PENDAHULUAN
1
primordial ke kolam folikel yang tumbuh, dan yang tidak dikendalikan oleh
gonadotropin, juga dapat digunakan. Dalam beberapa tahun terakhir, data yang
terakumulasi menunjukkan bahwa AMH dapat memenuhi peran ini.3
Variasi individu dapat terjadi pada penuaan ovarium - yang diyakini
sebagian besar diakibatkan oleh perbedaan kecepatan penipisan kolam folikel -
bertepatan dengan rentang usia menopause yang normal antara 40 dan 60 tahun.
Beberapa wanita pada usia 35 tahun mungkin hadir dengan penuaan ovarium yang
jauh lebih cepatataupun lebih lambat daripada yang lain. Beberapa tahun terakhir
beberapa nomogram untuk kadar AMH serum normal sejak lahir hingga
menopause telah dikembangkan. Secara kolektif, penelitian ini menunjukkan
bahwa tingkat AMH rendah selama perkembangan prepubertal, meningkat pada
masa pubertas awal dan mencapai dataran tinggi yang berusia antara 20-25 tahun,
diikuti oleh penurunan bertahap setelah itu sampai menjadi tidak terdeteksi sekitar
masa menopause.4,5
Sampai saat ini, aplikasi klinis dari AMH pada wanita adalah sebagai
penilaian cadangan ovarium dalam diagnostik infertilitas, kegagalan ovarium
prematur, dan hipogonadotropik hipogonadisme. Studi yang baru saja diterbitkan
menyoroti nilai penentuan AMH pada sindrom ovarium polikistik (PCOS).
Tampaknya, AMH juga bisa menjadi penanda prediktif yang sangat berguna pada
saat menopause.1,,2
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
estrus pada tikus, meskipun beberapa heterogenitas diamati pada ekspresi AMH
pada folikel anterior dan kecil antral pada estrus dan diestrous. 3
4
folikel primordial. Peningkatan perekrutan ini sudah dimulai sebelum inisiasi
siklus estrus, karena jumlah folikel yang tumbuh lebih tinggi sudah terbukti pada
tikus tanpa AMH pada hari ke 25. Hasil ini menunjukkan bahwa, jika tidak
adanya AMH, folikel primordial direkrut dengan lebih cepat. Akibatnya, kolam
folikel primordial sebelum waktunya habis dan berhenti siklusnya pada usia yang
lebih dini pada tikus tanpa AMH. Kultur in vitro ovarium neonatal di hadapan
AMH mengkonfirmasi efek penghambatan AMH pada rekrutmen folikel
primordial. 3
5
banyak ditemukan pada tikus tanpa AMH daripada pada tikus tipe liar. Efek
penghambatan AMH terhadap sensitivitas folikel FSH ini dapat berperan dalam
proses seleksi. Diperkirakan setiap folikel mengandung konsentrasi FSH ambang
sendiri yang harus dilampaui untuk memungkinkan seleksi. Peran AMH dalam
proses ini secara tidak langsung didukung oleh tingkat ekspresi diferensial AMH
pada folat nadi besar nonatretik, besar preantral dan kecil di ovarium tikus.
Ekspresi AMH yang rendah di dalam folikel akan mengurangi tingkat ambang
FSH, membiarkan folikel ini terus tumbuh dan berovulasi pada siklus estrus
berikutnya. 3
Meskipun mereka sebagian besar didasarkan pada studi hewan pengerat,
hasil ini juga tampaknya berlaku untuk ovarium manusia. Pada wanita, ekspresi
AMH pertama dapat diamati pada sel granulosa folikel primer, dan ekspresi
paling kuat pada folikel anterior dan kecil antral (<4 mm). Ekspresi AMH
menghilang dalam folikel dengan ukuran yang meningkat dan hampir hilang pada
folikel yang lebih besar dari 8 mm, di mana hanya pewarnaan yang sangat lemah,
terbatas pada sel granulosa kumulus. Pola ekspresi ini menunjukkan bahwa, juga
pada manusia, AMH mungkin berperan dalam perekrutan awal dan dalam
pemilihan folikel dominan.3
6
menghambat pertumbuhan tergantung FSH dan pemilihan folikel anterior
preantral dan kecil (2).
