Laporan Ponek 2014
Laporan Ponek 2014
TAHUN 2014
1
2
43
45
40
34
35
30
24 23
25 21 22
19 20 20 19 20
18
20 16 16 16 15 IUD
14 12 13 12 12
15 10 11 MOW
10 6
5
0
Data diolah dari Register Laporan Persalinan RSUD Dr. Soedarso Tahun
2014
4
Jumlah akseptor IUD pasca salin selama tahun 2014 adalah 258 orang
(7,87%), sedangkan jumlah MOW sebanyak 178 orang (5,43%) dari
total seluruh persalinan yaitu 3277 orang.
Dibandingkan dengan tahun 2013 jumlah akseptor IUD pasca salin
menurun sangat drastis yaitu 1084 orang.
Analisa :
- Tingginya angka akseptor MKJP pada tahun 2013 disebabkan
karena ada program Jaminan Persalinan yang dimana pengguna
Jampersal ini dituntut untuk mengikuti program KB pasca salin,
sedangkan saat ini pengguna BPJS tidak terlalu wajib harus
menggunakan KB pasca salin
- Terbatasnya pelatihan untuk bidan mengenai pemasangan IUD
pasca salin dan kurangnya pelatihan untuk bidan tentang Alat Bantu
Pengambil Keputasan (ABPK) dalam keluarga berencana
Rekomendasi :
2. Pelayanan Perinatal
a. Pengembangan ruang perinatologi
b. Pelayanan kedaruratan Perinatal di unit emergensi, kamar bersalin,
ruang perinatologi dan NICU
c. Pelayanan rawat gabung, untuk lahir spontan hari I dan untuk sectio
sesaria hari II (ibu dan bayi dirawat dalam satu ruangan selama 24 jam)
Menurut Kepmenkes RI No 230 Tahun 2010 tentang rawat gabung ibu
dan bayi, rawat gabung adalah pelayanan yang diberikan kepada bayi
baru lahir, ditempatkan bersama ibunya dalam satu ruangan.
Jumlah Pelayanan rawat gabung di ruang nifas tahun 2014 tercatat
berjumlah 242 orang (7,38%) dari total persalinan. Untuk lebih
lengkapnya gambaran pelayanan rawat gabung di ruang nifas RSUD
dr.Soedarso Tahun 2014 dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Gambar 1.2 Data Pelayanan Rawat Gabung di RSUD dr.Soedarso
Tahun 2014
6
RAWAT GABUNG
58
60 55
51 50
50 44 42
39 41
34 35 36
40 31
30
20
RAWAT GABUNG
10
0
Data diolah dari Rekam Medis RSUD Dr. Soedarso Tahun 2014
Dari gambar 1.1 di atas dapat dilihat bahwa pelayanan rawat gabung
tertinggi terjadi di bulan September yaitu 29 pasien (11,98%).
Saat ini pelayanan rawat gabung dilaksanakan di ruang nifas. Ibu dan
bayi dirawat bersama selama 24 jam.
Hanya jika pasien dirawat di ruang perawatan kelas I atau VIP perawat
keberatan untuk dilakukan rawat gabung ibu bayi, bayi sering
dianjurkan untuk dibawa pulang saja tidak dirawat dengan ibu di rs
dengan alasan di ruang perawatannya tidak ada bidan, padahal direktur
telah membuat surat keputusan bahwa ruang perawatan lain juga harus
bersedia melakukan rawat gabung ibu dan bayi.
Analisa :
- Penyebab rendahnya jumlah bayi rawat gabung selain karena
adanya indikasi medis dari ibu dan bayi juga disebabkan karena
fasilitas perawatan rawat gabung yang belum sesuai standar,
sehingga perawat ruangan bayi lebih sering menganjurkan keluarga
untuk membawa bayi pulang daripada dirawat bersama ibu untuk
menghindari komplikasi yang merugikan untuk bayi.
- Ketidaksiapan ibu dalam merawat bayi dan ketidakpercayaan ibu
untuk memberikan asi ekslusif pada bayi
Rekomendasi :
Data diolah dari Rekam medik RSUD Dr. Soedarso Tahun 2014
Data diolah dari Rekam medik RSUD Dr. Soedarso Tahun 2014
Analisa :
Jumlah kematian ibu tahun 2014 adalah sebanyak 22 orang (0,64%) dari
total seluruh pasien hamil, bersalin dan nifas di ruang kebidanan yaitu
3439 kasus. Yang artinya angka kematian ibu di rsds sebanyak
11
640/100.000 KH. Jumlah ini lebih tinggi dari tahun 2013 dimana jumlah
kematian ibu adalah sebanyak 16 orang (0,60%) dari total seluruh kasus
kebidanan yaitu sebanyak 2641 kasus. Yang artinya AKI tahun 2013 di
rsds sebanyak 606/100.000 KH. Dan dari total AKI semuanya merupakan
kasus rujukan baik dari nakes maupun non nakes.
Penyebab terbesar AKI di RSUD dr.Soedarso adalah pre eklampsi dan
eklampsi yaitu sebanyak 6 pasien (27%), diikuti oleh perdarahan pasca
salin, hamil komplikasi dan sectio sesaria yang masing-masing berjumlah
3 pasien (14%).
