Anda di halaman 1dari 26

Brevet Pajak Solo

1. Berikut beberapa ketentuan yang mengatur tentang Wajib Pajak Luar Negeri, kecuali...
a. dikenakan pajak atas penghasilan yang berasal dari sumber penghasilan di Indonesia.
b. dikenakan pajak berdasarkan penghasilan bruto.
c. dikenakan tarif pajak sepadan (UU PPh Pasal 1)
d. wajib memiliki NPWP.

2. Berikut termasuk objek pajak, kecuali


a. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan.
b. bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota perusahaan komanditer yang
modalnya tidak terdiri atas saham-saham.
c. royalti.
d. keuntungan karena selisih kurs.

3. Rumus untuk menghitung Penghasilan Kena Pajak PPh Orang Pribadi adalah sebagai
berikut...
a. Penghasilan Neto - PTKP = Penghasilan Kena Pajak.
b. Omzet - PTKP = Penghasilan Kena Pajak.
c. Omzet x Norma Penghitungan Penghasilan Neto = Penghasilan Kena Pajak.
d. Omzet - HPP - Semua Biaya = Penghasilan Kena Pajak.

4. Berikut rumus untuk menghitung Penghasilan Neto PPh Orang Pribadi, kecuali...
a. Omzet x Norma Penghitungan - PTKP = Penghasilan Neto.
b. Omzet x Norma Penghitungan = Penghasilan Neto.
c. Peredaran Usaha x Norma Penghitungan Penghasilan Neto = Penghasilan Neto.
d. Omzet - HPP - Semua Biaya = Penghasilan Neto.
5. Jaesarnya penghasilan neto atau bersih Ir. Waras Waluya dalam laporan SPT Tahunan -
"tahun 2006 adalah ...
a. Rpl60.000.000.
b. Rp400.000.000.
c. Rpl92.000.000.
d. Rp330.000.000.

6. Besarnya kredit pajak yang diperhitungkan oleh Ir. Waras Waluya dalam menghitung
pajak tahun 2006 adalah ...
a. Rpl.800.000.
b. Rp 16.000.000.
c. Rpl6.800.000.
d. Rp30.000.000.
7. Dari semua transaksi di atas (1-6), transaksi yang terpenting atau dikenakan tarif pajak
bersifat final adalah ...
a. transaksi nomor 3, 5, dan 6.
b. transaksi nomor 3 saja.
c. transaksi nomor 5 saja.
d. transaksi nomor 6 saja.
8. Dari semua transaksi di atas (1 -6), transaksi yang berpengaruh terhadap besar-kecilnya
pajak penghasilan yang terutang oleh Ir. Waras Waluya dalam SPT Tahunan tahun 2006
adalah...
a. transaksi nomor 2 saja.
b. transaksi nomor 3 saja.
c. transaksi nomor 4 saja.
d. transaksi nomor 5 saja.
1. Jawaban: d
Karena Wajib Pajak Luar Negeri merupakan Subjek Pajak Luar Negeri, maka tidak wajib
memiliki NPWP di Indonesia.

2. Jawaban: b
Sesuai Pasal 4 (3) huruf i UU PPh, yang tidak termasuk sebagai Objek Pajak adalah bagian
laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak
terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi.

3. Jawaban: a
Sesuai Pasal 16 (1) UU PPh, Penghasilan Kena Pajak sebagai dasar penerapan tarif bagi
Wajib Pajak Dalam Negeri dalam suatu tahun pajak dihitung dengan mengurangkan dari
penghasilan yang termasuk Objek PPh Tidak Final dengan pengurangan biaya fiskal,
kompensasi kerugian, dan PTKP. Dengan demikian, Penghasilan Kena Pajak setahun orang
pribadi dapat diperoleh dengan menghitung Omzet Setahun - Biaya Fiskal - PTKP setahun
atau disebut Penghasilan Neto - PTKP setahun.