Anti-Mullerian hormone (AMH) adalah hormon yang dikenal mampu
menghambat perkembangan duktus Mullerian pada embrio pria, dan juga telah
terbukti dapat menjadi marker yang sangat baik dalam menilai cadangan ovarium
pada wanita.1 AMH disekresikan oleh sel-sel granulosa dari usia kehamilan 36
minggu dan menghambat ambilan folikel primordial pada fase rekrutmen awal
sehingga mencegah deplesi folikel primordial AMH termasuk salah satu regulator
folikulogenesis yang secara tidak langsung menggambarkan jumlah folikel antral
dan dapat memberikan gambaran tentang cadangan ovarium.2 Serum AMH
menurun saat terjadi peningkatan usia pada wanita, yaitu di atas 25 tahun. 3AMH
termasuk dalam kelompok transforming growth factor- (TGF- ) yang terdiri
dari lebih dari 35 struktur peptida, termasuk aktivin, inhibins, bone morphogenic
proteinsi (BMPs) dan faktor-faktor diferensiasi pertumbuhan. Sebagian besarnya
terlibat dalam fungsi reproduktif pada kedua jenis kelamin .Hormon ini
merupakan glikoprotein disulfida homodimer, dengan berat molekul 140 kDA.4,5
Anti Mullerian hormone (AMH) juga dikenal dengan istilah Mllerian
Inhibiting Substances , MIS) adalah protein yang ditemukan di dalam darah yang
diproduksi oleh sel sertoli testis atau sel granulose ovarium. AMH
juga merupakan anggota dari kelompok TGF- (Transforming Growth Factor
Beta) dengan formasi homodimerik disulfida berikatan dengan glikoprotein dan
berat molekul 140 kDa yang terbuat dari dua homodimer 70 kDA.4,5
Gen AMH diklon pertama kali pada tahun 1986 oleh Cate dan Cols. AMH
adalah gen kecil yang terdiri dari lima ekson yang berlokasi di kromosom
19p13.32, Gen AMH panjangnya 2750 bs dan dibagi ke dalam 5 ekson dan
produksi proteinnya bekerja pada reseptor tipe dua yang spesifik yaitu (AMHRII),
yaitu serine/theronine kinase, anggota dari famili reseptor tipe II untuk TGF-
yang terkait.1 Lokasi gen AMH dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini :
7
Gambar 1. Lokasi Kromosom AMH
Dewasa ini peranan AMH pada perkembangan folikel ovarium dan
cadangan folikular telah banyak diminati secara klinis dan pemeriksaan AMH
telah dimanfaatkan pada beberapa aplikasi klinis yang berbeda, seperti
memprediksikan respon ovarium terhadap terapi fertilisasi in vitro (in vitro
fertilization (IVF)).6 Pada beberapa penelitian, AMH telah terbukti sebagai marker
yang baik dalam menilai cadangan ovarium. Kadar serum levelnya menurun
dengan usia dan juga sangat berkaitan dengan jumlah folikel antral dan folikel
primordial .7
Perkembangan normal dari genitalia interna dan eksterna pada pria selama
embryogenesis tergantung pada aksi dari hormon testikular : anti-Mllerian
hormone (AMH) dan testoteron. AMH disekresikan oleh sel-sel sertoli dan
bekerja pada reseptornya yang terdapat pada duktus Mllerian, yang menentukan
terjadinya regresi. Testosterone disekresikan oleh sel-sel Leydig testicular, bekerja
pada reseptor androgen pada duktus Wolffian menginduksi terbentuk epididimis,
duktus deferen dan vesikula seminalis. Testosterone kemudian direduksi menjadi
dihydrotestosterone (DHT) oleh enzim alfa reduktase 2, yang berperan sebagai
reseptor androgen pada prostat dan genitalia eksteran dan menentukan
maskulinisasi mereka.Perkembangan organ genitalia interna wanita pada pria bisa
terjadi akibat ketidakmampuan sel-sel sertoli untuk mensintesis atau
mensekresikan AMH, atau akibat gangguan pada reseptor tipe II. 4
AMH dapat di deteksi pada wanita sejak masa perinatal sampai menopause.
Kadar hormone dalam darah, berbanding terbalik dengan yang ditemukan pada
pria, dengan jumlah yang lebih rendah. AMH menghambat pemilihan awal dari
8
folikel-folikel untuk perkembangan tahap lanjut (pemilihan folikel-folikel pre
antral dan folikel antral yang kecil) dan hal ini berperan dalam pemilihan folikel
dominan, perkembangan dan pertumbahan yang mana bergantung pada stimulasi
FSH. 4
Ovarium, sangat berperan bagi fertilisasi wanita, baik untuk reproduksi
maupun untuk status endokrin. Ovarium berperan dalam terjadinya diferensiasi
dan pelepasan oosit dewasa untuk fertilisasi dan produksi hormon seks steroid.
