PENDAHULUAN
1
STATUS PASIEN
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. W
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tggl Lahir : 08-06-2007/10 tahun
Nama Orang tua : Tn. S
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Tondo
Tanggal masuk : 4 Mei 2017
2
Riwayat Penyakit Keluarga :
Kakak pasien juga mengalami kegemukan seperti pasien. Ibu dan ayah
pasien tidak menderita hipertensi, penyakit jantung, dan juga diabetes.
Anamnesis Makanan:
Pasien minum ASI sejak lahir sampai umur 6 bulan. Dari umur 6 bulan
hingga umur 2 tahun diberikan susu formula. Dari umur 2 tahun hingga sekarang
diberikan nasi. Dalam sehari, biasanya pasien makan >5 kali dengan porsi lebih
banyak. Orang tua pasien seorang pemilik warung dan membiarkan anaknya
untuk makan cemilan sehingga pasien juga sering makan cemilan berupa makanan
ringan dan makanan cepat saji, serta jajan es krim. Sering makan mie goreng dan
minum air es, pasien juga suka jajan siomay, es krim dan makan snack.
Riwayat sosial ekonomi:
Keluarga pasien memiliki status sosial ekonomi menengah keatas.
Riwayat kebiasaan dan lingkungan:
Pasien jarang berolahraga. Kesehariannya pasien sering menonton TV
dan bermain games. Pasien juga setiap pulang sekolah selalu tidur dan malas
untuk beraktivitas.
Riwayat kehamilan dan persalinan :
Ibu pasien sering memeriksakan diri ke dokter selama masa kehamilan,
tidak pernah mengalami kelainan selama masa kehamilan, hipertensi (-). Pasien
lahir spontan, cukup bulan, langsung menangis dengan berat badan lahir 5000
gram, panjang badan 50 cm.
Kemampuan dan Kepandaian anak:
Membalik : 3 bulan
Tengkurap : 4 bulan
Duduk : 6 bulan
Merangkak : 9 bulan
Berdiri : 1 tahun
Berjalan : 1 tahun 4 bulan
Riwayat Imunisasi :
Imunisasi dasar lengkap
Riwayat Alergi :
3
Tidak ada
PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : Sakit ringan
Kesadaran : Kompos mentis
2. Pengukuran
Tanda vital :
- Denyut jantung :100 kali/menit
- Pernapasan :24 kali/menit
- Suhu :380C
Berat badan : 98 kg
Tinggi badan : 162 cm
Status gizi : Obesitas (IMT 37)
3. Kulit :
Pucat (-), turgor kulit kembali cepat (<2 detik). Tampak jaringan lemak
menebal
4. Kepala
Bentuk : Normocephal
Rambut : Tidak mudah tercabut, berwarna hitam
Mata : Edema palpebral (-/-), Conjungtiva: anemis (-/-)
Sclera : Ikterik (-/-)
Telinga : Otorrhea (-/-)
Hidung : Rhinorrhea (-), nafas cuping hidung (-)
Mulut : Bibir kering (-), sianosis (-)
Lidah : Lidah kotor dengan pinggiran eritema (-)
Gusi : Perdarahan (-)
Tenggorokan : Tonsil T2/T2
Pharynx : Hiperemis (-)
5. Toraks :
a. Dinding dada/paru :
Inspeksi : Bentuk : simetris bilateral
4
Retraksi : tidak ada
Palpasi : Vokal fremitus kiri=kanan
Perkusi : Sonor kiri : kanan
Auskultasi : Suara Napas Dasar : Bronchovesikuler (+/+)
Suara Napas Tambahan : Rhonchi (-/-) Wheezing (-/-)
b. Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada Spatium Inter Costa (SIC) V linea
midclavicula sinistra
Perkusi: Batas jantung normal
Auskultasi : S1 dan S2 murni, regular, bising : tidak ada
6. Abdomen :
Inspeksi : cembung
Auskultasi : bising usus (-)
Perkusi : Bunyi : timpani
Asites : (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), organomegali (-)
Pemeriksaan laboratorium
