelitihannya menjelaskan bahwa reparasi kapal merupakan bentuk perawatan
dan perbaikan kapal yang mana dibutuhkan untuk setiap kapal yang sedang annual
sampai dengan special docking disamping itu reparasi juga dapat berguna untuk
mengetahui ketidaklayakan kapal dari toleransi-toleransi yang ditetapkan oleh pihak
klasifikasi. Umumnya reparasi menyangkut tiga hal yaitu, badan kapal, permesinan kapal,
dan outfitting. Dari ketiga hal tersebut biasanya dilakukan perbaikan untuk komponen
yang masih bisa digunakan atau dilakukan penggantian bagi komponen yang benar-benar
sudah tidak memenuhi rules dan regulation. Salah satu hal yang riskan dalam reparasi dan
menjadi sasaran wajib pada repair list adalah perawatan bagian kapal di bawah garis air.
1. Replating
Replating merupakan suatu proses dimana kapal melakukan pergantian pelat baru
untuk menggantikan pelat lama yang telah mengalami penipisan pelat yang
diakibatkan oleh batas maksimum usia suatu pelat dan korosi terhadap air laut yang
perlu dilakukan perbaikan secara berkesinambungan untuk mempertahankan bagian-
bagian kapal.
Pergantian pelat atau replating tidak sembarangan karena harus sesuai aturan-
aturan yang dikelaskan dalam standar dan untuk mereparasi pelat harus mengetahui
batas maksimum suatu pelat yang wajib diganti. Menurut Badan Klasifikasi Indonesia
(BKI) untuk toleransi pelat yang wajib diganti yaitu 20% dari tebal pelat awal
(Oktafianto, 2011).

Gambar 4.1 Replating Lambung Kapal

2. Pengecatan (Coating)
Pengecatan (Coating) adalah sebuah pelapisan yang diterapkan pada permukaan
suatu benda yang berfungsi sebagai dekoratif dan media anti korosi yang melindungi
permukaan benda semacam pipa – pipa pada pabrik maupun pada badan kapal. Cat
juga dapat diartikan sebagai cairan yang dapat dioleskan pada suatu permukaan dan
setelah mengering akan membentuk suatu lapisan yang tipis kering, lapisan berkohesi
dengan daya lekat yang baik pada permukaan. Terdapat 3 komponen dasar di dalam
liquid coating, yaitu pigment, binder, dan solvent (Afandi dkk,2015).
Dalam pengecatan pemilihan jenis cat disesuaikan dengan kondisi lingkungan yang
sesuai dengan standar ISO 12944 (Environment) yaitu C1 (rumah), C2 (kantor), C3
(pabrik), C4 (pabrik kimia), C5i (industrial) dan C5M (marine →
galangan, offshore).
Industi galangan merupakan wilayah marine, jenis-jenis cat yang digunakan dalam
wilayah C5M (marine), yaitu Epoxy, alkyd, bintuminous, polyurethane, acrylic dan
zinc.
a. Macam-macam Coating
Coating digolongkan menjadi 4 macam menurut fungsinya yaitu primer,
intermediate (sealer), finish coat dan anti fouling yang dijelaskan sebagai berikut :
1) Primer
Merupakan dasar/alas dimana sistem coating lainnya ditempatkan. Primer
merupakan kunci daya adhesi dari seluruh sistem coating. Primer harus
menempel kuat pada logam pada sistem coating di atasnya. Cat primer
merupakan dua komponen yaitu dengan tambahan curring agent. Jenis cat
primer yaitu pure epoxy.
2) Intermediate (Sealer)
Berfungsi sebagai perantara antara cat primer dan cat anti fouling. Cat ini
memiliki sifat rekat kuat dengan cat primer dan cat finish coat. Sealer
merupakan cat dua komponen yaitu dengan tambahan curring agent. Jenis cat
ini yaitu vynil epoxy.
3) Finish Coat
Merupakan suatu lapisan resin penyekat di atas intermediate dan primer. Cat
ini diaplikasikan di atas garis air (Topside). Ini merupakan pertahan pertama
terhadap chemical yang agresif, air, atau lingkungan, yang berfungsi sebagai
barrier pertama dalam coating sistem. Finish coat lebih padat dibandingkan
intermediate coat karena jumlah pigmentnya lebih kecil. Adapun fungsi dari
coating sistem finish coat, yaitu :
a) Sebagai lapisan penyekat dalam sistem coating,
b) Membentuk lapisan pertahanan pertama terhadap lingkungan,
c) Memberikan ketahanan terhadap chemical, air, dan cuaca, Membuat
permukaan menjadi tangguh dan tahan aus,
d) Memberikan keindahan.
4) Anti Fouling
Cat ini berfungsi untuk memberikan perlindungan pada permukaan badan
dan lambung kapal dari biota laut yang menempel. Cat anti fouling mengandung
senyawa cuprus yang membuat marine growth tidak menempel di permukaan
cat. Cat ini merupakan satu komponen