Hormon seks steroid menyebabkan terjadinya perkembangan karakteristik
seksualitas sekunder dan menyokong kehamilan, selain itu efek biologis secara
garis besar melampaui dari sistem reproduksi itu sendiri. 3
Onset berkurangnya fertililitas dan menopause ditentukan oleh kuantitas
dan kualitas kumpulan folikel primordial.4 Pada wanita dan hewan pengerat,
kumpulan folikel primordial telah terbentuk sebelum lahir. Selama masa awal
janin 1000-2000 sel primordial germinal bermigrasi dalri allantois menuju daerah
gonadal dan menetap di ovarium. Sel germinal ini membelah diri hingga jumlah
maksimum yaitu sekitar 6 sampai 7 juta oosit tercapai pada sekitar 20 minggu usia
gestasi. Selanjutnya, saat lapisan tungga dari sel pregranulosa mengelilingi
masing-masing oosit, pembentukan folikel primordial di mulai. Oosit yang tidak
dikelilingi oleh sel-sel granulose akan hilang, kemungkinan melalui apoptosis,
3
menyebabkan menurunya jumlah oosit secara dramatis dengan hanya tinggal satu
juta folikel primordial saat lahir.4 Pada saat menarke, hanya 300.000 folikel yang
tersisa dan selama masa reproduktif, deplesi folikel terhadi secara bi-eksponensial
dengan peningkatan yang tajam setelah usia 35 tahun5,6 Pada usia rata-rata 50-51
tahun, saat kumpulan folikel primordial habis, menopause pun terjadi.
Setelah pembentukan folikel, penurunan gradual dari jumlah folikel
primordial menyebabkan tetap berlangsungnya apoptosis pada folikel ini dan
perekrutan (pengambilan) folikel-folikel ke dalam kelompok folikel pertumbuhan,
proses ini disebut initial recruitment (pengambilan tahap awal). Setelah
pengambilan tahap awal tersebut, sebagian besar folikel yang tumbuh berkembang
melalui tahapan primer dan sekunder menuju tahapan antral, sehingga sampai
pada suatu titik yang tidak bisa dihindari sel tersebut mengalami atresia. Setelah
onset pubertas, hanya sejumlah kecil folikel antral yang tidak mengalami atresia
9
oleh gonadotropin untuk tetap tumbuh3, sebuah proses yang di sebut dengan
pengambilan siklik (cyclic recruitment).
Pengambilan awal (initial recruitment) diregulasi melalui penurunan
pengaruh inhibitor dan /atau peningkatan faktor-faktor penstimulasi yang
menyebabkan inisiasi folikel pertumbuhan. Karena follicle stimulating hormone
(FSH) tidak menstimulasi pengambilan (perekrutan) pada penelitian-penelitian in
vitro,5,6 dan reseptor gonadotropin cenderung tidak memiliki peranan dalam
proses ini, Sehingga, pengambilan awal (initial recruitmentI) secara umum
diregulasi oleh faktor-faktor intraovarian. Faktor-faktor intraovarian ini juga
meregulasi perkembangan melalui tahapan tahapan berikut terhadap
perkembangan folikel dan mereka menggunakan efek mereka melalui
komuniskasi dua arah antara jenis-jenis sel folikel yang berbeda: oosit pada
lapisan paling dalam, dikelilingi oleh sel-sel granulose dan lapisan luar oleh sel-
sel teka .6
Kelompok TGF- , adalah kelompok faktor pertumbuhan dan diferensiasi
terbesar, secara luas di distribusikan ke seluruh tubuh dan terlibat dalam sejumlah
proses fisiologis. Kelompok ini dapat dibagi ke dalam beberapa kelompok
termasuk TGF- s, bone morphogenetic proteins (BMPs), growth and
differentiation factors (GDFs), aktivins/inhibins dan beberapa kelompok
tambahan seperti anti-Mllerian hormone (AMH)7 AMH adalah salah satu
kelompok TGF- yang terlibat dalam pengambilan awal (initial recruitment).
Awalnya, AMH diidentifikasi karena peranannya dalam diferensiasi seks pria.
