Anda di halaman 1dari 6

EKOLOGI POPULASI SEMUT API (Solenopsis invicta)

Semut api biasa hidup di tanah (baik dataran rendah maupun dataran tinggi/gunung) yang memiliki
suhu sedang. Semut api dikatakan sebagai pekerja keras. Mereka dapat membangun bukit setinggi 30 cm
dan selebar 60 cm, atau menggali terowongan labirin hingga sedalam 1,5 m di bawah tanah. Di wilayah-
wilayah tertentu, semut api membangun bukit-bukit kecil hingga lebih dari 350 buah. Kemampuan makhluk
sekecil itu dapat membangun sarang yang besar tentu bergantung pada kebersamaan dan kerajinannya
Seekor semut pekerja yang baru memasuki masa dewasa menghabiskan beberapa hari pertama
untuk merawat ratu dan semut muda. Setelah itu menggali dan membuat sarang kemudian mencari makan
dan mempertahankan sarang. Perubahan tugas ini bisa terjadi dengan mendadak dan disebut dengan kasta
sementara. Semut api melakukan hal ini karena mencari makan memiliki resiko kematian yang tinggi,
sehingga semut hanya berpartisipasi jika mereka sudah cukup tua dan bagaimanapun juga lebih dekat pada
kematian. Semut memiliki tingkat pengorbanan diri yang sangat tinggi dan karenanya mereka selalu
mengundang teman mereka ke setiap sumber makanan yang ditemukan dan mereka berbagi makanan.
Semut dapat mencapai sasaran dengan mengikuti jejak ke makanan, meskipun tak ada lagi semut yang
mengajak. Berkat adanya jejak yang dibuat penjelajah dari makanan ke sarang, saat penjelajah tiba di sarang
dan melakukan tarian batu, teman-temannya mencapai sumber makanan tanpa bantuan dari si pengajak.
Jika kita menjatuhkan bongkahan makanan ke tanah, maka hewan yang pertama menjangkaunya adalah
semut. Hal ini berlaku di sebagian besar daratan tempat semut ada. Dalam hal jumlah individu dan biomassa
(berat tubuh), armada semut memang mendominasi di hampir seluruh habitat darat dunia. Siang atau
malam, pasukan semut tersebut dengan giat menjelajah daratan, sehingga mereka dapat menemukan
makanan sebelum hewan lain menemukannya.
Semut api adalah makhluk yang dapat hidup hanya dengan berkelompok. Mereka tak dapat
bertahan hidup sendirian. Ketika semut api terpisah dari kelompoknya oleh rintangan tipis, mereka mencoba
mencapai anggota lain koloninya dengan menusuk penghalang. Terjadi banyak variasi pada perilaku semut
api ketika jumlah individu dalam kelompok berubah. Ketika jumlah semut dalam sarang meningkat,
kegiatan setiap individu secara proporsional juga meningkat. Begitu semut pekerja berkelompok, mereka
berkumpul menjadi tenang dan menghabiskan energi. Hal ini menunjukkan bahwa semut api tak dapat
bertahan hidup sendirian. Makhluk kecil ini telah diciptakan dengan ciri-ciri yang memungkinkan mereka
hidup hanya dalam kelompok atau malahan hanya dalam koloni. Dan ini membuktikan betapa klaim
evolusionis mengenai proses bersosialisasi semut bertentangan dengan realitas. Seekor semut api yang
menghadapi lingkungan secara sendirian mustahil bisa bertahan hidup. Ia harus berkembang biak,
membangun sarang untuk dirinya dan larvanya, mencari makan untuk diri dan keluarganya, menjadi
penjaga pintu, menjadi prajurit, dan juga pekerja yang merawat larvanya.
Salah satu teknik terpenting semut api untuk membela diri adalah produksi racun atau asam format
dalam kantung racun di tubuh mereka. Penggunaan racun ini ampuh untuk melawan musuh. Racun mereka
bahkan dapat menyakiti manusia. Ketika menyengat, mereka menyebabkan alergi pada sebagian orang.
