D. STRATEGI PELAKSANAAN
Strategi yang digunakan dalam penyampaian penyuluhan ini berupa
1. Ceramah dan
2. Tanya jawab.
F. MEDIA PENYULUHAN
Media Penyuluhan yang digunakan:
1. Materi SAP
2. Leaflet
3. Power point
G. METODE EVALUASI
a. Metode Evaluasi : Tanya jawab
b. Jenis Evaluasi : Lisan
H. KRITERIA EVALUASI
1. Masyarakat mampu menjelaskan dan memahami pengertian Demam berdarah dengue
2. Masyarakat mengetahui dan memahami bagaimana Fase/ pola demam pada Demam
berdarah dengue
3. Masyarakat memahami dan mengetahui bagaimana gejala gejala yang ditimbulkan
dari penyakit Demam berdarah dengue
4. Masyarakat mengetahui cara pencegahan yang tepat dan benar terhadap penyakit
Demam berdarah dengue.
I. POIN-POIN MATERI
1. Pengertian dan penyebab Demam berdarah dengue
2. Fase/ pola demam pada Demam berdarah dengue
3. Gejala gejala Demam berdarah dengue
4. Pengobatan dan pencegahan Demam berdarah dengue
Mengetahui,
Kepala Puskesmas Pangenan
(WHO, 2011)
4. Pengobatan dan pencegahan Demam berdarah dengue
a. Demam dengue
Pasien DD dapat berobat jalan, tidak perlu dirawat. Pada fase demam pasien
dianjurkan:
Tirah baring, selama masih demam.
Obat antipiretik atau kompres hangat diberikan apabila diperlukan. Untuk
menurunkan suhu menjadi < 39C, dianjurkan pemberian parasetamol.
Asetosal/salisilat tidak dianjurkan (indikasi kontra) oleh karena dapat meyebabkan
gastritis, perdarahan, atau asidosis.
Dianjurkan pemberian cairan danelektrolit per oral, jus buah, sirop, susu, disamping
air putih, dianjurkan paling sedikit diberikan selama 2 hari.
Monitor suhu, jumlah trombosit danhematokrit sampai fase konvalesen.
b. DBD tanpa syok (derajat I dan II)
Medikamentosa
Antipiretik dapat dianjurkan, penggunaan paracetamol lebih disarankan dibanding
dengan aspirin.
Diusahakan untuk tidak memberikan obat-obatan yang tidak diperlukan untuk
mengurangi detoksifiksasi obat dalam hati.
Kortikosteroid diberikan pada DBD ensefalopati, apabila terdapat perdarahan salurah
cerna, kortikosteroid tidak boleh diberikan.
Antibiotik diberikan untuk DBD ensefalopati.
Suportif
Mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler
dan perdarahan.
Kunci keberhasilan adalah kemampuan untuk mengatasi masa peralihan dari fase
demam ke fase syok.
Cairan itravena diperlukan apabila pasien terus menerus muntah,tidak dapat minum,
demam tinggi, dehidrasi yang memperberat terjadinya syok, nilai hematokrit
cernderung meningkat pada pemeriksaan berkala.
(Pudjiadi, 2010)
c. DBD disertai syok (derajat III dan IV)
Rujuk Ke Rumah Sakit terdekat