a. Teory Prospek
Kahneman dan Tversky (1979) menyajikan bukti empiris terjadinya pelanggaran aksioma EUT (Expected
Utility Theory). Berdasarkan aksioma EUT, dalam kondisi ketidakpastian, orang akan memilih pilihan yang
menghasilkan expected utility terbesar. Mereka menamainya teori prospek (prospect theory).
Teori prospek adalah teori yang menjelaskan bagaimana seseorang mengambil keputusan dalam kondisi
tidak pasti. Substansi teori prospek adalah proses pembuatan keputusan individual yang berlawanan
dengan pembentukan harga yang biasa terjadi di ilmu ekonomi.
Aksioma-aksioma dalam teori prospek (PT) meliputi:
Reference point.
PT. Orang menentukan laba atau rugi berdasarkan reference point, bukan nilai absolut laba atau rugi
tersebut. Utilitas adalah fungsi dari laba atau rugi relatif terhadap benchmark (reference point).
EUT. Orang menentukan laba atau rugi berdasarkan nilai absolut kekayaan. Utilitas adalah fungsi dari nilai
kekayaan absolut (tidak ada reference point).
Utility function.
PT. Dalam domain laba, orang risk averse; dalam domain rugi, orang risk seeking. Fungsi utilitas adalah
cekung pada domain laba dan cembung pada domain rugi.
EUT. Orang diasumsikan selalu bersikap risk averse. Fungsi utilitas adalah cembung baik pada domain
laba maupun pada domain rugi
Loss aversion
PT. Loss aversion adalah tendensi orang lebih mengutamakan menghindari rugi daripada memperoleh
laba. Rugi memiliki kekuatan (power) psikologis sebanyak dua kali lipat daripada laba. Overweight terhadap
rugi dan underweight terhadap laba. Berubah 1% dari 2% ke 3% lebih bernilai besar daripada berubah 1%
dari 30% ke 31% (diminishing sensitivity).
EUT. Laba atau rugi tidak dapat didefinisikan karena teori ini tidak memiliki reference point untuk mengukur
laba atau rugi tersebut.
Beta adalah pengukur volatilitas return suatu sekuritas terhadap return pasar. Beta menggambarkan
besarnya perubahan harga suatu saham tertentu dibandingkan dengan perubahan harga pasar.
Beta pasar diestimasi dengan menggunakan return historis sekuritas dan pasar, misalnya 200 hari untuk
return harian. Beta pasar dapat diestimasi dengan CAPM.
Beta merupakan konsep yang penting dalam akuntansi keuangan karena beta merupakan pengukur risiko
sistematis suatu sekuritas terhadap risiko pasar.
Risiko sistematis adalah risiko yang tidak dapat didiversifikasi melalui portofolio. Risiko ini menggambarkan
faktor ekonomi secara keseluruhan yang mempengaruhi semua sekuritas yang ada.
Apabila fluktuasi return suatu sekuritas mengikuti fluktuasi return pasar, maka beta sekuritas tersebut
bernilai 1. Beta bernilai 1 berarti bahwa risiko sistematis suatu saham sama dengan risiko pasar.
Fama dan French, meneliti pasar modal USA untuk periode 1963-1990, menemukan bahwa beta memiliki
sedikit kemampuan untuk menjelaskan keuntungan sekuritas. Mereka menemukan bahwa book-to-market
ratio dan ukuran perusahaan (firm size) lebih signifikan menjelaskan keuntungan sekuritas.
Daripada melihat beta, lebih baik melihat book-to-market ratio dan ukuran perusahaan sebagai ukuran
risiko. Risiko akan meningkat dengan meningkatkanya book-to-marke ratio dan menurun dengan semakin
besarnya ukuran perusahaan.
Hasil penelitian Fama dan French ini menjadikan beta mati.
Apabila harga tidak bereaksi cepat terhadap informasi baru tetapi membutuhkan waktu lebih lama, maka
keuntungan abnormal dapat terjadi.
Berbagai anomali pasar modal efisien:
Teori prospek
Post-Announcement Drift
Rasio Keuangan
Akrual
Dalam membahas pengujian pasar efisien, maka harus juga membahas tentang adanya ketidak-teraturan
(anomali) yang ada yang terkait dengan hipotesis pasar efisien. Anomali di sini adalah salah satu bentuk
dari fenomena yang ada di pasar. Pada anomali ditemukan hal-hal yang seharusnya tidak ada bilamana
dianggap bahwa pasar efisien benar-benar ada. Artinya, suatu peristiwa (event) dapat dimanfaatkan untuk
memperoleh abnormal return. Dengan kata lain seorang investor dimungkinkan untuk
memperoleh abnormal return dengan mengandalkan suatu perisitiwa tertentu.
Anomali yang ada, tidak hanya ditemukan pada satu jenis bentuk pasar efisien saja, tetapi ditemukan pada
bentuk pasar efisien yang lain. Artinya, bukti empiris adanya anomali di pasar modal muncul pada semua
bentuk pasar efisien, walaupun kebanyakan ditemukan pada bentuk efisien semi-kuat (semi strong).
