Anda di halaman 1dari 4

PEMBAHASAN

Nefrolitiasis (batu ginjal) merupakan salah satu penyakit ginjal, dimana


ditemukannya batu yang mengandung komponen kristal dan matriks organik yang
merupakan penyebab terbanyak kelainan saluran kemih.
Batu staghorn adalah batu bentuknya yang menyerupai tanduk, dan
mempunyai cabang-cabang. Batu jenis ini dapat berukuran kecil atau besar
tergantung dari ukuran ginjalnya.
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang,
didapatkan pada kasus ini, didiagnosis nefrolithiasis renal dekstra berbentuk
staghorn stone bahkan telah timbul komplikasi berupa hidronefrosis. Dari
anamnesis didapatkan pasien masuk dengan keluhan nyeri pinggang sekitar + 1
tahun yang lalu, awawlnya sifat nyeri yang ditimbulkan berupa nyeri kolik lama
kelamaan nyerinya menetap beberapa bulan terakhir. Pada pemeriksaan fisik
abdomen, didapatkan ballotement dan nyeri ketok pada area costo vertebra angle
(CVA) dekstra. Pada pemeriksaan CT-Scan abdomen tanpa kontras didapatkan
batu staghorn di renal dekstra. Pada pemeriksaan ulstrasonografi didapatkan kesan
hidronefrosis dextra grade 3 dan mefrolithiasis dextra berukuran 2,04 cm.
Pasien mengeluhkan adanya nyeri yang awalnya besifat kolik dan lama
kelamaan menjadi menetap. Nyeri kolik yang dihasilkan akibat aktivitas otot
polos sistem kaliks maupun ureter meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan
batu dari saluran kemih, sehingga menyebabkan meningkatnya tekanan
intraluminal yang berakibat terjadinya peregangan saraf terminal dan memberikan
sensasi nyeri. Nyeri yang menetap disebut juga nyeri non-kolik, nyeri ini terjadi
akibat peregangan kapsul ginjal karena terjadi komplikasi berupa hidronefrosis.
Dari keluhan pasien, hal ini telah sesuai dengan teori.
Batu ginjal dapat disebabkan oleh peningkatan pH urine (misalnya batu
kalsium bikarbonat) atau penurunan pH urine (misalnya batu asam urat).
Konsentrasi bahan-bahan pembentuk batu yang tinggi di dalam darah dan urine
serta kebiasaan makan atau obat-obatan tertentu juga dapat merangsang
pembentukan batu. Segala sesuatu yang menghambat aliran urine dan
menyebabkan stasis (tidak ada pergerakan) urine meningkatkan pembentukan
batu.
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah
terjadinya batu saluran kemih pada seseorang, yaitu faktor intrinsic dan faktor
ekstrinsik5.
Faktor intrinsic:
a. Herediter (keturunan): penyakit ini diduga diturunkan dari orang tua
b. Umur: paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
c. Jenis kelamin: jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak
dibandingkan dengan pasien perempuan
Faktor ekstrinsik:
a. Geografi: pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu
saluran kemih yang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal
sebagai daerah stone belt (sabuk batu), sedangkan daerah Bantu di Afrika
Selatan hampir tidak dijumpai penyakit batu saluran kemih.
b. Iklim dan temperature
c. Asupan air: kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium
pada air yang dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden batu saluran
kemih.
d. Diet: diet banyak purin, oksalat, dan kalsium mempermudah terjadinya
penyakit batu saluran kemih
e. Pekerjaan: penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya
banyak duduk atau kurang aktivitas atau sedentary life.

Adapun penatalaksanaan pada pasien adalah pemberian medikamentosa


berupa pemberian antibiotik serta anti nyeri.4

1. Pemberian antibiotik (profilaksis), adalah antibiotik yang diberikan sebelum


operasi atau segera pada kasus yang secara klinis tidak menunjukkan tanda-
tanda infeksi. Diharapkan pada saat operasi jaringan, target sudah
mengandung kadar antibiotik tertentu yang efektif untuk menghambat
pertumbuhan kuman atau membunuh kuman. Antibiotika profilaksis pada
pembedahan ialah antibiotika yang diberikan pada penderita yang menjalani
pembedahan sebelum adanya infeksi, tujuannya ialah untuk mencegah
terjaidnya infeksi akibat tindakan pembedahan yaitu infeksi luka operasi
(ILO) atau surgical site infection (SSI). ILO dapat dibagi dalam 3 kategori
yaitu superficial meliputi kulit dan jaringan subkutan, deep yang meliputi fasia
dan otot, serta organ/space yang meliputi organ dan rongga tubuh.

2. Analgesik
Analgesik preempetif dimasukkan sebelum stimulus nyeri dapat mencegah
atau mererduksi nyeri secara substansial.Analgesik atau obat penghilang nyeri
adalah zat – zat yang dapat mengurngi atau menghilangkan nyeri tanpa
menghilangkan kesadaran (perbedaan dengan anestetik umum). Analgetik
digolongkan berdasarkan mekanisme kerjanya: yakni:
 Penekanan rasa nyeri dengan merintani pembentukan rangsangan dalam
reseptor nyeri perifer (analgetik perifer, anastesi lokal)
 Menekan rasa nyeri dengan merintangi penyaluran rangsangan nyeri
dalam syaraf – syaraf sensoris (anestesi lokal)
 Menghambat rasa nyeri dipusat nyeri dalam sistem saraf pusat (analgetik
narkotik, anestesi umum).
Sesuai teori pasien yang menjalani operasi akan mengalami rasa nyeri
setelah operasi. Kontrol nyeri pasca operasi perlu untuk meningkatkan kualitas
hidup pasien pasca operasi. Dalam kasus ini pasien diberikan analgetik berupa
ketorolac yang dikombinasikan dengan ranitidin. Dimana ketorolac adalah
analgesik. Namun efek lain yang muncul ketika pemberian analgesik tanpa
disertai penurun asam lambung, pasien akan kesakitan pada daerah perut bagian
atas atau bisa juga merasakan sensasi seperti terbakar pada ulu hatinya. Efek
samping dari Ketorolac adalah menaikkan asam lambung, maka untuk
menurunkan asam lambung, dipilihlah ranitidin sebagai penurun kadar asam
lambung.
Pada kasus dengan ukuran batu dibawah 5 mm, dapat dilakukan perawatan
konservatif dengan pemberian agen diuretik dan dianjurkan untuk banyak minum,
agar meningkatkan aliran urin sehingga batunya dapat terdorong keluar, tetapi
pada kasus ini ukuran batunya lebih dari 5 mm.
Pada kasus ini dilakukan tindakan pembedahan berupa pyelolitotomi pada
renal dekstra telah sesuai dengan teori karena pada kasus ini ukuran batu pada
renal dekstra lebih dari 2 cm dan terdapat pula kalsifikasi pada area kaliks
inferior.

Anda mungkin juga menyukai