AMH di ekspresikan di dalam sel-sel sertoli pada testis janin dan menginduksi
6
regresi duktus Mllerian. Selama diferensiasi seks wanita AMH tidak
diekspresikan di dalam ovarium, namun dari beberapa hari setelah kelahiran AMH
terdeteksi pada sel granulose pada ovarium tikus Pada tikus, ekspresi AMH di
awali pada sel-sel granulose folikel-folikel primer, palin tinggi pada sel-sel
granulose dari preantral dan folikel-folikel antral kecil dan secara bertahap
menghilang pada tahap perkembangan folikel selanjutnya7
Sebagai tambahan, reseptor AMHRII diekspresikan pada sel teka preantral
dan folikel antral kecil pada ovarium tikus. 6. Inisiasi dari AMH dan ekspresi
AMHRII segera setelah folikel-folikel primordial di rekrut untuk pertumbuhan
10
menunjukkan bahwa AMH dapat mengatur langkah yang penting dalam
perkembangan folikel ini. Lagipula, penelitian-penelitian pada kelompok kami
pada tikus dengan AMH-deficient (AMHKO) menunjukkan bahwa AMH
menghambat pengambilan awal (initial recruitment). Meskipun tikus AMHKO ini
adalah fertile, ovarium mereka mengalami deplesi lebih awal dari folikel-folikel
primordial mereka dibandingkan tikus kontrol, karena ovarium dari tikus yang
dewasa dan berumur megandum folikel primordial yang lebih sedikit. Juga,
folikel pre antral dan folikel antral kecil ditemukan pada tikus AMHKO pre
pubertas dan tikus AMHKO dewasa. Oleh sebab itu, penutunan jumlah folikel
primordial disebabkan oleh peningkatan ambilan folikel primordial, meunjukkan
jika AMH tidak ada, maka folikel primordial direkrut lebih cepat. 6
Hipotesis bahwa AMH meregulasi pengambilan awal (initial recruitment)
juga diuji pada penelitian in vitro, yang mana ovarium neonatus tikus di kultur
dengan ada atau tidak adanya AMH. AMH menyebabkan penurunan sebesar 40-
50% dalam jumlah pertumbuhan folikel setelah 2 dan 4 hari kultur, menunjukkan
bahwa AMH menghambat pengambilan awal dari folikel folikel (initial
6
recruitment). Inihibisi ini kemungkinan merupakan hasil dari efek parakrin
AMH terhadap sel-sel pre granulose yang mengelilingi oosit pada folikel
primordial. Sehigga, reseptor AMH tipe dua muncul pada ovarium tikus yang
berusia dua hari. 2 Pada wanita, AMH memiliki pola ekspresi yang serupa seperti
pada tikus, dengan paparan pertama terjadi pada folikel primer, dan menjadi lebih
kuat pada folikel preanral dan folikel antral kecil ( 4 mm) dan secara bertahap
menghilang pada folikel antral yang lebih besar (4-8 mm).5 Paparan spesifik ini
pada folikel yang sedang berkembang dikaitkan dengan kadar serum AMH,
karena kadar ini berkorelasi kuat dengan jumlah folikel antral yang terdeteksi
melalui usg transvagina.6,7 Seperti yang telah di diskusikan di atas, aspek
kuantitatif dari penuaan ovarian dicerminkan oleh penurunan ukuran folikel
primordial. Sehingga, jumlah folikel yang tumbuh juga menurun dengan penuaan.
Oleh sebab itu, kadar serumAMH kemungkinan tidak hanya menggambarkan
perkembangan kumpulan folikel namun juga, secara tidak langsung kumpulan
folikel primordial. Oleh sebab itu, Kadar AMH menurun seiring bertambahnya
11
usia dan tidak terdeteksi pada wanita pasca menopause.6,8menjadikan AMH
sebagai marker yang ideal untuk penuaan ovariaum (ovarian aging).
12
Ketika melihat ke dalam stabilitas antar sampel dan reproduktifitas, hasil
yang saling bertentangan diperoleh sehubungan dengan variasi yang disebabkan
oleh berbagai kondisi penyimpanan. Sebuah studi pertama menunjukkan stabilitas
sampel yang baik dan reproduktifitas uji gen II, juga setelah pembekuan dan
pencairan. Hal ini tidak dapat dikonfirmasikan oleh satu penelitian lain yang
menunjukkan tingkat variasi sampel yang sangat tinggi, yang memiliki koefisien
variasi hingga 60%. Penjelasan untuk ini mungkin terletak pada beberapa faktor.
Mengenai penyimpanan dan penanganan sampel, ditunjukkan bahwa pada sampel
yang disimpan pada suhu kamar selama 7 hari, tingkat serum AMH meningkat.