.
b. Inspeksi Dalam Coating
1) Pre-inspection
akan dicat dengan tujuan agar diperoleh perekatan secara maksimal untuk
proses pengecatan atau painting. Permukaan dibersihkan dari berbagai kotoran
(scrapping) yang menempel pada pelat misalnya minyak, garam, lumpur, dsb.
Pembersihan dapat dilakukan dengan menyemprotkan air tawar bertekanan
tinggi. Selain pemeriksaan material, pemeriksaan juga dilakukan terhadap
peralatan yang digunakan oleh blaster maupun painter apakah layak digunakan
atau tidak.

Gambar 4.2 Proses Scrapping Pada Kapal

Gambar 4.3 Proses Water Jetting Pada Kapal


2) Surface Preparation
Tahapan ini sangat penting untuk mendapatkan hasil pengecatan (coating)
yang maksimal. Tujuan dari persiapkan permukaan yaitu untuk mendapatkan
daya lekat (adhesion) yang maksimum antara lapisan cat dengan subtrat.
Persiapan permukaan memiliki 2 kegunaan utama yaitu :
a) Persiapan permukaan menghilangkan kontaminasi atau pencemaran dari
dasar menghapus oksida metal, sisa-sisa coating lama yang merekat erat,
bahan kimia, kotoran dan sebagainya. Pengeluaran dari material kontaminasi
ini akan membuat lapisan primer dapat kontak langsung dengan bidang ini
sehingga menghasilkan perekatan yang maksimal.
b) Penyiapan permukaan dengan jalan menaikkan tingkat kekasarannya
sehingga membuat coating dapat merekat secara efektif. Tingkat kekasaran
sangat penting, karena tingkat kekasaran akan sangat berpengaruh terhadap
daya lekat coating terhadap logam yang akan dilapisi. Ketika permukaan
suatu material dikasari, maka akan terjadi peningkatan titik-titik kimia yang
ditandai dengan peningkatan ikatan kimia. Hal tersebut diakibatkan oleh
partikel abrasif yang mengasari permukaan. Jika partikel abrasif memiliki
sudut yang lebih kecil, permukaan material akan jauh lebih kasar jika
dibandingkan dengan material yang dikasari dengan partikel abrasif yang
memiliki sudut lebih besar.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk persiapkan permukaan,
yaitu dapat dilakukan dengan :
(1)Sandblasting
Proses pekerjaan dingin yang digunakan untuk membersikan material
dengan cara menembakan media abrasif dan udara bertekanan dari
kompresor melalui nozel kesuatu permukaan material sehingga
menimbulkan gesekan atau tumbukan. Hal ini bertujuan untuk
membersihkan dan menciptakan kekasaran pada permukaan material
sehingga cat lebih melekat dan produk tersebut akan lebih tahan terhadap
korosi.

Tingkat kekasaran dapat disesuaikan dengan ukuran butiran serta


tekananya, sedangkan untuk tingkat kebersihan disesuaikan dengan
standar ISO 8501 Ada 2 jenis abrasif yang digunakan, yaitu methalic
abrasive (steel shot, pineball dan steel grid) dan non methalic abrasive
(copper slag, granit, silica dan aluminium oxide).
Sandblasting dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu full blast, sweep
blast dan spot blast. Penggunaan sandblasting banyak dipilih di industri
galangan karena cara kerjanya yang cepat dan efisien untuk
membersihkan permukaan material yang terkontaminasi oleh berbagai
kotoran terutama karat. Parameter yang mempengaruhi proses
sandblasting antara lain adalah ukuran butiran, sudut penyemprotan,
tekanan penyemprotan dan waktu penyemprotan.

