Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejalan dengan semangat ICPD 1994 di Cairo, pendekatan pelayanan kontrasepsi di


Indonesia memegang teguh prinsip-prinsip hak asasi manusia. Prinsip-prinsip ini diterjemahkan
dengan memberikan kebebasan yang bertanggung jawab bagi pasangan untuk menentukan
jumlah, penjarangan dan pembatasan kehamilan serta informasi dan cara untuk memenuhi hak-
hak reproduksinya tersebut. Tersedianya berbagai pilihan alat dan obat kontrasepsi di titik-titik
layanan dengan informasi yang lengkap adalah wajib untuk di penuhi dan merupakan tantangan
pemerintah saat ini. Melalui pertemuan tingkat tinggi tentang keluarga berencana yang di
laksanakan di London pada tanggal 11 juli 2012, kiomunitas international melaui family planning
2020 (FP 2020) sepakat untuk merevitalisasi komitmen global untuk keluarga berencana dan
perluasan akses pelayanan kontrasepsi; memperbaiki akses dan distribusi alat dan obat
kontrasepsi serta mengatasi/mengurangi hambatan yang di temui. Selain itu melalui pertemuan
FP 2020 diharapkan dapat meningkatkan komitmen dari berbagai Negara, development
parthner, organisasi international, civilsociety organizations, serta sector swasta untuk
berkontribusi dalam pendanaan program KB secara global dan pengembangan kebijakan dan
strategi di masing-masing Negara untuk mengurangi hambatan terhadap pelayanan KB.

Tujuan FP 2020 sejalan dengan target ke-5 (lima) millennium development goas (MDGs)
adalah untuk meningkatkan kesehatan ibu. AKI merupakan salah satu indicator untuk menilai
tidak saja derajat kesehatan perempuan tetapi juga derajat kesejahteraan perempuan. Hasil
SDKI 2012 menunjukan AKI sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup.

Selain pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, penurunan kematian ibu


dipengaruhi juga oleh keberhasilan pencapaian universal akses kesehatan reproduksi lainnya
yang kemudian tertuang dalam MDG 5b dengan indicator yaitu: CPR, ASFR atau angka kelahiran
pada remaja 15-19 tahun, ANC dan Unmet Need pelayanan KB. Situasi program keluarga
berencana tidak mengalami banyank kemajuan yang signifikan yang ditunjukan dengan: 1) CPR
cara modern hanya naik 0,5% dari 57,4% menjadi 57,9%; 2) Unmet Need hanya menurun 0,6%
dari 9,1% menjadi 8,5%l; 3) Angka kelahiran pada remaja 15-19 tahunhanya mengalami sedikit
penurunan dari 51 per 1000 perempuan usia 15-19 tahun. Hal ini berdampak pada stagnannya
Total Fertility Rate (TFR) dalam 10 tahun terakhir di angka 2,6 dan masih tingginya angaka
kematian ibu (SDKI 2012).

Berdasarkan risfaskes tahun 2011, presentase puskesmas yang memiliki asupan sumber
daya lengkap untuk program kb secara nasional hanya 32,2%. Sebagian besar puskesmas
(97,5%) telah melaksanakan kegiatan pelayanan KB sebesar 98,3%, mempunyai tenaga
kesehatan terlatih KB sebesar 58%, mempunyai pedoman masih 58% dan terlaksananya
bimbingan evaluasi terkait KB.

Menurut undang-undang republik Indonesia nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan


pasal 78, pemerintah bertanggung jawab dan menjamin ketrsediaan, tenaga, fasilitas pelayanan,
alat dan obat dalam memberikan pelayanan KB yang aman, bermutu dan terjangkau oleh
masyarakat. Sejalan dengan hal tersebut pada undang-undang Republik Indonesia No 52 tahun
2009, pasal 1 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga menyebutkan
bahwa KB adalah upaya mengatur kelahiran anak, jaerak dan usia ideal melahirkan, mengatur
kehamilan, melaui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak-hak reproduksi untuk
mewujudkan keluarga berkualitas.

