Anda di halaman 1dari 5

II.

2 Uraian Tanaman
II.2.1 Klasifikasi Sambiloto Andrograpis paniculata (Yuniarti, 2008)

Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Famili : Acanthaceae
Genus : Andrographis
Andrograpis paniculata
Spesies : Andrographis
paniculata
II.2.2 Morfologi Tumbuhan (Yuniarti, 2008)
Tumbuhan sambiloto dapat tumbuh liar di tempat terbuka, seperti
kebun kopi, tepi sungai, tanah kosong yang agak lembab, atau di
pekarangan. Merupakan daun yang berasa pahit dan dingin. Tumbuh di
dataran rendah sampai ketinggian 700 meter di atas permukaan laut.
Tumbuhan sambiloto merupakan tumbuhan semusim, dengan tinggi
50-90 cm, batang yang disertai dengan banyak cabang berbentuk segi
empat. Daun tunggal, bertangkai pendek, letak berhadapan bersilang, bentuk
lanset, pangkal runcing, ujung meruncing, tepi rata, permukaan atas daun
berwarna hijau tua, bagian bawah daun berwarna hijau muda, panjang 2-8
cm, lebar 1-3 cm. Bunga tumbuh dari ujung batang atau ketiak daun,
berbentuk tabung, kecil-kecil, warnanya putih bernoda ungu. Memiliki buah
kapsul berbentuk jorong, panjang sekitar 1,5 cm, lebar 0,5 cm, pangkal dan
ujung tajam, bila masak akan pecah membujur menjadi 4 keping. Biji
gepeng, kecil-kecil, warnanya cokelat muda. Tumbuhan ini dapat
dikembangbiakkan dengan biji atau stek batang
II.2.3 Kandungan Kimia Tumbuhan (Yuniarti, 2008 ; Wijayakusuma, et al., 1994)
Daun tumbuhan sambiloto yang memiliki sifat kimiawi berasa pahit,
dingin, memiliki kandungan kimia sebagai berikut: daun dan
percabangannya mengandung laktone yang terdiri dari deoksiandrografolid,
andrografolid (zat pahit), neoandrografolid, 14-deoksi-11-12-
didehidroandrografolid dan homoandrografolid. Terdapat juga flavonoid,
alkane, keton, aldehid, mineral (kalium, akarnya mengandung flavotioid,
dimana hasil isolasi terbanyaknya adalah polimetoksiflavon, andrografin,
pan ikulin, mono-0-metilwithin dan apigenin-7,4-dimetileter
Daun dan batang tumbuhan ini rasanya sangat pahit karena
mengandung senyawa yang disebut andrographolid yang merupakan
senyawa keton diterpena. Kadarnya dalam daun antara 2,5 4,8 % dari
berat kering. Senyawa ini diduga merupakan salah satu zat aktif dari daun
sambiloto yang juga banyak mengandung unsur-unsur mineral seperti
kalium, natrium dan asam kersik
II.2.4 Manfaat Tumbuhan (Yuniarti, 2008 ; Nazaruddin, 2009 ; Wijayakusuma, et
al. 1994, Dalimartha. 1996 ; Sastrapradja et al. 1978)
Daun tumbuhan sambiloto bermanfaat untuk menurunkan demam
tinggi dan malaria. Selain itu, daun tumbuhan sambiloto berkhasiat untuk
mengatasi:
a. Hepatitis, infeksi saluran empedu
b. Disentri basiler, tifoid, diare, influenza, radang amandel (tonsilitis),
c. Abses paru, radang paru (pneumonia), radang saluran napas
d. (Bronkitis), radang ginjal akut (pielonefritis akut), radang telinga
e. Kencing nanah (gonore), kencing manis (diabetes melitus)
f. Tumor trofoblas (trofoblas ganas), serta tumor paru
g. Kanker: penyakit trofoblas seperti kehamilan anggur (mola hidatidosa)
h. Batuk rejan (pertusis), sesak napas (asma)
i. Darah tinggi (hipertensi)
Tumbuhan sambiloto berkhasiat sebagai obat amandel, obat asam
urat, obat batuk rejan, obat diabetes melitus, obat hipertensi, hepatitis,
stroke, TBC, menguatkan daya tahan tubuh terhadap serangan flu babi dan
flu burung.
Daun tumbuhan sambiloto dapat merusak sel trophocyt dan
trophoblast, berperan pada kondensasi sitoplasma dari sel tumor, pyknosis
dan menghancurkan inti sel. Dalimartha (1996) mengatakan bahwa daun
tumbuhan sambiloto juga berkhasiat sebagai obat luar untuk gatal-gatal dan
untuk penawar bisa ular atau gigitan serangga lainnya. Dan menurut
Sastrapradja et al. (1978) rebusan tanaman ini mempunyai sifat
bakteriostatik dan meningkatkan daya phagositosis sel darah putih.
II.3.1 Klasifikasi Cabai Capsicum annum (Rukmana, 1996)

