PENDAHULUAN
Pipa bawah laut didesain untuk transportasi minyak, gas atau air dari
lepas pantai menuju ke pemakai di darat. Pipeline bekerja 24 jam sehari, 365 hari
dalam setahun selama umur pipa yang bisa sampai 30 tahun atau bahkan lebih. Di
Indonesia, Pemasangan pipa bawah laut yang pertama kali antara lain adalah dari
sumur Parigi (Laut Jawa) ke Cilamaya sepanjang 42 km dengan diameter 24 inch
pada tahun 1975.
Diameter pipa
Beban Kerja
Code Compliance
Biaya
II. PEMBAHASAN
Berdasarkan peraturan dari ESDM atau Dirjen Migas, survei inspeksi pada pipa
dasar laut dikerjakan 1 kali dalam 2 tahun. Tapi dalam pelaksanaannya ada yang 1
kali dalam 1 tahun atau bahkan ada yang 1 kali dalam 3 4 tahun. Tergantung dari
kebijakan tiap perusahaan, jenis material permukaan dasar laut, dan kedalaman
pipanya. Jarang sekali survei inspeksi pada pipa dasar laut dikerjakan lebih dari 1
kali dalam 1 tahun karena umumnya faktor biaya dan tidak ada perubahan yang
signifikan pada kondisi pipa dalam kurun waktu kurang dari 1 tahun. Adapun
macam-macam metode survei inspeksi pada pipa di dasar laut idealnya ada 2,
yaitu General Imaging (GI) dan General Visual Inspection (GVI).
1. General Imaging (GI) General Imaging (GI) adalah survei inspeksi semacam
quick and dirty survey pada pipa dengan tujuan melakukan pengecekan yang
umum saja, seperti verifikasi posisi, deteksi free span, deteksi pipa yang terkubur
(buried), dan debris. Peralatan yang sering dipakai menggunakan prinsip
gelombang akustik, seperti Singlebeam Echosounder, Multibeam Echosounder,
Side Scan Sonar, Magnetometer, dan Sub- Bottom Profiler. Adapun sensor
platform yang sering digunakan adalah DP Vessel, Towfish, ROTV, dan AUV.
Pekerjaan pemasangan pipa bawah laut dibagi menjadi 3 (tiga) tahapan, yaitu
Pre Lay Survey, Pipeline Installation, As Laid Survey [Lekkerkekerk,et al.
2006]
Pre-Lay Survey
Detail ketelitian yang diajukan oleh client untuk survei geofisika terdapat pada
prosedur proyek survei.Survei yang dilakukan pada survei pra pemasangan pipa
ini ialah sebagai berikut :
1. Side Scan Sonar
2. Sub-Bottom Profiler
3. Echo sounder
4. Magnetometer survey
Apabila terdeteksi fitur-fitur berbahaya oleh sonar, maka ROV akan langsung
diturunkan untuk mengambil video atau memeriksa fitur berbahaya tersebut,
sehingga dapat dipertimbangkan apakah memungkinkan untuk memindahkan
objek tersebut atau harus dilakukan perubahan rencana jalur pipa bawah laut
untuk menghindar dari objek tersebut.
Pemasangan pipa bawah laut terdiri dari peletakan pipa bawah laut dan Tie-in/
Riser Installation. Pemasangan ini dapat menimbulkan sejumlah tantangan,
terutama jika pemasangan pipa dilakukan pada perairan yang dalam. Terdapat
tiga cara dalam peletakan pipa bawah laut, yaitu metode tow-in, metode S-lay,
metode J-lay, dan metode reel barge [Guo,et al. 2005].
1. Tow-in Pipeline Installation
Dalam metode ini pipa yang panjang telah dilas, diperiksa, dan dilapisi.
Pekerjaan tersebut dilakukan di darat, kemudian pipa tersebut ditarik ke dalam
air dengan menggunakan kapal. Selain lebih murah metode konstruksi ini sangat
baik untuk pengaplikasian seperti shore approaches, pipa yang memiliki yang
pendek, kumpulan beberapa jaringan pipa, pengoperasian pipa pada perairan
dalam, dan daerah eksplorasi yang memiliki musim instalasi yang pendek.
Pipa yang akan dipasang tersuspensi di dalam air melalui prinsip daya apung
dengan menggunakan pelampung, dan satu atau dua kapal akan menarik pipa
tersebut ke tempat dimana pipa tersebut akan dipasang. Pada saat sudah sampai
di lokasi pemasangan pipa, pelampung yang dipasang akan dilepas dan pipa akan
terapung ke dasar laut.
Metode tow-in installation ini dibagi menjadi 4 (empat) berdasarkan dari posisi
pipa saat ditarik, yang pertama ialah surface tow yaitu metode dimana posisi pipa
saat ditarik terletak pada permukaan air laut, pada metode ini kapal menarik pipa
pada permukaan air laut dan modul buoy membantu agar posisi pipa tetap
terletak pada permukaan laut.
Menggunakan modul daya apung yang lebih kecil dibandingkan dengan metode
surface tow, metode mid-depth tow memanfaatkan kecepatan dari kapal penarik
untuk mempertahankan posisi pipa yang ditarik tetap pada posisi terendam di
dalam laut, pada saat kapal berhenti melaju maka pipa yang ditarik akan
langsung mengendap ke dasar laut, sedangkan untuk metode off-bottom tow
menggunakan modul daya apung dan rantai untuk menambah beban pada pipa
yang ditarik, dan untuk menjaga agar posisi pipa tetap berada diatas dasar laut,
ketika kapal telah sampai pada lokasi penempatan pipa maka modul daya apung
dilepas dan pipa akan mengendap di dasar laut, dan yang terakhir ialah bottom
tow pada cara ini pipa ditarik dengan posisi pipa berada pada dasar laut dan tidak
menggunakan modul daya apung, cara ini hanya dilakukan pada instalasi pipa di
perairan dangkal dan pada dasar laut harus dipastikan rata dan lembut untuk
menggunakan cara ini. Gambar 2.1 menunjukkan bagaimana pipa ditarik oleh
sebuah kapal.
Metode ini ialah metode yang paling umum untuk konstruksi pipa lepas
pantai.Pipa yang akan dipasang dilas, diperiksa, dan dilapisi di atas kapal, setelah
selesai pipa akan dikeluarkan melalui bagian belakang kapal. Pipa tersebut
melengkung kebawah keluar dari buritan kapal menuju bawah air hingga
mencapai touchdown point, atau tujuan dari pipa tersebut di dasar laut.dan pipa
akan membentuk huruf S di dalam air. Gambar 2.3 menunjukkan ilustrasi
pemasangan pipa dengan metode S-lay.
Gambar 2.3 S-Lay Pipeline Installation [Guo,et al. 2005]
Stringers memanjang dari buritan kapal untuk menopang pipa pada saat bergerak
menuju air laut, serta mengontrol kelengkungan dari instalasi pipa. Beberapa
kapal memiliki stringer yang dapat disesuaikan, dapat dijadikan panjang atau
pun dapat dijadikan pendek disesuaikan dengan kedalaman air laut.
Gambar 2.4 menunjukkan bagaimana pipa yang didorong oleh stringer ke bawah
laut. Tensioner adalah perangkat yang berfungsi untuk mempertahankan
tegangan pada pipa saat pipa tersebut didorong ke dalam air. Pemasangan pipa
dengan metode S-lay ini dapat dilakukan pada perairan hingga kedalaman 6500
kaki (1.981 meter) dengan pipa yang dapat dipasang per hari mencapai 4 mil (6
kilometer) per hari.
Mengatasi beberapa kendala yang terdapat pada proses pemasangan pipa dengan
menggunakan metode S-lay, pemasangan pipa menggunakan metode J-Lay
mengurangi tekanan pada pipa dengan menempatkan pipa dalam posisi yang
hampir vertikal. Dalam kasus ini pipa diangkat melalui sebuah crane pada kapal
dan dimasukkan ke dalam laut. Berbeda dengan kelengkungan ganda yang
terdapat pada metode pemasangan S-Lay, pipa hanya melengkung satu kali pada
pemasangan dengan metode J-Lay ini, dengan pipa membentuk huruf J di
dalam air.
Kurangnya tekanan yang dihasilkan pada metode pemasangan pipa J-Lay ini
memungkinkan metode ini untuk diaplikasikan pada kedalaman air yang lebih
dalam. Selain itu metode pemasangan pipa J-Lay ini memungkinkan pipa untuk
menahan gerakan dan arus bawah air lebih baik daripada pipa yang dipasang
dengan menggunakan metode S-Lay.
Pemasangan pipa bawah laut dengan metode Reel Barge ini menggunakan
gulungan yang berdiameter besar dengan pipa yang telah dilas sebelumnya.
Pengelasan, pelapisan dan pemeriksaan terhadap pipa telah dilakukan di darat
pada pusat perakitan pipa itu sendiri, dan kemudian pipa yang telah selesai
melalui proses yang telah disebutkan sebelumnya dilingkari atau di gulung pada
gulungan besar itu sendiri. Kapal tongkang yang telah dilengkapi dengan
gulungan pipa ini bergerak menuju lokasi konstruksi, pada lokasi peletakan pipa,
salah satu ujung dari pipa yang telah di siapkan ini dikaitkan ke salah satu ujung
pipa yang telah diletakkan sebelumnya, dan kapal tongkang ini akan bergerak
sesuai dengan jalur rute pipa yang telah ditentukan. Straightening rollers
digunakan untuk pipa yang akan diletakkan ke dasar laut. Gambar 2.6 akan
mengilustrasikan pemasangan pipa dengan menggunakan metode reel barge ini.
Reel barge dapat memasang pipa lebih cepat daripada kapal tongkang yang biasa,
tetapi terbatas pada pemasangan pipa dengan diameter 400 mm (16 inci). Panjang
pipa maksimum yang dapat dipasang bergantung pada ukuran dari pipa tersebut,
tetapi kapasitas dari gulungan dan kemampuan dari barges itu sendiri mencapai
22 km dengan diameter pipa 250 mm (10 inci). Gambar 2.8 menunjukkan gambar
dari kapal reel barge.Di sisi lain reel barge dapat memiliki gulungan pipa vertikal
atau gulungan pipa horizontal. Reel Barge dapat memasang pipa yang berukuran
kecil dan juga fleksibel. Kapal dengan gulungan pipa horizontal dapat memasang
pipa dengan metode S-Lay, sedangkan untuk gulungan vertikal dapat
memasang pipa dengan metode S-Lay dan juga metode J-Lay. Gambar 2.7
menunjukkan kapal yang digunakan pada metode reel barge.
Setelah pipa selesai diletakkan didasar laut, bagian vertikal pada pipa disebut
riser, digunakan untuk menghubungkan pipa bawah laut ke fasilitas produksi,
biasanya terletak pada sebuah platform. Bagian-bagian dari pemasangan riser
ditunjukkan pada gambar 2.8 berikut ini.
Beberapa metode dapat digunakan dalam pemasangan riser ini, tie-in atau
penghubung antara pipa bawah air dengan riser dapat dibuat dengan pengelasan,
flanging, atau menggunakan mechanical connectors. Pengelasan ialah metode
yang paling disarankan untuk digunakan apabila memungkinkan.
Trenching Operation
Terdapat beberapa faktor mengapa perlu dibuat parit yang akan digunakan
oleh jalur pipa, beberapa faktor tersebut antara lain :
a. Efek hidrodinamis
Sebuah pipa di desain untuk dapat stabil di atas dasar laut. Dikarenakan
kondisi di lapangan yang terkadang memiliki pola arus yang cukup kuat, pola
seperti ini biasanya terdapat pada daerah perairan dekat pantai, sehingga arus
yang cukup kuat ini dapat menimbulkan buckling pada sisi pipa. Oleh karena
itu perlu perlindungan terhadap pipa.
b. Bentangan pada pipa
Ketika suatu jalur pipa membentang dan pada lokasi bentangan pipa terdapat
sebuah arus yang dapat menyebabkan getaran di sekitar pipa, getaran ini dapat
menyebabkan efek vortex shedding (bentuk aliran yang melewati pipa) yang
dapat berakibat terganggunya aliran di dalam pipa sehingga pipa akan lebih
baik apabila dibuatkan parit atau dipendam.
c. Aktifitas Penangkapan Ikan
Apabila penampatan jangkar sebuah kapal tidak mendeteksi objek bawah laut
sebelumnya dan kondisi dibawah kapal tersebut terdapat sebuah bentangan
pipa, maka akan sangat berbahaya bagi bentangan pipa tersebut, karena
jangkar kapal akan dengan mudah merusak bentangan pipa tersebut.
e. Perlindungan terhadap es
As Laid Survey
Tujuan dari dilakukannya as laid survey ialah untuk langsung merekam posisi dan
status dari pipa setelah pipa dipasang. Survei ini selalu dilakukan pada saat
pemasangan pipa bawah laut atau dilakukan sesegera mungkin pada saat survei
ini memungkinkan dilakukan setelah pipa sudah dipasang. Hal hal yang
didapatkan pada saat survei ini ialah sebagai berikut :
a. Posisi horizontal dari pipa bawah laut dengan referensi perencanaan awal.
b. Profil vertikal dari pipa bawah laut dengan memperhatikan kondisi dasar laut
dari berbagai sisi pada pipa bawah laut tersebut.
c. Rekaman video dari kedua sisi dan bagian atas dari pipa bawah laut.
e. Data lokasi dan dokumentasi kondisi fisik dari pipa bawah laut.
g. Data lokasi dan dokumentasi dari debris di sekitar lokasi pipa yang dapat
menghalangi penggalian.
h. Menentukan posisi dari masing masing field joint dan CP anode.
Metode lainnya ialah dengan menjalankan suvei dengan jalur survei tegak lurus
dengan jalur pipa dengan interval yang telah ditentukan sebelumnya. Semua alat
digunakan pada survei ini, pada dasarnya side scan sonar dan sub bottom
profiler adalah alat yang menyediakan posisi dari pipa bawah laut tersebut.
Meskipun alat- alat tersebut tidak dapat diklasifikasikan sebagai alat penentuan
posisi, alat tersebut dapat di tentukan posisinya dengan menggunakan USBL,
penggunaan alat side scan sonar dan sub bottom profiler dimaksudkan agar alat-
alat tersebut bisa lebih mendekat ke pipa yang telah terpasang didasar laut
dibandingkan dengan posisi echosounder untuk melengkapi data akustik yang
didapat.
III.KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas bahwa Pekerjaan pemasangan pipa bawah laut dibagi
menjadi 3 (tiga) tahapan, yaitu Pre- Lay Survey, Pipeline Installation, As Laid
Survey.
Pre-Lay Survey
Terdapat tiga cara dalam peletakan pipa bawah laut, yaitu metode tow-in, metode
S-lay, metode J-lay, dan metode reel barge [Guo,et al. 2005].
1. Tow-in Pipeline Installation
Dalam metode ini pipa yang panjang telah dilas, diperiksa, dan dilapisi. Pekerjaan
tersebut dilakukan di darat, kemudian pipa tersebut ditarik ke dalam air dengan
menggunakan kapal.
2. S-Lay Pipeline Installation
Metode ini ialah metode yang paling umum untuk konstruksi pipa lepas
pantai.Pipa yang akan dipasang dilas, diperiksa, dan dilapisi di atas kapal, setelah
selesai pipa akan dikeluarkan melalui bagian belakang kapal.
Tujuan dari dilakukannya as laid survey ialah untuk langsung merekam posisi dan
status dari pipa setelah pipa dipasang. Survei ini selalu dilakukan pada saat
pemasangan pipa bawah laut atau dilakukan sesegera mungkin pada saat survei
ini memungkinkan dilakukan setelah pipa sudah dipasang. Hal hal yang
didapatkan pada saat survei ini ialah sebagai berikut :
1. Posisi horizontal dari pipa bawah laut dengan referensi perencanaan awal.
2. Profil vertikal dari pipa bawah laut dengan memperhatikan kondisi dasar laut
dari berbagai sisi pada pipa bawah laut tersebut.
3. Rekaman video dari kedua sisi dan bagian atas dari pipa bawah laut.
5. Data lokasi dan dokumentasi kondisi fisik dari pipa bawah laut.
7. Data lokasi dan dokumentasi dari debris di sekitar lokasi pipa yang dapat
menghalangi penggalian.
8. Menentukan posisi dari masing masing field joint dan CP anode.