Anda di halaman 1dari 25

BAB 2

TOLERANSI GAMBAR

2.1. Uraian umum


Pada proses manufaktur, Sampai saat ini, untuk membuat suatu benda kerja,
sulit sekali untuk mencapai ukuran dengan tepat, jika pun ada ukuran yang tepat
maka akan berpengaruh pada lama waktu pengerjaan dan harga produksi benda
kerja tersebut, hal ini disebabkan antara lain oleh :
a) Kesalahan melihat alat ukur
b) Kondisi alat/mesin
c) Terjadi perubahan suhu pada waktu penyayatan/pengerjaan benda kerja.
Oleh karena itu, agar persyaratannya dapat dipenuhi, maka suatu komponen
dalam proses pembuatan dapat terletak diantara dua batas ukuran yang
diizinkan. Perbedaan dua batas ukuran tersebut di sebut toleransi.
Tujuan penting toleransi ini adalah agar benda kerja dapat diproduksi secara
massal pada tempat yang berbeda dan tetap dapat memenuhi fungsinya,
terutama fungsi mampu tukar, seperti pada suku cadang mesin otomotif yang
diperdagangkan.
2.2. Toleransi ukuran
2.2.1. Istilah dalam toleransi
Pengertian istilah dalam lingkup toleransi dapat dilihat pada gambar dan paparan
berikut ini.

Gambar2.1 Istilah Dalam Toleransi

Toleransi Ukuran Gambar 1


Keterangan gambar:

Ud = ukuran dasar (nominal), ukuran yang dibaca tanpa


penyimpangan
Pa = penyimpangan atas (upper allowance), penyimpangan
terbesar yang diizinkan
Pb = penyimpangan bawah (lower allowance) penyimpangan
terkecil yang diizinkan .
Umaks = Ukuran maksimum izin, penjumlahan antara ukuran
dasar dengan penyimpangan atas
Umin = ukuran minimum izin, penjumlahan antara ukuran dasar
dengan penyimpangan bawah.
TL = toleransi lubang; TP = toleransi poros : perbedaan
antara penyimpangan atas dengan penyimpangan bawah
atau perbedaan antara ukuran maksimum dengan
ukuran minimum izin.
GN = garis nol, ke atas daerah positif dan kebawah daerah
negatif.
US = ukuran sesungguhnya, ukuran dari hasil pengukuran
benda kerja setelah diproduksi, terletak diantara
ukuran minimum izin sampai dengan ukuran maksimum
izin.

Contoh:
17mm

Gambar 2.2 Cara Menghitung Toleransi

Toleransi Ukuran Gambar 2


+0,2

Jika pada gambar diatas tertera ukuran 17+0,1


Sehingga nilai toleransinya adalah:

Ud : 17mm
Pa : +0,2mm
Pb : +0,1mm
Umax : Ud + Pa = 17mm+0,2mm = 17,2mm
Umin : Ud + Pb = 17mm+0,1mm = 17,1mm
Tp: Pa Pb = +0,2 (+0,1)= 0,1mm atau Tl = Umax-Umin = 0,1mm
Us = Umin.Umax = 17,1mm 17,2mm
0
Jika 17-0,1
Ud : 17mm
Pa : 0
Pb : -0,1mm
Umax : Ud + Pa = 17mm+0= 17mm
Umin : Ud + Pb = 17mm-0,1mm = 16,9mm
Tp: Pa Pb = 0 (-0,1)= 0,1mm
Us = Umin.Umax = 16,9mm 17mm

+0,1

Jika 17 - 0,1

Ud : 17mm
Pa : +0,1mm
Pb : -0,1mm
Umax : Ud + Pa = 17mm+0,1mm= 17,1mm
Umin : Ud + Pb = 17mm-0,1mm = 16,9mm
Tp: Pa Pb = 0,1 (-0,1)= 0,2mm
Us = Umin.Umax = 16,9mm 17,1mm