Sampel yang disimpan pada suhu 22C menghasilkan nilai rata-rata 23% lebih
tinggi, sedangkan sampel yang sama yang disimpan pada suhu 28 C tidak
menunjukkan perubahan. Penjelasan lain untuk ketidakstabilan sampel mungkin
merupakan efek dari komplemen yang mengikat. Karena untuk melengkapi
gangguan hasil tes mungkin lebih rendah dari yang diharapkan. Risiko ini paling
tinggi pada sampel yang baru ditarik. Telah disarankan bahwa hal ini dapat
dihindari, atau diminimalkan, dengan menambahkan penyangga dan penelitian
terbaru telah menunjukkan hasil yang menjanjikan dengan pencampuran sampel
awal dengan buffer uji untuk mempotensiasi stabilitas AMH pada semua suhu.
Juga, pipetting otomatis atau sentrifugasi sampel dalam waktu 5 jam nampaknya
mengurangi pengaruh komplemen yang mengikat. 5,9
Data Anhs Labs AMH terbaru dan pico-AMH ELISA assay diterbitkan
baru-baru ini. Studi ini menunjukkan bahwa pengujian ini memiliki kalibrasi yang
berbeda dibandingkan uji Gen II, namun kinerjanya sangat sesuai untuk
penggunaan klinis. Sensitivitas uji anh Labs picoAMH yang disempurnakan
memungkinkan pengukuran konsentrasi AMH yang rendah; Namun, studi lebih
lanjut di berbagai pusat mengenai stabilitas tes baru ini masih harus dilakukan. 5,9
13
Tabel 2.1. Daftar periksa untuk memaksimalkan kegunaan klinis uji AMH
serum.8
14
signifikan selama 4 minggu pertama. Pengamatan tersebut menunjukkan bahwa
jika pasien menerima obat agonis GnRH, misalnya dalam pengobatan kanker,
AMH mungkin bukan penanda cadangan ovarium yang andal. 5,11
Akhirnya, berbagai faktor lainnya baru-baru ini dideskripsikan untuk
mempengaruhi konsentrasi AMH absolut, termasuk status kelebihan berat badan,
etnisitas, vitamin D, polimorfisme AMH dan reseptornya, dan varian genetik di
seluruh genom. Perokok saat ini juga dikaitkan dengan tingkat AMH yang lebih
rendah. Relevansi klinis pengamatan ini tetap harus ditentukan.5,11
15
AMH lebih besar dalam hal merokok sehari-hari dan tergantung dari jumlah rokok
yang diisap.1
16
folikel dimulai. Namun, sehubungan dengan perkembangan manusia, ekspresi
AMH telah ditemukan pada akhir trimester pertama dan terutama terdeteksi dalam
perkembangan folikel dari tahap awal dan seterusnya. Menariknya, AMHRII
diekspresikan dalam gonad kedua jenis kelamin sedini pada saat diferensiasi
seksual saat ekspresi AMH masih belum ditemukan. 2,14
Kadar AMH serum rendah atau tidak terdeteksi selama periode janin dan
pada masa bayi pada wanita tetapi mereka juga telah dilaporkan meningkat
sementara sejak lahir sampai usia 3 bulan. Setelah itu, kadar AMH serum tetap
rendah secara konsisten, dan sedikit peningkatan yang diamati pada tahun-tahun
pra-pubertas, berlanjut sampai usia 25 tahun. 2
17
Gambar 2.6. Gambaran skematis gelombang hormonal pada fase folikular
siklus ovarium.16
18
Perkembangan folikel ovarium dimulai dari rekrutmen awal, dimana
folikel primordial mulai matang, dan rekrutmen siklik, yang memicu pertumbuhan
sekelompok folikel antral kecil yang akan tumbuh yang selanjutnya akan terpilih
folikel dominan untuk berovulasi. FSH, mengatur rekrutmen siklik tersebut dan
membangun dasar siklus menstruasi dengan merangsang sekresi steroid estradiol
dari folikel dominan. AMH pertama kali dapat dideteksi pada ovarium janin
manusia saat usia kehamilan 36 minggu.
