Pada percobaan ini digunakan larutan EDTA standar karena reaksi EDTA dengan ion
logam selalu 1:1, sehingga memudahkan dlam perhitungan. Kemudian, pada
umumnya ion logam yang berada dalam keadaan bebas memiliki bilangan oksidasi/
valensi maksimal+3. Sehingga bilangan koordinasinya adalah 6, dengan demikian 1
mol ion logam kan bereaksi dengan 1 mol EDTA. Selain itu, EDTA merupakan zat
yang snagat stabil sehingga tidak memrlukan perlakuan khusus dalam
penyimpanannya.
Percobaan yang pertama yaitu standarisasi EDTA dengan menggunakan
MgSO4.7H2O. larutan MgSO4.7h2O digunakan karena ion Mg2+ bias terus
berikatan dnegn EDTa semnatara ion Ca2+ tidak bisa berikatan terus menerus. titrasi
yang digunakan adalah titrasi kompleksometri balik, karena reaksi antara kation (Ca)
dan EDTA akan berjalan dengan lambat, selain itu juga digunakan untuk ion logam
yang tidak dapat berikatan dengan indikator yang lebih kuat atau stabil ikatannya
dengan EDTA serta digunakan untuk ion logam yang mengendap pada kondisi reaksi
titrasi (Mg). kelebihan EDTA yang ditambahkan dititrasi dengan larutan Standar
MgSO4.7h2O dengan menggunakan EBT sebagai indikator. Kompleks antara EDTA-
Mg berada pada stabilitas yang rendah, dan kation yang ditentukan tidak dapat
digantikan oleh magnesium.
Indikator yang digunakan dalm percobaan ini adalah EBT (Eriocrom Black T),
karena EBT dapat mendekati visual dari titik-titik akhir., maksudnya adalah warna
yang dihasilkan jelas terlihat perubahannya . Jadi, sebelum titik akhir ketika ion
kompleks dengan EDTA bereaksi akan larutan akan berwarna kuat. Indikator EBT
juga digunakan karena dapat berekasi dengan logam kation Mg2+, Mn2+, pb2+, Cl2+
dan lain-lain. Kelemahan dari indicator EBT ini adalah larutannya tidak stabil, bila
disimpan akan terjadi penguraian secara lambat. Sehingga setelah jangka waktu
tertentu, indicator tidak berfungsi lagi. Reaksi yang terjadi antara Mg2+, dengan
EDta dan indikator EBT adalah sbb:
Pada percobaan yang kedua yaitu penentuan kadar Ca dalam sampel kulit telur. Pelarut
yang digunakan pada percobaan ini adalah HCl. Larutan HCl digunakna sebagai pelarut
karena kalsium larut dalam asam dengan membentuk gelembung gas, selain itu sampel
yang engadung Caco3 tidak dapat larut dalma air. Pelarutan juga dibantu dengan proses
pemanasan, agar dapat mempercepat proses pelarutan. Kemudian pada titrasi larutan
sampel, dilakukan pengenceran terlebih dahulu sebanyak 3 kali. Pengenceran ini
bertujuan untuk memperkecil konsnetrasi larutan. Pengenceran pada alnya dilakukan
sebanyak dua kli namun, tidak terjadi perubahan warna setelah penambahan titran dalam
jumlah yang cukup besar, sehingga dilakukan pengenceran untuk yang ketiga kalinya .
Penambahan NaOh pada larutan sampel bertujuan untuk membuat suasana basa dengan
pH 12, dan penetral sampel yang teah dilarutkan oleh HCl. Indikator yang digunakan
adalah indikator murexide. Indikator murexide digunakan karena sangat cocok untyk
titrasi penetapan kadar Ca dengan pH tinggi (pH 11-13) tanpa gangguan ion Mg2+.
Perubahan warnanya dari warna merah menjadi warna ungu. Pembentukan warna
tersebut dihasilkan ketika larutan sampel tepat bereaksi dengan larutan EDTA, dan
kelebihan sedikit larutan EDTA yang menyebabkan terjadinya titik akhir titrasi yang
ditandai dengan perubahn warna menjadi ungu tersebut. reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut :
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat ditentukan bahwa konsentrasi EDTA yang
dihasilkan adlaah 0,0927 M, persentase CaCO3 dalam sampel adalah 0,046% dan kadar
persentase Ca dalam sampel adalah 7,42 %. Berdasarkan referensi cangkang kulit telur
memiliki komposisi kimia sebagai berikut: 94% kalsium karbonat, 1 % kalisum fosfat,
1% magnesium karbonat dan 4% bahan organik terutama protein. Jika dibandingkan
kandungan kalsium karbonat dalam kulit telur yang dihasilkan dar haisl percobaan sangat
jauh dengan kadar yang dihaislkan oleh literatur. Adapun faktor kemungkinan terjadinya
kesalahan yaitu ketidaktelitian dalam pembacaan volume larutan EDTA pada saat titrasi,
ketidaktepatan pengambilan larutan sampel saat dititrasi sehingga menyebabkan ketidak
akuratan dalam data pengamatan yang dihasilkan.