4. Jawaban: a
Sesuai Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-536/PJ./2000, Orang Pribadi yang melakukan
kegiatan usaha dapat menghitung penghasilan neto usaha dengan dua cara berikut.
a. Pembukuan
Rumus Pembukuan = Omzet - HPP - Semua Biaya Fiskal.
b. Pencatatan
Rumus Pencatatan = Omzet atau Feredaran Usaha x Norma Penghitungan Penghasilan
Neto.
Catatan:
PTKP tidak diikutsertakan dalam penghitungan Penghasilan Neto karena PTKP
merupakan unsur dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak.
5. Jawaban:a
1. Penghasilan dr. Siti W. Waluya (Istri)
a. Penghasilan Neto Pekerjaan = a
Penghasilan Ir.Waras Waluya
2.
(Suami)
a. Bagian Laba dari CV SEHAT = b
b. PengalihanTanah/Bangunan = c
c. Penghasilan Neto Pekerjaan
= 160.000.000 d
Bebas
d. Hadiah Undian = e
e. Persewaan Ruko = f
3. Total Penghasilan Neto Fiskal (1 + 2) = 160.000.000
4. Zakat& Kompensasi Kerugian =
5. Total Penghasilan Neto Fiskal (3-4) = 160.000.000
6. PTKP
a. WP Diri = 13.200.000
b. Kawin = 1.200.000
c. Penghasilan Istri Digabung =
d. AnakKandung 3 orang = 3.600.000 = 18.000.000
7. Penghasilan Kena Pajak (PKP) = 142.000.000
8. PKP (dibulatkan ribuan ke bawah) = = 142.000.000
9. PPhTerutangPasal 17
a. 5% x 25.000.000 = 1.250.000
b. 10%x 25.000.000 = 2.500.000
c. 15% x 50.000.000 = 7.500.000
d. 25% x sisa = 14.700.000 = 25.950.000
10. Kredit PPh Pasal 21/22/23/24 =
a. PPh Pasal 21 Dokter PNS = -
b. PPh Pasal 21 Konsultan Kimia = 30.000.000
= 30.000.000
11. PPh yang Harus Dibayar Sendiri = (4.050.000)
12. Kredit PPh Pasal 25 =
13. PPh Kurang (Lebih) Bayar = (4.050.000)
Keterangan:
a. Sesuai Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-104/PJ./2006 pada Buku Petunjuk
Pengisian SPT Tahunan PPh Orang Pribadi yang Melakukan Kegiatan Usaha atau
Pekerjaan Bebas, seluruh penghasilan bagi wanita yang telah kawin dikenakan pajak
tersendiri apabila memenuhi syarat berikut:
1) penghasilan tersebut semata-mata diterima atau diperoleh dari 1 (satu) pemberi
kerja;
2) telah dipotong pajak berdasarkan ketentuan Pasal 21;
3) pekerjaan tersebut tidak ada hubungannya dengan usaha atau pekerjaan bebas suami
atau anggota keluarga lainnya.
b. Sesuai Pasal 4 (3) huruf I UU PPh, bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota
dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas sahamsaham, persekutuan,
perkumpulan, firma, dan kongsi tidak termasuk sebagai Objek Pajak.
c. Sesuai Pasal 4 (1) huruf c UU PPh, laba usaha adalah penghasilan yang merupakan
Objek Pajak tidak final.
d. Sesuai Pasal 8 (1) PP Nomor 48 Tahun 1994 jo. PP Nomor 79 Tahun 1999, bagi Wajib
Pajak Orang Pribadi, yayasan atau organisasi sejenis yang usaha pokoknya melakukan
transaksi pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan, pembayaran Pajak
Penghasilan bersifat final.
e. Sesuai Pasal 1 PP Nomor 132 Tahun 2000, atas penghasilan berupa hadiah undian
dengan noma dan dalam bentuk apa pun dipotong atau dipungut Pajak Penghasilan
yang bersifat final.
f. Sesuai PP Nomor 29 Tahun 1996 jo. PP Nomor 5 Tahun 2002, Orang Pribadi atau
Badanyangmenerima atau memperoleh penghasilan dari persewaan tanah dan/atau
bangunan wajib membayar sendiri Pajak Penghasilan yang terutang atau dipotong oleh
penyewa yang bertindak sebagai Pemotong Pajak dan bersifat final.

6. Jawaban: d
"Sesuai Pasal 28 UU PPh, bagi Wajib Pajak Dalam Negeri dan Bentuk Usaha
Tetap, pajak yang terutang dikurangi dengan kredit pajak untuk tahun pajak yang
bersangkutan berupa PPh Pasal 21, 22, 23, 24, 25, dan 26 (3).
Dengan demikian, besarnya kredit pajak yang dapat diperhitungkan adalah pemotongan PPh
Pasal 21 jasa konsultan kimia sebesar Rp400.000.000 x 15% x 50% = Rp30.000.000.

7. Jawaban: a
Sesuai Pasal 4 (2) UU PPh, yang dikenakan tarif pajak yang bersifat final dan pengenaan
pajaknya diatur dengan Peraturan Pemerintah adalah transaksi pengalihan tanah/bangunan,
hadiah undian, dan persewaan tanah,bangunan (ruko), sedangkan penghasilan istri dari satu
pemberi keria dikenakan pajak tersendiri.
Catatan:
Dalam pengisian SPT PPh OPP 1770 Tahun Pajak 2009, penghasilan istri dari satu pemberi
keria termasuk penghasilan yang dikenakan pajak yang bersifat final.

8. Jawaban: c
Sesuai Pasal 16 (1) UU PPh, Penghasilan Kena Pajak sebagai dasar penerapan tarif bagi
Wajib Pajak dalam negeri dalam suatu tahun pajak dihitung dengan mengurangkan dari
penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4(1) dengan pengurangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 (1) dan (2), Pasal 7 (1), dan Pasal 9 (1) huruf c, huruf d, dan huruf e
UU PPh.

Dengan demikian, yang berpengaruh terhadap besar kecilnya pajak penghasilan adalah
penghasilan yang merupakan Objek Pajak dan tidak dikenakan PPh Final sesuai Pasal 4(1)
huruf c UU PPh yaitu berupa laba usaha.
1. UU Ketentuan Umum dan Tata Cara perpajakan yang saat ini berlaku adalah ...
a. UU No. 16 Tahun 2000 tentang Perubahan Kedua UU No. 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
b. UU No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU No. 16 Tahun 2000.
c. UU No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
d. UU No. 9 Tahun 1994 tentang Perubahan UU No. 16 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan yang telah diubah dengan UU No. 16 Tahun 2000.

2. Tempat Wajib Pajak terdaftar apabila bukan pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang
wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal Wajib Pajak, maka tempat Wajib Pajak terdaftar
tersebut ditetapkan oleh ...
a. Menteri Keuangan.
b. Kepala Kantor Pelayanan Pajak wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal.
c. Direktur Jenderal Pajak.
d. Direktur Peraturan Perpajakan.

3. Batas waktu penyampaian SPT Tahunan adalah ...


a. paling lambat 3 bulan setelah akhir Tahun Pajak untuk Waiib Pajak Orang Pribadi,
sedangkan untuk Wajib Pajak Badan paling lambat 4 bulan setelah akhir Tahun Pajak.
b. paling lambat 3 bulan setelah akhir Tahun Pajak untuk Waiib Pajak Orang Pribadi,
sedangkan untuk Wajib Pajak Badan paling lambat 3 bulan setelah akhir Tahun Pajak.
c. paling lambat 2 bulan setelah akhir Tahun Paiak untuk Wajib Pajak Orang Pribadi,
sedangkan untuk Wajib Pajak Badan paling lambat 3 bulan setelah akhir Tahun
Pajak.
d. paling lambat 3 bulan setelah akhir Tahun Pajak untuk Wajib Pajak Orang Pribadi,
sedangkan untuk Wajib Paiak Badan paling lambat 6 bulan setelah akhir Tahun Pajak.