Hasil Rujukan Satuan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 13.1 11,5-16,5 g/dl
Leukosit 4.2 4,8-10,0 /ul
Eritrosit 4.32 4,0-5,50 Juta/ul
Hematokrit 36,6 30-47 %
Trombosit 285 150-450 Ribu/ul
5
Anjuran Pemeriksaan:
- USG abdomen
- Analisis diet
- Profil lipid (LDL/HDL, kolesterol.trigliserida)
- Kadar Gula Darah Puasa
RESUME :
Pasien laki-laki umur 10 tahun masuk RS UNDATA dengan berat badan
lebih. Anak mulai mengalami berat badan lebih sejak umur 4 tahun. Makrosomia
(+). Nyeri kepala (+) jika terlalu banyak mengonsumsi makanan manis. Pasien
mengatakan dalam sehari dapat makan dan minum dalam porsi banyak dari orang
biasanya serta frekuensi berlebih. Dalam kesehariannya pasien mengatakan sering
tidur jika pulang dari sekolah. Pasien juga mengatakan jika tidur, sering
mengorok, dan terkadang terbangun dari tidur karena saat tidur tiba-tiba sulit
bernapas. Pasien juga mengeluhkan adanya nyeri pinggul saat bergerak sehingga
pasien lebih banyak berbaring daripada berkegiatan. Buang air besar seperti biasa
tapi untuk 2 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mengatakan tidak buang air
besar. Buang air kecil normal dan lancar, pasien mengatakan tidak terlalu sering
buang air kecil dan tidak mengeluhkan nyeri saat berkemih.
Anamnesis makanan, pasien minum ASI sejak lahir sampai umur 6 bulan.
Dari umur 6 bulan hingga umur 2 tahun diberikan susu formula. Dari umur 2
tahun hingga sekarang diberikan nasi. Dalam sehari, biasanya pasien makan >5
kali dengan porsi lebih banyak. Orang tua pasien seorang pemilik warung dan
membiarkan anaknya untuk makan cemilan sehingga pasien juga sering makan
cemilan berupa makanan ringan dan makanan cepat saji, serta jajan es krim.
Sering makan mie goreng dan minum air es, pasien juga suka jajan siomay, es
krim dan makan snack.
6
DIAGNOSIS :
Obesitas pada anak
FOLLOW UP
Tanggal 05-05-2017
Subject - Demam (+)
- Sakit kepala (+)
- Batuk berlendir (+)
- Flu (+)
- Sesak (-)
- Nyeri menelan (+)
- Sakit perut (+)
- Mual (-)
- Muntah (-)
- BAB (-) 3 hari
- BAK (+)
Object - BB : 98 kg
Status gizi: IMT 37 (Obesitas)
- TB : 162 cm
- S : 38,4 C
- N : 108 x/menit
- R : 36 x/menit
- Thorax (Pulmo)
I: Simetris bilateral, Retraksi (-)
P: Vokal fremitus kanan=kiri
P: Sonor (+/+)
A: BV (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)
- Jantung:
I: Ictus cordis tidak terlihat
P: Ictus cordis teraba
7
P: Batas jantung normal
A: Bunyi jantung I/II murni reguler
- Abdomen:
I: Tampak Cembung
A: Peristaltik (+), Bising Usus (-)
P: Timpani (+)
P: Nyeri tekan (-)
Assesment Obesitas pada Anak
Plan - IVFD RL 12 tpm
- Cefadroxil 3x500 mg
- Paracetamol 4x1 tab
- Ambroxol 3x1 tab
Tanggal 18-01-2017
Subject - Demam (-) hari ke 5, Bebas demam hari-1
- Sakit kepala (-)
- Batuk berlendir (+)
- Flu (-)
- Sesak (-)
- Nyeri menelan (+)
- Sakit perut (-)
- Mual (-)
- Muntah (-)
- BAB (-) 4 hari
- BAK (+)
Object - BB : 98 kg
Status gizi: IMT 37 (Obesitas)
- TB : 162 cm
- S : 36,6 C
- N : 92 x/menit
- R : 26 x/menit
- TD : 110/60
8
- Thorax (Pulmo)
I: Simetris bilateral, Retraksi (-)
P: Vokal fremitus kanan=kiri
P: Sonor (+/+)
A: BV (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)
- Jantung:
I: Ictus cordis tidak terlihat
P: Ictus cordis teraba
P: Batas jantung normal
A: Bunyi jantung I/II murni reguler