Toleransi Ukuran Gambar 3


2.2.2. Toleransi Umum
Toleransi dikategorikan 2 jenis, pertama toleransi umum, yaitu toleransi
yang mengikat beberapa ukuran dasar, dan yang kedua adalah toleransi khusus,
yaitu toleransi yang hanya mewakili ukuran dasar dengan toleransi tersebut,
dimana pada umumnya dicantumkan beserta ukuran dasar. Berikut disampaikan
tabel toleransi umum yang standar pada gambar kerja kualitas toleransi umum
dipilih antara teliti, sedang atau kasar. Yang paling sering dipilih adalah kualitas
sedang (medium).
Tabel 2.1 toleransi umum

Tabel 2.2 toleransi umum untuk radius dan champer

Tabel 2.3 toleransi umum untuk sudut

Untuk menyederhanakan penampilan gambar, toleransi umum disajikan sebagai


berikut
10-0,1
20

8
38

Ukuran >6 30 >30 120


Toleransi 0,2 0,3

Gambar 2.3 toleransi secara umum

Toleransi Ukuran Gambar 4


Dalam hal ini 10-0,1 adalah ukuran dasar dengan toleransi khusus (biasanya bagian
tersebut nantinya berpasangan), penyimpangan izinnya harus dicantumkan
langsung setelah ukuran dasar (gambar). Ukuran dalam tanda kurung tidak terkena
aturan toleransi, harganya dipengaruhi oleh ukuran sesungguhnya yaitu
penjumlahan dari 7,8..8,2 dan 29,8..30,2 seperti uraian berikut ini.
Jika didapat ukuran minimum, akan dihasilkan 7,8+29,8=37,6 mm sedangkan jika
didapat ukuran maksimum akan dihasilkan 8,2+30,2 = 38,4 mm. Kedua ukuran
tersebut tidak memenuhi harga toleransi umum untuk 38 mm dengan kualitas
sedang.

2.2.3. Toleransi Internasional


Standar toleransi internasional ditentukan oleh ISO/R286 (ISO System of Limits
and Fits). Toleransi standar internasional disebut Toleransi Internasional atau IT.
Toleransi ISO (International Organization for Standardization) yang menggunakan
huruf dan angka toleransi dengan mengikuti ketentuan sebagai berikut
a) Suhu ruang pengukuran diseragamkan yaitu 20oC
b) Terdapat dua klasifikasi, yaitu :
(1) Golongan lubang, antara lain lebar alur pasak, lebar alur slot, lubang
untuk pena
(2) Golongan poros, antara lain poros, pasak slot.
Pada umumnya untuk penandaan toleransi ini menggunakan huruf capital untuk
lubang dan huruf kecil untuk poros, dan daerah H dijadikan sebagai patokan untuk
perancangan bagian yang berpasangan (suaian/fits), karena penyimpangan
bawahnya berimpit dengan garis nol. Adapun daerah h, penyimpangan atasnya
yang berimpit dengan garis nol. Kedudukan daerah toleransi lainnya seperti
kedudukan abjad terhadap huruf H.

Gambar 2.4 Daerah Toleransi

Toleransi Ukuran Gambar 5


Kwalitas toleransi merupakan kelompok toleransi yang dianggap mempunyai
ketelitian yang setaraf untuk semua ukuran dasar. ISO/R286 (ISO System of
Limits and Fits) menetapkan 18 kwalitas toleransi yaitu antara IT 01, IT0, IT 1
sampai dengan IT 16. Berikut ini penggunaan dari kwalitas toleransi tersebut:
IT 01 - IT 4 : dipergunakan untuk pekerjaan sangat teliti (alat ukut,
instrumen optik)
IT 5 IT 11 : dipergunakan pada bidang permesinan umum (bidang-bidang
mampu tukar, yang dapat digolongkan dalam pekerjaan sangat teliti dan
pekerjaan biasa)
IT 12 IT 16 : dipergunakan untuk pekerjaan kasar (rolling, casting)
Nilai toleransi standart untuk kwalitas 0,1, 0 dan 1 dapat dihitung dengan rumus
seperti pada tabel 2.4 di bawah ini. Dimana D adalah tingkat diameter nominal.

