Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sengatan Listrik
2.1.1 Definisi
Kesetrum atau dalam bahasa ilmiah disebut sengatan listrik (electric shock)
adalah sebuah fenomena dalam kehidupan. Secara sederhana kesetrum dapat
dikatakan sebagai suatu proses terjadinya arus listrik dari luar ke tubuh. Sengatan
listrik dapat terjadi karena kontak dari tubuh manusia dengan sumber tegangan yang
cukup tinggi sehingga dapat menimbulkan arus melalui otot atau rambut. Ketika
tersengat lsitrik, terdapat beda potensial (arus dari potensial tinggi ke rendah)
sehingga muncul tegangan listrik antara tubuh dan lingkungan kita.
Kesetrum adalah fenomena yang terjadi karena adanya arus yang resistansi
dengan plasma darah dalam tubuh kita. Arus terjadi karena ada perpindahan
elektron dan proton, pergerakan arus yang terhambat akan menghasilkan energy
panas.
2.1.2 Etiologi Sengatan Listrik
Penyebab terjadinya sengatan listrik bukan karena tegangan listrik, tetapi
karena adanya arus listrik yang mengalir. Sebenarnya arus listrik pun memang
sudah ada di tubuh kita sebagai pengantar informasi dari indera ke otak (seperti
sensor dan prosesor).
Seseorang bisa tersengat listrik karena ada banyak kemungkinan, antara lain :
a. Menyentuh kabel terbuka berarus listrik
b. Menyentuh kabel berarus yang isolasinya rusak
c. Kegagalan peralatan
d. Terkena muatan listrik statis
e. Disambar petir (akan dibahas khusus dalam proteksi petir.
2.1.3 Patofisiologi
Ketika terjadinya kontak antarabagian tubuh manusia dengan suatu sumber
tegangan listrik yang cukup tinggi, kejadian itulah yang mampu mengakibatkan
arus listrik mengalir kedalam tubuh manusia tepatnya melalui. Arus listrik memiliki
sifat sifat mengalir dari pontensial tinggi ke potensial rendah. Dalam kasus sehari-

3
4

hari sumber tegangan listrik ini memilki potensial tinggi, sementara bumi tempat
berpijak memilki potensial rendah. Jadi, tegangan ini ingin mengalirkan arusnya
kebumi. Pada saat terjadi kontak antara manusia dengan sumber tegangan saat
manusia ini meninjak bumi, maka tubuh manusia ini akan menjadi suatu konektor
antara sumber tegangan dengan bumi. Perlu diingat bahwa tubuh manusia sebagian
besar terdiri dari air, sehingga tubuh manusia merupakan konduktor yang baik,
karena air merupakan konduktur yang baik. Saat terkena sengatan listrik, arus listrik
menimbulkan, gangguan karena rangsangan terhadap saraf dan otot. Energi panas
yang timbul akibat tahanan jaringan yang dilalui dapat menyebabkan luka bakar.
Luka bakar ini timbul akibat dari bunga api listrik yang suhunya dapat mencapai
2.500oC. Tegangan lebih baru 500 volt merupakan reesiko tinggi terhadap
keselamatan jiwa. Arus bolak balik menimbulkan rangsangan otot berupa kejang –
kejang.
Bila arus tersebut melalui jantung, kekuatan sebesar 60 miliamper saja
sudah cukup untuk menimbulkan jantung (fiblilasi ventrikel). Bila kawat berarus
listrik terpegang olh tangan, maka pegangan akan sulit dilepaskan karena arus
listrik tersebut menimbulkan kontraksi dari otot – otot jari tangan. Otot fleksor atau
otot mengenggam jari lebih kuat dari otot ekstensor. Jika arus listrik tengangan
tinggi mengenai dada akan menyebabkan gangguan pernafasan. Bila menganai
kepala, dapat menyebabkan tidak sadarkan diri. Pada tegangan rendah, arus searah
tidak berbahaya dibandingkan dengan arus bolak balik.
Kelancaran arus masuk ketubuh tergantung juga basah atau keringnya kulit
yang kontak dengan arus listrik. Bila kulit basah atau lembab, arus listrik akan
mudah masuk kedalam tubuh. Pada tempat masuk arus listrik, akan tampak luka
masuk yang merupa luka bakar sedangkan pada tempat luka keluar akan terkesan
loncatan arus keluar. Arus keluar biasanya sulit ditemukan. Panas yang timbul yang
mengenai pembuluh darah akan dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah
yang semakin lama dapat menyebakan kematian jaringan. Kadang luka bakar yang
tampak dari luar tampak ringan tetapi kerusakan jaringan yang lebih dalam, luas
dan berat. Kerusakan otot yang berat dapaat terlihatpada kencing yang berwarna
5

gelap karena bercampur dengan mioglobin yang dapat menyebabkan kerusakan


ginjal.
Akibat dari sengatan listrik bisa bermacam – macam. Mulai dari sekedar
terkejut, membuat luka bakar ditubuh, atau tergolong fatal yang merupa kematian.
Salah satu efek terberat dari sengatan listrik adalah terjadinya luka bakar.
2.1.4 Pencegahan sengatan listrik
Untuk mengurangi kesempatan untuk luka bakar listrik dan cidera:
a. Menggunakan colokan untuk menutup soket tidak terpakai.
b. Menjaga tali listrik keluar dari jangkauan anak-anak.
c. Menghindari kejutan listrik sesuai dengan petunjuk keselamatan produsen ketika
menggunakan peralatan listrik,
d. Selalu Matikan pemutus rangkaian pada lipatan ketika melakukan renovasi di
memanfaatkan.
e. Hindari menggunakan peralatan listrik di kamar mandi atau kelembaban yang
tinggi.
f. Tidak pernah menyentuh perangkat listrik, pada saat yang sama menyentuh
keran atau air pipa.
g. Menghindari badai petir. Jika petir menangkap Anda di luar ruangan, secepat
mungkin dan menemukan tempat penampungan yang dapat diandalkan.
2.2 Luka Bakar Listrik
2.2.1 Definisi
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik,
bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih
dalam.(Padila, 2012)

Luka bakar (combustio/burn) adalah cedera (injuri) sebagai akibat kontak


langsung atau terpapar dengan sumber-sumber panas (thermal), listrik (electrict),
zat kimia (chemycal), atau radiasi (radiation). (Pamela, 2010)

Luka bakar listrik dan cidera adalah hasil dari pengaruh arus listrik,
melewati tubuh manusia. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan sementara atau
6

permanen pada kulit, organ utama dan jaringan. Tingkat kerusakan tergantung pada
kekuatan dan durasi arus listrik.

2.2.2 Anatomi & Fisiologi

Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai fungsi
sebagai pelindung tubuh dan berbagai trauma ataupun masuknya bakteri, kulit juga
mempunyai fungsi utama reseptor yaitu untuk mengindera suhu, perasaan nyeri,
sentuhan ringan dan tekanan, pada bagian stratum korneum mempunyai
kemampuan menyerap air sehingga dengan demikian mencegah kehilangan air
serta elektrolit yang berlebihan dan mempertahankan kelembaban dalam jaringan
subkutan.
Tubuh secara terus menerus akan menghasilkan panas sebagai hasil
metabolisme makanan yang memproduksi energi, panas ini akan hilang melalui
kulit, selain itu kulit yang terpapar sinar ultraviolet dapat mengubah substansi yang
diperlukan untuk mensintesis vitamin D. kulit tersusun atas 3 lapisan utama yaitu
epidermis, dermis dan jaringan subkutan.
1. Lapisan epidermis, terdiri atas :
a. Stratum korneum, selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel, inti selnya
sudah mati dan mengandung keratin, suatu protein fibrosa tidak larut yang
membentuk barier terluar kulit dan mempunyai kapasitas untuk mengusir patogen
dan mencegah kehilangan cairan berlebihan dari tubuh.
b. Stratum lusidum. Selnya pipih, lapisan ini hanya terdapat pada telapak tangan
dan telapak kaki.
c. Stratum granulosum, stratum ini terdiri dari sel-sel pipi seperti kumparan, sel-
sel tersebut terdapat hanya 2-3 lapis yang sejajar dengan permukaan kulit.
d. Stratum spinosum/stratum akantosum. Lapisan ini merupakan lapisan yang
paling tebal dan terdiri dari 5-8 lapisan. Sel-selnya terdiri dari sel yang bentuknya
poligonal (banyak sudut dan mempunyai tanduk).
e. Stratum basal/germinatum. Disebut stratum basal karena sel-selnya terletak di
bagian basal/basis, stratum basal menggantikan sel-sel yang di atasnya dan
merupakan sel-sel induk.
7