Asam format juga manjur untuk mengusir musuh. Semut api dapat membela diri terhadap makhluk hidup
yang berukuran besar sekalipun karena kemampuannya meninggalkan jejak. Salah satu contoh adalah
pertempuran semut api dengan capung. Semut-semut yang melihat capung dapat berkumpul berkat sistem
pelacakannya, kemudian bersama-sama menyerang dan membunuhnya. Dalam contoh lain, dengan cara
yang sama mereka mengalahkan ulat yang menyerang seekor anggota koloni, meskipun ukuran ulat ini
lebih besar dari pada ukuran mereka. Mungkin kelihatannya biasa saja apabila makhluk hidup menyerang
atau bertarung dengan makhluk lain demi mempertahankan hidup, atau demi makanan. Akan tetapi, jika
seekor hewan bekerja sama dengan hewan lain, dari spesies yang sama, untuk bersama-sama melawan
musuh, dan jika mereka mengkomunikasikan taktik perang satu sama lain, hal ini patut mendapat perhatian.
Semut api merupakan hama utama pertanian dan perkotaan, meng-hancurkan hasil panen dan menyerang
area pemukiman, baik di luar maupun di dalam ruangan. Bukan hanya itu, semut api mampu mengigit
manusia. Gigitannya amat menyakitkan seperti dibakar api, karena racun atau asam format yang diproduksi
oleh kantung racun. Gigitannya mampu menyebabkan tempat yang digigit berair, dan bagi mereka yang
mempunyai alahan, mampu menyebabkan mata dan telinga bengkak.
Prilaku Semut mencari makan
Hewan kecil ini dalam hidupnya membentuk satu kesatuan dalam koloninya. Suatu perilaku yang
penting dan menarik untuk ditinjau dari suatu koloni semut adalah perilaku mereka pada saat mencari
makan, terutama bagaimana mereka mampu menentukan rute untuk menghubungkan antara sumber
makanan dengan sarang mereka. Ketika berjalan menuju sumber makanan dan sebaliknya, semut
meninggalkan jejak berupa suatu zat yang disebut Pheromone. Semut-semut dapat mencium Pheromone,
dan ketika memilih rute yang akan dilalui, semut akan memiliki kecenderungan untuk memilih rute yang
memiliki tingkat konsentrasi Pheromone yang tinggi. Jejak Pheromone tersebut memungkinkan semut
untuk menemukan jalan kembali ke sumber makanan atau sarangnya. Seiring waktu, bagaimanapun juga
jejak Pheromone akan menguap dan akan mengurangi kekuatan daya tariknya. Lebih lama seekor semut
pulang pergi melalui suatu jalur, lebih tinggi pula jumlah Pheromone yang menguap. Sebagai
perbandingan, sebuah jalur yang pendek akan diikuti oleh semut lainnya dengan lebih cepat, dan dengan
demikian konsentrasi Pheromone akan tetap tinggi. Penguapan Pheromone juga mempunyai keuntungan
untuk mencegah konvergensi pada penyelesaian optimal secara lokal. Jika tidak ada penguapan sama sekali,
jalur yang dipilih semut pertama akan cenderung menarik secara berlebihan terhadap semut-semut yang
mengikutinya. Pada kasus yang demikian, eksplorasi ruang penyelesaian akan terbatasi. Oleh karena itu,
ketika seekor semut menemukan jalur yang bagus (jalur yang pendek) dari koloni ke sumber makanan,
semut lainnya akan mengikuti jalur tersebut, dan akhirnya semua semut akan mengikuti sebuah jalur
tunggal. Ide algoritma koloni semut adalah untuk meniru perilaku ini melalui 'semut tiruan' berjalan seputar
grafik yang menunjukkan masalah yang harus diselesaikan. Perilaku mengikuti jejak Pheromone tersebut
telah dibuktikan secara eksperimental, digunakan oleh koloni semut untuk mengetahui rute terpendek untuk
mencapai sarang atau sumber makanan berdasarkan jejak-jejak Pheromone yang ditinggalkan oleh masing-
masing semut yang ada. Berdasarkan perilaku tersebut, maka dikembangkanlah suatu algoritma untuk
menyelesaikan suatu masalah komputasi dengan menemukan jalur terbaik melalui grafik
Semut Dapat Mencium Aroma Kematian
Semut dapat mengetahui rekannya mati. Suatu teori yang menyebutkan bahwa semut dapat mengetahui
rekan semutnya mati karena semut yang telah mati tersebut melepas zat kimia yang dihasilkan oleh
pembusukan, semisalnya asam lemak. Bau zat kimia itu menjadi suatu pertanda kematian mereka bagi
koloni semut yang masih hidup. Prof. Dong-Hwan Choe menemukan hal lain dalam penelitiannya
mengenai mekanisme tersebut. Beliau meneliti semut argentina yang merupakan serangga galak yang
sangat teritorial dan menemukan bukti adanya adanya mekanisme lain di balik necrophoresis (pembuangan
anggota koloni yang mati).
