Anda di halaman 1dari 21

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
A. FRAKTUR
1. Definisi
Fraktur adalah putusnya kontinuitas tulang, tulang rawan epifisis atau tulang
rawan sendi.4
2. Klasifikasi
Secara klinis, fraktur dibagi menurut ada-tidaknya hubungan patahan
tulang dengan dunia luar, yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka. Fraktur
terbuka memungkinkan masuknya kuman dari luar ke dalam luka. Patah tulang
terbuka dibagi menjadi tiga derajat (Gustilo-Anderson classification), yang
ditentukan oleh berat ringannya luka dan fraktur yang terjadi.
Derajat luka terbuka5:
 Tipe I
- Luka kurang dari 1 cm dengan cedera jaringan lunak minimal
- Dasar luka bersih
- Fraktur biasanya melintang sederhana, fraktur oblik pendek dengan
kominusi minimal
 Tipe II
- Luka lebih besar dari 1 cm dengan cedera jaringan lunak moderat
- Fraktur biasanya melintang sederhana, fraktur oblik pendek dengan
kominusi minimal
 Tipe III
- Fraktur yang melibatkan kerusakan parah pada jaringan lunak, termasuk
struktur otot, kulit dan neurovaskular. Beberapa pola yang
diklasifikasikan sebagai tipe III:
 Fraktur terbuka segmental (terlepas dari ukuran luka)
 Luka tembak kecepatan tinggi dan luka tembak jarak dekat

3
 Fraktur terbuka dengan cedera neurovaskular
 Cedera pada orang yang bekerja di pertanian dengan kontaminasi
tanah pada luka (terlepas dari ukuran luka)
 Trauma amputasi
 Fraktur terbuka lebih dari 8 jam
 Korban bencana alam atau korban perang
- Subtipe IIIA, jaringan lunak masih adekuat tanpa memandang luas luka.
Termasuk didalamnya fraktur segmental atau fraktur kominutif.
- Subtipe IIIB, hilangnya jaringan lunak disertai pengikisan jaringan
periosteal dan tulang tampak dari luar.
- Subtipe IIIC, fraktur dengan cedera arteri utama yang membutuhkan
perbaikan segera untuk mempertahankan bagian distal dari fraktur.

Berdasarkan ada tidaknya pergeseran dari fragmen fraktur dibagi menjadi:


displaced dan undisplaced:4
- Fraktur undisplaced (tidak bergeser). Garis patah komplit tetapi kedua
fragmen tidak bergeser.
- Fraktur displaced. Terjadi pergeseran fragmen-fragmen fraktur yang juga
disebut dislokasi fragmen.
1. Dislokasi ad longitudinam cum contractionum (pergeseran searah
sumbu dan overlapping).
2. Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut).

4
3. Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauhi).

Gambar 2.1. Pembagian berdasarkan pergeseran fraktur4


3. Diagnosa Fraktur
A. Anamnesa
Bila tidak ada riwayat trauma, berarti fraktur patologis. Trauma harus
diperinci kapan terjadinya, jenisnya, berat-ringannya trauma, arah trauma dan
posisi pasien atau ekstremitas yang bersangkutan (mekanisme trauma) 4

5
B. Pemeriksaan Umum
Pada pemeriksaan umum, mencari kemungkinan komplikasi umum,
misalnya: syok pada fraktur multiple, fraktur pelvis atau fraktur terbuka,
tanda-tanda sepsis pada fraktur terbuka terinfeksi4.
C. Pemeriksaan Status Lokalis
Tanda-tanda klinis pada fraktur tulang panjang4:
a. Look, cari apakah terdapat:
- Deformitas, terdiri dari penonjolan yang abnormal (misalnya pada
fraktur kondilus lateralis humerus), angulasi, rotasi dan shortening.
- Functio laesa (hilangnya fungsi), misalnya pada fraktur tibia tidak
dapat berjalan.
- Lihat juga ukuran panjang tulang, bandingkan kiri dan kanan.
b. Feel, apakah terdapat nyeri tekan.
c. Move, untuk mencari:
- Krepitasi, terasa bila fraktur digerakkan. Pemeriksaan ini sebaiknya
tidak dilakukan karena menambah trauma.
- Nyeri bila digerakkan, baik pada gerakan aktif atau pasif.
- Seberapa jauh gangguan-gangguan fungsi, gerakan-gerakan yang
tidak mampu dilakukan, range of joint movement(derajat dari ruang
lingkup gerakan sendi) dan kekuatan.
D. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi dilakukan untuk menentukan jenis dan
kedudukan fragmen fraktur. Foto Roentgen harus memenuhi beberapa
syarat (rule of two):
 Dua pandangan
Fraktur atau dislokasi mungkin tidak terlihat pada film sinar-X tunggal
dan sekurang-kurangnya harus dilakukan 2 sudut pandang (AP &
Lateral/Oblique).

