Nama Asli dari Al-Khawarizmi ialah Muhammad Ibn Musa al-khawarizmi. Selain itu beliau
dikenali sebagai Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Yusoff. Al-Khawarizmi dikenal di
Barat sebagai al-Khawarizmi, al-Cowarizmi, al-Ahawizmi, al-Karismi, al-Goritmi, al-Gorismi
dan beberapa cara ejaan lagi. Ia dikenal sebagai penemu dari Aljabar dan juga angka nol.
Beliau dilahirkan di Bukhara.Tahun 780-850M adalah zaman kegemilangan al-Khawarizmi.
al-Khawarizmi telah wafat antara tahun 220 dan 230M. Ada yang mengatakan al-
Khawarizmi hidup sekitar awal pertengahan abad ke-9M. Sumber lain menegaskan beliau
hidup di Khawarism, Usbekistan pada tahun 194H/780M dan meninggal tahun 266H/850M
di Baghdad.
Dalam pendidikan telah dibuktikan bahawa al-Khawarizmi adalah seorang tokoh Islam yang
berpengetahuan luas. Pengetahuan dan keahliannya bukan hanya dalam bidang syariat tapi
di dalam bidang falsafah, logika, aritmatika, geometri, musik, ilmu hitung, sejarah Islam dan
kimia.
Blaise Pascal adalah seorang ahli matematika, fisika, teologi sekaligus pujangga. Pascal menjadi
sangat tertarik pada matematika khususnya geometri ketika berumur 6 atau 7 tahun. Ketika itu
ayahnya menyingkirkan buku-buku matematikanya karena ia percaya bahwa anak kecil seharusnya
tidak mempelajari buku yang sedemikian sukar. Namun Pascal tetap saja mempelajarinya secara
sembunyi-sembunyi.
Saat berusia 12 tahun tanpa memperoleh bantuan orang lain ia menemukan bahwa jumlah semua
sudut-sudut pada suatu segitiga selalu 180. Ia memperlihatkan hal tersebut kepada ayahnya dan
menerangkannya dengan jelas. Ayahnya demikian tertegun sampai akhirnya mengizinkan anaknya
terus belajar matematika dengan bebas. Di saat berusia 19 tahun Pascal sudah menemukan suatu
mesin hitung yang menggunakan roda-roda gigi. Dalam bidang fisika ia menemukan prinsip tentang
tekanan dalam zat cair yang kemudian prinsip ini diabadikan sesuai dengan namanya. Ia juga
meninggalkan suatu ungkapan yang terkenal, "Manusia adalah lalang yang lemah, akan tetapi ia
adalah lalang yang berpikir".
Pada zaman hidupnya, Jepang menggunakan sistem lambang bilangan Cina yang
berbelit-belit daripada sistem angka Arab untuk melambangkan bilangan. Mereka juga
menggunakan alat-alat yang terbuat dari kayu (yang disebut Sangi) yang mula-mula dikembangkan
di Tiongkok kuno untuk metode pengukuran luas bangunan. Di masa itu Seki menemukan metode
mengukur luas suatu bangunan yang dibatasi oleh kurva-kurva atau volume benda-benda ruang
yang tak teratur dengan metode yang sekarang dikenal dengan nama "integral".
Matematika bangsa Jepang ini sebut Wasan. Sampai saat matematika Barat diperkenalkan di
Jepang menjelang akhir abad ke-19, Wasan-lah yang lebih dahulu populer di Jepang. Seki
Takakazu adalah salah seorang dari pengajar Wasan yang terkenal.
Ayah Gottfried Wilhelm Leibniz adalah seorang guru besar di sebuah universitas tetapi
meninggal ketika Leibniz menginjak usia 6 tahun. Sejak saat itu Leibniz muda belajar sendiri dan
dibantu dengan bimbingan ibunya. Belajar sendiri membuat Leibniz bebas dari cara berpikir
tradisional.
Ia dan Newton merumuskan pengertian dasar tentang "kalkulus differensial". Masing-masing
menyatakan bahwa dirinyalah yang mula-mula memikirkan hal tersebut. Untuk memutuskan siapa
sebenarnya yang pertama merumuskannya mereka saling mengajukan soal-soal kalkulus. Hal ini
dikenal sebagai perang matematika antara Leibniz dengan Newton. Akhirnya mereka menyadari
bahwa mereka masing-masing menggunakan pikiran mereka sendiri-sendiri, dan perumusan dasar
tentang "kalkulus differensial" tersebut adalah kebetulan sama. Leibniz juga menemukan suatu
jenis mesin hitung.
Menurut hikayat, Johann Gauss adalah seorang jenius dalam aritmetika. Ketika ia berusia 9 tahun
seorang guru menyuruh murid-murid di kelasnya untuk menjumlahkan deretan bilangan 1 + 2 + 3 +
... + 40. Gauss hanya memerlukan waktu beberapa saat saja tanpa menuliskan sesuatu apapun
untuk memperoleh jawabannya yaitu 820. Ia mendapat jawaban dalam otaknya dengan menyadari
bahwa jumlah itu dapat dipikirkan penyelesaiannya sebagai berikut: (1 = 40) + (2 + 39) + ... + (20 +
21) = 41 + 41 +...+41=41X20=820.
Ayah Gaus hanyalah seorang tukang batu dan tak sanggup memberikan pendidikan universitas
kepadanya. Tetapi raja tertegun akan kemampuan Gauss muda dan raja bersedia membiayai
pendidikannya. Kelak Gauss menjadi salah satu ahli matematika terkemuka di dunia. Ia juga
banyak meninggalkan hasil karyanya dalam bidang astronomi, pengukuran tanah dan
elektromagnetisme.
7. EUCLIDES (Yunani, Kira-kira 300 SM)