1. Pengertian ADL
ADL adalah kegiatan melakukan pekerjaan rutin sehari-hari. ADL merupakan aktivitas pokok pokok bagi
perawatan diri. ADL meliputi antara lain : ke toilet, makan, berpakaian (berdandan), mandi, dan
berpindah tempat . (Hardywinito & Setiabudi, 2005).
Sedangkan menurut Brunner & Suddarth (2002) ADL adalah aktifitas perawatan diri yang harus pasien
lakukan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup sehari-hari .
ADL adalah ketrampilan dasar dan tugas okupasional yang harus dimiliki seseorang untuk merawat
dirinya secara mandiri yang dikerjakan seseorang sehari-harinya dengan tujuan untuk
memenuhi/berhubungan dengan perannya sebagai pribadi dalam keluarga dan masyarakat
(Sugiarto,2005)
Istilah ADL mencakup perawatan diri (seperti berpakaian, makan & minum, toileting, mandi, berhias,
juga menyiapkan makanan, memakai telfon, menulis, mengelola uang dan sebagainya) dan mobilitas
(seperti berguling di tempat tidur, bangun dan duduk, transfer/bergeser dari tempat tidur ke kursi atau
dari satu tempat ke tempat lain) (Sugiarto,2005).
1) ADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu ketrampilan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk
merawat dirinya meliputi berpakaian, makan & minum, toileting, mandi, berhias. Ada juga yang
memasukkan kontinensi buang air besar dan buang air kecil dalam kategori ADL dasar ini. Dalam
kepustakaan lain juga disertakan kemampuan mobilitas (Sugiarto,2005)
2) ADL instrumental, yaitu ADL yang berhubungan dengan penggunaan alat atau benda penunjang
kehidupan sehari-hari seperti menyiapkan makanan, menggunakan telefon, menulis, mengetik,
mengelola uang kertas ADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu ketrampilan dasar yang harus dimiliki
seseorang untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan & minum, toileting, mandi, berhias. Ada
juga yang memasukkan kontinensi buang air besar dan buang air kecil dalam kategori ADL dasar ini.
Dalam kepustakaan lain juga disertakan kemampuan mobilitas (Sugiarto,2005)
3) ADL vokasional, yaitu ADL yang berhubungan dengan pekerjaan atau kegiatan sekolah.
4) ADL non vokasional, yaitu ADL yang bersifat rekreasional, hobi, dan mengisi waktu luang.
3. Cara Pengukuran ADL
ADL mencakup kategori yang sangat luas dan dibagi-bagi menjadi sub kategi atau domain seperti
berpakaian, makan minum, toileting/higieni pribadi, mandi, berpakaian, transfer, mobilitas, komunikasi,
vokasional, rekreasi, instrumental ADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu ketrampilan dasar yang
harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan & minum, toileting, mandi,
berhias. Ada juga yang memasukkan kontinensi buang air besar dan buang air kecil dalam kategori ADL
dasar ini. Dalam kepustakaan lain juga disertakan kemampuan mobilitas (Sugiarto,2005)
Pengkajian ADL penting untuk mengetahui tingkat ketergantungan atau besarnya bantuan yang
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.Pengukuran kemandirian ADL akan lebih mudah dinilai dan
dievaluasi secara kuantitatif denagn sistem skor yang sudah banyak dikemukakan oleh berbagai penulis
ADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu ketrampilan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk
merawat dirinya meliputi berpakaian, makan & minum, toileting, mandi, berhias. Ada juga yang
memasukkan kontinensi buang air besar dan buang air kecil dalam kategori ADL dasar ini. Dalam
kepustakaan lain juga disertakan kemampuan mobilitas (Sugiarto,2005)
Indeks barthel Skala ordinal Sangat handal & <10 Skala ADL
dengan skor 0(total sangat sahih, dan menit,sangat yang sudah
dependent)- cukup sensitif. ssuai untuk diterima
100(total skrining, secara luas,
independent) : 10 penilaian kehandalan
item :makan, formal, dan
mandi, berhias, pemantauan & kesahihan
berpakaian, kontrol pemeliharaan sangat baik.
kandung terapi.
kencing,dan
kontrol anus,
toileting, transfer
kursi/tempat tidur,
mobilitas dan naik
tangga.
Indeks Katz Penilaian dikotomi Kehandalan & < 10 menit, Skala ADL
dengan urutan kesahihan cukup; sangat sesuai yang sudah
dependensi yang kisaran ADL sangat untuk skrining, diterima
hierarkis : mandi, terbatas (6 item) penilaian secara luas,
berpakaian, formal, kehandalan
toileting, transfer, pemantauan & dan
kontinensi, dan pemeliharaan kesahihan
makan. Penilaian terapi. cukup,
dari A (mandiri menilai
pada keenam item) keterampilan
sampai G dasar, tetapi
(dependent pada tidak menilai
keenam item). berjalan &
naik tangga
FIM (Functional Skala ordinal Kehandalan & < 20 menit, Skala ADL
Independence dengan 18 item, 7 kesahihan baik, sangat sesuai yang sudah
Measure) level dengan skor sensitif dan dapat untuk skrining, diterima
berkisar antara 18- mendeteksi penilaian secara luas.
126; area yang perubahan kecil formal, Pelatihan
dievaluasi; dengan 7 level. pemantauan & untuk
perawatan diri, pemeliharaan petugas
kontrol stingfer, terapi serta pengisi lebih
transfer, lokomosi, evaluasi lama karena
komunikasi, dan program. item banyak.
kognitif sosial.
Sumber : Sugiarto,2005.