Tabel 2.4 Standart Toleransi Kwalitas 0,1, 0 dan 1.

Tabel 2.4 Standart Toleransi Kwalitas IT 2, IT 3 dan IT 4

Kwalitas toleransi untuk IT 5 IT 16 dapat dihitung dengan rumus seperti pada


tabel 2.5 di bawah ini.
Tabel 2.5 Toleransi Standar IT 5 IT 6

Toleransi Ukuran Gambar 6


Berdasarkan tabel 2.5 di atas, terdapat nilai i yang merupakan satuan toleransi
yang dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
i = 0,453D + 0,001D
Dimana : i = satuan toleransi (mikro)
D = Diameter nominal (mm)

Setelah didapatkan nilai i dari rumusan diatas, kemudian dimasukkan kedalam


rumusan pada tabel 2.5.
pada penyajiannya dilambangkan dengan angka, misalnya 10H7, 12g6. Untuk
memudahkan pengertian, pada ukuran dasar yang sama dengan kualitas berbeda
maka harga penyimpangan izinnya akan berbeda pula.
Contoh:
Dalam hal ini 10H7 harga penyimpangannya +15 mikrometer dan 0 atau
+0.015 mm dan 0, sedangkan 10H6 harga penyimpangannya +0,009 mm dan 0.
Jadi, harga toleransi 10H6 lebih kecil.
Tabel dibawah ini untuk lebih jelas dalam penentuan toleransi berdasarkan
strandart internasional
Tabel 2.6 Nilai numerik untuk toleransi standart

Toleransi Ukuran Gambar 7


2.3. Toleransi suaian lubang dan poros
Pada proses perakitan terdapat 2 atau lebih komponen yang masing-masing
mempunyai ukuran dan toleransi sendiri. Masing-masing komponen tersebut
saling berpasangan dan akan dirakit menjadi satu kesatuan. Perbedaan ukuran
yang diijinkan dari komponen-komponen yang berpasangan tersebut, dinamakan
suaian. Suaian disini berfungsi sebagai standarisasi dari komponen-komponen
yang berpasangan bebas.
2.3.1. Jenis jenis suaian
Suaian yang terjadi pada komponen berpasangan ada beberapa
macam, tergantung daerah toleransi dari poros, maupun lubang yang dipakai
sebagai basis pemberian toleransi. Jenis suaian adalah sebagai berikut:
1. Suaian longgar (Clearance fit),
yaitu bila bagian yang berpasangan pada waktu dipasang mempunyai kelonggaran
yang pasti. Ukuran dari poros selalu lebih kecil dari ukuran lubang.
Minimum clearance : Ukuran maximal poros dan ukuran lubang maksimal.
Maximum clearance : Ukuran poros minimal dan ukuran lubang maksimal.
2. Suaian transisi (Transition fit)
Terjadi jika poros dan lubang mempunyai ukuran yang sama. Pada suaian transisi
antara poros dan lubang masih bisa bergerak relativ.
3. Suaian sesak (Interfereance fit)
Pada suaian ini selalu ukuran minimum poros selalu lebih besar dari ukuran
maksimal lubang. Dalam proses perakitan kedua komponen yang berpasangan
dengan selalu ada paksaan. Pada suaian ini, antara poros dan lubang tidak bisa
bergerak ralativ satu sama lainnya. Perbandingan antara ketiga jenis suaian
dapat dilihat pada gambar 2.5.

Gambar 2.5 Perbandingan jenis suaian

Toleransi Ukuran Gambar 8


2.3.2. Sistem suaian
Terdapat dua sistem suaian yaitu sistem basis lubang, paling banyak
digunakan dan sistem basis poros.
2.3.2.1. Sistem Suaian basis lubang
Pada sistem basis lubang ini, poros menyesuaikan terhadap lubang
dasar. Sistem suaian basis lubang mempunyai lambang H. Sistem basis lubang
ini banyak digunakan dikarenakan proses pembuatan poros lebih mudah
daripada proses pembuatan lubang.
Ada 3 tingkatan suaian pada sistem basis lubang yaitu:
a) Suaian longgar
dengan pasangan daerah toleransi untuk lubang adalah H dan daerah
toleransi poros dari a sampai h.
b) Suaian transisi
dengan pasangan daerah toleransi lubang H dan daerah-daerah toleransi
poros dari j sampai n.
c) Suaian sesak
dengan pasangan daerah toleransi lubang H dan daerah toleransi poros dari p
sampai z.

