TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sengatan Listrik
2.1.1 Definisi
Kesetrum atau dalam bahasa ilmiah disebut sengatan listrik (electric shock)
adalah sebuah fenomena dalam kehidupan. Secara sederhana kesetrum dapat
dikatakan sebagai suatu proses terjadinya arus listrik dari luar ke tubuh. Sengatan
listrik dapat terjadi karena kontak dari tubuh manusia dengan sumber tegangan yang
cukup tinggi sehingga dapat menimbulkan arus melalui otot atau rambut. Ketika
tersengat lsitrik, terdapat beda potensial (arus dari potensial tinggi ke rendah)
sehingga muncul tegangan listrik antara tubuh dan lingkungan kita.
Kesetrum adalah fenomena yang terjadi karena adanya arus yang resistansi
dengan plasma darah dalam tubuh kita. Arus terjadi karena ada perpindahan
elektron dan proton, pergerakan arus yang terhambat akan menghasilkan energy
panas.
2.1.2 Etiologi Sengatan Listrik
Penyebab terjadinya sengatan listrik bukan karena tegangan listrik, tetapi
karena adanya arus listrik yang mengalir. Sebenarnya arus listrik pun memang
sudah ada di tubuh kita sebagai pengantar informasi dari indera ke otak (seperti
sensor dan prosesor).
Seseorang bisa tersengat listrik karena ada banyak kemungkinan, antara lain :
a. Menyentuh kabel terbuka berarus listrik
b. Menyentuh kabel berarus yang isolasinya rusak
c. Kegagalan peralatan
d. Terkena muatan listrik statis
e. Disambar petir (akan dibahas khusus dalam proteksi petir.
2.1.3 Patofisiologi
Ketika terjadinya kontak antarabagian tubuh manusia dengan suatu sumber
tegangan listrik yang cukup tinggi, kejadian itulah yang mampu mengakibatkan
arus listrik mengalir kedalam tubuh manusia tepatnya melalui. Arus listrik memiliki
sifat sifat mengalir dari pontensial tinggi ke potensial rendah. Dalam kasus sehari-
3
4
hari sumber tegangan listrik ini memilki potensial tinggi, sementara bumi tempat
berpijak memilki potensial rendah. Jadi, tegangan ini ingin mengalirkan arusnya
kebumi. Pada saat terjadi kontak antara manusia dengan sumber tegangan saat
manusia ini meninjak bumi, maka tubuh manusia ini akan menjadi suatu konektor
antara sumber tegangan dengan bumi. Perlu diingat bahwa tubuh manusia sebagian
besar terdiri dari air, sehingga tubuh manusia merupakan konduktor yang baik,
karena air merupakan konduktur yang baik. Saat terkena sengatan listrik, arus listrik
menimbulkan, gangguan karena rangsangan terhadap saraf dan otot. Energi panas
yang timbul akibat tahanan jaringan yang dilalui dapat menyebabkan luka bakar.
Luka bakar ini timbul akibat dari bunga api listrik yang suhunya dapat mencapai
2.500oC. Tegangan lebih baru 500 volt merupakan reesiko tinggi terhadap
keselamatan jiwa. Arus bolak balik menimbulkan rangsangan otot berupa kejang –
kejang.
Bila arus tersebut melalui jantung, kekuatan sebesar 60 miliamper saja
sudah cukup untuk menimbulkan jantung (fiblilasi ventrikel). Bila kawat berarus
listrik terpegang olh tangan, maka pegangan akan sulit dilepaskan karena arus
listrik tersebut menimbulkan kontraksi dari otot – otot jari tangan. Otot fleksor atau
otot mengenggam jari lebih kuat dari otot ekstensor. Jika arus listrik tengangan
tinggi mengenai dada akan menyebabkan gangguan pernafasan. Bila menganai
kepala, dapat menyebabkan tidak sadarkan diri. Pada tegangan rendah, arus searah
tidak berbahaya dibandingkan dengan arus bolak balik.
Kelancaran arus masuk ketubuh tergantung juga basah atau keringnya kulit
yang kontak dengan arus listrik. Bila kulit basah atau lembab, arus listrik akan
mudah masuk kedalam tubuh. Pada tempat masuk arus listrik, akan tampak luka
masuk yang merupa luka bakar sedangkan pada tempat luka keluar akan terkesan
loncatan arus keluar. Arus keluar biasanya sulit ditemukan. Panas yang timbul yang
mengenai pembuluh darah akan dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah
yang semakin lama dapat menyebakan kematian jaringan. Kadang luka bakar yang
tampak dari luar tampak ringan tetapi kerusakan jaringan yang lebih dalam, luas
dan berat. Kerusakan otot yang berat dapaat terlihatpada kencing yang berwarna
5
Luka bakar listrik dan cidera adalah hasil dari pengaruh arus listrik,
melewati tubuh manusia. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan sementara atau
6
permanen pada kulit, organ utama dan jaringan. Tingkat kerusakan tergantung pada
kekuatan dan durasi arus listrik.
Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai fungsi
sebagai pelindung tubuh dan berbagai trauma ataupun masuknya bakteri, kulit juga
mempunyai fungsi utama reseptor yaitu untuk mengindera suhu, perasaan nyeri,
sentuhan ringan dan tekanan, pada bagian stratum korneum mempunyai
kemampuan menyerap air sehingga dengan demikian mencegah kehilangan air
serta elektrolit yang berlebihan dan mempertahankan kelembaban dalam jaringan
subkutan.
Tubuh secara terus menerus akan menghasilkan panas sebagai hasil
metabolisme makanan yang memproduksi energi, panas ini akan hilang melalui
kulit, selain itu kulit yang terpapar sinar ultraviolet dapat mengubah substansi yang
diperlukan untuk mensintesis vitamin D. kulit tersusun atas 3 lapisan utama yaitu
epidermis, dermis dan jaringan subkutan.
1. Lapisan epidermis, terdiri atas :
a. Stratum korneum, selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel, inti selnya
sudah mati dan mengandung keratin, suatu protein fibrosa tidak larut yang
membentuk barier terluar kulit dan mempunyai kapasitas untuk mengusir patogen
dan mencegah kehilangan cairan berlebihan dari tubuh.
b. Stratum lusidum. Selnya pipih, lapisan ini hanya terdapat pada telapak tangan
dan telapak kaki.
c. Stratum granulosum, stratum ini terdiri dari sel-sel pipi seperti kumparan, sel-
sel tersebut terdapat hanya 2-3 lapis yang sejajar dengan permukaan kulit.
d. Stratum spinosum/stratum akantosum. Lapisan ini merupakan lapisan yang
paling tebal dan terdiri dari 5-8 lapisan. Sel-selnya terdiri dari sel yang bentuknya
poligonal (banyak sudut dan mempunyai tanduk).
e. Stratum basal/germinatum. Disebut stratum basal karena sel-selnya terletak di
bagian basal/basis, stratum basal menggantikan sel-sel yang di atasnya dan
merupakan sel-sel induk.
7
2.2.3 Etiologi
a. Luka bakar suhu tinggi(Thermal Burn): gas, cairan, bahan padat Luka bakar
thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas (scald) ,jilatan api ketubuh (flash),
kobaran api di tubuh (flam), dan akibat terpapar atau kontak dengan objek-objek
panas lainnya(logam panas, dan lain-lain) (Moenadjat, 2005).
8
b. Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn) : Luka bakar kimia biasanya
disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang biasa digunakan dalam bidang industri
militer ataupu bahan pembersih yang sering digunakan untuk keperluan rumah
tangga (Moenadjat, 2005).
2.2.4 Patofisiologi
Sumber : http://www.lpkeperawatanku.cf/2017/03/laporan-pendahuluan-
combustioluka-bakar.html
Faktor, yang dapat meningkatkan kemungkinan listrik luka bakar atau cedera
termasuk:
c. Bekerja dengan instalasi listrik dan peralatan listrik tanpa pelatihan yang tepat.
Gejala tergantung pada kekuatan listrik, melewati tubuh dan durasi efek.
Kejutan listrik dapat menyebabkan kontraksi otot kuat. Pemotongan ini dapat
menyebabkan jatuh atau cedera, termasuk patah tulang. Gejala lain shock
termasuk:
a. Mati rasa atau kesemutan;
b. Kelemahan;
c. Luka bakar yang terlihat pada kulit;
d. Sakit kepala;
e. Disorientasi.
Arus listrik juga dapat mengganggu fungsi-fungsi tertentu dalam tubuh, yang
dapat menyebabkan:
a. Tekanan darah rendah, yang dapat menyebabkan pusing dan kelemahan;
b. Kejang;
c. Aritmia, yang dapat terlihat, atau merasa sebagai berdebar-debar di dada.
Sengatan listrik juga dapat menyebabkan gagal jantung, kegagalan pernafasan
dan/atau kehilangan kesadaran.
2.2.7 Klasifikasi
Klasifikasi luka bakar Listrik menurut kedalaman
a. Luka bakar derajat I
Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis superfisial, kulit kering hiperemik,
berupa eritema, tidak dijumpai pula nyeri karena ujung –ujung syaraf sensorik
teriritasi, penyembuhannya terjadi secara spontan dalam waktu 5 -10 hari
(Brunicardi et al., 2005)
11
1. Triase.
Resusitasi kardiopulmonal harus dimulai pada pasien yang datang tanpa
nadi atau pernapasan. Walaupun automatisitas intrinsik kardiak dapat memperbaiki
aktivitas listrik jantung, henti napas yang disebabkan oleh luka sistim saraf pusat,
biasanya akan berlangsung lebih lama dari henti jantung dan dapat menyababkan
henti jantung kedua dengan fibrilasi ventrikel akibat hipoksia. Jika korban sudah
dipasang bentilasi setelah henti jantung pertama, sebenarnya secara teori, henti
jantung kedua dapat dihindarkan.