Gambar 4.4 Prinsip Kerja Blasting


http://arifidya.blogspot.co.id/2015/10/metode-blasting.html

Gambar 4.5 Ilustrasi Sandblasting (Erwin Sulistyo dan


Setyarini, 2011)
Gambar 4.6 Nilai Representatif Blasting
(ISO 8501, 2011)

(2)Wire Brush
Wire brush merupakan media abrasif yang digunakan untuk
membersihkan karat dan menghilangkan cat. Alat ini merupakan hand and
power tool menggunakan mesin gerinda dengan mata brush dan aliran
listrik. wire brush digunakan untuk membersihkan permukaan dan
menciptakan area konduktif pada suatu material. Dalam industri galangan
kapal wire brush biasanya digunakan pada area yang cukup kecil dan
susah dijangkau, alat ini jarang sekali digunakan untuk area yang luas
karena pengaplikasiannya membutuhkan banyak tenaga kerja. Parameter
yang mempengaruhi hasil wire brush yaitu gerakan dan kekuatan tangan
secara merata dalam mengaplikasikan alat tersebut. Untuk tingkat
kebersihan dapat disesuaikan dengan standar ISO 8501.

Gambar 4.7 Ilustrasi Pekerjaan Wire Brush


Gambar 4.8 Nilai Representatif Wire Brush
(ISO 8501, 2011)

3) Paint Preparation
Merupakan tahap persiapan sebelum dimulai proses painting, yang dilakukan
antara lain :
a) Persiapan peralatan painting dan perlengkapan painter. Peralatan yang
digunakan sama dengan pada proses sandblasting hanya saja sand pot yang
merupakan tempat abrasive material diganti dengan paint pot sebagai tempat
cat. Dalam paint potterdapat mixer yang berfungsi untuk menjaga agar cat
tidak menggumpal. Alat yang digunakan untuk menyemprotkan cat ke
permukaan disebut dengan spray gun.
b) Mixing adalah proses penyampuran cat dengan curing agent. Curing agent
adalah cairan yang bersifat perekat namun memiliki fungsi sebagai
pengencer. Jika hasil campurannya kurang sesuai dapat ditambahkan
thinner.

Gambar 4.9 Mixing Ratio Curring Agent dan Thinner


4) Paint Application
Setelah proses pengecatan selesai harus dilakukan pemeriksaan terhadap
hasil pengecatan, terutama pada ketebalan dari cat apakah sudah sesuai dengan
standar yang diminta, kondisi pengecatan dapat berupa dalam kondisi basah
atau kering. Alat yang digunakan adalah Dry film thickness dan Wet film
thickness.
a) Wet Film Thickness
Wet Film Thickness dalam Standar ISO 2808 adalah pengukuran yang
dilakukan setelah aplikasi pengecatan pada suatu material harus segera
dilakukan pengukuran ketebalan cat saat basah atau disebut dengan WFT
(Wet Film Thickness), karena ini sangat mempengaruhi skill aplikator.
Pengukuran WFT dapat menggunakan alat (manual) yang bentuknya
bergerigi, dengan ukuran micron yang terbuat dari baja dan tahan terhadap
korosi.

Gambar 3.13. Alat Pengukur Wet film Thickness


Prosedur penggunaan alat ini yaitu, untuk permukaan datar alat ini
langsung saja ditancapkan diatas permukaan lalu didapatkan ketebalan cat
basah yang sesuai. Dalam kasus permukaan yang melengkung seperti
pipa, alat pengukur harus ditempatkan pada posisi sejajar dengan poros
kelengkungan. Hasil pengukuran ketebalan tergantung pada waktu
pengukuran.

b) Dry Film Thickness


Dry Film Thickness dalam standar ISO 19840 merupakan pengukuran
yang dilakukan untuk mengetahui ketebalan cat saat kering. Alat yang
digunakan untuk mengukur DFT yaitu coating thickness gauge, alat ini dapat
digunakan untuk mengukur selisih ketebalan antara ketebalan total (substrat
+ film) dan ketebalan substrat, mengukur ketebalan cat dengan cepat dan
tepat dengan pengukuran presisi dan dapat digunakan untuk mengukur
lapisan non-destruktif. Prosedur penggunaan alat ini yaitu dengan
menempelkan coating thickness gauge pada material yang di cat, kemudian
akan muncul ketebalan/angka pada display thickness gauge.

Gambar3.14. Dial Gauge untuk mengukur Dry Film Thickness

Menurut SSPC-PA jumlah Pengukuran DFT disesuaikan dengan luas area,


seperti dalam Tabel 4.1
Tabel 4.1. Jumlah Pengukuran Dry Film Thickness

Kasus Area Pengukuran

5 spot (Pada setiap spot dilakukan 3


1. 10 m2
pengukuran).

2. 30 m2 Sebagai contoh kasus 1untuk setiap 10 m2.