4. Sanksi administrasi keterlambatan penyampaian SPT Tahunan adalah berupa ...


a. denda.
b. bunga.
c. kenaikan.
d. denda dari bunga.
5. Jangka waktu untuk membetulkan SPT yang telah disampaikan Wajib Pajak adalah . . .
a. dalam jangka waktu 2 Tahun Pajak sesudah berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun
Pajak atau Tahun Pajak dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum melakukan
tindakan pemeriksaan.
b. dalam jangka waktu 2 Tahun Pajak sesudah berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun
Pajak atau Tahun Pajak dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum menerbitkan
Surat Ketetapan Pajak.
c. dalam jangka waktu 3 Tahun Pajak sesudah berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun
Pajak atau Tahun Pajak dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum melakukan
tindakan pemeriksaan.
d. dalam jangka waktu 3 Tahun Pajak sesudah berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun
Pajak atau Tahun Pajak dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum menerbitkan
Surat Ketetapan Pajak.

6. Apabila pajak yang terutang untuk suatu Tahun Pajak ternyata lebih besar dari kredit
pajak, maka kekurangan pajak terutang harus dilunasi selambat-lambatnya ...
a. tanggal 25 bulan ketiga setelah Tahun Pajak berakhir, sebelum SPT Tahunan
disampaikan.
b. tanggal 31 bulan ketiga setelah Tahun Pajak berakhir, sebelum SPT Tahunan
disampaikan.
c. tanggal 25 bulan ketiga setelah Tahun Pajak berakhir, setelah SPT Tahunan
disampaikan.
d. tanggal 31 bulan ketiga setelah Tahun Pajak berakhir, setelah SPT Tahunan
disampaikan.

7. Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Surat Keputusan Keberatan,
Putusan Banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, harus
dilunasi dalam jangka waktu ...
a. satu bulan sejak tanggal diterbitkan.
b. satu bulan sejak ketetapan pajak tersebut diterima oleh Wajib Pajak.
c. dua bulan sejak tanggal diterbitkan.
d. dua bulan sejak ketetapan pajak tersebut diterima oleh Wajib pajak
8. Pengembalian kelebihan pembayaran pajak Pasal 17,17B, atau 17C yang dilakukan
setelah jangka waktu 1 bulan, maka Pemerintah memberikan bunga sebesar 2% atas
keterlambatan pembayaran kelebihan pajak, dihitung saat berlakunya batas waktu
pengembalian sampai saat dilakukan pembayaran kelebihan pajak, untuk paling lama...
a. 24 bulan.
b. 12 bulan.
c. 48 bulan.
d. tergantung berapa bulan keterlambatannya (tidak dibatasi waktu).

9. Walaupun jangka waktu 10 tahun setelah Masa Pajak, Bagian Tahun pajak, dan Tahun
Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar tetap dapat diterbitkan ditambah
sanksi administrasi berupa bunga sebesar 48% dari jumlah pajak yang tidak atau
kurang dibayar, dalam hal...
a. Wajib Pajak setelah jangka waktu tersebut dipidana karena melakukan tindak pidana
di bidang perpaj akan atau tindak pidana lainnya yang dapat menimbulkan kerugian
pada pendapatan negara berdasarkan putusan Pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap.
b. Wajib Pajak setelah jangka waktu tersebut dipidana karena melakukan tindak pidana
di bidang perpaj akan yang dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara
berdasarkan putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
c. Wajib Pajak setelah jangka waktu tersebut dipidana karena melakukan tindak pidana
di bidang perpaj akan atau tindak korupsi berdasarkan putusan Pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap.
d. jawaban a, b, dan c salah.

10. Apabila terdapat PPh Pasal 25 tidak atau kurang dibayar, maka Direktur Jenderal Pajak...
a. menerbitkan Surat Tagihan Pajak.
b. menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar.
c. menerbitkan Surat Ketetapan Pajak.
d. menerbitkan Surat Pengenaan Sanksi Administrasi.
JAWABAN
1. Jawaban:b
Perkembangan UU yang mengatur Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah
sebagai berikut.
a. UU No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
b. UU No. 9 Tahun 1994 tentang Perubahan atas UU No. 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
c. UU No. 16 Tahun 2000 tentang Perubahan Kedua atas UU No. 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
d. UU No. 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas UU No. 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

2. Jawaban: c
Sesuai Pasal 2 (3) UU No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan, sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan UU No. 16 Tahun 2000
(UU KUP), menyatakan bahwa Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan tempat
pendaftaran dan/atau tempat pelaporan usaha selain yang ditetapkan dalam ayat (1) dan (2)
UU KUP.

3. Jawaban: b
Sesuai Pasal 3 (3) UU KUP, batas waktu penyampaian SPT Tahunan paling lambat 3 bulan
setelah akhir Tahun Pajak, baik untuk Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Badan.

4. Jawaban: a
Sesuai Pasal 7 (1) UU KUP, apabila SPT tidak disampaikan dalam jangka waktu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 (3) atau batas waktu perpanjangan penyampaian SPT
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 (4), dikenakan sanksi administrasi berupa denda
sebesar Rp50.000 untuk SPT Masa dan sebesar Rp 100.000 untuk SPT Tahunan.

5. Jawaban: a
Sesuai Pasal 8(1) UU KUP, Wajib Pajak dengan kemauan sendiri dapat membetulkan
SPT yang telah disampaikan dengan menyampaikan pernyataan tertulis dalam jangka
waktu 2 tahun sesudah berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak,
dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum melakukan tindakan pemeriksaan.
6. jawaban: a
Sesuai Pasal 9 (2) UU KUP, kekurangan pembayaran pajak yang terutangberdasarkan SPT
Tahunan harus dibayar lunas paling lambat tanggal 25 bulan ketiga setelah Tahun Pajak atau
Bagian Tahun Pajak berakhir, sebelum SPT tersebut disampaikan.

