Abstract
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mencari efek dari penggunaan antibiotik
terhadap flora bakteri yang terdapat di tonsil. Pasien yang sudah menjalani tonsilektomi
untuk tonsilitis kronik rekuren di masukkan kedalam penelitian ini. Terdapat tiga grup: grup
pertama sudah diobati 10 hari sebelum operasi dengan amoxicilin/asam klavulanik; grup
kedua sudah diobati 10 hari sebelum operasi dengan klaritromisin; dan grup ketiga adalah
pasien yang sudah menjalani tonsilektomi tanpa penggunaan antibiotik sebelumnya. Hasail
dari pengangkatan tosila palatina di kirim ke bagian mikrobiologi kami dengan tabung steril
untuk analasis bakteri. Tujuh puluh tiga pasien (grup 1=19, grup 2 = 20, grup 3 = 34 passien)
usia 3-18 tahun (rata-rata 7 tahun) yang masuk ke dalam penelitian ini. Kurang lebih satu
bakteri telah di isolasi dari semua tonsil, kecuali untuk 2 kasus di dalam grp 1; terdapat satu
bakteri berbeda yang tumbuh di antara semua grup dan tidak signifikan (p = 0.06). Di sisi
lain, jumlah pasien dengan pertumbuhan bakteri yang terendah secara signifikan terjadi di
grup 2 (n=2) dibandingkan dengan grup 1 (n=10) dan grup 3 (n=27) (p<0.001). Bakteri yang
terisolasi dari tonsil paling banyak adalah Streptococcus viridans. Pseudomonas aeruginosa
adalah bakteri patogen yng hanya tumbuh dari tiga grup tersebut. Clarithromycin lebih efektif
dibandingkan dengan amoxicilin/ asam klavulanik untuk mengeradikasi bakteri patogen di
tonsil. Untuk mencegah endokarditis, digunakan antibiotik profilaksis terhadap S. Viridans,
yang termasuk prevalensi terbanyak bakteri di tonsil harus tetap dipikirkan terutama untuk
pasien dengan katup jantung yang sudah rusak.
Pendahuluan
Tonsilitis adalah salah satu dari banyak infeksi dari penyak infeksi saluran pernafasan
bagian atas. Paling banyak di sebabkan oleh virus, dan yang kedua terbanyak disebabkan oleh
bakteri, seperti grup A -hemolitik streptokokus, Stafilokokus aurea, Hemofilus influenza,
Streptokokus pneumonia, Eschericia coli, dan pseudomonas aeruginosa. [1, 2]. Persistensi
dari bakteri di tonsil dapat menyebabkan tonsilitis kronik rekuren, yang dalam beberapa
kasus biasanya menyerang sakit tenggorokan, malaise, nyeri sendi, adenopati servikal, dan
halitosis. Infeksi tonsil berulang dapat menyebabkan hiperplasia parenkim dan hipertrofi
tonsilar, yang merupakan faktor penting dari mengorok dan obstruksi sleep apnea, tersering
pada anak. Komplikasi serius yang lain dari tonsilitis berulang termasuk demam rematik,
yang umumnya berakibat pada jantung dan sistem syaraf (Sydenhams chorea),
glomerulonefritis, abses peritonsiler, infeksi telinga tengah, dan sepsis (Lemierres
syndrome). Tonsilitis yang berulang juga menyebabkan signifikan tertinggal dalam hal
pelajaran sekolah dan kehadiran dalam bekerja sehari-hari.
Tonsilektomi adalah tindakanan operasi secara radikal yang biasanya dilakukan untuk
mengobati tonsilitis berulang dan hipertrofi tonsil. Pemberian antibiotik yang berulang selalu
digunakan sebelum tindakan tonsilektomi. Tetapi, keefektifan untuk mengeradikasi bakteri
masih diperdebatkan dalam kaitannya dengan resistensi antibiotik. Tujuan utama dari
penelitian ini adalah untuk menginvestigasi efek penggunaan dari antibiotik terhadap bakteri
di tonsil.
Studi prospektif ini talas di setujui oleh komite etik dari institusi kami (1574/Juli
2011) dan telah diselenggarakan oleh departemen kami dari januari 2012 sampai oktober
2014. Anak dengan tonsilitis kronik berulang (mendapatkan sekurang-kurangnya 7 serangan
dari sakit tenggorokan akibat tonsilitis dalam satu tahun, 5 kali serangan yang sama dalam
kurun waktu 2 tahun, atau lebih sedikit 3 episode serangan per tahun dalam kurun waktu 3
tahun) yang dimasukan dalam studi ini [5]. Pasien yang ikut ke dalam studi ini telah
menandatangani surat persetujuan yang sudah diberikan. Di dapatkan 3 grup. Dalam grup 1,
pasien diberikan amoxicilin/asam klavulanik untuk 10 hari tepat sebelum tonsilektomi; dalam
grup 2, pasien diberikan clarithromycin untuk 10 hari sebelum tonsilektomi; dan dalam grup
3, pasien dilakukan tonsilektomi tanpa antibiotik sebelum dilakukan operasi. Dosis dari
amoxicilin/asam klavulanik adalah 875/125 mg (1,000 mg) tablet setiap 12 jam untuk anak
usia lebih dari 12 tahun dan 25/3.6 mg/kg setiap 12 jam untuk anak usia kurang dari 12 tahun.