Dalam rangka penguatan dan pencapaian tujuan pelayanan KB, maka dukungan
manajemen pelayanan KB menjadi sangat penting, mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
sampai dengan pemantauan dan evaluasi. Dalam program KB ini terdapat dua
kementrian/lembaga yang memegang peranan penting yaitu kementrian kesehatan dan BKKBN.
Koordinasi yang baik dan berkesinambungan antara BKKBN dan kementrian kesehatan beserta
jajaran di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota dalam manajemen pelayanan KB menjadi
hal yang sangat penting. Dengan manajeman pelayanan yang baik, diharapkan, dapat
meningkatkan ketersediaan (availability), keterjangkauan (accessibility), penerimaan
(acceptability), dan kualitas pelayanan (quality).

Sejak 1 januari 2014 telah dilaksanakan jaminan kesehatan nasional (JKN) sebagai
pemenuhan amanat undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2004 tentang system
jaminan social nasional (SJSM) kemudian melalui peraturan presiden Nomor 12 tahun 2013
tentang jaminan kesehatan menyetakan bahwa pelayanan kb termasuk dalam manfaat
pelayanan promotif dan prefentif. Manfaat pelayanan KB yang di jamin meliputi konseling,
kontrasepsi dasar, vasektomi dan tubektomi, dengan pembiayaannya di atur dalam permenkes
Nomor 59 tahun 2014 tentang standar tarif pelayanan kesehatan dalam penyelenggaraan
jaminan kesehatan. Pelayanan yang di maksud di selengagarakan bekerja sama dengan lembaga
yang membidangi KB, dalam hal ini BKKBN. Mengacu pada permenkes Nomor 71 tahun 2013
tentang pelayanan kesehatan meliputi semua fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan
BPJS kesehatn berupa fasilitas kesehatan tingkat pertamam (FKTP) dan fasilitas kesehatan
rujukan tingkat lanjutan (FKRTL). Dengan JKM diharapkan dapat mendukung peningkatan dan
percepatan pencapaian target kesehatan ibu.

Salah satu tantangan dalam pelayanan KB adalah belum optimalnya ketersediaan,


keterjangkauan dan kualitas pelayanan KB. Oleh karna itu dibutuhkan pedoman sebagai acuan
dalam membarikan pelayanan KB yang berkualitas. Buku pedoman manajemen pelayanan
Keluarga Berencana ini merupakan revisi pedoman manajemen pelayanan KB (2009). Revisi
ini dilakukan mengingat banyaknya perkembangan kebijakan dan strategi program KB yang
mempengaruhi manajemen pelayanan KB.
B. Tujuan
a. Umum:
Meningkatkan kemampuan pengelola program KIA/KB dalam hal manajemen pelayanan
KB sebagai upaya mendukung percepatan penurunan angka kematian ibu dan angka
kematian bayi.
b. Khusus:
1. Meningkatkan kemampuan pengelola program KIA/KB dalam pengorganisasian
pelayanan KB.
2. Meningkatkan kemampuan pengelola program KIA/KB dalam perencanaan
pelayanan KB.
3. Meningkatkan kemampuan pengelola program KIA/KB dalam pelaksanaan
pelayanan KB.
4. Meningkatakan kemampuan pengelola KIA/KB dalam pemantuan dan evaluasi
pelayanan KB.

C. Manfaat dan sasaran


Pedoman manajemen pelayanan KB menjadi acuan untuk meningkatkan kemempuan
manajememen pengelola program KIA/KB bagi:
Pengelola program KB di setiap tingkat administrasi (pusat, provinsi, kabupaten/kota)
Petugas kesehatan di puskesmas beserta jaringa dan jejaringnya
Mitra kerja lainnya

D. Ruang lingkup
Ruang lingkup penyusunan pedoman manajemen pelayanan KB meliputi: pengorganisasian,
perencanaan dan adfokasi, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dan pelayanan KB.