6
 Dua sendi
Pada lengan bawah atau kaki, satu tulang dapat mengalami fraktur atau
angulasi. Tetapi angulasi tidak mungkin terjadi kecuali kalau tulang yang
lain juga patah, atau suatu sendi mengalami dislokasi. Sendi-sendi diatas
dan di bawah fraktur keduanya harus disertakan dalam foto sinar-X.
 Dua tungkai
Pada sinar-X anak-anak epifise dapat mengacaukan diagnosis fraktur.
Foto pada tungkai yang tidak cedera akan bermanfaat.
 Dua cedera
Kekuatan yang hebat sering menyebabkan cedera pada lebih dari 1
tingkat. Karena itu bila ada fraktur pada kalkaneus atau femur perlu juga
diambil foto sinar-X pada pelvis dan tulang belakang.
 Dua kesempatan
Segera setelah cedera, suatu fraktur mungkin sulit dilihat, kalau ragu-
ragu, sebagai akibat resorbsi tulang, pemeriksaan lebih jauh 10-14 hari
kemudian dapat memudahkan diagnosis.
E. Tatalaksana Fraktur
Tujuan penanganan fraktur adalah supaya tulang sembuh dalam posisi
yang sedemikian rupa sehingga fungsi dan kosmetik tidak menjadi cacat serta
dapat kembali ke pekerjaan dan aktivitasnya seawal mungkin6.
Untuk mencapai tujuan ini, maka harus dilakukan prinsip
penanggulangan cedera musculoskeletal yang terdiri dari6:
1. Recognition (mengenali). Agar penanganannya baik, perlu diketahui
kerusakan apa saja yang terjadi, baik pada jaringan lunak maupun
tulangnya. Mekanisme trauma juga harus diketahui.
2. Reduction (mengembalikan). Berarti mengembalikan jaringan atau fragmen
ke posisi semula (reposisi). Dengan kembali ke bentuk semula, diharapkan
bagian yang sakit dapat berfungsi kembali dengan maksimal.

7
3. Retaining (mempertahankan). Adalah tindakan mempertahankan hasil
reposisi dengan fiksasi (immobilisasi). Hal ini akan menghilangkan spasme
otot pada ekstremitas yang sakit sehingga terasa lebih nyaman dan sembuh
lebih cepat.
4. Rehabilitation. Berarti mengembalikan kemampuan anggota yang sakit
agar dapat berfungsi kembali.
Penanganan fraktur dapat dilakukan secara tertutup atau konservatif dan
dapat juga dengan cara terbuka atau operatif.
1. Terapi konservatif, terdiri dari:
a. Proteksi saja, misalnya mitela untuk fraktur collum humeri dengan
kedudukan baik.
b. Immobilisasi saja tanpa reposisi, misalnya pemasangan gips pada
fraktur inkomplit dan fraktur dengan kedudukan baik.
c. Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips, misalnya pada fraktur
suprakondilus. Reposisi dapat dalam anestesi umum atau lokal.
d. Traksi, untuk reposisi secara perlahan. Pada anak-anak dipakai traksi
kulit. Traksi kulit terbatas untuk 4 minggu dan beban < 5 kg. untuk
traksi dewasa/traksi definitive harus traksi skeletal berupa balanced
traction.
2. Terapi operatif terdiri dari:
a. Reposisi terbuka, fiksasi interna.
b. Reposisi tertutup dengan kontrol radiologis diikuti fiksasi interna.
Prinsip terapi pada fraktur tertutup adalah6:
1. Membatasi kerusakan jaringan lunak dan mempertahankan penutup kulit
2. Mencegah atau sekurang-kurangnya mengetahui pembengkakan
kompartemen
3. Memperoleh penjajaran (alignment) fraktur
4. Memulai pembebanan dini (pembebanan membantu penyembuhan)
5. Memulai gerakan sendi secepat mungkin