Pengujian berbasis ada tidaknya anomali menggunakan model pendekatan uji ke belakang (back
tested method). Pada model pendekatan ini peneliti melakukan pengujian untuk menjawab pertanyaan
bagaimana harga historis (hystorical price data) bergerak (berubah) sebagai konsekuensi dari adanya
kejadian atau pengamatan. Untuk kuatnya suatu pernyataan atau bukti akan adanya anomali pasar, perlu
adanya dukungan yang tidak sedikit. Artinya, beberapa penelitian harus memiliki kesimpulan yang tidak
jauh berbeda satu sama lain.
Dalam teori keuangan, dikenal sedikitnya empat macam anomali pasar. Keempat anomali tersebut adalah
anomali perusahaan (firm anomalies), anomali musiman (seasonal anomalies), anomali peristiwa atau
kejadian (event anomalies), dan anomali akuntansi (accounting anomalies).
Mengapa measurement perspective mengusulkan untuk memasukkan informasi yang bernilai lebih relevan
(more value-relevant information) dalam laporan keuangan pokok, padahal teori pasar modal efisien
berimplikasi bahwa catatan kaki dan pengungkapan lain sudah cukup?
Berdasarkan information perspective, historical cost digunakan sebagai basis akuntansi dan
mengandalkan pengungkapan penuh untuk meningkatkan manfaat informasi akuntansi bagi investor.
Bentuk pengungkapan tidak penting, yang penting adalah bahwa diasumsikan banyak rational investor dan
informed investor yang bereaksi cepat terhadap informasi akuntansi. Riset empiris tentang efisiensi pasar
modal telah mengkonfirmasi bahwa setidaknya informasi laba bermanfaat bagi pasar.
Akan tetapi, ada berbagai pertanyaan berkaitan dengan information pespective, seperti (1) laba hanya
direaksi oleh pasar sebesar 2% - 5%, (2) pasar modal mungkin tidak seefisien yang diduga, dan (3) tuntutan
tanggungjawab hukum oleh masyarakat terhadap akuntan meningkat. Ketiga alasan tersebut mendasari
adanya kemungkinan bahwa measurement perspective dapat meningkatkan relevansi informasi akuntansi
tanpa mengabaikan reliabilitas informasi akuntansi tersebut.
Dari sisi riset empiris, informasi laba hanya mampu menjelaskan sangat kecil tentang harga sekuritas. Lev
(1989) menemukan bahwa respon pasar terhadap berita baik atau berita buruk tentang earnings sangat
kecil. Variabilitas keuntungan abnormal dalam narrow window hanya 2% sampai 5% yang dijelaskan oleh
informasi earnings, sisanya diakibatkan oleh faktor lain selain perubahan earnings.
Menurut Lev, rendahnya respon pasar terhadap earnings disebabkan oleh earnings quality yang rendah.
Collins, Kothari, Shanken, dan Sloan (1994) menyatakan bahwa rendahnya reaksi pasar terhadap
informasi laba disebabkan oleh keterlambatan historical cost; yaitu historical cost menunggu terlalu lama
untuk mengakui suatu kejadian yang relevan. Hal ini menuntut perlunya perbaikan earnings quality dengan
pengenalan perspektif pengukuran terhadap laporan keuangan.
Dari sisi teori pasar modal efisien, pasar modal mungkin tidak efisien seperti dalam teori efisiensi pasar
modal. Investor memerlukan bantuan bagaimana implikasi informasi akuntansi terhadap prediksi
keuntungan masa depan.
Hal ini diperkuat oleh Ohlsons clean surplus theory yang menekankan bahwa peran utama laporan
keuangan adalah dalam penentuan nilai perusahaan, bukan perspektif informasi di mana laporan
keuangan sebagai salah satu sumber informasi. Teori ini menuntut ke arah perspektif pengukuran
D. Auditor Legal Liability
Akuntan menghadapi risiko tuntutan hukum yang lebih besar apabila aktiva tetap dinyatakan terlalu tinggi
dibandingkan apabila aktiva tetap dinyatakan terlalu rendah. Hal ini sesuai dengan prinsip konservatisme.
Pengungkapan terhadap risiko (value at risk) juga berorientasi pada measurement perspective. Dalam hal
ini, perusahaan (bukan investor) menyiapkan penilaian tentang risiko karena perusahaan lebih mengerti
risiko yang mereka hadapi daripada investor. Pengungkapan risiko ini memiliki potensi yang besar dalam
decision usefulness.
Akuntan dapat memproteksi diri dengan penggunaan measurement perspective dengan mengadopsi fair
value seperti mark-to-market. Akuntan dapat secara eksplisit menjawab tuntutan hukum masyarakat
dengan mengatakan bahwa laporan keuangan telah mengantisipasi perubahan nilai instrumen keuangan
apakah akan mengarah ke kelangsungan hidup atau ke kebangkrutan. Dalam hal ini estimasi dan judgment
banyak digunakan. Karena itu, akuntan dapat mengadopsi fair value hanya apabila dengan pengukuran
tersebut reliabilitas informasi keuangan tidak berkurang