7. Jawaban: a
Sesuai Pasal 9 (3) UU KUP, Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan PajakKurang Bayar, Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, serta Surat Keputusan Pembetulan, Surat
Keputusan Keberatan, dan Putusan Banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus
dibayar bertambah, harus dilunasi dalam jangka waktu 1 bulan sejak tanggal diterbitkan.

8. Jawaban: d
Sesuai Pasal 11 (3) UU KUP, apabila pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan
setelah jangka waktu 1 bulan.pemerintah memberikan bunga sebesar 2! I sebulan atas
kelambatan pembayaran kelebihan pembayaran pajak, dihitung dari saat beriakunya batas
waktu pengembalian sampai dengan saat dilakukan pembayaran kelebihan (tanpa dibatasi
waktu)

9. Jawaban: d
Sesuai Pasal 13 (5) UU KUP, apabila jangka waktu sepuluh tahun telah lewat, surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar tetap dapat diterbitkan ditambah sanksi administrasi berupa
bunga sebesar 48% dari jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar, dalam hal Wajib Pajak
setelah jangka waktu 10 tahun tersebut dipidana, karena melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan berdasarkan putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

10. Jawaban: a
Sesuai Pasal 14 (1) UU KUP, Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Tagihan Pajak
apabila PPh dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar (PPh Pasal 25).
1. PT Suka Maju berdomisili di Jakarta bergerak di bidang perdagangan tekstil. Pada tanggal
1 Mei 2007, untuk pertama kalinya, PT Suka Maju nicngirim barang pesanan ke Semarang
dengan menggunakan jasa angkutan truk yang harganya sebesar Rpl0.000 per kilogram
tekstil. Jumlah barang yang dikirim adalah sebanyak 1.000 kilogram. Atas pembayaran biaya
pengiriman kepada pemilik truk tersebut...
a. PT Suka Maju memotong PPh Pasal 23 sebesar 15% x Rp 10.000 x 1.000.
b. PT Suka Maju memotong PPh Pasal 23 sebesar 15% x'40% x RplO.000 x 1.000.
c. PT Suka Maju memotong PPh Pasal 23 sebesar 15% x 20% x RplO.000 x 1.000.
d. PT Suka Maju tidak memotong PPh Pasal 23.

2. Tn. Narada mempunyai usaha di bidang perdagangan tekstil dengan menggunakan Norma
Penghitungan Penghasilan Neto. Selama bulan Februari 2007, Tuan Narada menyewa sebuah
truk dari PT laya Abadi dengan nilai sewa Rp5.000.000. Atas transaksi tersebut...
a. Tuan Narada harus memotong PPh Pasal 23 sebesar 15% x 20% x Rp5.000.000.
b. Tuan Narada harus memotong PPh Pasal 23 sebesar 15% x 40% x Rp5.000.000.
c. Tuan Narada harus memotong PPh Pasal 23 sebesar 15% x Rp5.000.000.
d. Tuan Narada tidak melakukan pemotongan PPh Pasal 23.

4. PT Rental Properti bergerak di bidang jasa penyewaan mesin fotokopi. Di samping itu,
karena mempuyai beberapa ruko yang masih kosong, PT Rental Properti juga menyewakan
satu dari ruko yang dimilikinya. Selama tahun 2006, total penghasilan dari persewaan adalah
Rp l,5 miliar rupiah (tidak termasuk PPN) yang terdiri dari sewa mesin fotokopi Rp l miliar
dan sewa ruko sebesar Rp500 juta. Apabila pihak penyewa telah melaksanakan kewajiban
pemotongan dan pemungutan PPh sesuai dengan ketentuan yang berlaku, berapa kredit pajak
yang dapat dikreditkan oleh PT Rental Properti dalam SPT Tahunan PPh Badan tahun 2006?
a. Rp 150.000.000.
b. Rp 60.000.000.
c. Rp 225.000.000.
d. Rp 50.000.000.

5. PT OUTBOUND menyelenggarakan kegiatan jasa outbound kepada PT WAHANA


(perusahaan swasta nasional) di daerah Jakarta dan mendapatkan imbalan jasa sebesar Rp5
miliar yang dibayarkan tanggal 9 Mei 2007. Atas penghasilan ini...
a. PT WAHANA dipotong sebesar Rp5 miliar x 30% x 15%.
b. PT WAHANA dipotong sebesar Rp5 miliar x 10% x 15%.
c. PT WAHANA dipotong sebesar Rp5 miliar x 20% x 15%.
d. PT WAHANA tidak dipotong penghasilannya karena bukan subjek.

7. PT Boga Utama merupakan perusahaan yang bergerak di bidang usaha katering. Pada
bulan Januari 2007. PT Perkasa Desain menggunakan jasa PT Boga Utama dalam rangka
peresmian gedung. Nilai tagihan PT Boga Utama adalah Rp44 juta termasuk PPN.
Pernyataan yang salah sehubungan dengan transaksi tersebut adalah ...
a. atas pembayaran tagihan kepada PT Boga Utama, PT Perkasa Desain wajib
memotong PPh Pasal 23.
b. PPh Pasal 23 yang dapat dikreditkan oleh PT Boga Utama adalah Rp600.000.
c. perkiraan penghasilan neto untuk jasa katering adalah 10%.
d. Tarif PPh Pasal 23 untuk jasa katering adalah sama dengan tarif PPh Pasal 23 untuk
sewa.

8. PT Semen Keras merupakan badan usaha yang bergerak di bidang industri semen dan
telah ditunjuk sebagai Pemungut PPh Pasal 22. Pada bulan Januari 2007, PT Semen Keras
melakukan penjualan senilai Rpl08 miliar (termasuk PPN untuk penjualan lokal), di mana
20% di antaranya merupakan penjualan ekspor. Berapa PPh Pasal 22 yang harus dipungut
oleh PT Semen Keras?
a. 0,25% x Rpl08 miliar.
b. 0,25% x 80% x Rpl08 miliar.
c. 0,25% x Rp80 miliar.
d. 0,25% x 80% x RplOO miliar.

10. PT Pabrik Kain melakukan sewa mesin dengan hak opsi dan nilai cicilan setiap bulan
sebesar Rp50.000.000 untuk pokok angsuran dan bunga Rp7.500.000. Atas
transaksi di atas ...
a. PT Pabrik Kain tidak melakukan pemotongan PPh Pasal 23.
b. PT Pabrik Kain harus memotong PPh Pasal 23 sebesar 15% x Rp7.500.000.
c. PT Pabrik Kain harus memotong PPh Pasal 23 sebesar 15% x 40% x Rp7.500.000.
d. PT Pabrik Kain harus memotong PPh Pasal 23 sebesar 15% x 20% x Rp7.500.000.
JAWABAN

1. Jawaban: d
Sesuai dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-08/PJ.313/1995, jasa
angkutan darat yang tidak merupakan objek pemotongan PPh Pasal 23 adalah sebagai
berikut:
a. jasa angkutan kendaraan perusahaan taksi yang disewa/carter sesuai tarif argometer;
b. jasa angkutan kendaraan perusahaan angkutan barang yang mengangkut barang dari
tempat pengiriman ke tempat tujuan berdasarkan kontrak/ perjanjian angkutan yang
dibayar berdasar banyak atau volume barang, berat barang, jarak ke tempat tujuan,
sepanjang kontrak/perjanjian tersebut dibuat semata-mata demi terjaminnya barang
yang diangkut tersebut sampai di tempat tujuan pada waktunya;
c. jasa angkutan kereta api yang dilakukan oleh Perumka Kereta Api. Dari penjelasan di
atas dapat diketahui bahwa atas pembayaran jasa angkutan dengan menggunakan truk
berdasarkan volume barang yang diangkut tersebut bukan merupakan objek PPh Pasal
23.

2. Jawaban: d
Sesuai dengan KEP-50/PJ./1994, Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri yang ditunjuk
sebagai Pemotong PPh Pasal 23 adalah:
a. akuntan, arsitek, dokter, notaris, Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) kecuali PPAT
tersebut adalah camat, pengacara, dan konsultan, yang melakukan pekerjaan bebas;
b. Orang Pribadi yang menjalankan usaha menyelenggarakan pembukuan. Wajib Pajak
Orang Pribadi dalam negeri tertentu tersebut wajib memotong PPh Pasal 23 atas
pembayaran berupa sewa.
Sementara itu, sesuai dengan soal di atas, diketahui bahwa Tn. Narada menggunakan
Norma Penghitungan Penghasilan Neto dalam penghitungan PPh-nya. Sesuai dengan
KEP-536/PJ./2000, Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan usaha atau pekerjaan
bebas dan penghitungan PPh-nya menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan
Neto, maka Wajib Pajak tersebut wajib menyelenggarakan pencatatan, bukan
pembukuan. Dari penjelasan di atas, maka dapat diketahui bahwa Wajib Pajak yang
menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto tidaklah memenuhi syarat
untuk menjadi Pemotong PPh Pasal 23.
4. Jawaban: c
Sesuai KEP-170/PJ./2002, atas penghasilan dari sewa aktiva selain kendaraan angkutan darat
dan selain tanah dan bangunan dipotong PPh Pasal 23 dengan perhitungan sebagai berikut:
= 6% x Jumlah Bruto
= 6% xRp 1.000.000.000
= Rp60.000.000
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2002, atas penghasilan dari persewaan
tanah dan bangunan dipotong PPh Pasal 4 (2) atau PPh Final dengan perhitungan sebagai
berikut:
= 10% x Jumlah Bruto Nilai Sewa
= 10% x Rp500.000.000
= Rp50.000.000
PPh yang bersifat final ini bukan merupakan pelunasan pajak dalam tahun berjalan sehingga
tidak dapat dikreditkan oleh PT Rental Properti dalam SPT Tahunan PPh Badan tahun 2006.

5. Jawaban: c
Sesuai Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-70/PJ./2007 yang mulai berlaku 9
April 2007, jasa event orgam'zer/penyelenggara kegiatan adalah objek PPh Pasal 23 dengan
tarif efektif sebesar 3%. Jadi, penghitungannya sebagai berikut:
= 15% x 20% x imbalan bruto = 3% x Rp5.000.000.000 = Rpl50.000.000.
Jasa event organizer adalah kegiatan usaha yang dilakukan oleh pengusaha jasa
penyelenggara kegiatan meliputi antara lain penyelengaraan pameran, konvensi, pagelaran
musik, pesta, seminar, peluncuran produk, konferensi pers, dan kegiatan lain yang
memanfaatkan jasa penyelenggara kegiatan.

7. Jawaban: d
Pemotongan PPh Pasal 23 atas jasa katering pada bulan Januari 2007 mengacu pada
Peraturan Direktur Jenderal Paiak N:rr. :r PER-178/PJ./2007, di mana aspek pemotongannya
dijelaskan sebagai berikut
a. jasa katering termasuk jasa yang dipotong PPh Pasal 23 dengan perkiraan
penghasilan neto sebesar 10% dari penghasilan bruto sehingga tarif efektifnya sebesar
1,5% dari imbalan bruto;
b. imbalan bruto sebagai dasar pengenaan pajak untuk jasa katering adalah nilai jasa dan
nilai material barang;
c. PPh Pasal 23 atas jasa katering adalah tidak bersifat final dan dapat menjadi kredit
pajak dalam penghitungan PPh terutang akhir tahun pemberi jasa yang bersangkutan.
Penghitungan PPh Pasal 23 atas imbalan jasa katering yang diterima PT Boga Utama
adalah sebagai berikut:
= 15% x 10% x Imbalan Bruto
= 1,5% x (100/110 x Rp44.000.000)
= 1,5% x Rp40.000.000
= Rp600.000
Sementara itu, tarif PPh Pasal 23 atas penghasilan sehubungan dengan sewa sesuai PER-
178/PJ./2007 adalah sebagai berikut:
a. penghasilan sewa khusus angkutan darat sebesar 15% x 20% dari imbalan bruto;
b. penghasilan sewa harta, selain sewa tanah dan bangunan dan angkutan darat adalah
15% x 40% x imbalan bruto.
Dari penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pernyataan yang salah adalah pilihan
d.

8. Jawaban: c
Sesuai dengan KMK Nomor 254/PJ./1994 sebagaimana diubah terakhir dengan KMK Nomor
236/KMK.03/2003 sebagaimana dijelaskan dalam pembahasan soal No. 6, aspek pemungutan
PPh Pasal 22 oleh industri semen adalah dikenakan untuk penjualan hasil produksinya di
dalam negeri.
Jadi, penghitungannya adalah sebagai berikut:
Penjualan dalam negeri = Rp80 miliar
= 0,25% x Rp80.000.000.000
= Rp200.000.000

10. Jawaban: a
Sesuai dengan Pasal 23 (4) UU No. 7 Tahun 1983 tentang PPh sebagaimana diubah terakhir
dengan UU No. 17 Tahun 2000 (UU PPh), tidak dikenakan pemotongan PPh Pasal 23 atas:
a. penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank;
b. sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha dengan hak
opsi;
c. dividen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 (3) huruf f UU PPh;
d. bunga obligasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 (3) huruf j UU PPh;
e. bagian laba sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 (3) huruf I UU PPh;
f. sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya;
g. bunga simpanan yang tidak melebihi batas yang ditetapkan dengan Keputusan
Menteri Keuangan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya.
1. Budiman sudah dikukuhkan sebagai PKP dengan bidang usaha pedagang pengumpd
barang hasil pertanian dan perkebunan, pada tanggal 23 Februari 2007 menyerahkaJ biji buah
cokelat kepada pabrik cokelat sehingga wajib membuat...
a. Faktur Pajak Standar untuk memungut PPN yang terutang karena Budimac bukan
petani.
b. Faktur Pajak Standar dibubuhi cap yang menyatakan bebas PPN, meskipur Budiman
bukan petani.
c. Tidak perlu membuat Faktur Pajak karena penyerahannya tidak dikenakan PPN.
d. Tidak perlu membuat Faktur Pajak karena penyerahannya dibebaskan dari pengenaan
PPN.

2. Atas ekspor buah pisang dan semangka dari Indonesia ...


a. dikenakan PPN dengan tarif 0% karena pisang tercantum dalam lampir PP No. 7
Tahun 2007.
b. dibebaskan dari pengenaan PPN karena pisang tercantum dalam lampiran PP No. 7
Tahun 2007.
c. tidak dibebaskan dari pengenaan PPN meskipun pisang tercantum dalam lampiian PP
No. 7 Tahun 2007.
d. dikenakan PPN dengan tarif 0% meskipun pisang tercantum dalam lampiran PP No. 7
Tahun 2007.

3. Sebuah PKP dengan jenis usaha penggilingan padi menyerahkan beras hasil
penggilingannya kepada Hasan yang beberapa hari sebelumnya menyerahkan sejumlah padi
untuk digiling serta menagih jasa penggilingan. Dengan demikian, PKP tersebut...
a. boleh membuat Faktur Pajak Standar meskipun beras bukan BKP.
b. wajib membuat Faktur Pajak Sederhana meskipun beras bukan BKP.
c. wajib membuat Faktur Pajak meskipun beras bukan BKP.
d. tidak perlu membuat Faktur Pajak karena beras bukan BKP.
4. Yuliati selaku PKP di bidang perdagangan menyerahkan alat tulis kantor kepada instansi
Pemerintah pada tanggal 2 Februari 2007 dengan harga penyerahan berdasarkan surat
perjanjian sebesar Rp990.000 termasuk PPN. Penagihan dilakukan pada tanggal 2 April 2007
sehingga Faktur Pajak Standar wajib dibuat...
a. pada tanggal 2 April 2007.
b. pada tanggal 31 Maret 2007.
c. pada tanggal 2 Februari 2007.
d. pada tanggal 28 Februari 2007.

5. Pada tanggal 20 Januari 2007, Sastrc PKP melakukan penyerahan 200 unit mebel
senilai Rp400.000.000 pada RS Pasar Kamis. Penagihan dilakukan pada saat yang sama
dengan penyerahan, sedangkan pembayarannya baru akan dilakukan 60 hari kemudian. RS
Pasar Kamis adalah lembaga kesehatan pemerintah yang berstatus BLU (Badan Layanan
Umum).
Berdasarkan kisah tersebut, manakah pernyataan berikut yang benar?
a. Faktur pajak harus dibuat paling lambat tanggal 28 Februari 2007.
b. Faktur pajak harus dibuat pada tanggal 20 Januari 2007.
c. Atas pernyataan tersebut tidak terutang PPN.
d. Atas pernyataan tersebut PPN yang terutang ditanggung oleh pemerintah.