8
6. Komplikasi Fraktur
Fraktur lengan bawah dapat menyebabkan cedera dan komplikasi lebih
lanjut. Ujung tulang yang pecah seringkali tajam dan bisa memotong atau
merobek sekitar pembuluh darah atau saraf. Perdarahan dan pembengkakan
yang berlebihan tepat setelah cedera dapat menyebabkan sindrom
kompartemen akut, suatu kondisi di mana pembengkakan menghambat suplai
darah ke tangan dan lengan bawah. Biasanya terjadi dalam 24 sampai 48 jam
cedera dan menyebabkan rasa sakit yang parah saat menggerakkan jari.
Sindrom kompartemen dapat mengakibatkan hilangnya sensasi dan fungsi,
dan memerlukan operasi darurat setelah didiagnosis. Dalam kasus tersebut,
penutup kulit dan otot dibuka dan dibiarkan terbuka untuk mengurangi
tekanan dan membiarkan darah kembali7.
Fraktur terbuka mengekspos tulang ke lingkungan luar. Bahkan dengan
pembedahan yang baik dari tulang dan otot, tulang bisa menjadi terinfeksi.
Infeksi tulang sulit diobati dan seringkali membutuhkan banyak operasi dan
antibiotik jangka panjang7.
Ada risiko yang terkait operasi. Jika dokter Anda merekomendasikan
operasi, dia berpikir bahwa kemungkinan manfaat operasi lebih besar daripada
risikonya. Risikonya antara lain: infeksi, kerusakan saraf dan pembuluh darah.
Ada sedikit risiko cedera pada saraf dan pembuluh darah di sekitar lengan
bawah yaitu mengalami rasa mati atau kesemutan yang terus-menerus pada
jari. 7
Synostosis. Komplikasi lain yang jarang terjadi adalah penyembuhan
antara dua tulang lengan bawah dengan jembatan tulang yang dikenal sebagai
synostosis. Hal ini bisa menurunkan rotasi tulang dan mencegah gerakan
penuh. 7
Nonunion. Pembedahan tidak menjamin penyembuhan patah tulang.
Fraktur bisa terlepas, atau sekrup atau batang bisa bergeser bahkan pecah. Hal
ini dapat terjadi karena berbagai alasan, termasuk pasien tidak mengikuti

9
petunjuk setelah operasi, pasien memiliki masalah kesehatan lainnya yang
memperlambat penyembuhan seperti diabetes, penyembuhan lambat ataupun
merokok atau menggunakan produk tembakau lainnya juga memperlambat
penyembuhan. 7
Jika fraktur dikaitkan dengan luka di kulit (fraktur terbuka), penyembuhan
seringkali lebih lambat. Infeksi juga bisa memperlambat atau mencegah
penyembuhan. Jika fraktur gagal sembuh, operasi lebih lanjut mungkin
diperlukan.7
B. DISLOKASI
1. Definisi
Dislokasi atau disebut juga luksasio adalah tergesernya permukaan
tulang yang membentuk persendian terhadap tulang lainnya8.
2. Diagnosis Dislokasi
Dislokasi dapat berupa lepas komplit (cerai sendi) atau parsial
(dislokasi inkomplit), atau subluksasi. Bila ligament atau kapsul sendi tidak
sembuh dengan baik atau bila trauma minimal, luksasio mudah terulang
kembali dan disebut sebagai luksasio habitualis8.
Anamnesis8
a. Ada trauma. Cedera pada sendi dapat mengenai bagian permukaan tulang
yang membuat persendian dan tulang rawannya, ligament atau kapsul
sendi rusak. Darah dapat mengumpul di dalam simpai sendi yang disebut
hemartrosis.
b. Mekanisme trauma yang sesuai, misalnya trauma ekstensi dan eksorotasi
pada dislokasi anterior sendi bahu.
c. Ada rasa sendi keluar

Pemeriksaan Klinis8
a. Deformitas
b. Nyeri

10
c. Functio laesa, misalnya bahu tidak dapat endorotasi pada dislokasi
anterior bahu.

Pemeriksaan Radiologis8
Untuk memastikan arah dislokasi dan apakah disertai fraktur.