3. Di atas 100 m2 Pilih 3 area untuk setiap 10 m2.
100 m2 pertama untuk kasus 3
4. Di bawah 100 m2 Untuk masing-masing berikut 100 m2 pilih
secara acak satu area seluas 10 m2
Tabel 4.1 J
1.6 Penurunan Kapal Dari Atas Dock (Undocking)
1. Tahap Persiapan :
a. Pastikan material, alat kerja, kotak sampah dan barang-barang bekas yang berada
diatas dok telah dinaikkan ke darat.
b. Siapkan tali tambat pada tempat yang telah ditentukan.
c. Siapkan tenaga kerja yang telah ditentukan di atas dok apung, kapal dan tug boat
serta lokasi sandar yang telah ditentukan.
d. Pastikan kapal yang telah diturunkan dok telah diatur kondisi ballast sesuai pada
waktu naik dok dan dan telah diperiksa oleh pihak control galangan, klas,atau
owner surveyor.
e. Seluruh peralatan yang ada di dock apung dicoba dan pastikan alat-alat
mekanik, elektrik, pneumatik, serta indikator-indikator yang ada di control house
dapat bekerja secara akurat.
f. Pastikan kondisi kapal tunda (tug boat) dalam kondisi siap pakai.
g. Periksa tabel pasang surut air laut terhadap kondisi sarat penurunan kapal dan dock
apung telah aman dari bahaya kandas.
2. Tahap Pelaksanaan :
a. Dok apung diturunkan sampai draft yang diperlukan (dengan mengantisipasi
situasi pasang surut air laut).
b. Setelah kapal terapung, checker dan inspektor control galangan memeriksa lokasi
yang ada perbaikan terhadap kemungkinan adanya kebocoran.
c. Kapal digandeng 2 kapal tunda untuk ditarik keluar dok apung, kemudian
ditempatkan pada lokasi sandar yang telah ditentukan.
d. Setelah kapal keluar, dok mulai dipompa kembali.
e. Selama dalam proses pemompaan, petugas yang berada diatas dok selalu mengikuti
perkembangan situasi dan kondisi sampai dok terapung kembali seperti semula.
1.7 Galangan dapat bekerja secara efektif dan efisien
Dalam aktifitas reparasi kapal seringkali ada banyak kendala yang dialami oleh pihak
galangan, baik itu kendala teknis maupun kendala non teknis. Hal itu menyebabkan
aktifitas reparasi kapal tidak dapat berjalan secara efektif dan efisien. Berikut ini adalah
kendala dan cara mengatasi kendala tersebut :
1. Faktor teknis :
a. Teknologi docking yang perlu modernisasi.
Seiring dengan berkembangnya jaman, dan jumlah kapal yang semakin
bertambah perkembangan teknologi pada bidang pengedokan pelu dilakukan. Hal
ini wajib dilakukan guna untuk mempercepat proses pengedokan tentunya dengan
kualitas yang lebih baik. Dengan mempelajari teknologi pengedokan di negara
maju, dan merealisasikan di galangan Indonesia tentunya diharapkan teknologi
galangan di Indonesia semakin berkembang.
b. Peralatan docking yang perlu peremajaan.
Saat ini jumlah kapal di Indonesia semakin banyak hal itu disebabkan karena
keadaan geografis indonesia yang negara kepulauan. Banyaknya kapal juga
mempengarui tentang aktifitas galangan yang semakin padat, maka dari itu study
banding dengan negara maju mengenai peralatan docking mereka perlu dilakukan.
Dan memodernkan peralatan docking segera mungkin guna keperluan docking
dapat berjalan efektif dan efisien.
c. Perlunya sumber daya manusia yang memadai.
Industri galangan kapal sekarang ini mengalami perkembangan yang sangat
pesat, ini dibuktikan dengan banyaknya order reparasi kapal. Dengan kondisi
seperti ini maka perlu adanya kebutuhan tenaga kerja terampil yang dibutuhkan
dalam proses penyelesaian pembangunan kapal tersebut pada galangan kapal.
Diharapkan tenaga-tenaga ahli dapat didatangkan oleh pihak galangan guna
menungjang sumber daya manusia yang dibutuhkan.
2. Faktor non teknis.
a. Cuaca
Meskin bukan masalah yang besar, akan tetapi cuaca dapat menjadi penghambat
dari aktifitas pengedokan. Pasang surut, dan gelombang air laut yang sulit di
prediksi sering kali dapat menghambat aktifitas pengedokan. Diharapkan
kedepannya pihak galangan perlu mendatangkan alat prediksi cuaca, sehingga
dapat dilakukan perencanaan lebih awal agar cuaca tidak menjadi kendala dalam
aktifitas reparasi kapal.

Anda mungkin juga menyukai