2. Resusitasi awal.
Korban akibat sengatan listrik dapat mengalami kombinasi perawatan untuk
jantung dan trauma juga karena biasanya terjadi luka tumpul traumatik dan luka
bakar. Fiksasi spinal di indikasikan apabila memang dicurigai terdapat trauma di
spinal. Fraktur dan dislokasi harus di bebat dan luka bakar harus ditutupi dengan
pembalut yang bersih dan kering. Pasang jalur intravena dengan jarum yang besar
pada seluruh pasien. Pasien yang hipoetnsi harus mendapatkan cairan isotonik bolus
20 ml/kg dan dilanjutkan cairan pemeliharaan tergantung dari hemodinamik pasien.
2.2.9 Penatalaksanaan Gawat Darurat
Korban sengatan listrik biasanya tidak memberikan keterangan yang
adekuat, baik itu akibat beratnya luka, adanya syok, hipoksia, kehilangan kesadaran
atau kebingungan yang biasanya menyertai pasien dengan luka yang tidak terlalu
berat. Keterangan biasanya di dapatkan dari orang sekitarnya dan paramedik yang
membantu, termasuk didalamnya sumber listrik, lamanya kontak, faktor
lingkungan tempat kejadian dan nilai-nilai ukuran resusitasi yang diperlukan.
Bantuan resusitasi harus dilanjutkan di Gawat Darurat dengan pemberian cairan
intravena yang adekuat.
Cairan harus diberikan pada rata-rata yang mencukupi dan sesuai dengan
keluaran urin setidaknya 0,5 sampai 1,0 ml/kg/jam tanpa adanya hematuria dan 1.0
sampai 1.5 ml/kg/hr jika ada hematuria. Pemantauan kardiak di indikasikan untuk
pasien dengan luka yang berat. Semua pasien sengatan listrik tegangan tinggi dan
rendah yang memiliki keluhan kardiorespirasi sehingga harus dilakukan EKG.
15
Status klinis pasien juga harus di pantau secara invasif dengan kateter
tekanan vena sentral, monitor tekanan intrakranial, dan kateter Swan-Ganz.
2.2.10 Pemeriksaan Laboratorium
Evaluasi laboratorium pada pasien yang mengalami sengatan listrik tergantung
dari luas luka. Semua pasien dengan adanya bukti luka konduktif atau luka bakar
dipermukaan kulit, harus mendapatkan pemeriksaan laboratorium , seperti dibawah
ini:
a. Darah lengkap perifer
b. Kadar elektrolit
c. Mioglobulin serum;
semua pasien harus di evaluasi kearah mioglobinuria, komplikasi tersering
dari luka sengatan listrik tegangan tinggi. Mioglobinuria di tegakkan apabila
didapatkan hematuria atau dari pemeriksaan dipstick urin positif ada darah, tetapi
tidak didapatkan eritrosit pada pemeriksa-an mikroskopik.
d. BUN (blood urea nitrogen)
e. Kreatitin serum, dan
f. Urinalisis
Pemeriksaan yang khusus:
a. Pemeriksaan enzim pankreas dan hepatik dan koagulasi
Dilakukan pada pasien dengan luka hebat akibat sengatan listrik atau
dicurigai adanya luka intraabdominal
b. Pemeriksaan analisis gas darah
Dilakukan pada korban yang memerlukan intervensi ventilator atau
terapi alkalinisasi.
c. Pemeriksaan kadar Creatine kinase (CK) dan isoenzim.
Kadar puncak CK yang terlihat dapat memperkirakan jumlah otot yang
terkena, risiko amputasi, dan lamanya perawatan rumah sakit.
16
Pasien yang tidak memiliki gejala dan pemeriksaan fisik yang normal
setelah adanya sengatan listrik tegangan rendah dapat diyakinkan untuk keluar
rumah sakit tanpa pemeriksaan-pemeriksaan tambahan. Pasien-pasien dengan luka
bakar kutaneus atau pasien-pasien yang memiliki keluhan ringan yang menetap
dapat rawat jalan jika EKG normal dan tidak ada pigmen heme dalam urinnya.
Apabila didapatkan adanya keluhan-keluhan lain yang tidak dapat diatasi, pasien
harus dirujuk kepada spesialis yang kompeten dan terkait.