2. Lapisan dermis terbagi menjadi dua yaitu:


a. Bagian atas, pars papilaris (stratum papilaris)
Lapisan ini berada langsung di bawah epidermis dan tersusun dari sel-sel fibroblas
yang menghasilkan salah satu bentuk kolagen.
b. Bagian bawah, pars retikularis (stratum retikularis).
Lapisan ini terletak di bawah lapisan papilaris dan juga memproduksi kolagen.
Dermis juga tersusun dari pembuluh darah serta limfe, serabut saraf, kelenjar
keringat serta sebasea dan akar rambut.
3. Jaringan subkutan atau hipodermis
Merupakan lapisan kulit yang terdalam. Lapisan ini terutamanya adalah jaringan
adipose yang memberikan bantalan antara lapisan kulit dan struktur internal seperti
otot dan tu lang. Jaringan subkutan dan jumlah deposit lemak merupakan faktor
penting dalam pengaturan suhu tubuh. (Pamela, 2011)

2.2.3 Etiologi

Luka bakar banyak disebabkan karena suatu hal, diantaranya adalah

a. Luka bakar suhu tinggi(Thermal Burn): gas, cairan, bahan padat Luka bakar
thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas (scald) ,jilatan api ketubuh (flash),
kobaran api di tubuh (flam), dan akibat terpapar atau kontak dengan objek-objek
panas lainnya(logam panas, dan lain-lain) (Moenadjat, 2005).
8

b. Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn) : Luka bakar kimia biasanya
disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang biasa digunakan dalam bidang industri
militer ataupu bahan pembersih yang sering digunakan untuk keperluan rumah
tangga (Moenadjat, 2005).

c. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn) : Listrik menyebabkan kerusakan


yang dibedakan karena arus, api, dan ledakan. Aliran listrik menjalar disepanjang
bagian tubuh yang memiliki resistensi paling rendah. Kerusakan terutama pada
pembuluh darah, khusunya tunika intima, sehingga menyebabkan gangguan
sirkulasi ke distal. Sering kali kerusakan berada jauh dari lokasi kontak, baik kontak
dengan sumber arus maupun grown (Moenadjat, 2001).
Listrik luka bakar dan luka-luka yang dihasilkan dari kontak tanpa disengaja
dengan bagian-bagian yang terkena peralatan listrik, kabel atau petir.
Alat atau kabel dapat menyebabkan cedera, jika: Anak-anak menggigit tali listrik,
benda logam terjebak ke soket, juru bicara, bersentuhan dengan kulit manusia,
perangkat listrik ada penjaga keamanan dan orang sentuhan rincian, di bawah
tegangan, terhubung ke listrik pasokan unit jatuh ke air.
Kecelakaan dapat terjadi dari busur listrik, muncul dari jalur transmisi
tegangan tinggi. Busur listrik terjadi, Ketika gelombang listrik berjalan dari satu
penghantar listrik lain, membuat Flash cerah.
d. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury) : Luka bakar radiasi disebabkan karena
terpapar dengan sumber radio aktif. Tipe injury ini sering disebabkan oleh
penggunaan radio aktif untuk keperluan terapeutik dalam dunia kedokteran dan
industri. Akibat terpapar sinar matahari yang terlalu lama juga dapat menyebabkan
luka bakar radiasi (Moenadjat, 2001).
9

2.2.4 Patofisiologi

Sumber : http://www.lpkeperawatanku.cf/2017/03/laporan-pendahuluan-
combustioluka-bakar.html

2.2.5 Faktor-faktor risiko Luka Bakar listrik dan cidera

Faktor, yang dapat meningkatkan kemungkinan listrik luka bakar atau cedera
termasuk:

a. Profesi, stimulasi listrik terkait, misalnya, listrik


b. Mencari di luar ruangan selama badai atau daerah, mana petir sering
10

c. Bekerja dengan instalasi listrik dan peralatan listrik tanpa pelatihan yang tepat.

