Anda di halaman 1dari 13

PANDUAN PEMBERIAN INFORMASI DAN EDUKASI

PENYULUHAN KESEHATAN

2016

Rumah Sakit Bedah Surabaya


Jl. Raya Manyar no. 9 Surabaya
Phone 031-5999339, 5999369
Fax 031-5995284
www.rsbs.co.id
Email sekretariat@rsbedah-sby.com
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT BEDAH SURABAYA
NOMOR : /KEP/DIR/II/2016

TENTANG

PANDUAN PEMBERIAN INFORMASI DAN EDUKASI


PENYULUHAN KESEHATAN

DIREKTUR RUMAH SAKIT BEDAH SURABAYA

Menimbang : 1. Bahwa promosi kesehatan di rumah sakit adalah upaya rumah sakit untuk
dapat meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh,
untuk, dan bersama masyarakat agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta
mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat sesuai sosial
budaya setempat dan didukung kebijakan yang berwawasan kesehatan;
2. Bahwa tujuan pelaksanaan promosi kesehatan adalah membantu pasien dan
keluarga pasien dalam proses penyembuhan dan pencegahan penyakit dalam
meningkatkan aksesibilitas layanan kesehatan serta meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat;
3. Bahwa untuk pelaksanaan butir 1 (satu) dan 2 (dua) tersebut di atas perlu
ditetapkan dengan Keputusan Direktur.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit;
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1426 Tahun 2006
tentang Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit;
4. Akta Notaris Yahya Abdullah Waber, S.H. nomor 3 tanggal 24 Juni 2008
yang disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI nomor : AHU
05560.AH.01.01 tgl 27/02/2009 tentang Pendirian Perusahaan PT Besturi
Delta Medika dan terakhir dirubah dengan Akta nomor 14 tanggal 28 Oktober
2013 dihadapan Notaris Yahya Abdullah Waber, S.H.;
5. Surat Keputusan Direktur PT. Besturi Delta Medika No. 035A/BDM/X/2015
tanggal 9 Oktober 2015 tentang Pengangkatan Direktur Rumah Sakit Bedah
Surabaya;
6. Keputusan Direktur Utama PT Besturi Delta Medika No.
028A/BDM/VIII/2015 tanggal 1 Agustus 2015 tentang Struktur Organisasi
Rumah Sakit Bedah Surabaya.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PANDUAN PEMBERIAN INFORMASI DAN EDUKASI PENYULUHAN


KESEHATAN :

KESATU : Memberlakukan Pedoman Pengorganisasian Tim Promosi Kesehatan Rumah


Sakit sebagaimana terlampir dalam Surat Keputusan Direktur ini;

KEDUA : Apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan / kekurangan dalam penetapan


keputusan ini, maka akan diadakan perubahan dan perbaikan sebagaimana
mestinya;

KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditandatangani.

Ditetapkan di : Surabaya
Pada tanggal : Februari 2016
RUMAH SAKIT BEDAH SURABAYA
DIREKTUR

WIDORINI SUNARYO, dr., MARS


LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT BEDAH SURABAYA
NOMOR : /KEP/DIR/II/2016
TANGGAL : Februari 2016

DAFTAR ISI

Halaman Judul
Daftar Isi ....................................................................................................................................... 1
BAB I : DEFINISI ........................................................................................................................ 2
BAB II : RUANG LINGKUP ...................................................................................................... 3
BAB III : TATA LAKSANA ....................................................................................................... 4
BAB IV : DOKUMENTASI ........................................................................................................ 9
BAB V : PENUTUP ..................................................................................................................... 10

Panduan Pemberian Informasi dan Edukasi Penyuluhan Kesehatan 1


LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT BEDAH SURABAYA
NOMOR : /KEP/DIR/II/2016
TANGGAL : Februari 2016

PANDUAN PEMBERIAN INFORMASI DAN EDUKASI


PENYULUHAN KESEHATAN

BAB I
DEFINISI

Pendidikan pasien dan keluarga adalah upaya dari Rumah Sakit untuk meningkatkan
kemampuan pasien dan keluarga dengan harapan agar pasien dapat mandiri dalam mempercepat
kesembuhannya dengan cara ikut berpartisipasi lebih baik dalam asuhan yang diberikan dan mendapat
informasi dalam mengambil keputusan tentang asuhannya. Rumah Sakit mendidik pasien dan
keluarganya tidak hanya tentang pengetahuan yang diperlukan selama proses asuhan, namun juga
pengetahuan yang dibutuhkan setelah pasien dipulangkan.