E. Landasan hUkum
1. Undang undang republic Indonesia nomor 40 tahun 2004 tentang system jaminan social
nasional
2. Undang republic Indonesia nomor 17 tahun 2007 tentang rencana pembangunan jangka
panjang nasional tahun 2005-2025.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
4. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.
6. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggaraan
Jaminan Sosial
7. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota
9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2009 tentangPekerjaan
Kefarmasian
10. Pereturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 tahun 2014 tentangSistim Informasi
Kesehatan
11. Pereturan Pemerintah Republik Indonesia Indonesia Nomor 61 Tahun 2014 tentang
Kesehatan Republik
12. Pereturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RencanaPembangunan Jangka Menengah
Nasional
13. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional
14. Pereturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang jaminan Kesehatan
15. Peraturan Presiden Nomor 111 TAhun 2013 tentang perubahan Atas peraturan Presiden
Nomor 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan
16. Peraturan mentri Kesehatan Nomor 290 Tahun 2008 tentang Persetujuan Tindakan
Kedokteran
17. Pereturan Mentri Kesehatan 1464/PER/X/ 2010 tentang Ijin dan Penyelenggaraaan Praktik
Bidan
18. Peratuaran Mentri Kesehatan Nomor 6 Tahun 2013 tentang Kriteria Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Terpencil, Sangat dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang tidak Diminati
19. Peraturan Mentri Kesehatan RI Nomor 71 tahun 2013 tentang pelayanan kesehatan pada
Jaminan Kesehatan Nasional
20. Peraturan Mentru Kesehatan Nomor 19 tahun 2014 tentang penggunaan Dana Kapitasi
Jaminan Kesehatan Nasional Untuk jasa pelayanan Kesehatan dan dukungan Biaya
Oprasionan Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik pemerintah daerah
21. Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 28 tahun tentangPedoman Pelaksanaan Program
Jaminan Kesehatan Nasional
22. Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan perijinan RS
23. Peraturan Mentri Keshatan Nomor 59 tahun 2014 tentang standar Tarif Pelayanan
Kesehatan dalam Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan
24. Pereturan Mentri Kesehatan Nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
25. Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.03.01/160/I/2010 tentang
Rencana Strategis tahun 2010-2014
26. Peraturan kepala BKKBN 143/HK-010/B5/2009 tentang Pedoman Jaminan dan Pelayanan
Keluarga Berencana.
27. Peraturan Kepal;a BKKBN Nomor 249/PER/E1/2011 tentang Kebijakan Penyediaan Alat dan
Obat Kontrasepsi dalam Program Kependudukan dan Keluarga Berencana
28. Pereturan Kepala BKKBN Nomor 281/PER/B4/2011 tentang Petunjuk teknis Motoring
Evaluasi Penerapan dan Pencapaian Standar pelayanan Minimal (SPM) Bidang Keluarga
Berencana dan Keluarga Sejahtera Di Kab/Kota
29. Pereturan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Nomor
120/PER/G4/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pencatatan dan Pelaporan Program
Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga.
Pengertian dan Batasan Operasional
1.
Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
adalah setiap orang, termasuk orang asing
yang bekerja paling singkat 6 bulan di Indonesia yang telah membayar iuran.
2.
Pelayanan Keluarga Berencana
adalah pelayanan dalam upaya mengatur kelahiran
anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan,
dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas
melalui pemberian pelayanan Keluarga Berencana (KB) termasuk penanganan efek
samping dan komplikasi bagi peserta JKN.
3.
Kesehatan Reproduksi
adalah suatu keadaan sehat baik secara
fi
sik, mental dan sosial
serta bukan semata-mata terbebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek
yang berhubungan dengan sistem fungsi dan proses reproduksi
.
Pelayanan Keluarga Berencana bergerak (
mobile
)
adalah pelayanan KB yang
dilaksanakan di suatu daerah yang belum tersedia fasilitas kesehatan yang memenuhi
syarat dan ditetapkan oleh Dinas Kesehatan setempat atas pertimbangan BPJS Kesehatan,
asosiasi fasilitas kesehatan dan lembaga yang membidangi Keluarga Berencana.
5.
Penerima Bantuan Iuran (PBI)
adalah fakir miskin dan orang tidak mampu sebagai
peserta program Jaminan Kesehatan Nasional.
6.
Kontrasepsi dasar
adalah jenis, metode alat dan obat kontrasepsi yang diberikan di
fasilitas kesehatan tingkat pertama dan atau jejaringnya yang meliputi Pil, Suntik, Kondom,
Intra Uterine Device
(IUD), dan Implan.
7.
Alat dan Obat Kontrasepsi
adalah alat dan obat kontrasepsi yang disediakan oleh
pemerintah dan atau pemerintah daerah sesuai dengan formularium nasional.
8.
Formularium Nasional
adalah daftar obat yang disusun oleh komite nasional yang
ditetapkan oleh Menteri Kesehatan, didasarkan pada bukti ilmiah mutakhir berkhasiat,
aman, dan dengan harga terjangkau yang disediakan serta digunakan sebagai acuan
penggunaan obat dalam jaminan kesehatan nasional.
9.
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)
adalah metode kontrasepsi yang masa
efektifnya relatif lama dan terdiri dari Tubektomi/Metode Operasi Wanita (MOW) dan
Vasektomi/Metode Operasi Pria (MOP); IUD/Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