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa indeks barthel handal, sahih, dan cukup sensitif, pelaksanaannya
mudah, cepat (dalam waktu kurang dari 10 menit), dari pengamatan langsung atau dari catatan medik
penderita, lingkupnya cukup mewakili ADL dasar dan mobilitas ADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu
ketrampilan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan &
minum, toileting, mandi, berhias. Ada juga yang memasukkan kontinensi buang air besar dan buang air
kecil dalam kategori ADL dasar ini. Dalam kepustakaan lain juga disertakan kemampuan mobilitas
(Sugiarto,2005).
Indeks Barthel mengukur kemandirian fungsional dalam hal perawatan diri dan mobilitas. Mao dkk
mengungkapkan bahwa IB dapat digunakan sebagai kriteria dalam menilai kemampuan fungsional bagi
pasien-pasien yang mengalami gangguan keseimbangan, terutama pada pasien pasca stroke.
5. Mandi 0 5
9. Mengontrol anus 5 10
Sumber : Sugiarto,2005.
IB tidak mengukur ADL instrumental, komunikasi dan psikososial. Item-item dalam IB dimaksudkan
untuk menunjukkan tingkat pelayanan keperawatan yang dibutuhkan oleh pasien. IB merupakan skala
yang diambil dari catatan medik penderita, pengamatan langsung atau dicatat sendiri oleh pasien. Dapat
dikerjakan dalam waktu kurang dari 10 menit (Sugiarto,2005).
IB versi 10 item terdiri dari 10 item dan mempunyai skor keseluruhan yang berkisar antara 0-100,
dengan kelipatan 5, skor yang lebih besar menunjukkan lebih mandiri.
Penulis Interpretasi
100 Independen/Mandiri
100 Independen/Mandiri
91-100 Mandiri
Sumber : Sugiarto,2005.
IB sudah dikenal secara luas, memiliki kehadalan dan kesahian yang tinggi. Shah melaporkan koefisien
konsisten internal alfa 0,87 sampai 0,92 yang menunjukkan kehandalan intra dan inter-rater yang sangat
baik. Wartski dan Green menguji 41 pasien dengan interval 3 minggu, ternyata hasilnya sangat
konsisten. Ada 35 pasien yang skornya turun 10 poin. Collin dkk meneliti konsistensi laporan sendiri dan
laporan perawat, didasarkan pengamatan klinis, pemeriksaaan dari perawat dan pemeriksaan dari
fisioterapis. Ternyata koefisien konkordasi (kesesuaian) dari Kendall menunjukkan angka 0,93 yang
berarti pengamatan berulang dari orang yang berbeda akan menghasilkan kesesuaian yang sangat
memadai (Sugiarto,2005).
Wade melaporkan kesahian IB yang dibuktikan dengan angka korelasi 0,73 dan 0,77 dengan
kemampuan motorik dari 976 pasien stroke. Kesahihan prediktif IB juga terbukti baik. Pada penelitian
dengan stroke, persentase meninggal dalam 6 bulan masuk rumah sakit turun secara bermakna bila
skor IB tinggi saat masuk rumah sakit (Sugiarto,2005).
Intepretasi yang paling banyak digunakan adalah menurut Shah dkk karena telah dikenal luas dan cukup
rinci untuk mengetahui tingkat kemandirian seseorang dalam melakukan ADL (Sugiarto,2005).
1. ROM sendi
2. Kekuatan otot
3. Tonus otot
4. Propioseptif
5. Persepti visual
6. Kognitif
7. Koordinasi
8. Keseimbangan (Sugiarto,2005)
Menurut Hadiwynoto (2005) faktor yang mempengaruhi penurunan Activities Daily Living adalah:
2) Kapasitas mental
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Aziz. 2007. Riset Keperawatan Dan Tehnik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika
American Psychiatric. 2004. Diagnostic And Statistical Manual Of Mental Disorders Fouth Edition.
Washington DC: American Psychiatric Association
Amir. 2005. Diagnosis Dan Penatalaksanaan Depresi Pasca Stroke. Jakarta: Cermin Dunia Kedokteran
BJ, Sadock VA. 2009. Comprehensive Textbook Of Psychiatry, 7th ed, Philadelphia: Williams & Wilkins
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medical Bedah Edisi 8 Volume 1.Jakarta:EGC
Carod-Artal FJ. 2010. Depresi Pasca Stroke : Bias Prediksi Bantu Pencegahan? Cerebrovas Dis 28.
http://www.medscape.com/viewarticle/727042.Diakses tanggal 01 November 2011, jam 18.30 WIB.
Dharmady, Agus. 2009. Stroke dan Depresi Pasca Stroke Majalah Kedokteran Damianus Vol.8 No.1.
Jakarta : FK Unika Atma Jaya
Faisal, Idrus. 2007. Depresi Pada Penyakit Parkinson Cermin Dunia Kedokteran No.156. Makassar : FK
Hasanuddin
Hawari, Dadang. 2006. Manajemen Stress, Cemas, Dan Depresi. Jakarta: Gaya Baru
Hidayat, A. Aziz A . 2003. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika
Hidayat. 2007. Metodologi Penelitian keperawatan Dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika
Hidayat, A. Aziz A. 2010. Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif. Surabaya : Health Books
Publishing
Indriyati. 2009. Hubungan Tingkat Activity Daily Living (ADL) Dengan Tingkat Depresi Pada Pasien Stroke
Di Bangsal Anggrek 1 Rs.Dr. Moewardi Surakarta. Surakarta : UMS.
Iskandar J.2004. Panduan Praktis Pencegahan & Pengobatan Stroke. Jakarta: PT.Bhuana Ilmu Populer
Kaplan, Saddock. 2003. Sinopsis Psikiatry, Ilmu Pngetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jakarta: Binarupa
Aksara
Kapplan, Sadock, BJ. 2005. Comprehensive Textbook Of Psychiatry,6th Ed. USA : Lippincott.