Gambar 2.6 Bagan Suaian Sistem Basis Lubang


Tabel 2.1 Suaian Sistem Basis Lubang

Toleransi Ukuran Gambar 9


Tabel 2.2 Suaian Basis Lubang yang Sering Dibuat

Gambar 2.7 kedudukan daerah suaian basis lubang

2.3.2.2. Sistem Suaian basis poros


Pada sistem ini, lubang menyesuaikan terhadap poros dasar. Sistem suaian
basis poros mempunyai lambang h.
Ada 3 tingkatan suaian pada sistem basis poros yaitu:
1. Suaian longgar
dengan pasangan daerah toleransi untuk lubang adalah h dan daerah toleransi
poros dari A sampai H.
2. Suaian transisi
dengan pasangan daerah toleransi lubang h dan daerah-daerah toleransi poros
dari J sampai N.
3. Suaian sesak
dengan pasangan daerah toleransi lubang h dan daerah toleransi poros dari P
sampai Z.

Toleransi Ukuran Gambar 10


Gambar 2.8 Bagan Suaian Sistem Basis Poros
Tabel 2.3 Suaian Sistem Basis poros

untuk melihat lebih jelas kedudukan penyimpangan suaian dengan sistem basis
lubang dan poros, dapat diketahui pada gambar 2.4 dibawah ini

Gambar 2.9 kedudukan daerah suaian basis poros

Toleransi Ukuran Gambar 11


Gambar 2.6 Masing-masing kedudukan dari macam-macam daerah toleransi
untuk suatu diameter poros/lubang tertentu

Toleransi Ukuran Gambar 12


Tabel 2.4 Nilai penyimpangan lubang untuk tujuan umum.

Toleransi Ukuran Gambar 13


Tabel 2.5 Nilai penyimpangan poros untuk tujuan umum.

Tabel berikut merupakan sebagian kecil saja dari tabel toleransi standar
ISO. Untuk menggunakannya dilihat dari ukuran dasar kemudian bergeser ke
kanan dan lihat ke atas sampai pada huruf dan angka toleransi yang diinginkan.
Satuan pada tabel adalah mm, jika gambar kerja menggunakan satuan mm maka
harga dari tabel harus dibagi 1000.

Toleransi Ukuran Gambar 14


Tabel 2.6 toleransi standar ISO

Suatu ukuran yang diberikan toleransi harus dinyatakan (dituliskan) dengan


ukuran dasarnya kemudian diikuti dengan symbol yang terdiri atas huruf dan
angka, Contoh :
45 g7
Artinya : suatu poros dengan ukuran dasar 45 mm, posisi daerah toleransi
(penyimpangannya terhadap ukuran dasar) mengikuti aturan kode huruf g (posisi
daerah toleransi) serta nilai toleransinya mengikuti aturan kode angka 7 (angka
kualitas).
Arti kode g7 adalah, jika lubang pasangannya dirancang menuruti system suaian
berbasis lubang (misalnya 45 H6) akan terjadi suaian longgar. Bisa
diputar/digeser tetapi tidak bisa dengan kecepatan putar tinggi. Suaian tidak
bergoyang / bergetar. Juga dapat diartikan poros tersebut cukup dibubut tetapi