2.2.6 Gejala luka bakar listrik dan cidera

Gejala tergantung pada kekuatan listrik, melewati tubuh dan durasi efek.

Kejutan listrik dapat menyebabkan kontraksi otot kuat. Pemotongan ini dapat
menyebabkan jatuh atau cedera, termasuk patah tulang. Gejala lain shock
termasuk:
a. Mati rasa atau kesemutan;
b. Kelemahan;
c. Luka bakar yang terlihat pada kulit;
d. Sakit kepala;
e. Disorientasi.
Arus listrik juga dapat mengganggu fungsi-fungsi tertentu dalam tubuh, yang
dapat menyebabkan:
a. Tekanan darah rendah, yang dapat menyebabkan pusing dan kelemahan;
b. Kejang;
c. Aritmia, yang dapat terlihat, atau merasa sebagai berdebar-debar di dada.
Sengatan listrik juga dapat menyebabkan gagal jantung, kegagalan pernafasan
dan/atau kehilangan kesadaran.
2.2.7 Klasifikasi
Klasifikasi luka bakar Listrik menurut kedalaman
a. Luka bakar derajat I
Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis superfisial, kulit kering hiperemik,
berupa eritema, tidak dijumpai pula nyeri karena ujung –ujung syaraf sensorik
teriritasi, penyembuhannya terjadi secara spontan dalam waktu 5 -10 hari
(Brunicardi et al., 2005)
11

b. Luka bakar derajat II

Kerusakan terjadi pada seluruh lapisan epidermis dan sebagai lapisan


dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi. Dijumpai pula,
pembentukan scar, dan nyeri karena ujung –ujung syaraf sensorik teriritasi.
Dasar luka berwarna merah atau pucat. Sering terletak lebih tinggi diatas
kulit normal (Moenadjat, 2001).

1. Derajat II Dangkal (Superficial)


a) Kerusakan mengenai bagian superficial dari dermis.
b) Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea masih utuh
c) Bula mungkin tidak terbentuk beberapa jam setelah cedera, dan luka bakar pada
mulanya tampak seperti luka bakar derajat I dan mungkin terdiagnosa sebagai
derajat II superficial setelah 12-24 jam
d) Ketika bula dihilangkan, luka tampak berwarna merah muda dan
basah.
e) Jarang menyebabkan hypertrophic scar.
f) Jika infeksi dicegah maka penyembuhan akan terjadi secara spontan kurang dari
3 minggu (Brunicardi et al., 2005).
2. Derajat II dalam (Deep)
a) Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis
b) Organ-organ kulit seperti folikel-folikel rambut, kelenjar keringat,kelenjar
sebasea sebagian besar masih utuh.
c) Penyembuhan terjadi lebih lama tergantung biji epitel yang tersisa
12

d) Juga dijumpai bula, akan tetapi permukaan luka biasanya tanpak


berwarna merah muda dan putih segera setelah terjadi cedera
karena variasi suplay darah dermis (daerah yang berwarna putih
mengindikasikan aliran darah yang sedikit atau tidak ada sama
sekali, daerah yg berwarna merah muda mengindikasikan masih ada beberapa
aliran darah ) (Moenadjat, 2001)
e) Jika infeksi dicegah, luka bakar akan sembuh dalam 3 -9 minggu (Brunicardi et
al., 2005)

c. Luka bakar derajat III (Full Thickness burn)


Kerusakan meliputi seluruh tebal dermis dermis dan lapisan lebihdalam,
tidak dijumpai bula, apendises kulit rusak, kulit yang terbakar berwarna putih dan
pucat. Karena kering, letak nya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar. Terjadi
koagulasi protein pada epidermis yang dikenal sebagai scar, tidak dijumpai rasa
nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung –ujung syaraf sensorik mengalami
kerusakan atau kematian. Penyembuhanterjadi lama karena tidak ada proses
epitelisasi spontan dari dasar luka (Moenadjat, 2001).