- Abdomen:
I: Tampak Cembung
A: Peristaltik (+), Bising Usus (-)
P: Timpani (+)
P: Nyeri tekan (-)
Assesment Obesitas pada Anak
Plan - IVFD RL 12 tpm
- Cefadroxil 3x500 mg
- Paracetamol 4x1 tab
- Ambroxol 3x1 tab
Tanggal 19-01-2017
Subject - Demam (-) hari ke 6, Bebas demam hari-2
- Sakit kepala (-)
- Batuk berlendir (+)
- Flu (+)
- Batuk (+)
- Nyeri menelan (-)
- Sakit perut (-)
- Mual (-)
- Muntah (-)
9
- BAB (-) 5 hari
- BAK (+)
Object - BB : 97 kg
Status gizi: IMT 37 (Obesitas)
- TB : 162 cm
- S : 36,6 C
- N : 76 x/menit
- R : 28 x/menit
- TD : 110/70
- Thorax (Pulmo)
I: Simetris bilateral, Retraksi (-)
P: Vokal fremitus kanan=kiri
P: Sonor (+/+)
A: BV (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)
- Jantung:
I: Ictus cordis tidak terlihat
P: Ictus cordis teraba
P: Batas jantung normal
A: Bunyi jantung I/II murni reguler
- Abdomen:
I: Tampak Cembung
A: Peristaltik (+), Bising Usus (-)
P: Timpani (+)
P: Nyeri tekan (-)
- Hasil Lab:
WBC : 7,49
RBC : 5,14
HGB : 12,9
HCT : 39,6
PLT: 45
Assesment Obesitas pada Anak
10
Plan - IVFD RL 12 tpm
- Cefadroxil 3x500 mg
- Paracetamol 4x1 tab
- Ambroxol 3x1 tab
Tanggal 20-01-2017
Subject - Demam (-) hari ke 7, Bebas demam hari-3
- Sakit kepala (-)
- Batuk berlendir (+)
- Flu (-)
- Nyeri menelan (-)
- Sakit perut (-)
- Mual (-)
- Muntah (-)
- BAB (-) 6 hari
- BAK (+)
Object - BB : 97 kg
Status gizi: IMT 37 (Obesitas)
- TB : 162 cm
- S : 36,5 C
- N : 94 x/menit
- R : 26 x/menit
- TD : 110/70
- Thorax (Pulmo)
I: Simetris bilateral, Retraksi (-)
P: Vokal fremitus kanan=kiri
P: Sonor (+/+)
A: BV (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)
- Jantung:
I: Ictus cordis tidak terlihat
P: Ictus cordis teraba
P: Batas jantung normal
A: Bunyi jantung I/II murni reguler
11
- Abdomen:
I: Tampak Cembung
A: Peristaltik (+), Bising Usus (-)
P: Timpani (+)
P: Nyeri tekan (-)
- Hasil Lab:
WBC : 7,1
RBC : 4,83
HGB : 12,2
HCT : 37,5
PLT: 53
Assesment Obesitas pada Anak
Plan - IVFD RL 12 tpm
- Cefadroxil 3x500 mg
- Paracetamol 4x1 tab
- Ambroxol 3x1 tab
12
DISKUSI
13
e. Indeks Massa Tubuh (IMT), > persentil ke 95 sebagai indikator obesitas.6
14
D.I. Aceh (11,6%), Sumatera Utara (10,5%), Sumatera Selatan (11,4%), Riau
(10,9%), Lampung (11,6%), Kepulauan Riau (9,7%), DKI Jakarta (12,8%), Jawa
Tengah (10,9%), Jawa Timur (12,4%), Sulawesi Tenggara (14,7%), Papua Barat
(14,4%) berada di atas prevalensi nasional.7
Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengkonsumsi kalori lebih banyak dari
yang diperlukan oleh tubuh. Penyebab terjadinya ketidakseimbangan antara
asupan dan pembakaran kalori ini masih belum jelas. Terjadinya obesitas
melibatkan beberapa faktor: Faktor genetik. Obesitas cenderung diturunkan,
sehingga diduga memiliki penyebab genetik. Tetapi anggota keluarga tidak hanya
berbagi gen, tetapi juga makanan dan kebiasaan gaya hidup, yang bisa mendorong
terjadinya obesitas. Seringkali sulit untuk memisahkan faktor gaya hidup dengan
faktor genetik. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik
memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan seseorang. Faktor
lingkungan. Gen merupakan faktor yang penting dalam berbagai kasus obesitas,
tetapi lingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti.
Lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup (misalnya apa yang dimakan
dan berapa kali seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya). Seseorang tentu
saja tidak dapat mengubah pola genetiknya, tetapi dia dapat mengubah pola
makan dan aktivitasnya.8
Patogenesis dari obesitas dapat dibagi dalam dua jenis. Jenis pertama
adanya gangguan pada regulatory obesity yang berkaitan dengan pusat yang
mengatur masukan makanan.Jenis kedua adanya metabolic obesity, terdapat
kelainan pada metabolisme lemak dan karbohidrat. Keseimbangan energi dapat
diatur pada level intake makanan dan energi yang dikeluarkan. Para ahli
menemukan komponen pengatur penyimpanan energi, yaitu leptin. Leptin adalah
cytokine seperti polipeptida yang diproduksi oleh gen yang ada di jaringan
adiposa yang mengontrol intake makanan melalui reseptor hipotalamus. Leptin
diproduksi secara proporsional dengan berat adiposa. Leptin juga menurunkan
ekspresi dari neuropeptida Y, dan hormon-horman yang berkaitan dengan intake
energi yang antara lain ghrelin, insulin dan kolesitokinin. Keberadaan leptin pada
reseptor hipotalamus dapat menghambat intake makanan. Mutagenesis dari gen
ini akan menghilangkan faktor regulator dari intake makanan.3
15
Pengaturan keseimbangan energi diperankan oleh hipotalamus melalui 3
proses fisiologis, yaitu: pengendalian rasa lapar dan kenyang, mempengaruhi laju
pengeluaran energi dan regulasi sekresi hormon yang terlibat dalam pengaturan
penyimpanan energi, melalui sinyal- sinyal efferent yang berpusat di hipotalamus
setelah mendapatkan sinyal afferent dari perifer terutama dari jaringan adipose
tetapi juga dari usus dan jaringan otot. Sinyal-sinyal tersebut bersifat anabolik
(meningkatkan asupan makanan, menurunkan pengeluaran energi) dan katabolik
(anoreksia, meningkatkan pengeluaran energi) dan dibagi menjadi 2 kategori,
yaitu sinyal pendek dan sinyal panjang.
Sinyal pendek (situasional) yang mempengaruhi porsi makan dan waktu
makan serta berhubungan dengan faktor distensi lambung dan peptida
gastrointestinal, yaitu kolesistokinin (CCK) yang mempunyai peranan paling
penting dalam menurunkan porsi makan dibanding glukagon, bombesin dan
somatostatin. Sinyal panjang yang diperankan oleh fat-derived hormon leptin
dan insulin yang mengatur penyimpanan dan keseimbangan energi. Didalam
system ini leptin memegang peran utama sebagai pengendali berat badan.
Sumber utama leptin adalah jaringan adiposa, yang disekresi langsung masuk ke
peredaran darah dan kemudian menembus sawar darah otak menuju ke
hipotalamus. Apabila asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan maka massa
jaringan adiposa meningkat, disertai dengan peningkatan kadar leptin dalam
peredaran darah. Leptin kemudian merangsang anorexigenic center di
hipotalamus agar menurunkan produksi NPY, sehingga terjadi penurunan nafsu
makan dan asupan makanan. Demikian pula sebaliknya bila kebutuhan energi
lebih besar dari asupan energi, maka massa jaringan adiposa berkurang dan
terjadi rangsangan pada orexigenic center di hipotalamus yang menyebabkan
peningkatan nafsu makan dan asupan makanan. Pada sebagian besar orang
obesitas, mekanisme ini tidak berjalan walaupun kadar leptin didalam darah
tinggi dan disebut sebagai resistensi leptin.