Toleransi Ukuran Gambar 15


perlu dilakukan dengan seksama (jika terpaksa perlu digerinda). Dimensi juga
perlu dikontrol dengan teliti karena untuk ukuran dasar 45 mm dengan kualitas 7
maka nilai toleransinya hanya 25 m.
Posisis daerah toleransi terhadap garis nol dan angka (kualitas) toleransi
untuk lubang maupun poros akan menentukan jenis suaian yang terjadi apabila
mereka disatukan (dirakit). Oleh karena itu, bagi suatu komponen yang
berpasangan apabila ukurannya dinyatakan dengan symbol toleransi ISO, secara
langsung jenis suaiannya dapat diketahui (longgar, paksa atau pas) dengan hanya
melihat symbol ISO yang tercantum pada gambar. Penulisan suatu suaian
dilakukan dengan menyatakan ukuran dasarnya (ukuran dasar poros harus sama
dengan ukuran dasar lubang)
kemudian diikuti dengan penulisan symbol toleransi dan angka kualitas.
Symbol untuk lubang harus dituliskan terlebih dahulu, sebagai contoh :
45 H8/g7
Artinya: untuk ukuran dasar 45 mm, lubang dengan penyimpangan H berkualitas
toleransi 8, berpasangan dengan poros dengan penyimpangan g dan
berkualitas toleransi 7.

2.3.3. Aplikasi Suaian


Aplikasi suaian untuk masing-masing sistem dapat dilihat pada tabel 2.7 dan 2.8
di bawah ini.
Tabel 2.7 Suaian basis lubang
Jenis Suaian Tingkat Suaian Lubang Poros Aplikasi
H11 c11 bagian-bagian yang mudah
H9 d10 berputar, mudah dipasang dan
e9 dibongkar tanpa paksa,
Suaian sangat misalnya dipakai pada
longgar poros roda gigi, poros
Suaian hubungan, dan bantalan
Longgar dengan kelonggaran yang pasti.
Suaian Longgar H8 f7 peralatan yang berputar terus-
H7 g6 menerus, misalnya dipakai pada
bantalan yang mempunyai
kelonggaran biasa, yaitu
bantalan jurnal.

Toleransi Ukuran Gambar 16


Suaian geser h6 dipakai pada peralatan yang
tidak berputar, misalnya senter
kepala lepas, sarung senter, dan
poros spindel.
Suaian puntir k6 digunakan apabila pasangannya
memerlukan kesesakan dan
dengan jalan dipuntir waktu
melepas maupun
memasang,misalnya sebuah
metal dengan tempat
Suaian
duduknya.
transisi
Suaian paksa n6 akan terjadi kesesakan
permukaan yang dipasang agak
panjang. Contoh pemakaiannya
pada plat pembawa dalam
mesin bubut, kopling, dan
sebagainya
Suaian kempa p6 Pasangan dalam suaian ini
ringan harus ditekan atau dipukui
dengan menggunakan palu
plastik atau palu kulit.
Pengunaan suaian ini misalnya
pada bus-bus bantalan dan
Suaian sesak pelak roda gigi.
Suaian kempa s6 Pemasangan suaian ini harus
berat ditekandengan gaya yang agak
berat dan suatu ketika harus
menggunakan mesin penekan.
Suaian ini digunakan pada
kopling atau pada gelang tekan.

Tabel 2.8 Suaian basis poros


Jenis Suaian Tingkat Suaian Lubang Poros Aplikasi
Suaian Suaian sangat h11 C11 Penggunaannya adalah
Longgar longgar h9 D10 pada bantalan-bantalan yang
E9 mudah dipasang dan dilepas
dengan poros.
Suaian Longgar h7 F8 penggunaannya pada bantalan
h6 G8 jurnal dan peralatan yang tidak
berputar
Suaian geser H7 Penggunaan pada peralatan
yang tidak berputar.

Toleransi Ukuran Gambar 17


Suaian Suaian puntir K7 dipakai pada peralatan yang
transisi pemasangannya harus
mengalami penekanan dan
dipuntir.
Suaian paksa N7 Pada sistem ini juga terjadi
kesesakan yang pasti.
Suaian sesak Suaian kempa P7 Pemasangan komponen dalam
ringan suaian ini harus ditekan.
Suaian kempa S7 Pemasangan komponen ini
berat harus ditekan dengan gaya
yang lebih berat.