Regnum : Spermatophyta.
Subdivisio : Angiospermae.
Klass : Dicotyledonae.
Sub klass : Metachlamidae.
Ordo : Tubiflorae.
Famili : Solanaceae. Caapsicum annum
Genus : Capsicum.
Spesies : Capsicum frutescens L.
II.3.2 Morfologi Tumbuhan (Setiadi, 1990 ; Cahyono, 2013)
Cabai rawit mempunyai tinggi yang dapat mencapai 50 - 150 cm.
Cabai rawit termasuk tanaman perdu. Batang cabai rawit memiliki struktur
yang keras dan berkayu, berwarna hijau gelap, tidak berbulu, berbentuk
bulat halus, berbuku-buku, dan bercabang banyak (Setiadi, 1990).
Daun cabai rawit berbentuk bulat telur dengan ujung meruncing dan
tepi daun rata (tidak bergerigi atau berlekuk). Ukuran daun lebih kecil
dibandingkan dengan daun cabai besar .Daun merupakan daun tunggal
dengan kedudukan agak mendatar, memiliki tulang daun menyirip dan
tangkai tunggal yang melekat pada batang atau cabang. Jumlah daun cukup
banyak sehingga tanaman tampak rimbun (Cahyono, 2003). Buah cabai rawit
akan terbentuk setelah terjadi penyerbukan. Buah memiliki keanekaragaman
dalam ukuran, bentuk, warna dan rasa buah. Buah cabai rawit dapat berbentuk
bulat pendek dengan ujung runcing atau berbentuk kerucut. Cabai rawit yang
kecil-kecil memiliki ukuran panjang antara 2-2,5 cm dan lebar 5 mm,
sedangkan cabairawit yang agak besar memiliki ukuran panjang mencapai 3,5
cm dan lebar mencapai 12 mm. Warna buah cabai rawit bervariasi buah muda
berwarna hijau atau putih, sedangkan buah yang telah masak berwarna merah
menyala atau merah jingga (merah agak kuning). Pada waktu masih muda, rasa
buah cabai rawit kurang pedas sedangkan setelah masak menjadi pedas
(Cahyono, 2003).
Biji cabai rawit berwarna putih kekuning-kuningan, berbentuk bulat
pipih, tersusun berkelompok (bergerombol) dan saling melekat pada empulur.
Ukuran biji cabai rawit lebih kecil dibandingkan dengan cabai besar. Biji-biji
ini dapat digunakan dalam perbanyakan tanaman (perkembangbiakan)
(Cahyono, 2003).
II.3.3 Kandungan Kimia Tumbuhan
Produk metabolit sekunder yang terdapat pada buah cabai salah
satunya adalah capsaicin. Capsaicin merupakan kelompok senyawa yang
bertanggung jawab terhadap rasa pedas dari cabai (Sukrasno dkk., 1997).
Capsaicin merupakan senyawa nonpolar yang memiliki beberapa gugus
polar terhadap hidrogen yang berikatan dengan air. Hal ini menyebabkan
capsaicin tidak larut dalam air (Cairns, 2004).
Menurut Reyes-Escogido et al. (2011), capsaicin (trans-8-metil-
Nvanilil- 6-noneamida) merupakan alkaloid berbentuk kristal, lipofilik, tak
berwarna, tak berbau dengan rumus molekul C18H27NO3. Berat molekul
capsaicin 305,4 g/mol. Capsaicin larut dalam lemak dan alkohol. Pertama
dikristalkan pada tahun 1876 oleh Tresh. Struktur molekul ditemukan oleh
Nelson dan Dawson pada tahun 1919. Capsaicin mempunyai isomer
cis/trans seperti terlihat Capsicum annuum L. var. annuum yang
ditumbuhkan secara in vivo pada lahan yang kekurangan air memiliki kadar
capsaicin yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan kontrol.
Perlakuan kekurangan air tersebut menyebabkan meningkatnya aktivitas
C4H. Aktivitas C4H ini berbanding lurus dengan aktivitas CS. Semakin
tinggi aktivitas C4H, semakin tinggi pula aktivitas CS untuk membentuk
capsaicin (Sung et al., 2005).
II.3.4 Manfaat Tumbuhan
Menurut Astawan dan Kasih (2008), capsaicin bersifat
antikoagulan, dengan cara menjaga darah tetap encer dan mencegah
terbentuknya kerak lemak pada pembuluh darah. Kegemaran makan sambal
memperkecil kemungkinan menderita penyumbatan pembuluh darah
(aterosklerosis), sehingga mencegah munculnya serangan stroke, jantung
koroner, dan impotensi. Adapun, menurut Harpenas dan Dermawan (2010),
capsaicin bisa menumpulkan saraf tepi sehingga berfungsi untuk antialergi.
Capsaicin dapat mengeluarkan lendir dari paru-paru (zat mucokinetic),
dengan demikian cabai membantu menyembuhkan bronkitis, influenza,
sinusitis, dan asma. Capsaicin juga dapat menghalangi bahaya pada sel
trachea, bronchial, dan bronchoconstriction yang disebabkan oleh asap
rokok dan polutan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai