e) Evaluasi
- Kebutuhan nutrisi kembali normal
- Menyatakan gambaran diri lebih nyata
- Mengungkapkan kesadaran adanya perasaan yang menyebabkan interaksi
sosial yang buruk
- Mengembalikan pola napas normal
Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi
menahun. Status gizi balita secara sederhana dapat diketahui dengan
membandingkan antara berat badan menurut umur maupun menurut panjang
badannya dengan rujukan (standar) yang telah ditetapkan. Apabila berat badan
menurut umur sesuai dengan standar, anak disebut gizi baik. Kalau sedikit di
bawah standar disebut gizi kurang. Apabila jauh di bawah standar dikatakan gizi
buruk Gizi buruk yang disertai dengan tanda-tanda klinis disebut marasmus atau
kwashiorkor (Dorland, 2000).
Marasmus adalah malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah dengan
makanan tidak cukup atau higiene kurang. Sinonim marasmus diterapkan pada
pola penyakit klinis yang menekankan satu ayau lebih tanda defisiensi protein dan
kalori.(Nelson)
b. ETIOLOGI
a) Marasmus
Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat
terjadi karena : diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat
seperti yang hubungan dengan orangtua-anak terganggu,karena kelainan
metabolik, atau malformasi congenital.
Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering
dijumpai pada bayi yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi
makanan penggantinya atau sering diserang diare. Marasmus juga dapat
terjadi akibat berbagai penyakit lain seperti infeksi, kelainan bawaan
saluran pencernaan atau jantung, malabsorpsi, gangguan metabolik,
penyakit ginjal menahun dan juga gangguan pada saraf pusat
b) Kwasiorkor
Diare yang kronik
Malabsorbsi protein
Sindrom nefrotik
Infeksi menahun
Luka bakar
Penyakit hati
c. PATOFISIOLOGI
a) Marasmus
Pertumbuhan yang kurang atau terhenti disertai atrofi otot dan
manghilangkan lemak di bawah kulit. Pada mulanya kelainan demikian
merupakan proses fisiologis. Untuk kelangsungan hidup jaringan tubuh
memerlukan energi, namun tidak didapat sendiri dan cadangan protein digunakan
juga untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut. Penghancuran jaringan pada
defisiensi kalori tidak saja membantu memenuhi kebutuhan energi, tetapi juga
untuk memungkinkan sintesis glukosa dan metabolit esensial lainnya seperti asam
amino untuk komponen homeostatik. Oleh karena itu, pada marasmus berat
kadang-kadang masih ditemukan asam amino yang normal, sehingga hati masih
dapat membentuk cukup albumin. (Ngastiyah, 2005 : 259).
b) Kwasiorkor
Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang
sangat lebih, karena persediaan energy dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam
dietnya. Kelainan yang mencolok adalah gangguan metabolic dan perubahan sel
yang menyebabkan edema dan perlemakan hati. Karena kekurangan protein
dalam diet akan terjadi kekurangan asam amino esensial dalam serum yang
diperlukan untuk sintesis dan metabolisme. Makin kekurangan asam amino dalam
serum ini akan menyebabkan kekurangan produksi albumin oleh hepar yang
kemudian berakibat edema. Perlemakan hati terjadi karena gangguan
pembentukan beta lipoprotein sehingga transport lemak dari hati kedepot
terganggu dengan akibat terjadinya penimbunan lemak dalam hati.
d. MANIFESTASI KLINIS
a) Marasmus
Tampak sangat kurus, hingga tulang terbungkus kulit
Wajah seperti orang tua
Cengeng, rewel
Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada
Perut cekung
Sering disertai: penyakit kronik, diare kronik
b) KWASIORKOR
Edema, umumnya seluruh tubuh dan terutama pada kaki (dorsum pedis)
Wajah membulat dan lembab
Pandangan mata sayu
Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut
tanpa rasa sakit, rontok
Perubahan status mental: cengeng, rewel, kadang apatis
Pembesaran hati
Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri
atau duduk
Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna
menjadi coklat kehitaman dan terkupas (crazy pavement dermatosis)
Sering disertai: infeksi, anemia, diare
c) MARASMUS KWASIORKOR
Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa gejala klinik
kwashiorkor dan marasmus, dengan BB/U < 60% baku median WHO-NCHS
disertai edema yang tidak mencolok. Cirri ciri anak yang mengalami
marasmu kwashiorkor ini yaitu Sangat kurus, Rambut jagung dan mudah
rontok, Perut buncit, Punggung kaki bengkak dan Rewel
e. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a) PEMERIKSAAN FISIK
Mengukur tinggi badan dan berat badan
Menghitung indeks massa tubuh yaitu BB (dalam kilogram) dibagi
dengan TB (dalam meter)
Mengukur ketebalan lapisan kulit lengan atas sebelah belakang (lipatan
trisep) ditarik menjauhi lengan sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya
dapat diukur, biasanya menggunakan jangka lengkung (kapiler). Lemak
dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh. Lapisan normal
sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada wanita.
Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur LLA untuk
memperkirakan jumlah otot rangka dalam tubuh (Lean Body Massa,
massa tubuh yang tidak berlemak).
b) PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Albumin
Kreatinin
Nitrogen
Elektrolit
Hb
Ht
Transferin
c) PENATALAKSANAAN
Prinsip pengobatan adalah pemberian makanan yang mengandung protein
bernilai biologik tinggi, tinggi kalori, cukup cairan, vitamin dan mineral.
Makanan tersebut dalam bentuk mudah dicerna dan diserap, diberikan secara
bertahap.
Dalam keadaan dehidrasi dan asidosis pedoman pemberian parenteral adalah
sebagai berikut :
Jumlah cairan adalah : 200ml/kg BB/ hari untuk kwashiorkor atau
marasmus kwashiorkor
250 ml/kg BB/ hari untuk marasmus
Makanan tinggi kalori tinggi protein : 3,0 5.0 g/kg BB
Kalori 150- 200 kkal/ kg BB/ hari
Vitamin dan mineral, asam folat peroral 3x5 mg/ hari pada anak besar
KCL oral 75-150 mg/ kg BB/ hari
Bila hipoksia berikan KCL intravena 3-4 mg/ kg BB/ hari
f. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas klien
Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dst
b. Keluhan utama
Kwashiorkor : ibu mengatakan anak mengalami bengkak pada kaki dan
tangan, kondisi lemah, tidak mau makan, BB menurun, dll
Marasmus : ibu pasien mengatakan anaknya rewel, tidak mau makan,
badan kelihatan kurus.
c. Riwayat kesehatan sekarang
o Kapan keluhan mulai dirasakan
o Kejadian sudah berapa lama
o Apakah ada penurunan BB
o Bagaimana nafsu makan pasien
o Bagaimana pola makannya
o Apakah pasien pernah mendapat pengobatan, dimana, oleh siapa,
kapan dan jenis obatnya
d. Riwayat penyakit dahulu
Apakah dulu pasien pernah menderita penyakit seperti sekarang.
e. Riwayat penyakit keluarga
Apakah anggota keluarga pasien pernah menderita penyakit yang
berhubungan dengan kekurangan gizi atau kekurangan protein.
f. Riwayat penyakit social
o Anggapan salah satu jenis makanan tertentu
o Apakah kebutuhan pasien terpenuhi
o Bagaimana lingkungan tempat tinggal pasien
o Bagaimana keadaan social ekonomi keluarga
g. Riwayat spiritual
Adanya kepercayaan yang melarang makanan tertentu
a) Pengkajian Fisik
a. Inspeksi
Meliputi observasi sistemik keadaan pasien sehubungan dengan
status gizi meliputi :
o Penampilan umum pasien menunjukkan status nutrisi atau gizi
pasien
o Pada kwashiorkor, apakah ada edema, rambut rontok, BB menurun,
muka seperti bulan.
o Pada marasmus, badan kurus, atrofi otot, rambut kemerahan dan
kusam, tampak sianosis dan perut membuncit.
b. Palpasi
Pada marasmus terdapat turgor kulit yang jelek dan pada
kwashiorkor terdapat pembesaran hati.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin dapat ditemukan pada anak dengan
Marasmus-Kwashiorkor adalah:
a) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan yang tidak
adekuat, anoreksia dan diare.
b) Kekurangan volume cairan b/d penurunan asupan peroral dan
peningkatan kehilangan akibat diare.
c) Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d asupan kalori dan
protein yang tidak adekuat.
d) Risiko aspirasi b/d pemberian makanan/minuman personde dan
peningkatan sekresi trakheobronkhial.
e) Bersihan jalan napas tak efektif b/d peningkatan sekresi
trakheobronkhial sekunder terhadap infeksi saluran pernapasan
f) Resiko tinggi infeksi b/d rendahnya daya tahan tubuh
g) Kerusakan integritas kulit b/d gangguan nutrisi/ status metabolik
h) Kurang pengetahuan b/d kurang terpajannya informasi
3. INTERVENSI
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan yang tidak adekuat,
anoreksia dan diare.
Tujuan & kriteria hasil :
Klien akan menunjukkan peningkatan status gizi.
Kriteria:
1. Keluarga klien dapat menjelaskan penyebab gangguan nutrisi yang dialami klien, kebutuhan
nutrisi pemulihan, susunan menu dan pengolahan makanan sehat seimbang.
2. Dengan bantuan perawat, keluarga klien dapat mendemonstrasikan pemberian diet (per
sonde/per oral) sesuai program dietetik.
Intervensi rasional
Jelaskan kepada keluarga tentang Meningkatkan pemahaman ke-luarga
penyebab malnutrisi, kebutuhan tentang penyebab dan kebutuhan
nutrisi pemulihan, susunan menu nutrisi untuk pemulihan klien
dan pengolahan makanan sehat sehingga dapat meneruskan upaya
seimbang, tunjukkan contoh jenis terapi dietetik yang telah diberikan
sumber makanan ekonomis sesuai selama hospitalisasi
status sosial ekonomi klien.
Tunjukkan cara pemberian Meningkatkan partisipasi keluarga
makanan per sonde, beri dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi
kesempatan keluarga untuk klien, mempertegas peran keluarga
melakukannya sendiri. dalam upaya pemulihan status nutrisi
klien.
Laksanakan pemberian robo-rans Roborans meningkatkan nafsu
sesuai program terapi. makan, proses absorbsi dan
memenuhi defisit yang menyertai
keadaan malnutrisi.
Timbang berat badan, ukur lingkar Menilai perkembangan masa-lah
lengan atas dan tebal lipatan kulit kesehatan klien.
setiap pagi.
2. Kekurangan volume cairan tubuh b/d penurunan asupan peroral dan peningkatan
kehilangan akibat diare.
Tujuan & kriteria hasil :
Klien akan menunjukkan keadaan hidrasi yang adekuat.
Kriteria:
1. Asupan cairan adekuat sesuai kebutuhan ditambah defisit yang terjadi.
2. Tidak ada tanda/gejala dehidrasi (tanda-tanda vital dalam batas normal, frekuensi defekasi
1 x/24 jam dengan konsistensi padat/semi padat).
Intervensi rasional
Lakukan/observasi pemberian Upaya rehidrasi perlu dilakukan untuk
cairan per infus/sonde/oral sesuai mengatasi masalah kekurangan
program rehidrasi. volume cairan.
3. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d asupan kalori dan protein yang
tidak adekuat.
Tujuan & kriteria hasil :
Klien akan mencapai pertumbuhan dan perkembangan sesuai standar usia.
Kriteria:
1. Pertumbuhan fisik (ukuran antropometrik) sesuai standar usia.
2. Perkembangan motorik, bahasa/ kognitif dan personal/sosial sesuai standar usia.
Intervensi rasional
Ajarkan kepada orang tua tentang Meningkatkan pengetahuan ke-luarga
standar pertumbuhan fisik dan tentang keterlambatan pertumbuhan
tugas-tugas perkembangan sesuai dan perkembangan anak.
usia anak.
Lakukan pemberian makanan/ Diet khusus untuk pemulihan
minuman sesuai program terapi diet malnutrisi diprogramkan secara
pemulihan. bertahap sesuai dengan kebutuhan
anak dan kemampuan toleransi sistem
pencernaan.
5. Bersihan jalan napas tak efektif b/d peningkatan sekresi trakheobronkhial sekunder
terhadap infeksi saluran pernapasan.
Tujuan & kriteria hasil :
Klien akan menunjukkan jalan napas yang efektif.