JAWABAN
1. Jawaban: b
Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Peraturan Pemerintah
Nomor 12 Tahun 2001 berlaku sejak 1 Januari 2007 menjelaskan bahwa atas penyerahan
Barang Kena Pajak Tertentu yang bersifat strategis berupa barang hasil pertanian yang
dipetik langsung, diambil langsung atau disadap langsung dari sumbernya termasuk yang
diproses awal dengan tujuan untuk memperpanjang usia simpan atau mempermudah proses
lebih lanjut sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran Peraturan Pemerintah dibebaskan dari
pengenaan PPN tanpa ada syarat petani atau kelompok petani.
Berikutnya dalam romawi i kelompok komoditi perkebunan angka 24 Lampiran Peraturan
Pemerintah Xomor 7 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Peraturar Pemerintah Nomor 12
Tahun 2001 tercantum tanaman perkebunan dan sejenisnya berupa biji yang diproses
melalui distek, dicangkok, diokulasi, dan sejenism; menjadi jenis barang Stek, Cangkokan,
Okulasi, dan Bahan Tanaman Lainnya.
Dalam Pasal 6 (3) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK.03/2007, Pengusaha Kena
Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu yang bersifat strategis yang
dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai wajib menerbitkan Faktur Pajak dan
membubuhkan cap "PPN Dibebaskan Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2001
Sebagaimana Telah Beberapa Kali Diubah Terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 7
Tahun 2007." Dengan demikian meskipun Budiman bukan petani atau kelompok petani
menyerahkan biji buah cokelat tetap dibebaskan dari pengenaan PPN dan tetap membuat
Faktur Pajak Standar dibubuhi cap PPN dibebaskan karena pabrik cokelat sudah PKP.
Catatan:
Jikapembeli belum PKP, maka diterbitkan Faktur Pajak Sederhana dibubuhi cap PPN
dibebaskan.

2. Jawaban: d
Sesuai Pasal 4 huruf f dan Pasal 7 (2) UU PPN, Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas
ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak dengan tarif Pajak Pertambahan
Nilai adalah 0% (nol persen).
Catatan:
Buah pisang dan semangka termasuk Barang Kena Pajak tertentu yang bersifat strategis
yang dibebaskan dari pengenaan PPN karena tercantum dalam romawi ii huruf a kelompok
komoditi hortikultura buah-buahan angka 1 dan 10 Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor
7 Tahun 2007. Dengan demikian karena buah pisang dan semangka termasuk Barang Kena
Pajak dan diekspor oleh PKP maka dikenakan PPN sebesar 0%.
Namun, jika beras diekspor, maka tidak termasuk yang dikenakan PPN sebesar 0%,
melainkan tidak terutang PPN karena beras termasuk kelompok bukan BKP.

3. Jawaban: d
Sesuai Pasal 1 angka 23 UU PPN bahwa Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang
dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau
penyerahan Jasa Kena Pajak, atau bukti pungutan pajak karena impor Barang Kena Pajak
yang digunakan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Dengan demikian, karena padi
termasuk kelompok bukan BKP maka tidak perlu dibuatkan Faktur Pajak mengingat Faktur
Pajak merupakan bukti pungutan pajak atas penyerahan Barang Kena Pajak.
Catatan:
Penyerahan BKP atau JKP yang mendapat fasilitas PPN terutang tidak dipungut,
dibebaskan dari pengenaan PPN, dan PPN ditanggung oleh pemerintah tetap wajib
dibuatkan Faktur Pajak.

4. Jawaban: a
Sesuai Keputusan Menteri Keuangan Nomor 563/KMK.03/2003 yangberlaku mulai 1 Januari
2004, Pemungut PPN adalah bendaharawan pemerintah dan KPKN. Menurut huruf g angka 2
huruf a Lampiran I Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-382/PJ/2002 bahwa PKP
Rekanan wajib menerbitkan Faktur Pajak dan SSP pada saat menyampaikan tagihan kepada
Pemungut PPN baik untuk sebagian maupun seluruh pembayaran.
Instansi pemerintah merupakan pemungut PPN sehingga Faktur Pajak dibuat pada saat
mengajukan tagihan yaitu pada tanggal 2 April 2007.

Catatan:
Dengan diundangkannya UUNo. 17 Tahun 2003 dan UUNo. 1 Tahun 2004, seiring dengan
reorganisasi Departemeh Keuangan, maka berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan RI
Nomor 303/KMK.01/2004 KPKN berubah menjadi KPPN yang merupakan instansi vertikal
Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

5. Jawaban b
Sesuai Keputusan Menteri Keuangan Nomor:563/KMK.03/2003 yang berlaku mulai 1
Januari 2004, Pemungut PPN adalah bendaharawan pemerintah dan KPKN. Menurut huruf G
angka 2 huruf a Lampiran I Keputu>an Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-382/PJ/2002
bahwa PKP Rekanan wajib menerbitkan Faktur Pajak dan SSP pada saat menyampaikan
tagihan kepada Pemungut PPN baik untuk sebagian maupun seluruh pembayaran.
1. Di tahun takwim 2007, PT Purnama Sejahtera (PS) sebuah perusahaan industri ininuman
ringan memiliki beberapa transaksi pembayaran gaji dan imbalan lain baik yang dibayarkan
kepada pegawai tetap maupun bukan pegawai tetap, di antaranya adalah sebagai berikut.
Untuk pegawai tetapnya, PT PS mengikuti program Jamsostek, premi Jaminan Kecelakaan
Kerja; dan premi Jaminan Kematian yang dibayar oleh perusahaan dengan jumlah masing-
masing 0,50% dan 0,25% dari gaji pokok. Di samping itu, PT PS menanggung iuran Jaminan
Hari Tua setiap bulan sebesar 3,50% dari gaji pokok. PT PS juga mengikuti program pensiun
untuk pegawainya.
Saleh, berusia 31 tahun dan menikah tanpa anak, adalah seorang direktur pada PT PS dengan
gaji pokok sebulan sebesar Rpl5.500.000. Selain itu Saleh juga menerima tunjangan transpor
dan makan, masing-masing sebesar Rpl.500.000. Sementara itu, Saleh membayar iuran
Jaminan Hari Tua sebesar 2% dari gaji pokok setiap bulan. PT PS membayar iuran pensiun
untuk Saleh ke dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan,
setiap bulan sebesar Rp 100.000, sedangkan Saleh membayar sendiri iuran pensiun sebesar
Rp75.000. Di bulan Januari 2007, Saleh menerima bonus sebesar Rp50.000.000.