3. Tatalaksana Dislokasi
Dislokasi harus ditangani segera karena penundaan tindakan dapat
menimbulkan nekrosis avascular tulang persendian serta kekakuan sendi.
Dalam fase syok lokal (antara 5-20 menit setelah kejadian) terjadi relaksasi
otot sekitar sendi dan rasa baal (hipestesia). Karena itu, reposisi dapat
dilakukan tanpa narcosis. Setelah fase syok lokal terlewati, reposisi harus
dilakukan dengan anestesi. Prinsip reposisi tertutup adalah melakukan
gerakan yang berlawanan dengan gaya trauma, kontraksi atau tonus otot.
Reposisi tidak boleh dilakukan dengan kekerasan. Sebaiknya diberikan
anestesi agar tidak terasa nyeri dan spasme otot sekitar menjadi kendur.
Apabila reposisi tertutup tidak berhasil, mungkin telah terjadi rupture simpai
sendi dengan akibat gangguan perdarahan bonggol sendi atau interposisi
fragmen tulang. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan Roentgen atau
pemeriksaan penunjang lain yang memperlihatkan keadaan sendi secara jelas
dan reposisi harus dilakukan secara bedah. Mobilisasi segera dilakukan
setelah waktu penyembuhan jaringan lunak selesai, yaitu sekitar 2-3 minggu
pasca cedera.8,9

C. ANATOMI LENGAN BAWAH


1. Tulang
Antebrachii terdiri dari dua tulang, yaitu ulna dan radius. Dimana
dalam posisi anatomi tulang ulna adalah yang paling dekat dengan tubuh.
Gerakan utama dari lengan bawah adalah rotasi: kemampuan untuk mengubah

11
telapak tangan ke atas atau bawah. Ulna tidak bergerak sementara radiuslah
yang berputar. Patah tulang lengan bawah dapat mempengaruhi kemampuan
untuk memutar lengan, serta menekuk dan meluruskan pergelangan tangan. 10

Gambar 2.2.
Anatomi tulang
radius dan ulna
Diunduh dari:
http://www.nette
rimages.com/ima
ges/vpv/000/000/
036/36672-
0550x0475.jpg

2. Saraf
Saraf ulnar memanjang di belakang epikondilus medial. Saraf ini
menginervasi m. flexor carpi ulnaris, bagian medial m. flexor digitorum
profundus dan otot-otot intrinsic tangan. 10

12
Gambar 2.3. Nervus ulnaris
Diunduh dari: http://www.netterimages.com/images/vpv/000/000/004/4611-
0550x0475.jpg
Nervus Medianus
Nervus medianus masuk ke lengan bawah melalui celah antara caput ulna dan
radius. Berjalan turun ke m. flexor digitorum superficialis. Cabangnya nervus
interosseus anterior menginervasi index, dan juga m. flexor digitorum
profundus, m. flexor pollicis longus dan m. pronator quadratus. 10

13
Gambar 2.4. Nervus medianus (Diunduh dari:
http://www.netterimages.com/images/vpv/000/000/051/51639-0550x0475.jpg)

Nervus Radialis
Di dalam fossa cubiti nervus radialis bercabang menjadi dua superfisial
(sensorik) dan dalam (motorik). Nervus radialis superfisial menginervasi
sensorik pada punggung pergelangan tangan dan tangan. Cabang yang dalam
menginervasi otot-otot ekstensor pada lengan bawah. Berjalan ke dalam
menginervasi m. supinator dan keluar sebagai n. interosseus posterior. 10

14
Gambar 2.5. Nervus radialis (Diunduh dari:
http://www.netterimages.com/images/vpv/000/000/004/4452-0550x0475.jpg)

3. Pembuluh Darah
Tedapat dua arteri utama pada daerah lengan bawah yaitu a. radialis
dan a. ulnaris10.

15
Gambar 2.6. Pembuluh darah daerah antebrachii

16
(Diunduh dari: http://radiographics.rsna.org/content/28/1/e28/F1.large.jpg)

D. FRAKTUR GALEAZZI
I. Definisi
Fraktur Galeazzi pertama kali diuraikan oleh Riccardo Galeazzi (1935)
yaitu fraktur pada 1/3 distal radius disertai dislokasi sendi radio-ulnar distal. 12

II. Epidemiologi
Fraktur Galeazzi meliputi 3-7% dari semua fraktur lengan bawah. Ia
biasanya lebih sering terjadi pada laki-laki. Fraktur Galeazzi lebih banyak
ditemukan daripada fraktur Monteggia. Kebanyakan ditemukan pada orang
dewasa dan jarang pada anak-anak. 12,13