Menurut Luas Luka Bakar


Sewaktu pasien diperiksa dalam kamar gawat darurat, dilakukan penilaian
persentase luka pada seluruh daerah permukaan tubuh (persentase TBSA.
13

Penentuan daerah luka bakar dapat dilakukan dengan menggunakan Hukum


Sembilan (Wallace Rules of Nine).
Dalam rumus ini, tiap daerah anatomi dilakukan persentase TBSA-nya,
yang merupakan perkalian 9. Tiap anggota gerak atas diberi angka 9%, tiap anggota
gerak bawah 18%, batang tubuh depan dan belakang masing – masing 18%, kepala
dan leher 9%, serta perineum dan genitalia 1%. Wallace memberikan perkiraan luas
luka bakar, tetapi tetap perlu waspada akan persentase relatif daerah permukaan dari
berbagai bagian anatomi tubuh, yang berbeda pada orang dewasa dan anak – anak.
Pada anak – anak, kepala dan leher memiliki daerah permukaan yang lebih besar
daripada orang dewasa dan anggota gerak bawah yang lebih kecil.

Gambar 1 : Wallace Rules of Nine.


2.2.8 Penatalaksanaan Sengatan Listrik
a. Pre Rumah Sakit
Mengamankan tempat kejadian. Mengamankan daerah tersebut, sehingga tidak
ada kejadian serupa saat menolong. Untuk kejadian sengatan listrik tegangan tinggi,
pusat sumber listrik harus dimatikan. Hati-hati terhadap sisa-sisa arus listrik yang
tertinggal di lantai walaupun arus listrik sudah dimatikan, yang disebut sebagai
"Ground Current". Oleh karena tu kendaraan bermotor penolong harus diparkirkan
setidaknya 1 (satu) kali sepanjang tempat kejadian.
b. Rumah Sakit
14

1. Triase.
Resusitasi kardiopulmonal harus dimulai pada pasien yang datang tanpa
nadi atau pernapasan. Walaupun automatisitas intrinsik kardiak dapat memperbaiki
aktivitas listrik jantung, henti napas yang disebabkan oleh luka sistim saraf pusat,
biasanya akan berlangsung lebih lama dari henti jantung dan dapat menyababkan
henti jantung kedua dengan fibrilasi ventrikel akibat hipoksia. Jika korban sudah
dipasang bentilasi setelah henti jantung pertama, sebenarnya secara teori, henti
jantung kedua dapat dihindarkan.
2. Resusitasi awal.
Korban akibat sengatan listrik dapat mengalami kombinasi perawatan untuk
jantung dan trauma juga karena biasanya terjadi luka tumpul traumatik dan luka
bakar. Fiksasi spinal di indikasikan apabila memang dicurigai terdapat trauma di
spinal. Fraktur dan dislokasi harus di bebat dan luka bakar harus ditutupi dengan
pembalut yang bersih dan kering. Pasang jalur intravena dengan jarum yang besar
pada seluruh pasien. Pasien yang hipoetnsi harus mendapatkan cairan isotonik bolus
20 ml/kg dan dilanjutkan cairan pemeliharaan tergantung dari hemodinamik pasien.
2.2.9 Penatalaksanaan Gawat Darurat
Korban sengatan listrik biasanya tidak memberikan keterangan yang
adekuat, baik itu akibat beratnya luka, adanya syok, hipoksia, kehilangan kesadaran
atau kebingungan yang biasanya menyertai pasien dengan luka yang tidak terlalu
berat. Keterangan biasanya di dapatkan dari orang sekitarnya dan paramedik yang
membantu, termasuk didalamnya sumber listrik, lamanya kontak, faktor
lingkungan tempat kejadian dan nilai-nilai ukuran resusitasi yang diperlukan.
Bantuan resusitasi harus dilanjutkan di Gawat Darurat dengan pemberian cairan
intravena yang adekuat.
Cairan harus diberikan pada rata-rata yang mencukupi dan sesuai dengan
keluaran urin setidaknya 0,5 sampai 1,0 ml/kg/jam tanpa adanya hematuria dan 1.0
sampai 1.5 ml/kg/hr jika ada hematuria. Pemantauan kardiak di indikasikan untuk
pasien dengan luka yang berat. Semua pasien sengatan listrik tegangan tinggi dan
rendah yang memiliki keluhan kardiorespirasi sehingga harus dilakukan EKG.
15