Selain leptin, jaringan adiposa juga mengeluarkan faktor-faktor lain yang
mengatur keseimbangan energi dan metabolisme karbohidrat, seperti sitokin,
faktor angiogenik, faktor yang berhubungan dengan immun, prostaglandin,
16
angiotensinogen dan protein. Faktor-faktor tersebut diproduksi secara
proporsional sesuai dengan massa jaringan adipose.8
Faktor kesehatan. Beberapa penyakit bisa menyebabkan obesitas,
diantaranya: hipotiroidisme, sindroma Cushing, sindroma Prader-Willi, dan
beberapa kelainan saraf yang bisa menyebabkan seseorang banyak makan. Obat-
obat tertentu (misalnya steroid dan beberapa anti-depresi) bisa menyebabkan
penambahan berat badan. Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau
keduanya) menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam
tubuh. Penderita obesitas, terutama yang menjadi gemuk pada masa kanak-kanak,
bisa memiliki sel lemak sampai 5 kali lebih banyak dibandingkan dengan orang
yang berat badannya normal. Jumlah sel-sel lemak tidak dapat dikurangi, karena
itu penurunan berat badan hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah
lemak di dalam setiap sel.9
Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu penyebab
utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah masyarakat yang
makmur. Anak-anak yang tidak aktif memerlukan lebih sedikit kalori (energi yang
dikeluarkan rendah). Seorang anak yang cenderung mengkonsumsi makanan kaya
lemak dan tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang, akan mengalami
obesitas.8
Lemak tubuh yang berlebihan pada obesitas berhubungan dengan
peningkatan risiko kesehatan, khususnya faktor risiko kardiovaskular. Indeks
massa tubuh (IMT) dan pengukuran berat badan terhadap tinggi badan merupakan
metode yang berguna untuk menilai lemak tubuh dan diukur dengan cara berat
badan (dalam kilogram) dibagi dengan kuadrat dari tinggi badan (dalam meter).
Konsensus internasional untuk penentuan gizi lebih adalah berdasarkan grafi
indeks massa tubuh (grafi IMT) berdasarkan usia dan jenis kelamin. Saat ini ada
tiga klasifiasi yang digunakan untuk anak dan remaja yaitu CDC 2000 (Center for
Disease Control and Prevention 2000), IOTF (International Obesity Task Force),
dan WHO 2006 (World Health Organization 2006). Berdasarkan hal tersebut dan
untuk kepentingan klinis praktis dalam menentukan klasifiasi mana yang dapat
digunakan sebagai uji tapis obesitas, maka data Riskesdas 2010 tersebut dianalisis
17
kembali dan selanjutnya diklasifiasi menggunakan grafik IMT berdasarkan CDC
2000, IOTF, dan WHO 2006.3
18
5,6
modifikasi pola hidup.
19
5
melakukan aktifitas fisik selama 20-30 menit per hari.
20
140% BB Ideal atau IMT > 97 persentile, dengan asupan kalori hanya 600-800
kkal per hari dan protein hewani 1,5 - 2,5 gram/kg BB Ideal, dengan
suplementasi vitamin dan mineral serta minum > 1,5 L per hari. Terapi ini hanya
diberikan selama 12 hari dengan pengawasan dokter.
Farmakoterapi dikelompokkan menjadi 3, yaitu: mempengaruhi asupan
energi dengan menekan nafsu makan, contohnya sibutramin; mempengaruhi
penyimpanan energi dengan menghambat absorbsi zat-zat gizi contohnya orlistat,
leptin, octreotide dan metformin; meningkatkan penggunaan energi.
Farmakoterapi belum direkomendasikan untuk terapi obesitas pada anak,
karena efek jangka panjang yang masih belum jelas.
Terapi bedah di indikasikan bila berat badan > 200% BB Ideal. Prinsip
terapi ini adalah untuk mengurangi asupan makanan atau memperlambat
pengosongan lambung dengan cara gastric banding, dan mengurangi absorbsi
makanan dengan cara membuat gastric bypass dari lambung ke bagian akhir
usus halus. Sampai saat ini belum banyak penelitian tentang manfaat dan bahaya
terapi ini pada anak.