Pada sel granulosa kolumnar folikel primer yang mengalami pematangan,
ekspresi AMH menetap pada folikel yang tumbuh ini dan menunjukkan ekspresi
yang maksimal dalam sel granulosa dari folikel preantral dan folikel antral kecil
(sampai dengan diameter 6 mm). Pada tingkat folikel antral yang lebih besar
(8mm), ekspresi AMH menurun dan pada akhirnya menjadi tak terdeteksi saat
pertumbuhan folikel yang tergantung pada FSH dimulai. Tidak dijumpai ekspresi
AMH pada folikel-folikel yang mengalami atresia. Pola ekspresi ini menunjukkan
indikasi yang kuat bahwa AMH memegang peranan penting dalam pengaturan
jumlah folikel yang tumbuh dari kelompok primordial. Lebih jauh lagi AMH
mungkin turut mengatur pemilihan folikel dominan dari kelompok folikel yang
sensitif terhadap FSH.17
Penelitian yang menggunakan tikus percobaan dengan defisiensi AMH
dijumpai bahwa pada keadaan tidak adanya AMH, tingkat perubahan folikel
primordial menjadi kelompok yang bertumbuh meningkat. Sebagai
konsekuensinya, kelompok folikel primordial menjadi lebih cepat habis pada usia
yang lebih awal dalam percobaan yang menggunakan tikus-tikus tersebut. Kultur
invitro dari ovarium bayi tikus dan potongan korteks ovarium manusia telah
mengkonfirmasi peran AMH dalam menghambat rekrutmen folikel primordial.18
AMH juga dapat memainkan peran dalam pengaturan ambang batas FSH dalam
seleksi folikel dominan. Pada tikus folikel antral besar tampak lebih sensitif
terhadap FSH pada keadaan tidak adanya AMH, dan pertubuhan folikel invitro
yang tergantung FSH dihambat oleh AMH.11 Belakangan ini, telah diketahui
adanya hubungan terbalik antara kadar AMH cairan folikel dan kadar estradiol
pada folikel antral kecil, yang mengindikasikan adanya suatu hubungan saling
19
ketergantungan yang erat dalam pengaturan produksi AMH dan aktivitas FSH.
Sebagai tambahan, ekspresi AMH pada manusia menghilang pada folikel antral
ukuran besar yaitu pada folikel-folikel yang mengalami rekrutmen siklik
tergantung FSH.19
20
mengenai peran AMH pada pertumbuhan folikel yang distimulasi FSH tidak
konsisten.2,21
Meskipun AMH berpotensi memiliki aksi autokrin dan parakrin pada
perkembangan folikel, kuantitas AMH yang dapat diukur tampak pada serum.
Kadar AMH serum menurun dengan meningkatnya usia pada tikus percobaan
sehat dan berhubungan secara langsung dengan penurunan jumlah folikel yang
sedang berkembang dan folikel primordial.20 Meskipun sumber yang pasti dari
AMH serum belum diketahui, folikel antral adalah dianggap sebagai kandidat
utama karena folikel antral memiliki suplai darah yang lebih baik, jumlah sel
granulosa yang lebih banyak dibandingkan folikel preantral. Hiperstimulasi
ovarium dengan menggunakan FSH eksogen telah memungkinkan dilakukannya
pengkajian tentang kontribusi dari berbagai tingkat folikel yang berbeda terhadap
kadar serum AMH karena FSH memicu banyak folikel antral kecil untuk berubah
menjadi folikel dominan yang besar. Hiperstimulasi selanjutnya akan berakibat
pada penurunan kadar AMH perifer secara bermakna, dengan penurunan secara
progresif jumlah folikel antral kecil bersamaan dengan meningkatnya jumlah
folikel dominan yang berukuran besar.22
Dalam keadaan hiperstimulasi seperti itu, kadar AMH serum berhubungan
dengan jumlah folikel yang berukuran kecil (diameter <12mm) , tapi tidak
berhubungan dengan folikel yang berukuran lebih besar (12mm). Data ini
mengindikasikan bahwa AMH disekresikan ke dalam serum terutama oleh folikel
antral kecil.21 Bertolak belakang dengan hal itu, penekanan gonadotropin dengan
kontrasepsi oral menurunkan jumlah folikel antral besar tanpa mempengaruhi
kadar AMH, yang mengindikasikan bahwa produksi AMH oleh kelompok folikel
yang berisi folikel antral kecil pada kondisi ini tetap tidak berubah.23,24
AMH terdeteksi pada saat lahir, menunjukkan peningkatan pada beberapa minggu
setelah kelahiran dan mencapai nilai tertinggi setelah pubertas.25 Pada anak
perempuan prepubertas, nilai AMH rendah dengan tendensi untuk mengalami
peningkatan menuju onset pubertas. Keadaan ini konsisten dengan temuan bahwa
saat seorang anak perempuan tumbuh dan berkembang dari lahir sampai pubertas,
ukuran ovarium dan keberadaan folikel antral meningkat secara bertahap. Pada
wanita dewasa, kadar AMH serum terlihat menurun secara bertahap seiring
21
dengan pertambahan usia, dan menjadi tidak terdeteksi pada masa menopause.