dengan masa berlaku 8 (delapan) sampai 10 (sepuluh) tahun dan Implan/Alat Kontrasepsi
Bawah Kulit (AKBK) dengan masa berlaku 3 (tiga) tahun.
10.
Fasilitas Kesehatan
adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan perorangan, baik promotif, preventif,
kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/
atau Masyarakat yang telah memiliki perjanjian kerja sama dengan BPJS Kesehatan dan
teregister dalam sistem BKKBN.
11.
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
adalah fasilitas kesehatan yang termasuk
didalamnya berupa Puskesmas atau yang setara, praktik dokter, klinik pratama atau yang
setara dan rumah sakit kelas D pratama atau setara.
12.
Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan
adalah Fasilitas Kesehatan yang
termasuk didalamnya berupa klinik utama atau yang setara, rumah sakit umum dan rumah
sakit khusus.
13.
Tenaga Kesehatan
adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan,
memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang
memerlukan kewenangan didalam menjalankan pelayanan kesehatan. Dalam pedoman
ini tenaga kesehatan yang dimaksud adalah dokter, bidan, perawat dan tenaga promosi
kesehatan.
14.
Pelayanan kesehatan tingkat pertama
adalah pelayanan kesehatan perorangan yang
bersifat non spesialistik (primer) meliputi pelayanan rawat jalan dan rawat inap.
15. Rawat Jalan Tingkat Pertama adalah pelayanan kesehatan perorangan yang non
spesialistik yang dilaksanakan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama untuk keperluan
observasi, diagnosis, pengobatan dan/atau pelayanan kesehatan lainnya.
16.
Rawat Inap Tingkat Pertama
adalah pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat non
spesialistik dan dilaksanakan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama untuk keperluan
observasi, perawatan, diagnosis, pengobatan, dan/atau pelayanan medis lainnya, dimana
peserta dan/atau anggota keluarganya dirawat inap paling singkat 1 (satu) hari.
17.
Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan
adalah upaya pelayanan kesehatan
perorangan yang bersifat spesialistik atau sub spesialistik yang meliputi rawat jalan tingkat
lanjutan, rawat inap tingkat lanjutan dan rawat inap di ruang perawatan khusus.
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Keluarga Berencana
Dalam Jaminan Kesehatan Nasional
4
18.
Pelayanan kesehatan darurat medis
adalah pelayanan kesehatan yang harus diberikan
secepatnya untuk mencegah kematian, keparahan, dan/atau kecatatan sesuai dengan
kemampuan fasilitas kesehatan.
19.
Sarana medis pelayanan Keluarga Berencana (KB) MKJP
adalah sarana medis yang
menunjang pelayanan KB MKJP termasuk IUD kit, implan kit, Vasektomi Tanpa Pisau
(VTP) kit, laparoskopi,
obgyn bed
, minilap kit dan
dry sterilization
;
20.
Sarana non-medis pelayanan KB MKJP
adalah sarana non medis yang menunjang
pelayanan KB MKJP termasuk Alat Bantu Pengambilan Keputusan (ABPK) dan Buku
Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi (BP3K);
21.
Informed choice
adalah proses pemilihan metode kontrasepsi oleh klien yang didasari
pada pemahaman tentang beberapa pilihan metode KB dan hal-hal yang terkait dengan
metode yang dipilihnya;
22.
Informed consent
adalah suatu persetujuan tindakan medis tertulis yang menyatakan
kesediaan dan kesiapan klien untuk ber-KB dengan metode suntik KB, IUD, implan,
Tubektomi dan Vasektomi setelah mendapatkan
informed choice
;
23.
KIP/Konseling atau Komunikasi Inter-Personal/Konseling
adalah proses komunikasi
dua arah antara konselor dengan klien yang bertujuan untuk membantu klien dalam
mengambil keputusan secara sukarela untuk memilih dan menggunakan kontrasepsi
yang sesuai dengan kebutuhannya;
24.
Jaminan Kesehatan
adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta
memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi
kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar
iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah;
25.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang selanjutnya disingkat BPJS
Kesehatan
adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program
Jaminan Kesehatan;
26.
Fasilitas Kesehatan KB Sederhana
adalah fasilitas yang mampu memberikan pelayanan
KB yang meliputi: konseling, pemberian pil KB, suntik KB, kondom, penanggulangan efek
samping dan komplikasi sesuai dengan kemampuan fasilitas kesehatan serta upaya
rujukan. Yang termasuk dalam fasilitas kesehatan KB sederhana ini adalah fasilitas
kesehatan tingkat pertama.
27.
Fasilitas Kesehatan KB lengkap
adalah fasilitas yang mampu memberikan pelayanan
KB seperti pada fasilitas kesehatan KB sederhana ditambah dengan pemberian pelayanan
KB: pemasangan/pencabutan Implan, pemasangan/pencabutan IUD dan atau pelayanan
Vasektomi. Yang termasuk dalam fasilitas kesehatan KB lengkap ini adalah fasilitas
kesehatan tingkat pertama.
28.
Fasilitas Kesehatan KB Sempurna
adalah fasilitas yang mampu memberikan pelayanan
KB seperti pada fasilitas kesehatan KB lengkap ditambah dengan pemberian pelayanan
KB Tubektomi/MOW. Yang termasuk dalam fasilitas kesehatan KB sempurna ini adalah
fasilitas kesehatan tingkat lanjutan.
29.
Fasilitas Kesehatan KB Paripurna
adalah fasilitas yang mampu memberikan pelayanan
KB seperti pada fasilitas kesehatan KB sempurna ditambah dengan pelayanan rekanalisasi
dan penanggulangan infertilitas. Yang termasuk dalam fasilitas kesehatan KB paripurna
ini adalah fasilitas kesehatan tingkat lanjutan.