Panduan Pemberian Informasi dan Edukasi Penyuluhan Kesehatan 2


BAB II
RUANG LINGKUP

Pemberian pendidikan dan edukasi kepada pasien dan keluarga dilaksanakan seiring dengan
pelayanan yang diberikan. Untuk saat ini kegiatan pemberian Informasi dan Edukasi hanya dilakukan
pada pasien/keluarga yang sedang mendapatkan pelayanan di ruang rawat inap dan ruang Intensive.

Panduan Pemberian Informasi dan Edukasi Penyuluhan Kesehatan 3


BAB III
TATA LAKSAANA

3.1 Tahap Assesmen


Semua pasien baru rawat inap sebelum diberikan edukasi, harus terlebih dahulu
dilakukan assesmen baik oleh dokter maupun perawat/bidan yang bertugas di ruangan.
Penentuan kebutuhan edukasi pasien dilakukan oleh dokter dan perawat/bidan. Adapun dasar
penentuan kebutuhan edukasi pasien adalah hasil dari assesmen Pengkajian awal medis rawat
inap dan Pengkajian awal keperawatan rawat inap. Untuk pengkajian/assesmen kemampuan
dan kemauan pasien dilakukan oleh perawat/bidan. Adapun penilain kemampuan dan
kemauan berdasarkan:
1. Penilaian terhadap keyakinan dan nilai-nilai pasien dan keluarga
Pada tahap ini yang dinilai adalah bagaimana pantangan yang diyakini pasien,
bagaimana budaya yang diyakini pasien, apakah pasien merupakan orang yang vegetarian
dan sejauh mana keyakinan tersebut. Disamping kondisi diatas, petugas juga bisa
memperoleh informasi yang lainnya terkait keyakinan dan nilai-nilai pasien. Dengan
semakin detilnya informasi yang diberikan, maka akan memudahkan bagi edukator untuk
melakukan edukasi.
2. Penilaian Kemampuan membaca, tingkat pendidikan dan bahasa yang digunakan
Pada tahap ini, harus ditanyakan tingkat pendidikan pasien karena dengan
diketahuinya tingkat pendidikan maka secara tidak langsung akan diketahui juga
kemampuan membaca dari pasien tersebut. Bahasa yang digunakan sehari-hari juga harus
ditanyakan karena akan menjadi pertimbangan bagi edukator dalam memberikan edukasi
3. Hambatan emosional dan motivasi
Petugas juga harus menilai bagaimana emosi dari pasien saat dilakukan assesmen,
karena hal ini akan mempengaruhi edukator saat akan memberikan edukasi. Apabila
respon emosinya marah/tegang, maka sebaiknya rencana pemberian edukasi ditunda
terlebih dahulu hingga kondisi emosional pasien stabil. Hambatan emosional ini benar-
benar harus diperhatikan oleh petugas, karena sangat memberikan pengaruh apakah
edukasi yang diberikan itu nantinya dapat diterima atau justru ditolak oleh pasien. Adapun
yang dinilai adalah apakah pasien saat assesmen nampak cemas, marah/tegang, gelisah,
mudah tersinggung, sedih, rendah diri, senang atau tenang
4. Keterbatasan fisik dan kognitif
Hambatan belajar yang dinilai adalah gangguan pendengaran, kesulitan bicara,
gangguan penglihatan, hilang memori dan tidak bisa membaca. Kondisi ini harus dinilai
sehingga menjadi bahan pertimbangan bagi edukator dalam menentukan metoda yang
digunakan saat melakukan edukasi
5. Kesediaan pasien untuk menerima informasi
Kesediaan pasien dalam menerima informasi merupakan hal yang wajib dinilai,
karena apabila pasien tidak bersedia menerima informasi, maka edukator tidak boleh
memberikan edukasi dan harus melakukan penilaian lagi pada hari-hari berikutnya untuk
mengetahui emosi dari pasien tersebut. Edukasi akan diberikan apabila pasien sudah siap
dan bersedia menerima informasi.