III. Etiologi
Etiologi dari fraktur Galeazzi di duga akibat dari jatuh yang
menyebabkan beban aksial ditumpukan pada lengan bawah yang hiperpronasi.11

IV. Mekanisme trauma


Ada beberapa perbedaan pendapat pada mekanisme yang tepat yang
menyebabkan terjadinya fraktur Galeazzi. Mekanisme yang paling mungkin
adalah jatuh dengan tumpuan pada tangan disertai dengan pronasi lengan bawah
yang ekstrim. Daya tersebut diduga melewati artikulasi radiocarpal,
mengakibatkan dislokasi dan pemendekan dari tulang radius. Terjadi fraktur pada
1/3 distal radius dan subluksasi atau dislokasi sendi radioulnar distal. 13
Deforming forces termasuk brakioradialis, kuadriseps pronator, dan
ekstensor ibu jari, serta berat tangan. Cedera otot dan jaringan lunak yang
deformasi yang terkait dengan fraktur ini tidak dapat dikontrol dengan imobilisasi
plester.11

17
V. Diagnosis
Gambaran klinis
Terdapat gejala fraktur dan dislokasi pada daerah distal lengan bawah.
Adanya tonjolan tulang atau nyeri pada ujung ulnar adalah manifestasi yang
paling sering ditemukan. Nyeri dan edema pada jaringan lunak bisa didapatkan
pada daerah fraktur radius 1/3 distal dan pada pergelangan tangan. Cedera ini
harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan radiologi.12,13
Anterior interroseous nerve palsy juga bisa terjadi tapi sering dilewati
karena tidak ada komponen sensorik pada temuan ini. Nervus interosseous
anterior merupakan cabang dari nervus medianus. Cedera pada nervus
interosseous anterior ini bisa mengakibatkan paralisis dari fleksor policis longus
dan fleksor digitorum profundus pada jari telunjuk, dan menyebabkan hilangnya
mekanisme menjepit antara ibu jari dengan jari telunjuk.11

Gambar 2.7. Fraktur Galeazzi.14

18
Pemeriksaan radiologis
Dengan pemeriksaan roentgen diagnosis dapat ditegakkan. Foto radiologi
lengan bawah posisi anteroposterior (AP) dan lateral di perlukan untuk
menegakkan diagnosis. Foto radiologi ekstremitas kontralateral bisa diambil
untuk perbandingan. Foto polos lengan bawah bisa ditemukan cedera pada sendi
radioulnar distal: 11
 Fraktur pada dasar dari styloideus ulnaris.
 Pelebaran dari ruang sendi radioulnar distal yang bisa terlihat pada foto posisi
AP.
 Dislokasi radius yang relative dengan ulna pada foto lateral, yang bisa
didapatkan dengan mengabduksikan bahu 90˚.
 Pemendekan dari radius lebih dari 5 mm relatif dengan ulnar distal.

Gambar 2.8 Foto radiologis posisi anteroposterior menunjukkan fraktur Galeazzi


klasik: fraktur radius yang berbentuk oblik dan transversum dengan adanya
dislokasi sendi radioulnar distal.11

19
Gambar 2.9. Fraktur Galeazzi. Gambar menunjukkan perbedaan antara (a) fraktur
Monteggia dan (b) fraktur Galeazzi. (c,d) Tipe Galeazzi sebelum dan setelah
reduksi dan pemasangan plat.13

VI. Penatalaksanaan
Fraktur bersifat tidak stabil dan terdapat dislokasi sehingga sebaiknya
dilakukan operasi dengan fiksasi interna. Pada fraktur Galeazzi harus dilakukan
reposisi secara akurat dan mobilisasi segera karena bagian distal mengalami
dislokasi. Dengan reposisi yang akurat dan cepat maka dislokasi sendi ulna
distal juga tereposisi dengan sendirinya. Apabila reposisi spontan tidak terjadi
maka reposisi dilakukan dengan fiksasi K-Wire. Operasi terbuka dengan fiksasi
rigid mempergunakan plate dan screw.12