Status klinis pasien juga harus di pantau secara invasif dengan kateter
tekanan vena sentral, monitor tekanan intrakranial, dan kateter Swan-Ganz.
2.2.10 Pemeriksaan Laboratorium
Evaluasi laboratorium pada pasien yang mengalami sengatan listrik tergantung
dari luas luka. Semua pasien dengan adanya bukti luka konduktif atau luka bakar
dipermukaan kulit, harus mendapatkan pemeriksaan laboratorium , seperti dibawah
ini:
a. Darah lengkap perifer
b. Kadar elektrolit
c. Mioglobulin serum;
semua pasien harus di evaluasi kearah mioglobinuria, komplikasi tersering
dari luka sengatan listrik tegangan tinggi. Mioglobinuria di tegakkan apabila
didapatkan hematuria atau dari pemeriksaan dipstick urin positif ada darah, tetapi
tidak didapatkan eritrosit pada pemeriksa-an mikroskopik.
d. BUN (blood urea nitrogen)
e. Kreatitin serum, dan
f. Urinalisis
Pemeriksaan yang khusus:
a. Pemeriksaan enzim pankreas dan hepatik dan koagulasi
Dilakukan pada pasien dengan luka hebat akibat sengatan listrik atau
dicurigai adanya luka intraabdominal
b. Pemeriksaan analisis gas darah
Dilakukan pada korban yang memerlukan intervensi ventilator atau
terapi alkalinisasi.
c. Pemeriksaan kadar Creatine kinase (CK) dan isoenzim.
Kadar puncak CK yang terlihat dapat memperkirakan jumlah otot yang
terkena, risiko amputasi, dan lamanya perawatan rumah sakit.
16

2.2.11 Pemeriksaan Penunjang


a. EKG (Ekokardiografi)
Semua pasien yang menglamai sengatan listrik harus mendapatkan pemantauan
jantung digawat darurat dan dilakukan EKG apapun sumber listrik dan besarnya
listrik yang mengalir. Indikasi dilakukan EKG saat masuk rumah sakit adalah:
1. Henti janting
2. Tidak sadar atau ada riwayat tidak sadar
3. EKG yang abnormal sebelumnya
4. Diketahui disritmia seblum masuk rumah sakit atau saat di gawat darurat
5. Adanya riwayat sakit jantung sebelumnya
6. Adanya faktor risiko yang signifikan untuk penyakit jantung
7. Disertai dengan luka yang cukup berat
8. Kecurigaan adanya luka konduksi hipoksia
9. Nyeri dada
b. Foto Polos
1. Foto polos servikal harus dilakukan apabila dicurigai adanya trauma spinal
2. Foto polos lainnya dilakukan sesuai dengan keluhan pasien, misal adanya
keluhan di kedua kaki atau terlihat adanya deformitas.
c. Angiografi
Angiografi tidak menunjukkan manfaat dalam perencanaan diberidemen dan
tidak rutin dilakukan.
Dapat berguna pada evaluasi traumatik dan terutama untuk trauma intr-akranial
dan apabila skor GCS (Glasgow Coma Scale) tidak progresif me-mbaik.
2.2.12 Transfer Pasien dan Penatalaksanaan Rawat Jalan
Kebanyakan pasien dengan luka bakar listrik harus distabilkan dan
ditransfer ke pusat luka bakar setempat dan rehabilitasi fisik. Korban dan keluarga
akan mendapatkan manfaat dari konsultasi tersebut, karena adanya kemungkinan
perubahan hidup yang cukup besar akibat dari cedera listrik tersebut. Apabila di
dapatkan luka bakar yang serius dan tidak dapat di tangani, maka pasien harus
dirujuk ke unit luka bakar terdekat.
17

Pasien yang tidak memiliki gejala dan pemeriksaan fisik yang normal
setelah adanya sengatan listrik tegangan rendah dapat diyakinkan untuk keluar
rumah sakit tanpa pemeriksaan-pemeriksaan tambahan. Pasien-pasien dengan luka
bakar kutaneus atau pasien-pasien yang memiliki keluhan ringan yang menetap
dapat rawat jalan jika EKG normal dan tidak ada pigmen heme dalam urinnya.
Apabila didapatkan adanya keluhan-keluhan lain yang tidak dapat diatasi, pasien
harus dirujuk kepada spesialis yang kompeten dan terkait.

Anda mungkin juga menyukai