Setelah dilakukan penilaian, maka dokter dan perawat/bidan harus menentukan kebutuhan
edukasi dari pasien tersebut yang untuk selanjutnya apabila membutuhkan kolaborasi dengan
tim lainnya akan ditindak lanjuti oleh perawat yang bertanggung jawab terhadap diri poasien
tersebut.

Panduan Pemberian Informasi dan Edukasi Penyuluhan Kesehatan 4


Assesmen/pengkajian kebutuhan pendidikan pasien dan keluarga harus
didokumentasikan dalam berkas rekam medik. Dimana lembar pengkajian ini merupakan
satu kesatuan dengan berkas Rekam Medik.

3.2 Cara Penyampaian Informasi dan Edukasi yang Efektif


Setelah diketahui kebutuhan edukasi dari pasien tersebut, maka edukator akan menyiapkan
materi yang dibutuhkan.
1. Pasien dalam kondisi baik semua dan emosionalnya senang, maka proses komunikasinya
akan berjalan dengan mudah. Pasien pada kondisi ini akan siap untuk dilakukan edukasi.
2. Jika pada tahap pengkajian bahasa ditemukan hambatan dalam penggunaan bahasa, maka
perawat penanggung jawab ruangan menghubungi penterjemah yang dibutuhkan.
3. Jika pada tahap assesmen ditemukan hambatan belajar (gangguan pendengaran, kesulitan
bicara) maka perawat penanggung jawab ruangan menghubungi penterjemah bahasa
isyarat untuk memperlancar proses edukasi. Sedangkan untuk pasien/keluarga dengan
gangguan penglihatan, hilang memori, tak bisa membaca, maka edukasi yang dilakukan
adalah memberikan penjelasan secara lisan serta memberikan leaflet kepada keluarga
sesuai peraturan yang berlaku.
4. Jika pada tahap assesmen ditemukan hambatan emosional (marah, gelisah) maka edukasi
yang dilakukan adalah memberikan materi edukasi kepada keluarga pasien sesuai
peraturan yang berlaku serta menyarankan pasien membaca leaflet. Apabila pasien
kurang memahami tentang materi edukasi, maka bisa menanyakan kembali kepada
edukator sesuai materi yang tidak dimengerti.

3.3 Cara Kolaborasi dengan Edukator


Setelah dilakukan assesmen dan telah diketemukan kebutuhan edukasi dari pasien, maka
dokter dan perawat/bidan akan menuliskan kebutuhan edukasi pasien pada lembar Pengkajian
Kebutuhan Pendidikan Pasien dan Keluarga di berkas Rekam Medik. Selanjutnya perawat
ruangan yang bersangkutan akan menghubungi edukator sesuai kebutuhan edukasi yang telah
dituliskan oleh dokter dan perawat/bidan . Pada saat menghubungi edukator tersebut, perawat
juga akan menginformasikan hasil dari Pengkajian Kemampuan dan Kemauan Pasien Dalam
Pemberian Edukasi sebagai bahan pertimbangan bagi edukator dalam memberikan edukasi.
Setelah melakukan edukasi, edukator wajib mengisi Formulir Pendidikan Pasien Dan
Keluarga Terintegrasi yang terdiri dari :
1. Jenis Pendidikan yang telah diberikan
2. Metode yang digunakan saat melakukan edukasi
3. Tanggal, jam dan durasi saat melakukan edukasi
4. Evaluasi Respon setelah melakukan edukasi
5. Membubuhkan Tanda Tangan baik Edukator maupun pasien/keluarga

3.4 Materi
Materi edukasi adalah matei materi kasus penyakit terbanyak rawat inap untuk masing-
masing SMF serta kasus-kasus yang telah menggunakan clinical Pathway. Materi tersebut
telah dilengkapi dengan leaflet yang bisa dibawakan setelah dilakukan edukasi.