20
Open reduction internal fixation merupakan terapi pilihan, karena closed
treatment dikaitkan dengan tingkat kegagalan yang tinggi. Fiksasi plate dan screw
adalah terapi pilihan. Pendekatan Henry anterior (interval antara fleksor karpi
radialis dan brakioradialis) biasanya menyediakan eksposur yang cukup untuk
melihat fraktur radius, dengan fiksasi plate pada permukaan yang datar,
permukaan volar dari radius.(15)
Cedera sendi radioulnar distal biasanya menyebabkan ketidakstabilan
bagian dorsal, karena itu, capsulotomy dorsal dapat dilakukan untuk mendapatkan
akses ke sendi radioulnar distal jika tetap dislokasi setelah radius difiksasi. Fiksasi
Kirschner wire mungkin diperlukan untuk mempertahankan reduksi dari sendi
radioulnar distal jika ianya tidak stabil. Jika sendi radioulnar distal diyakini stabil,
bagaimanapun, imobilisasi plester pasca operasi mungkin sudah cukup. (15)
Ada 3 kemungkinan yang bisa terjadi pada pasien dengan fraktur
Galeazzi: (13)
1. Sendi radio-ulnar tereduksi dan stabil
Tidak dilakukan tindakan lanjut. Lengan di istirihatkan untuk beberapa
hari, kemudian dilakukan pergerakan aktif dengan hati-hati. Sendi radio-ulnar
harus diperiksa baik secara klinis dan radiologis setelah 6 minggu.
2. Sendi radio-ulnar tereduksi tapi tidak stabil
Imobilisasi lengan dalam posisi stabil (biasanya supinasi), jika
diperlukan disertai juga dengan K-wire transversum. Lengan di balut dengan
cast di bagian atas siku selama 6 minggu. Jika terdapat fragmen styloideus
ulnaris yang besar, maka harus direduksi dan difiksasi.
3. Sendi radio-ulnar tidak tereduksi
Keadaan ini jarang didapatkan. Open reduction harus dilakukan untuk
membersihkan jaringan lunak yang rusak. Setelah itu lengan di imobilisasi
dalam posisi supinasi selama 6 minggu.

Manajemen pascaoperasi: (15)

21
1. Jika sendi radioulnar distal stabil: Pergerakan dini adalah dianjurkan.
2. Jika sendi radioulnar distal tidak stabil: Imobilisasi lengan dalam posisi
supinasi selama 4 sampai 6 minggu dengan menggunakan long arm splint
atau cast.
3. Pin sendi radioulnar distal, jika diperlukan, dan akan dilepas pada 6 sampai 8
minggu.

VII. Komplikasi
1. Malunion: Reduksi nonanatomik dari fraktur radius disertai dengan
kegagalan untuk mengembalikan alignment rotasi atau lateral dapat
mengakibatkan hilangnya fungsi supinasi dan pronasi, serta nyeri pada
range of motion. Ini mungkin memerlukan osteotomy atau ulnar distal
shortening untuk kasus-kasus di mana gejala pemendekan dari radius
mengakibatkan ulnocarpal impaction. (15)
2. Nonunion: Ini jarang terjadi dengan fiksasi yang stabil, tetapi mungkin
memerlukan bone grafting.(15)
3. Compartement syndrome: kecurigaan klinis harus diikuti dengan
pemantauan tekanan kompartemen dengan fasciotomy darurat setelah
didiagnosa sebagai sindrom kompartemen.(15)
4. Cedera neurovaskuler: (15)
 Biasanya iatrogenik.
 Cedera saraf radialis superfisial (dibawahnya brakioradialis) adalah
beresiko dengan pendekatan radius anterior.
 Cedera saraf interoseus posterior (di supinator) adalah beresiko dengan
pendekatan radius proksimal.
 Jika pemulihan tidak terjadi, eksplorasi saraf setelah 3 bulan.
5. Radioulnar synostosis: Jarang terjadi (3% sampai 9,4% kejadian).(15)
 Faktor risiko meliputi:

22
 Fraktur kedua tulang pada tingkat yang sama (11% kejadian).
 Closed head injury
 Penundaan operasi > 2 minggu.
 Satu sayatan untuk fiksasi kedua fraktur lengan bawah.
 Penetrasi pada membran interoseus oleh bone grafting atau screw,
fragmen tulang, atau peralatan bedah.
 Crush injury.
 Infeksi.
 Prognosis terburuk adalah dengan synostosis distal, dan yang terbaik
adalah dengan synostosis diafisis.
6.Dislokasi rekuren: Ini bisa terjadi akibat dari malreduksi dari radius.
Ini menekankan bahwa perlunya pemulihan secara anatomi pada fraktur
radius untuk memastikan penyembuhan yang cukup dan fungsi
biomekanik dari sendi radioulnar distal.(15)

23

Anda mungkin juga menyukai