Ketika seekor semut mati, teman satu sarangnya dengan segera mengevakuasi dan menyingkirkannya.
Dengan begitu, risiko koloni tersebut terinfeksi suatu wabah penyakit dapat diminimalisir. Tetapi
bagaimana mereka mengetahui rekannya sudah mati? Ada teori yang menyebutkan bahwa semut mati
melepas zat kimia yang dihasilkan oleh pembusukan, semisal asam lemak. Bau zat kimia itu menjadi
pertanda kematian mereka bagi koloni semut yang masih hidup. Kini ahli serangga yang meneliti semut
Argentine, serangga galak yang sangat teritorial, menyodorkan bukti adanya mekanisme lain di balik
necrophoresis, pembuangan anggota koloni yang mati. Beliau menyatakan bahwa semua semaut, baik hidup
maupun mati mempunyai zat kimia kematian, akan tetapi semut hidup memiliki zat kimia lain yang
diasosiasikan dengan kehidupan, yaitu zat kimia kehidupan.
Ketika seekor semut mati, maka zat kimia kehidupannya memudar atau terurai, dan hanya zat kimia
kematianlah yang tersisa. Itu karena semut mati tidak lagi tercium seperti semut hidup sehingga langsung
diangkut ke kuburan, bukan karena tubuhnya mengeluarkan zat kimia unik baru yang terbentuk setelah dia
mati seperti teori yang telah dikemukakan sebelumnya. Dengan adanya pemahaman mekanisme yang tepat
tentang necrophoresis semut, dapat membantu para peneliti mengembangkan strategi manajemen hama
yang ramah lingkungan sehingga mencapai hasil maksimal dengan jumlah insektisida lebih sedikit. Dari
studi ini memengindikasikan bahwa sesama penghuni sarang mendistribusikan insektisida yang bekerja
lambat dan non-repellent yang efisien di antara mereka lewat necrophoresis. Ketika seekor semut yang
terpapar insektisida itu mati di dalam sarang, semut lainnya akan menggotong jasadnya berkeliling, dan
insektisida pun dengan mudah tersebar dari mayat semut kepada semut sehat.
Pemberani dan rela berkorban.
Semut berani menyerang organisme lain yang mengganggu meskipun ukuran tubuhnya 100 kali lebih
besar dari mereka. Keberanian semut bisa menjadi inspirasi bagi upaya tidak takut kepada orang lain bila
kita memang benar. Kebanyakan daripada kita lebih baik diam dan tidak ikut memecahkan masalah saudara
kita yang terancam. Ada kesamaan sikap dan satu suara antar masyarakat semut, terutama ketika
menghadapi musuh. Semut mampu membunuh binatang yang fisiknya lebih besar dari mereka karena
keberanian dan kekompakannya yang luar biasa. Di lingkungan masyarakat semut tidak dikenal istilah
berselisih maupun bercerai-berai. Salah seorang ahli biologi meneliti bahwa terkadang sebagian semut
mengusulkan untuk pindah dari sarangnya, tetapi sebagian yang lain tidak setuju untuk pindah sarang.
Lantas apa yang terjadi ? Mereka akan berunding, apakah perlu pindah atau tidak tidak. Bila disepakati
untuk pindah maka mereka semua akan pindah dan bila disepakati untuk tetap tinggal, maka mereka semua
akan tetap tinggal di sarang semula. Disinilah letak keberanian dan juga kekompakan semut dalam
menentukan kesepakatan bersama. Disinilah perlu kita pelajari perilaku semut dalam mengemukakan
pendapat. Semua pendapat ditampung dan dimusyawarahkan bersama. Bila disepakati secara bersama-
sama maka harus dilaksanakan secara bersama-sama juga.
Di antara karakter semut yang sangat mengagumkan adalah sifat rela berkorban. Seekor semut rela
menyerahkan dirinya sebagai tebusan atau pengorbanan demi rekan-rekannya, berdasarkan hasil
penelitian, ketika kelompok semut menyusuri jalan, tiba-tiba di hadapan mereka ada sebuah aliran air /
sungai kecil maka mereka akan sulit berenang. Untuk bisa mennyeberangi sungai maka semut akan
menggunakan cara membentuk jaringan. Antara semut satu dengan semut lainnya saling berpegangan
sehingga akan membentuk jalinan yang sangat panjang berupa semacam tali yang melintasi sungai kecil
tersebut, sehingga bisa berfungsi sebagai jembatan darurat. Semut yang lain akan menyeberang melewati
jalinan jembatan teman-temannya sehingga berhasillah mereka semua ke seberang sungai. Inilah bukti
kerjasama semut yang sangat mengagumkan. Ada juga teknik semut yang sangat luar biasa dalam
menyeberangi sungai yaitu dengan cara menyeberangi sungai dengan cara berenang, padahal tidak sedikit
dari mereka yang tenggelam terbawa arus sungai, tetapi dengan segala daya dan upaya mereka berusaha
keras menyeberangi sungai. Sungguh ini menjadi pelajaran kepada kita bahwa semut sangat luar biasa jiwa
tolong menolongnya.
Penyamaran
Ketika dua ekor semut bertemu, ia melakukan gerakan tertentu, yaitu menyentuh kawannya dengan
antena serta mencium feromonnya. Kemudian, kedua semut melanjutkan perjalanan. Mereka melakukan
gerakan ini untuk saling mengenali dan untuk melindungi diri dari makhluk asing
Semut pekerja melakukan hal yang sama ketika bertemu serangga yang tinggal di sarang mereka.
Kadang-kadang mereka menyadari bahwa serangga yang ditemuinya bukan dari golongan mereka dan
mengusirnya keluar sarang. Akan tetapi, kadang-kadang mereka memperlakukan serangga lain seolah-olah
ia juga seekor semut. Biasanya semut menerima serangga asing seperti ini jika serangga tersebut mampu
menyamar secara kimiawi. Dapat dipastikan bahwa serangga menyamar secara kimiawi, karena semut
terbukti mengusir serangga lain yang berbeda secara kimiawi, meskipun bentuk fisiknya mirip dengan
mereka. Namun, parasit tertentu yang sama sekali tidak mirip dengan semut diterima sebagai warga sarang
semut. Sulit dijelaskan bagaimana spesies-spesies serangga belajar meniru ciri khas kimiawi semut. Hal ini
hanya dapat dimengerti apabila serangga ini memang dirancang untuk memiliki feromon yang mirip dengan
semut.
Perang antar koloni
Salah satu penyebab terpenting terjadinya perang antar-koloni adalah sulitnya berbagi sumber
makanan. Dalam perang semacam ini, spesies semut yang pertama kali menemukan makanan biasanya
menang. Hal ini karena koloni semut yang menemukan makanan tersebut mengelilingi makanannya,
sehingga koloni lain tidak bisa mencapai makanan itu. Mereka juga meninggalkan bau di sekitarnya,
sehingga anggota koloni lain tidak dapat menemukan makanan itu melalui penciuman. Sementara beberapa
semut pekerja yang paling dahulu sampai di sumber makanan melaksanakan operasi blokade, beberapa
anggota koloni tidak langsung ikut berperang. Mereka kembali ke sarang sambil meninggalkan jejak bau
sepanjang perjalanan. Ketika mereka tiba di sarang, mereka memberi tahu anggota sarang lainnya, dengan
cara menggerakkan tubuh maju-mundur dan menyentuh antena semut lainnya dengan antenanya sendiri.
Dengan taktik cerdik ini, mereka mengumpulkan pasukan tambahan untuk membantu para penjaga. Selain
blokade biasa yang dilaksanakan pada siang hari, semut men-jadi sangat agresif pada masa paceklik sampai-
sampai saling membunuh. Sebuah koloni semut dapat memusnahkan koloni lain dalam waktu 10-14 hari.
Penyebab perang lain adalah ketika suatu koloni memasuki wilayah kekuasaan koloni lain. Semut menandai
koloni mereka dengan feromon.
EKOLOGI POPULASI SEMUT API (Solenopsis invicta)

DISUSUN OLEH:
NAMA : MUTIARA ULFA F1D014016
DOSEN PENGAMPU : Dra. Novia Duya . Msi

JURUSAN BIOLGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
2017

Anda mungkin juga menyukai