3.5 Cara Verifikasi


Sebelum mengakhiri pemberian edukasi dan informasi, maka edukator harus melakukan
verifiksi apakah pasien dan keluarga menerima serta memahami edukasi yang telah
diberikan :

Panduan Pemberian Informasi dan Edukasi Penyuluhan Kesehatan 5


1. Apabila selama pemberian informasi dan edukasi kondisi pasien baik dan senang, maka
verifikasi yang dilakukan dengan cara meminta pasien dan keluarga mengulang kembali
penjelasan secara singkat, menunjukkan dan mendemonstrasikan.
2. Apabila ditemukan hambatan belajar (gangguan pendengaran, kesulitan bicara, gangguan
penglihatan, hilang memori, tak bisa membaca) maka verifikasinya adalah dengan pihak
keluarga dengan cara meminta pasien dan keluarga mengulang kembali penjelasan secara
singkat, menunjukkan dan mendemonstrasikan.
3. Apabila ditemukan hambatan emosional (marah, gelisah) maka verifikasinya adalah
dengan menanyakan kembali sejauh mana pasien mengerti tentang materi edukasi yang
telah dibaca, dimana proses verifikasi ini bisa dilakukan dengan cara datang kembali ke
kamar pasien apabila pasien telah tenang.

3.6 Pelaksanaan Edukasi


Edukasi kepada pasien/keluarga dilakukan secara kolaborasi antara tenaga kesehatan
profesional yang telah mendapatkan pelatihan dan sosialisasi pendidikan kesehatan serta
memiliki kemampuan komunikasi yang baik yaitu dari Dokter, Perawat/Bidan, Ahli Gizi,
Apoteker/Asisten Apoteker, Rehabilitasi Medik maupun Tim Manajemen Nyeri.

3.7 Metode Edukasi


Dalam melaksanakan edukasi, maka edukator harus dapat memilih dan menggunakan metode
yang relevan sesuai kondisi setempat, karena tidak ada satupun metode yang dapat disebut
paling baik dan tidak ada satupun metode yang dapat berdiri sendiri. Adapun metode yang
digunakan bisa secara: audio visual, demonstrasi, ceramah, alat peraga, gambar/
leaflet/poster/lembar balik maupun konseling
1. Metode Ceramah
Dilakukan pada beberapa pasien/keluarga pasien (kelompok) yang perlu mendapatkan
penjelasan yang sama. Untuk memperjelas sebaiknya disertai dengan demonstrasi atau
dengan gambar/foto, metode ini dapat diterima orang yang tidak dapat membaca serta
dalam waktu yang singkat dapat disampaikan sejumlah pengetahuan
2. Audio visual
Media ini ditempatkan di ruang tunggu pasien rawat jalan dan dibeberapa tempat
perawatan.
3. Leaflet/ Gambar
Jenis media ini diletakkan di tempat-tempat yang mudah dijangkau pasien serta ditempat
perawatan. Untuk edukasi kepada pasien/keluarga, leaflet ini juga akan diberikan sebagai
bahan bacaan.
4. Demonstrasi
Penyajian materi edukasi dengan cara memperlihatkan bagaimana melakukan suatu
tindakan atau bagaimana memakai suatu prosedur dengan disertai keterangan secara lisan,
gambar atau ilustrasi lain. Demonstrasi ini bisa dilakukan saat melakukan edukasi baik
secara individu maupun secara kelompok.
5. Konseling
Dengan cara memberikan edukasi secara lebih privasi, dimana baik pasien dan keluarga
bisa melakukan tanya jawab terkait penyakit/masalah kesehatan yang dialaminya.

Panduan Pemberian Informasi dan Edukasi Penyuluhan Kesehatan 6


3.8 Tempat Pelaksanaan Edukasi
Pada saat melakukan edukasi sebaiknya dilakukan di tempat khusus utamanya untuk kegiatan
edukasi yang personal/individu karena sifatnya lebih privacy. Sedangkan untuk kegiatan
edukasi yang kelompok bisa dilakukan di temapt yang agak terbuka karena bersifat umum.
1. Tempat pelaksanaan edukasi Individu
Tempat pelaksanaan edukasi dilakukan di masing-masing unit rawat inap. Bisa berupa
Bed Site Counseling maupun di ruang konseling yang berada di masing-masing unit,
tergantung sifat privacy dari jenis edukasi yang akan disampaikan.
Edukasi tentang gizi dan farmasi juga dilakukan di masing-masing unit rawat inap,
dimana petugas gizi dan farmasi datang ke unit tersebut untuk memberikan edukasi baik
terkait masalah diit maupun obat yang dikonsumsi.
Edukasi tentang Rehabilitasi Medik bisa dilakukan di unit pasien dirawat atau bisa juga
dilakukan di unit Rehabilitasi Medik tergantung materi edukasi yang akan diberikan.
2. Tempat pelaksanaan edukasi Kelompok
a. Pasien/keluarga yang sedang rawat inap dengan kasus yang sama, dimana mereka
akan diberikan edukasi dengan materi yang sama pula. Untuk kegiatan edukasi
tersebut, maka akan dilaksanakan di tempat yang agak luas ( ruang tunggu) yang ada
di dalam unit tersebut. Pada saat ini belum semua unit rawat inap yang ada di RSUD
Kabupaten Jombang telah memiliki ruang tunggu karena keterbatasan tempat, namun
hal ini tetap bisa dilakukan di unit-unit tertentu.
b. Kegiatan pemberian pendidikan dan edukasi pada kelompok rawat jalan, dilaksanakan
di ruang tunggu rawat jalan yaitu pada pagi hari sambil menunggu giliran dilakukan
pemeriksaan di poliklinik. Kegiatan ini telah dijadwalkan oleh tim PKRS yang ada.

3.9 Pelaksanaan Edukasi


1. Semua pasien yang baru masuk ke ruang rawat inap harus dilakukan pengkajian awal
oleh Dokter dan perawat/bidan untuk mengetahui kebutuhan edukasi.
2. Edukasi dan informasi yang diberikan bersifat kolaboratif dimana pemberi edukasi
kepada pasien terdiri dari beberapa disiplin ilmu yaitu medis, keperawatan, farmasi, gizi
maupun fisoterapi . Hal ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa informasi dan edukasi
yang diberikan kepada pasien akan bersifat holistik.
3. Pemberian edukasi kepada pasien harus didokumentasikan di berkas rekam medis pada
Formulir Pendidikan Pasien dan Keluarga Terintegrasi.
4. Sebelum mengakhiri pemberian Edukasi kepada pasien, Edukator harus melakukan
verifikasi dan memastikan bahwa pasien dan keluarga menerima dan memahami edukasi
yang telah diberikan.
5. Pasien yang sudah diperbolehkan pulang oleh DPJP, maka pemberian edukasi bisa
dilanjutkan di komunitas yang telah bekerjasama (MOU) dengan RS Bedah Surabaya.

3.10 Sarana Edukasi


Sarana penunjang dalam melaksanakan edukasi untuk menunjang keberhasilan
penyampaian informasi dan edukasi kepada pasien adalah
1. Leaflet
2. Poster
3. Lembar balik
4. LCD
5. Video

Panduan Pemberian Informasi dan Edukasi Penyuluhan Kesehatan 7


BAB IV
DOKUMENTASI

Dokumen dari kegiatan berupa :


1. Lembar Assesmen yang ada di dalam berkas RM
2. Lembar Pelaksanaan Edukasi di dalam berkas RM
3. Materi Edukasi dan Informasi
4. Leaflet Edukasi dan Informasi
5. Standar Operasional Prosedur (SOP)

Panduan Pemberian Informasi dan Edukasi Penyuluhan Kesehatan 8


BAB V
PENUTUP

Panduan pemberian informasi dan edukasi penyuluhan kesehatan ini dibuat dan ditetapkan
sebagai panduan di Rumah Sakit Bedah Surabaya dalam memberikan pelayanan. Bilamana ada
perkembangan dan perbaikan terhadap panduan ini maka dapat dilakukan koreksi demi kemajuan
pelayanan di Rumah Sakit Bedah Surabaya.

Ditetapkan di : Surabaya
Pada tanggal : Februari 2016
RUMAH SAKIT BEDAH SURABAYA
DIREKTUR

WIDORINI SUNARYO, dr., MARS

Panduan Pemberian Informasi dan Edukasi Penyuluhan Kesehatan 9


TIM PERUMUS
PANDUAN PEMBERIAN INFORMASI DAN EDUKASI PENYULUHAN KESEHATAN

Ketua Tim PPK

Sekretaris Tim PPK Anggota Tim PPK Anggota Tim PPK

Panduan Pemberian Informasi dan Edukasi Penyuluhan Kesehatan 10

Anda mungkin juga menyukai