2.3.4. Penulisan toleransi


2.3.4.1. Toleransi Linier
A. Toleransi suaian dengan lambang ISO
Komponen yang diberi ukuran dengan toleransi dinyatakan dalam
gambar seperti Gb. 2.7:
1) ukuran dasar
2) lambang toleransi
3) jika, di samping lambang-lambang, diperlukan mencantumkan
nilai-nilai penyimpangan, maka ini harus diperlihatkan dalam
kurung (Gambar 2.7), atau tanpa kurung.

30 G6

Gambar 2.10 Toleransi suaian dinyatakan dengan lambang ISO

30(+0.016
+0.004 )

Gambar 2.11 Toleransi suaian dinyatakan oleh lambang dan nilai penyimpangan

Toleransi Ukuran Gambar 18


B. Toleransi dengan angka
Komponen yang diberi ukuran dengan toleransi dinyatakan dalam gambar
seperti Gb. 2.12:
ukuran dasar
nilai-nilai penyimpangan
Urutan penulisan penyimpangan yaitu, penyimpangan atas harus ditulis di
atas dan penyimpangan bawah harus di tulis di bawah.

Gambar 2.12 Toleransi suaian dinyatakan oleh lambang dan nilai penyimpangan
C. Toleransi simetris
Jika nilai toleransi ke atas dan ke bawah sama besarnya (toleransi
simetris), nilai toleransinya hanya dituliskan sekali saja, dan didahului
oleh tanda(gambar 2.13).

Gambar 2.13 Toleransi simetris

D. Toleransi Sudut
Apabila pada gambar teknik terdapat daerah sudut, dan sudut tersebut harus diberikan
toleransi agar saat pengerjaan dapat terselesaikan dengan benar.

Gambar 2.14 Toleransi sudut


E. Toleransi Pada Gambar Susunan

Toleransi Ukuran Gambar 19


1) Letak lambang toleransi poros di depan lubang atau lambang untuk
poros di bawah lubang (gambar 2.15)

Gambar 2.15 Letak lambang toleransi poros

2) Nilai numerik dari penyimpangannya dapat ditulis dalam kurung atau


tanpa kurung seperti pada aturan dari sebuah komponen (gambar
2.16).

Gambar 2.16 Penulisan nilai numerik dari penyimpangannyan

2.4. Soal latihan


Kerjakan soal soal dibawah ini
1. Jika diketahui suatu benda kerja mempunyai dimensi ukuran dengan
diameter 25 mm, berapakah kualitas toleransinya menurut IT 8, IT 5 dan
IT 12 ?
2. Pada sebuah gambar teknik terdapat lambang-lambang toleransi suaian
lubang dan poros. Jelaskan maksud dari lambang berikut ;
a. 50,5+0,2
0

b. 45H7
c. 160 g7

Toleransi Ukuran Gambar 20


3. pada gambar dibawah ini terdapat sebuah poros berilah toleransi untuk setiap
ukuran gambar
20 60 25

M 16x1,5
15

11
1 2

110

4. Berilah nilai toleransi pada gambar dibawah ini sesuai standard ISO

DAFTAR PUSTAKA
Sumber Bahan Ajar 1.Lembar Kerja Praktek Pemesinan kelas 2 semester 1
Program KeahlianTeknik Mesin, Balai Latihan Pendidikan Teknik Yogyakarta.

J.La Heij dan Bruijn. Ilmu Menggambar Bangunan Mesin.Jakarta: Pradnya


Paramita,1991.

Sato,T dan Sugiarto. Menggambar Mesin. Jakarta: Pradnya Paramita, 2000

Warren J. Luzadder.Menggambar Teknik.Erlangga. Jakarta. 1999.

Toleransi Ukuran Gambar 21


Toleransi Ukuran Gambar 22
Toleransi Ukuran Gambar 23
Toleransi Ukuran Gambar 24
Toleransi Ukuran Gambar 25

Anda mungkin juga menyukai