Dosis clarithromycin 500 mg tablet setiap 12 jam untuk anak usia lebih dari 12 tahun dan 7,5
mg/kg 2 kali sehari untuk anak usia kurang dari 12 tahun. Semua pasien yang melaksanakan
tonsilektomi mendapatkan anesesia umum. Tonsila palatina di angkat dengan kapsulnya dan
dikirim ke departemen mikrobiologi dalam tabung steril untuk di analisis bakteri di
dalamnya. Pasien yang menjalani tonsilektomi selain untuk alasan tonsilitis yang berulang,
seperti dilakukan untuk biopsi eksisi menilai keganasan, hipertrofi tonsil yang menyebabkan
obstruksi sleep apnea atau mengorok, dan penyakit spesifik seperti TB tidak dimasukan di
dalam studi ini.
Analisis Bakteri
Analisis statistik
Analisis statistik menggunakan SPSS software versi 15. The Chi-square test
digunakan untuk membandingkan dari ketiga grup. Nilai p kurang dari 0.05 dipertimbangkan
sebagai hasil yg sig nifikan.
Hasil
73 pasien (grup 1 = 19, grup 2 = 20, grup 3 = 34 pasien) usia 3-18 tahun (rata-rata 7
tahun) yang masuk ke dalam studi ini. Total 99 bakteri di isolai dari spesimen (23 bakteri
dalam grup 1, 26 bakteri dalam grup 2 dan 50 bakteri di dalam grup 3). Distribusi bakteri
yang terisolasi dari tonsil di tampilkan dalam tabel 1. Setidaknya satu bakteri yang tumbuh di
semua spesimen dari 3 grup yang ada, kecuali 2 kasus yg terdapat dalam grup 1: tetapi
perbedaan di setiap grup tidak signifikan (p = 0.06) dalam kaitan dengan pertumbuhan bakteri
dan bakteri yang tidak tumbuh. Lebih dari satu bakteri terlihat dalam empat, delapan dan 16
tonsil di dalam grup 1, grup 2 dan grup 3, berturut-turut; perbedaan dalam satu dan
banyaknya bakteri yang tumbuh di antara grup tidak signifikan (p = 0.08).
Jumlah pasien dengan bakteri patogen, yaitu S.aureus, S.pneumonia, -hemolitik
streptokokus, H. Influenza, P.aeruginosa, dan E. Coli, tumbuh rendah secara signifikan dalam
grup 2 (n=2) dibandingkan dengan grup 1 (n=10) dan grup 3 (n=27).
Streptokokus viridans adalah bakteri yang paling sering terisolasi (n=33) dari tonsil,
dan S. Aureus adalah bakteri patogen yang paling banyak terisolasi (n = 21). Pseudomonas
aeruginosa adalah satu bakteri patogen yang tumbuh di semua grup. Tidak ada bakteri gram
positif yang tumbuh di dalam grup 2; tetapi, 11 bakteri patoge gram positif tumbuh di grup 1
dan 27 bakteri patogen gram positif tumbuh di grup 3. Perbandingan dalam pertumbuhan
bakteri patogen gram positif signifikan dalam semua grup (p < 0.001).
Diskusi
Flora normal orofaring berisi perbedaan antara bakteri aerob dan bakteri anaerob,
termasuk streptokokus hemolitik dan non hemolitik, stafilokokus koagulase negatuf,
Neiseria, Corynebacterium, actinomyces, Leptorichiae, dan Fusobacterium spesies [1].
Bakteri grup A hemolitik streptokokus, S.aureus, H. Influenza, S. Pneumonia,
Corynebacterium diphteriae, dan Neisseria gonorrhoae adalah bakteri utama penyebab
tonsilitis [1]. Stafilokokus aureus adalah bakteri patogen yang paling banyak terisolasi dalam
pasien dengan tonsilitis rekuren; hemolitik streptokokus adalah bakteri patogen lainnya
yang biasa menyebabkan tonsilitis rekuren [2, 8]. Streptokokus grup A -hemolitik adalah
prevalensi terbanyak untuk anak [2], dan S. Pneumonia penyebab tersering untuk tonsilitis
rekuren pada pasien muda [8]. Koloni besar dari grup C dan G streptokokus terisolasi 3%
hasil dari swab 2,085 anak dengan tonsilitis akut; mereka dapat dipertimbangkan sebagai hal
yg tidak biasa untuk bakteri patogen dalam tenggorokan [9]. Haemofilus influenza adalah
patogen tonsil yang biasa tanpa melihat variasi bakteri yang lainnya [8]. Pseudomonas
aeruginosa, adalah bakteri patogen yang jarang terlihat dalam tonsil (3.8%) [2], dapat
menyebabkan infeksi tonsil yang resisten terhadap antibiotik dan tonsilektomi dibutuhkan
untuk mengobatinya [10]. Klebsiella pneumonia, E. Coli, dan Enterobacter spesies mungkin
juga dapat di isolasi dalam pasien dengan tonsilitis rekuren [2]. Dari studi ini ditampilkan,
paling banyak bakteri patogen yang terisolasi adalah S. Aureus dan hanya satu bakteri
patogen yang tumbuh di semua grup yaitu P. Aeruginosa.