Tujuan tata laksana gizi lebih dan obesitas pada anak harus disesuaikan
dengan usia dan perkembangan anak, penurunan berat badan mencapai 20% di
atas berat badan ideal, serta pola makan dan aktivitas fisis yang sehat dapat
diterapkan jangka panjang untuk mempertahankan berat badan tetapi tidak
menghambat pertumbuhan dan perkembangan.
21
A. Pola makan yang benar
Pemberian diet seimbang sesuai requirement daily allowances (RDA)
merupakan prinsip pengaturan diet pada anak gemuk karena anak masih
bertumbuh dan berkembang dengan metode food rules, yaitu:
1. Terjadwal dengan pola makan besar 3x/hari dan camilan 2x/hari yang
terjadwal (camilan diutamakan dalam bentuk buah segar), diberikan air
putih di antara jadwal makan utama dan camilan, serta lama makan 30
menit/kali
2. Lingkungan netral dengan cara tidak memaksa anak untuk mengonsumsi
makanan tertentu dan jumlah makanan ditentukan oleh anak
3. Prosedur dilakukan dengan pemberian makan sesuai dengan kebutuhan
kalori yang diperoleh dari hasil perkalian antara kebutuhan kalori
berdasarkan RDA menurut height age dengan berat badan ideal menurut
tinggi badan Langkah awal yang dilakukan adalah menumbuhkan motivasi
anak untuk ingin menurunkan berat badan setelah anak mengetahui berat
badan ideal yang disesuaikan dengan tinggi badannya, diikuti dengan
membuat kesepakatan bersama berapa target penurunan berat badan yang
dikehendaki.3
22
Pola aktivitas yang benar pada anak dan remaja obes dilakukan
dengan melakukan latihan dan meningkatkan aktivitas harian karena
aktivitas fisis berpengaruh terhadap penggunaan energi. Peningkatan
aktivitas pada anak gemuk dapat menurunkan napsu makan dan
meningkatkan laju metabolisme. Latihan aerobik teratur yang
dikombinasikan dengan pengurangan energy akan menghasilkan penurunan
berat badan yang lebih besar dibandingkan hanya dengan diet saja. Latihan
fisis yang diberikan pada anak disesuaikan dengan tingkat perkembangan
motorik, kemampuan fisis, dan umurnya. Pada anak berusia 6-12 tahun atau
usia sekolah lebih tepat untuk memulai latihan fiis dengan keterampilan otot
seperti bersepeda, berenang, menari, karate, senam, sepak bola, dan basket,
sedangkan anak di atas usia 10 tahun lebih menyukai olahraga dalam bentuk
kelompok. Aktivitas sehari-hari dioptimalkan seperti berjalan kaki atau
bersepeda ke sekolah, menempati kamar tingkat agar naik dan turun tangga,
mengurangi lama menonton televisi atau bermain games komputer, dan
menganjurkan bermain di luar rumah.3
C. Modifiasi perilaku
Tata laksana diet dan latihan fisis merupakan komponen yang efektif
untuk pengobatan, serta menjadi perhatian paling besar bagi ahli fiiologi
untuk memperoleh perubahan makan dan aktivitas perilakunya. Oleh karena
prioritas utama adalah perubahan perilaku, maka perlu menghadirkan peran
orangtua sebagai komponen intervensi.3
Jika ditangani dengan baik dan tepat dalam menurunkan berat badan maka
prognosis baik. Namun jika dibiarkan maka obesitas akan berlanjut dan bisa
sampai terjadi komplikasi.
23
DAFTAR PUSTAKA
24
6. KEMENKES RI, 2012, Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan
Kegemukan dan Obesitas Pada Anak Sekolah. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI.
7. Soebagijo A, Askandar T, and Sri M, et al. Naskah Lengkap ; National
Obesity Symposium II; 2003.PERKENI.
8. Sjarif dkk. 2004. Penelitian Multisenter 10 PPDSA di Indonesia mengenai
prevalensi obesitas. Dipresentasikan pada KONIKA XIII, Bandung 4-7
Juli 2005.
9. Malonda AA, Tangklilisan HA. 2010. Comparison of metabolic syndrome
criteria in obese and overweight children. Paediatr Indones.
25