30.
Sistem Rujukan
adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur
pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik baik
vertikal maupun horizontal
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Keluarga Berencana
Dalam Jaminan Kesehatan Nasional
5
31.
Asosiasi fasilitas kesehatan
adalah asosiasi fasilitas kesehatan yang ditetapkan dalam
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 455/MENKES/SK/IX/2013 tentang asosiasi fasilitas
kesehatan yaitu: 1) Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI), 2) Asosiasi
Dinas Kesehatan Seluruh Indonesia (ADINKES), 3) Asosiasi Klinik Indonesia (ASKLIN),
4) Perhimpunan Klinik dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Indonesia (PKFI).
32.
Klinik Pratama
adalah klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik dasar.
33.
Klinik Utama
adalah klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik spesialistik atau
pelayanan medik dasar dan spesialistik.
34.
Muyan (Mobil Unit Pelayanan) KB
adalah fasilitas pelayanan KB bergerak yang
di pergunakan oleh tim pelayanan KB yang terlatih, mencakup satu unit mobil guna
mendekatkan akses pelayanan kepada masyarakat khususnya masyarakat di daerah
yang sulit atau tidak memiliki fasilitas kesehatan.
35.
Stock out
alat dan obat kontrasepsi
adalah keadaan dimana terjadi kekosongan terhadap
salah satu jenis alat dan obat kontrasepsi di fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan
BPJS Kesehatan sesuai kewenangan pelayanan KB yang dimiliki.
36.
Kredensialing
adalah suatu kegiatan Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan untuk
melakukan kuali
fi
kasi fasilitas kesehatan dan proses evaluasi untuk menyetujui atau
menolak fasilitas kesehatan apakah dapat diikat dalam kerjasama dengan BPJS yang
penilaiannya di dasarkan pada aspek administrasi, teknis pelayanan serta meliputi
peninjauan dan penyimpanan data-data fasilitas kesehatan berkaitan dengan pelayanan
profesinya yang mencakup lisensi, riwayat malpraktek, analisa pola praktek dan serti
fi
kasi.
37.
Keluarga sejahtera I (KS I)
adalah keluarga dengan kategori 1). Dapat makan 2 kali atau
lebih dalam sehari; 2). Memiliki beberapa lembar pakaian; 3). Rumah dengan kondisi ada
atap, lantai dan dinding; 4). Jika salah satu anggota keluarga ada yang sakit maka ia dapat
dibawa ke fasilitas kesehatan; 5). PUS bersedia untuk ber-KB di klinik KB; 6). Semua
anak-anak yang berumur 7-15 tahun dapat bersekolah.
38.
Keluarga Pra Sejahtera (Pra KS)
adalah keluarga yang belum memenuhi satu atau lebih
kategori dari keluarga sejahtera I

Anda mungkin juga menyukai