Kriteria:
1. Jalan napas bersih dari sekret, sesak napas tidak ada, pernapasan cuping hidung tidak ada,
bunyi napas bersih, ronchi tidak ada.
Intervensi rasional
Lakukan fisioterapi dada dan Fisioterapi dada meningkatkan
suction secara berkala. pelepasan sekret. Suction diperlukan
selama fase hipersekresi
trakheobronkhial.
f) Dialysis
- Asidosis berat
- Gagal ginjal
a) Immobilisasi
4) Pengobatan Supportif
A.PENGKAJIAN
1.Data Subjektif
1) Pengkajian difokuskan pada masalah yang mendesak seperti jalan nafas dan sirkulasi yang
mengancam jiwa, adanya gangguan asam basa, keadaan status jantung dan status kesadaran
2) Riwayat kesadaran : riwayat keracunan, bahan racun yang digunakan, berapa lama
diketahui setelah keracunan, ada masalah lain sebagai pencetus keracunan dan sindroma
toksis yang ditimbulkan dan kapan terjadinya.
2. Data Obyektif
1) Saluran pencernaan : mual, muntah, nyeri perut, dehidrasi dan perdarahan saluran
pencernaan.
2) Susunan saraf pusat : pernafasan cepat dan dalam tinnitus, disorientasi, delirium, kejang
sampai koma.
3) BMR meningkat : tachipnea, tachikardi, panas dan berkeringat.
4) Gangguan metabolisme karbohidrat : ekskresi asam organic dalam jumlah besar,
hipoglikemi atau hiperglikemi dan ketosis.
5) Gangguan koagulasi : gangguan aggregasi trombosit dan trombositopenia.
6) Gangguan elektrolit : hiponatremia, hipernatremia, hipokalsemia atau hipokalsemia
B.DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Tidak efektifnya pola nafas b.d hipoventilasi/hiperventilasi
2) Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh b.d mual dan muntah
3) Tidak efektifnya koping individu b.d kecemasan
C.INTERVENSI
1) Tidak efektifnya pola nafas b.d hipoventilasi/hiperventilasi
Intervensi :
- Jika pernafasan depresi ,berikan oksigen dan lakukan suction. Ventilator mungkin bisa
diperlukan
- Pertolongan pertama yang dilakukan meliputi : tindakan umum yang bertujuan untuk
keselamatan hidup,mencegah penyerapan dan penawar racun ( antidotum ) yang meliputi
resusitasi, : Air way, breathing, circulasi eliminasi untuk menghambat absorsi melalui
pencernaaan dengan cara kumbah lambung, emesis, atau katarsis dan keramas rambut.
- Perawatan suportif; meliputi mempertahankan agar pasien tidak sampai demam atau
mengigil, monitor perubahan-perubahan fisik seperti perubahan nadi yang cepat, distress
pernafasan, sianosis, diaphoresis, dan tanda-tanda lain kolaps pembuluh darah dan
kemungkinan fatal atau kematian.
Rasional :
- dengan adanya perawatan suportif, akan lebih memudahkan proses pemulihan kesehatan
pasien
Rasional :
- untuk lebih memudahkan perawat, dokter, dan petugas kesehatan lainnya dalam
memberikan perawatan kesehatan kepada klien
- untuk mengetahui sejauh mana tingkat nyeri yang dirasakan klien serta perubahan yang
terjadi
Rasional :
- Orang tua dapat ikut berperan serta dalam proses perawatan pada anak sakit
- Menambah pengetahuan atau wawasan orang tua
- Merupakan salah satu cara yang dapat mengatasi rasa nyeri, membuat klien merasa lebih
nyaman dan tenang
DAFTAR PUSTAKA
Behrman dkk. 2000. Ilmu kesehatan anak edisi 15. Jakarta : EGC
Carpenito, Lynda Juall.2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10.
Jakarta:EGC
Dorlan,W.A Newman .2002. Kamus Kedokteran Dorlan Edisi 29. Jakarta:EGC
Dr.Soetjiningsih,SpAk.1995. Tumbuh Kembang Anak.Jakarta.EGC
NANDA, Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2005-2006
Suryo. (1990). Obesitas Anak. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Wong,Donna L.2003.Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4.Jakarta:EGC