Kadar AMH serum terlihat tidak tergantung siklus menstruasi pada sebagian besar
penelitian. Namun, tidak semua penelitian demikian.26
22
memberikan keakuratan tertinggi (ROCAUC 0,87) untuk memprediksi terjadinya
transisi menopause dalam waktu 4 tahun. Ketika serum menghambat tingkat dan
usia B dimasukkan ke dalam model multivariat, ROCAUC meningkat menjadi
0,92. Selanjutnya, dibandingkan dengan spidol cadangan ovarium lainnya, hanya
kadar AMH serum yang menunjukkan penurunan longitudinal rata-rata dari waktu
ke waktu. Secara keseluruhan, data ini sangat mengesankan bahwa kadar serum
AMH dapat digunakan sebagai penanda penuaan ovarium. 3
Kegunaan kadar AMH serum sebagai ukuran cadangan ovarium baru-baru
ini ditunjukkan pada wanita muda setelah perawatan untuk kanker masa kanak-
kanak. Kemoterapi dan perawatan radioterapi memiliki efek buruk pada ovarium
pada khususnya, yang mengakibatkan hilangnya folikel primordial. Memang,
pada penderita kanker, sebagian hilangnya cadangan ovarium tercermin dari
peningkatan kadar FSH dan penurunan volume ovarium. Tanpa diduga, jumlah
folikel antral kecil tidak berubah, temuan yang mungkin mencerminkan ketepatan
dan ketergantungan pengamat yang rendah dari pengukuran AFC. Meskipun
demikian, kadar AMH serum menurun pada pasien ini, mendukung penggunaan
kadar AMH serum sebagai prediktor awal cadangan ovarium.3,16
Usia 51 adalah waktu rata-rata menopause, yang didefinisikan sebagai
periode menstruasi terakhir dalam kehidupan seorang wanita. Masa menopause
fisiologis dapat terjadi antara usia 40 dan 60 tahun, namun penurunan kesuburan
alami wanita dimulai 10-13 tahun sebelum menopause. Diperkirakan bahwa
selama perimenopause jumlah folikel ovarium menurun di bawah beberapa ribu
dan perkembangan menjelang menopause dan seterusnya ditandai dengan jumlah
folikel yang sangat rendah - diperkirakan di bawah 1000. 1,16
Penelitian dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor, termasuk penanda
biokimia dan hormonal, yang akan memudahkan penentuan masa subur dan masa
menopause pada wanita. Penentuan prediktor periode kesuburan pada wanita
semakin penting karena penuaan masyarakat dan nantinya menjadi ibu. Masalah
lain yang ditangani adalah profilaksis yang lebih baik sehubungan dengan
penyakit yang terjadi secara signifikan lebih sering setelah menopause. Keadaan
ini termasuk osteoporosis, gangguan kardiovaskular dan juga neoplasma terkait
hormon, seperti kanker payudara dan kanker endometrium. Parameter yang secara
23
tidak langsung mengindikasikan waktu menopause adalah volume ovarium dan
jumlah folikel antral, yang berkorelasi dengan tingkat AMH.Mengenai faktor
hormonal, penentuan FSH dan inhibin B ditemukan berkorelasi, namun nilai
prediktifnya lebih rendah dari pada AMH, karena kadarnya menurun lebih awal.
1,27
24
tahun pada kelompok yang lebih muda. Sebuah studi prospektif oleh Broer dkk.
termasuk lebih dari 250 wanita yang menjalani tes pada awal (usia 21-46) dan
setelah 11 tahun. 1,28
Hal itu menunjukkan bahwa masa menopause dapat ditentukan secara
tepat berdasarkan tingkat AMH dan usia pasien. Algoritma yang dapat diandalkan
pada masa menopause dapat dipakai jika faktor lain yang mungkin mempengaruhi
usia saat menopause, seperti riwayat merokok, etnisitas atau IMT disertakan. Saat
ini, diketahui bahwa merokok mempercepat terjadinya menopause rata-rata 3
tahun. Selain itu, kadar AMH menurun pada tingkat yang lebih cepat pada wanita
yang merokok, dan wanita berusia 38-50 tahun yang merokok memiliki kadar
AMH lebih rendah daripada mereka yang tidak merokok.1,28
25
DAFTAR PUSTAKA
26
10. Ellen W. Freeman, Mary D. Sammel, Hui Lin, dan Clarisa R. Gracia.Anti-
Mullerian Hormone as a Predictor of Time toMenopause in Late
Reproductive Age Women.J Clin Endocrinol Metab 97: 16731680, 2012.
11. Sun Mie Kim, Seok Hyun Kim, Jung Ryeol Lee, dkk.Anti-Mullerian
Hormone, Follicle-Stimulating Hormone, Antral Follicle Count, And
Clinical Findings as Predictive Markers Of Menopause In Late
Reproductive-Aged Women.Korean J Obstet Gynecol 2012;55(2):89-97.
12. J.G. Bentzen, J.L. Forman, E.C. Larsen, dkk.Maternal menopause as a
predictor ofanti-Mu llerian hormone level andantral follicle count in
daughters duringreproductive age.Human Reproduction, Vol.0, No.0 pp. 1
9, 2012.
13. J. van Disseldorpa, M.J. Faddyb, A.P.N. Themmen, dkk.Relationship of
Serum Anti-Mullerian HormoneConcentration to Age of Menopause.J Clin
Endocrin Metab. First published ahead of print March 11, 2008 as
doi:10.1210/jc.2007-2093.
14. S. L. Broer, M. J. C. Eijkemans, G. J. Scheffer, dkk.Anti-Mu llerian
Hormone Predicts Menopause:A Long-Term Follow-Up Study in
NormoovulatoryWomen.J Clin Endocrin Metab. First published ahead of
print May 25, 2011 as doi:10.1210/jc.2010-2776.
15. Jordan A. Green, dan Gillian Graves.Is There a Place for AMH Testing in
Canada ?.J Obstet Gynaecol Can 2011;33(6):628632.
16. Zehra Jamil, Syeda Sadia Fatima, Khalid Ahmed, dan Rabia Malik.Anti-
Mullerian Hormone: Above and Beyond Conventional Ovarian Reserve
Markers.Hindawi Publishing Corporation, Disease Markers, Volume 2016,
Article ID 5246217, 9 pages.
17. Mc.Gee.EA.HA. Initial and cyclic recruitment of ovarian follicles.
endocrinology review. 2000; 21 : 200-214
18. Carlsson I.B, Scott JE, Visser JA, Ritvos O, Themmen AP, et al. Anti
mullerian hormone inhibits initiation of growth of human primordial ovarian
follicles in vitro. Hum Reprod 2006;21:2223-7.
19. Visser JA, Themmen AP. Anti mullerian hormone and folliculogenesis. Mol
Cell Endocrinology 2005;234:81-6.
27
20. Ilse A.J. van Rooij,Isolde den Tonkelaar, Frank J.M. Broekmans, dkk.Anti-
mllerian hormone is a promising predictor for theoccurrence of the
menopausal transition.The Journal of The North American Menopause
Society, Vol. 11, No. 6, pp. 601-606.
21. Marzieh Agha Hosseini, Ashraf Aleyasin, Atossa Mahdavi,
dkk.Relationship between anti-mullerian hormone and assisted reproductive
technique outcome in patients with polycystic ovary syndrome.Iranian
Journal of Reproductive Medicine Vol.8. No.4. pp: 161-166, Autumn 2010.
22. Catteau-Jonard, et al. Changes in serum anti mullerian hormone level during
low-dose recombinant follicular- stimulating hormone therapy for
anovulation in polycystic ovary syndrome. J Clin Endocrinol Metab
2007;92(4138):4143.
23. Somunkiran A, et al. Anti mullerian hormone levels during hormonal
contraception in women with polycystic ovary syndrome. Eur J Obstet
gynecol Reprod Biol 2007;134:196-201.
24. Streuli, et al. Serum antimullerian hormone levels remain stable throughout
the menstrual cycle and after oral or vaginal administration of synthetic sex
steroid. Fertil Steril 2007;90:395-400.
25. Bergada I, et al. Time course of the serum gonadotropin surge, inhibin, and
anti- Mullerian hormone in normal newborn males during the first month of
life. J Clin Endocrinol Metab 2006;91:4092-8.
26. Wunder DM et al. Statistically significant changes of antimullerian hormone
and inhibin levels during the physiologic menstrual cycle in reproductive
age women. Fertil Steril 2008;89:927-33.
27. R. Hampl, M. najderov, dan T. Mardei.Antimllerian Hormone (AMH)
Not Only a Marker for Prediction ofOvarian Reserve.Physiol. Res. 60: 217-
223, 2011.
28. Fahimeh Ramezani Tehrani, Masoud Solaymani-Dodaran, Maryam Tohidi,
dkk.Modeling Age at Menopause Using SerumConcentration of Anti-
Mullerian Hormone. J Clin Endocrinol Metab 98: 729735, 2013.
28