Rekomendasi :
1. Dibuat jejaring sistem rujukan (MOU) dengan pusat pelayanan dan
institusi kesehatan, seperti bidan desa, Puskesmas, Puskesmas
PONED, Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota, dan Dinas
Kesehatan Provinsi.
2. Penyediaan fasilitas rumah sakit untuk meningkatkan pelayanan
emergensi kebidanan, salah satunya membentuk ruangan High Care
Unit (HCU) di ruang bersalin.
100 91
90
80
70
60 48 47 45
50 Jumlah Pre
40 Eklampsi
30 19 16 Rujukan Medis
20 13 14 12 10 14 14
10 4
0
Data diolah dari Rekam medik RSUD Dr. Soedarso Tahun 2014
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa kasus pre eklampsi terbanyak
terjadi pada bulan Maret sebanyak 91 kasus dan terendah pada bulan
April sebanyak 4 kasus. Hampir keseluruhan kasus merupakan rujukan
dari medis (94,20%).
Untuk gambaran kasus eklampsi di RSUD dr. Soedarso tahun 2014 dapat
dilihat pada gambar berikut ini :
Data diolah dari Rekam medik RSUD Dr. Soedarso Tahun 2014
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa kejadian eklampsi di RSUD dr.
Soedarso masih cukup tinggi yaitu 53 pasien (1,5%). Kasus eklampsi
terbanyak terjadi pada bulan maret sebanyak 12 kasus (22,64%). Dan
keseluruhan kasus eklampsi merupakan rujukan dari fasilitas kesehatan.
13
Dari gambar 1.4 di atas dapat dilihat bahwa pada tahun 2014 penyebab
Angka kematian ibu terbesar di RSDS adalah pre eklampsi dan eklampsi
yaitu sebanyak 6 orang (27,27%). Jumlah ini lebih tinggi dari tahun 2013
dimana jumlah AKI yang disebabkan eklampsi dan pre eklampsi adalah
sebanyak 4 orang (25%) dari total seluruh AKI.
Rekomendasi :
1. Peningkatan keterampilan petugas di IGD dalam menangani pasien-
pasien dengan eklampsi.
2. Sosialisasi SPO preeklampsi berat dan eklampsi kepada petugas
medis dan paramedis terkait.
3. Petugas jaga IGD sebaiknya pernah mengikuti Pelatihan Penanganan
Gawat Darurat Obstetri Neonatal (PPGDON)
4. Ketersediaan alat-alat dan obat untuk emergensi harus selalu ada
5. Menyediakan tempat perawatan intensive di ruang ICU khusus untuk
pasien kebidanan
6. Mengingat tingginya jumlah kasus PEB dan didasarkan atas tingginya
angka mortalitas dan morbiditas yang disebabkan oleh pre eklampsi
berat maka perlu adanya ruangan High Care Unit di ruang bersalin.
19
20
18
16 13
14
12
10 Jumlah HAP
8 6 6 6
5 5 Rujukan Medis
6 3 3
4 2 Rujukan Non Medis
1 1
2 0
0
Data diolah dari Rekam medik RSUD Dr. Soedarso Tahun 2014
Data diolah dari Rekam medik RSUD Dr. Soedarso Tahun 2014
300 275
250
200
150 132 143 Jumlah SC
115
100 68 79 Rujukan Medis
64 61
48 39
50 33 Rujukan Non Medis
6 17 77
0
Data diolah dari Rekam medik RSUD Dr. Soedarso Tahun 2014
Pada tahun 2014 tercatat jumlah pasien dengan sectio sesaria adalah
sebanyak 1064 pasien (32,56%) dari total seluruh pasien yang bersalin di
RSUD dr.Soedarso.
Dari gambar 1.9 didapatkan hampir seluruh pasien seksio sesaria
merupakan pasien rujukan medis sebanyak 1034 pasien (97,18%).
Dari gambar 1.4 menunjukkan bahwa terdapat 3 kasus angka kematian
ibu yang disebabkan oleh sectio sesaria (14%) dari total seluruh AKI di
RSUD dr. Soedarso.
Rekomendasi :
1. Mengingat tingginya jumlah persalinan SC di RSDS, perlu
dipertimbangkan untuk membuat ruangan operasi yang berada di
Gedung Maternal untuk meningkatkan efektivitas dan efesiensi dari
tindakan operatif kebidanan.
2. Penyediaan sarana dan fasilitas di ruang operasi gedung maternal.
ASFEKSIA
21 (17%) 42 (34%) SEPSIS
BBLR
KELAINAN KONGENITAL
37(30%) 14 (12%) INFEKSI
TETANUS
NEONATUS ATERM
Data diolah dari Rekam medik RSUD Dr. Soedarso Tahun 2014
ANALISIS
REKOMENDASI
i. Pelaporan kematian ibu dan perinatal, kesehatan ibu laporan KIA Puskesmas
setiap bulan ke Bagian Perencanaan dan Informasi untuk selanjutnya
dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kota/ Kabupaten.
Plt. Direktur
RSUD Dr. Soedarso Pontianak Ketua Tim PONEK