1. Besarnya Penghasilan Bruto (sebulan) Saleh yang harus diperhitungkan di dalam


menghitung PPh Pasal 21-nya adalah ...
a. Rp l8.500.000.
b. Rp l8.600.000.
c. Rp l8.675.000.
d. Rp l8.616.250.
2. Besarnya Iuran Jaminan Hari Tua (sebulan) yang dapat diperhitungkan sebagai
pengurangan penghasilan bruto adalah ...
a. Rp 852.500.
b. Rp 542.500.
c. Rp 310.000.
d. Rp l08.000.
3. Besarnya keseluruhan pengurangan yang dapat dikurangkan untuk mendapatkcz jumlah
penghasilan neto sebulan adalah ...
a. Rp 725.500.
b. Rp 493.000
c. Rp l8.893.000.
d. Rp 183.000.
4. Besarnya PPh Pasal 21 bulanan yang harus dipotong oleh PT PS atas penghasilan
Saleh tersebut adalah ...
a. Rp 846.162.
b. Rp l.504.354.
c. Rp 3.110.637.
d. Rp 1.692.325.

5. Hari, belum menikah, adalah karyawan kontrak PT PS dengan dasar upah harian yang
akan dibayarkan setiap tanggal 30 tiap bulannya. Dalam bulan Januari 2007. Hari bekerja
selama 15 hari kerja dengan upah harian sebesar Rp. 100.000/hari Berapakah PPh Pasal 21
yang harus dipotong di bulan Januari tersebut?
a. Tidak dilakukan pemotongan karena di bawah Rp l10.000/hari.
b. Rp 75.000.
c. Rp l6.250.
d. Rp 20.000.

6. Pada bulan Februari 200/, PT PS melakukan pembayaran atas jasa teknik yang dilakukan
oleh seorang arsitek, Ir. Wardhana sebesar Rp50.000.000 (Ir. Wardhara tidak mempekerjakan
orang lain). Berapakah pembayaran yang diter oleh Ir. Wardhana setelah dipotong PPh Pasal
21?
a. Rp 3.750.000.
b. Rp 46.250.000.
c. Rp 7.500.000.
d. Rp 42.500.000.

7. Di bulan Maret 2007 terdapat 3 orang kanawan pabrik PT PS yang diberhentikan. Untuk
ketiga orang tersebut (Siti, Bambang, dan Hamid) akan diberikan uang pesangon yang
masing-masing akan memperoleh dalam jumlah sama sebesar Rp60.000.000.
Hitung jumlah keseluruhan PPh Pasal 21 yang harus dipotong oleh PT PS alas pembayaran
pesangon kepada 3 orang karyawannya yang diberhentikan.
a. Rp 3.000.000.
b. Rp 2.250.000.
c. Rp 6.750.000.
d. Rp 9.000.000.
JAWABAN
1. Jawaban: d
Gaji Rp 15.500.000
Tunjangan Transport Rp 1.500.000
Tunjangan Makan Rp 1.500.000
Premi Asuransi Kecelakaan Kerja Rp 77.500
Premi Asuransi Kematian Rp 38.750 (+)
Total Penghasilan Bruto Rp 18.616.250

2. Jawaban: c
Besarnya luran Jaminan Hari Tua yang dapat diperhitungkan sebagai pengurans penghasilan
bruto adalah yang dibayarkan sendiri oleh karyawan yang bersangkutan. yaitu sebesar:
= 2% X Rpl5.500.000
= Rp310.000.

3. Jawaban: b
Berikut umlah pengurangan yang diperkenankan untuk dikurangkan dalam penghijungan
penghasilan neto sebulan.
Biaya Jabatan Rp 108.000
luran Jaminan Hari Tua (JHT) Rp 310.000
luran Pensiun Rp 75.000 (+)
Jumlah Pengurangan Rp 493.000

4. Jawaban: c
PPh Pasal 21 yang dipotong tiap bulan atas penghasilan Saleh adalah:
Gaji Rp 15.500.000
Tunjangan Transport Rp 1.500.000
Tunjangan Makan Rp 1.500.000
Premi Asuransi Kecelakaan Kerja Rp 77.500
Premi Asuransi Kematian Rp 38.750 (+)
Total Penghasilan Bruto Rp 18.616.250
Pengurang
Biaya Jabatan (5% x
Rpl8.616.250)
(maksimal diperkenankan) Rp 108.000
luranJHT Rp 310.000
luran Pensiun Rp 75.000 (+) Rp 493.000 (-)
Penghasilan Neto Sebulan Rp 18.123.250
Penghasilan Neto Setahun Rp 217.479.000
PTKP (K/0) Rp 14.400.000 (-)
PKP Rp 203.079.000
PPh Pasal 21 Terutang setahun Rp 37.327.650
PPh Pasal 21 Terutang sebulan Rp 3.110.637
Jadi, PPh Pasal 21 yang dipotong tiap bulan sebesar Rp3.110.637.

5. Jawaban: d
Jumlah PPh Pasal 21 terutang atas upah harian yang dibayarkan tiap tanggal 30 (dibayarkan
bulanan) kepada Hari pada bulan Januari 2007 adalah sebaga: berikut.
Upah Harian Rp 100.000
Upah Bulanan Rp 1.500.000
Upah disetahunkan Rp 18.000.000
PTKP Rp 13.200.000 (-)
PKP Rp 4.800.000
PPh Pasal 21 setahun Rp 240.000
PPh Pasal 21 sebulan Rp 20.000

6. Jawaban: b
Jumlah PPh Pasal 21 terutang atas imbalan jasa yang dibayarkan ke arsitek adalah
sebagai berikut:
= 7,5% x Rp50.000.000
= Rp3.750.000.
Jadi, penghasilan yang diterima oleh arsitek, Ir. Wardhana sebesar Rp46.250.000.
7. Jawaban: c
Berikut PPh Pasal 21 yang terutang atas pesangon yang dibayar sekaligus.
Sumber :
Primandita Fitriandi, Yuda Aryanto, Agus Puji Priyono. 2007. USKP Review A.
Jakarta : Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai