Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

Hipertiroid adalah keadaan hipermetabolik yang disebabkan Karena


peningkatan kadar T3 (Triiodothyronine) dan T4 (Thyroxine) bebas [1]. Hipertiroid
berbeda dengan tirotoksikosis. Tirotoksikosis adalah keadaan klinis yang terjadi
akibat peningkatan produksi hormon tiroid, yang dapat bersumber primer dari
kelenjar tiroid maupun tidak [2].
Tirotoksikosis merupakan istilah umum yang menunjukkan terjadinya
peningkatan kadar T3 (triiodothyronine) dan atau T4 (thyroxine) dengan
penyebab apapun, sedangkan hipertiroid menunjukkan penyebab dari keadaan
tirotoksikosis khusus akibat peningkatan produksi hormon tiroid. Tirotoksikosis
merupakan istilah umum yang menunjukkan terjadinya peningkatan kadar T3
(triiodothyronine) dan atau T4 (thyroxine) dengan penyebab apapun, sedangkan
hipertiroid menunjukkan penyebab dari keadaan tirotoksikosis khusus akibat
peningkatan produksi hormon tiroid [2].
Hipertiroid merupakan penyakit yang relatif jarang terjadi pada masa anak,
namun kejadiannya semakin meningkat pada usia remaja dan dewasa. Pada anak-
anak, lebih dari 95% kasus hipertiroid disebabkan oleh penyakit Graves [3].
Belum ada angka yang pasti mengenai insiden dan prevalensi hipertiroid
pada anak-anak di Indonesia. Beberapa kepustakaan luar negeri menyebutkan
insidensinya masa anak diperkirakan 1/100.000 anak per tahun. Mulai 0,1/100.000
anak per tahun untuk anak usia 0-4 tahun meningkat sampai dengan 3/100.000 anak
per tahun pada usia remaja. Kejadian hipertiroid pada anak hanya 5-6% dari
keseluruhan kasus penyakit Graves pada segala umur [3].
Prevalensinya pada remaja wanita lebih besar 6-8 kali dibanding pada
remaja pria. Kebanyakan dari anak-anak yang menderita penyakit Graves
mempunyai riwayat keluarga dengan penyakit tiroid atau penyakit autoimun
yang lain, misalnya: diabetes mellitus tipe 1, penyakit Addison, lupus sistemik,
ITP, myasthenia gravis, artritis rematoid, dan vitiligo [4].

1
Rendahnya angka kejadian serta tidak khasnya gejala awal hipertiroid
pada anak seringkali tidak diperhatikan para praktisi kesehatan dalam
menentukan diagnosis dan penatalaksananya. Seringkali anak dengan hipertiroid
harus mengalami ’penderitaan’ beberapa bulan lebih lama sampai diagnosis
hipertiroidnya tertegakkan [4].

2
BAB II
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. NK
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal lahir/Usia : 04 agustus 2005/ 12 tahun 8 bulan
Alamat : Ds. Saloya, Palu
Agama : Islam
Waktu Masuk : 29 Mei 2017
Tempat Pemeriksaan : Poliklinik Anak RSD Madani Palu
Identitas Orang Tua :
Nama Ibu : Ny. S
Pekerjaan : IRT / Petani
Alamat : Ds. Saloya, Palu

B. ANAMNESIS (AUTOANAMNESIS & ALLOANAMNESIS)


1) Keluhan Utama
Benjolan pada bagian leher

2) Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien anak perempuan usia 12 tahun 8 bulan masuk ke RS
dengan keluhan benjolan pada bagian leher dengan diameter 15 cm.
Benjolan sudah dialami sejak kurang lebih 3 bulan yang lalu, benjolan
dirasakan membesar dan tidak nyeri. Pasien juga mengeluhkan cepat
merasa lelah (+), jantung berdebar – debar (+), tangan terasa gemetar
(+), sering berkeringat (+) dan mata mulai tampak melotot (+). Keluhan
demam (-), batuk (-), flu (-), mual (-), muntah (-), sesak (-), nafsu makan
baik (+) namun berat badan turun, BAB (+) lancar, BAK (+) lancar.

3
3) Riwayat Penyakit Sebelumnya
Menurut keluarga pasien, anak tidak pernah menderita keluhan
yang sama sebelumnya.

4) Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat keluarga yang menderita gondok (-), riwayat DM (-),
Hipertensi (-), Kolestrol (-), Asma (+).

5) Riwayat Sosial-Ekonomi
Pasien berasal dari keluarga dengan sosial-ekonomi menengah
ke-atas.

6) Riwayat Kebiasaan dan Lingkungan


Pasien seorang anak yang aktif. Pasien tinggal di lingkungan
rumah yang padat.

7) Riwayat Kehamilan dan Persalinan


Pasien lahir secara spontan di Puskesmas, cukup bulan, dan
dibantu oleh bidan. Berat badan lahir 3400 gram, panjang badan tidak
diketahui. Warna ketuban putih jernih. Selama kehamilan, ibu pasien
tidak menderita sakit ataupun masalah lainnya. Ibu pasien rajin
melakukan kontrol ke dokter hampir tiap bulan.

8) Kemampuan dan Kepandaian Bayi


Tumbuh dan kembang anak sesuai dengan usianya, dan saat ini
anak tidak mengalami keterlambatan tumbuh dan kembang. Membalik
badan (2 bulan), tengkurap (4 bulan), duduk (6 bulan), berdiri (7 bulan),
jalan (8 bulan), bicara (12 bulan).

4
9) Anamnesis Makanan
Pasien mendapatkan ASI dari lahir hingga usia 4 bulan, susu
formula mulai diberikan pada usia 4 bulan, bubur susu mulai diberikan
pada usia ± 6 bulan , bubur saring mulai diberikan pada usia ± 8 bulan.
Diberikan makanan keluarga dimulai usia ± 1 tahun. Saat ini, pasien
makan-makanan olahan rumah.

10) Riwayat Imunisasi


Imunisasi dasar lengkap.

C. PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaan Umum : Sakit Sedang
 Kesadaran : Compos mentis
 Berat Badan : 32 kg
 Tinggi Badan : 146 cm
 Status Gizi : CDC (78%) Gizi kurang
 Tanda Vital :
- Denyut Nadi : 88 ×/menit, kuat angkat, irama reguler
- Respirasi : 20 ×/menit, pola pernapasan regular
- Suhu axilla : 36,8 0C

1) Kulit:
Warna : Sawo matang, sianosis (-)
Efloresensi : Petechiae tidak tampak
Turgor : Segera kembali
Kelembaban : Cukup

2) Kepala:
Bentuk : Normocephalus

5
Rambut : Warna hitam, tidak mudah dicabut, tebal,
alopecia (-)
3) Mata:
Konjungtiva : Anemis (-/-)
Sklera : Ikterik (-/-)
Refleks cahaya : RCL (+/+) / RCTL (+/+)
Refleks kornea : (+/+)
Pupil : Bulat, isokor
Exophthalmus : (-/-)
Cekung : (-/-)

4) Hidung:
Pernafasan cuping hidung : tidak ada
Epistaksis : tidak ada
Rhinorrhea : tidak ada

5) Mulut:
Bibir : Kering (-), sianosis (-), stomatitis (-)
Gigi : Tidak ditemukan karies
Gusi : Tidak ditemukan adanya perdarahan

6) Lidah:
Tremor : (-)
Kotor/Berselaput : (-)
Warna : Merah muda

7) Telinga:
Sekret : Tidak ditemukan
Serumen : Minimal
Nyeri : Tidak ada

6
8) Leher :
Kelenjar getah bening : Pembesaran (- /-), nyeri tekan (-)
Kelenjar Tiroid : Pembesaran (+) D = 15 cm, nyeri tekan (-)
Trake a : Posisi central
Kaku Kuduk : (-)
Faring : Hiperemis (-)
Tonsil : T1 / T1

9) Toraks:
a) Dinding Dada/Paru:
 Inspeks : Ekspansi paru simetris bilateral kanan = kiri,
tampak retraksi (-), jejas (-), bentuk normochest, pola
pernapasan kesan normal.
 Palpasi : Ekspansi dada simetris, vocal fremitus
simetris kanan = kiri, nyeri tekan (-).
 Perkusi : Sonor di semua lapang paru
 Auskultasi : Vesicular (+/+)Suara napas tambahan:
Ronkhi (-/-), Whezzing (-/-)

b) Jantung :
 Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
 Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba pada SIC V arah
medial linea midclavicula sinistra
 Perkusi : Batas atas: SIC II linea midclavicularis
dextra et parasternalis sinistra
o Batas kiri : SIC V linea midclavicularis sinistra
o Batas kanan: SIC V linea parasternalis dextra
 Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2 murni reguler,
bunyi tambahan: murmur (-), gallop (-).

7
10) Abdomen:
 Inspeksi : Tampak datar, kesan normal
 Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
 Perkusi : Bunyi timpani (+) diseluruh abdomen, dullness (+)
 Palpasi : Nyeri tekan abdomen (+), distensi (-), meteorismus
(-).
o Hati : Tidak teraba
o Lien : Tidak teraba
o Ginjal : Tidak teraba

11) Anggota Gerak:


a) Ekstremitas superior: Akral hangat (+/+), edema (-/-)
b) Ekstremitas inferior: Akral hangat (+/+), edema (-/-)

12) Genitalia: Dalam batas normal

+/+
13) Otot-Otot: Eutrofi +/+ , kesan normal

++/++ −/−
14) Refleks: Fisiologis (++/++), patologis (−/−)

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Hasil Laboratorium (26 Mei 2017) :
Hematologi Hasil Rujukan Satuan
Hemoglobin 12.1 11.7 – 15.5 g/dl
Leukosit 10.47 3.6 – 11.0 103/uL
Eritrosit 4,90 3.8 – 5.2 106/uL
Trombosit 411 150 – 440 103/uL
Hematokrit 36.9 35 – 47 %
FT4 >7,77 0,93-1,60 Pmol/L
TSHS < 0.005 0.530-3,590 µUI / ML

8
E. RESUME
Pasien anak perempuan usia 12 tahun 8 bulan masuk ke RS dengan
keluhan benjolan pada bagian leher dengan diameter 15 cm. Benjolan sudah
dialami sejak kurang lebih 3 bulan yang lalu, benjolan dirasakan membesar
dan tidak nyeri. Pasien juga mengeluhkan cepat merasa lelah (+), jantung
berdebar – debar (+), tangan terasa gemetar (+), sering berkeringat (+) dan
mata mulai tampak melotot (+). Keluhan demam (-), batuk (-), flu (-), mual (-
), muntah (-), sesak (-), nafsu makan baik (+) namun berat badan turun, BAB
(+) lancar, BAK (+) lancar. Menurut keluarga pasien, anak tidak pernah
menderita keluhan yang sama sebelumnya. Riwayat keluarga yang menderita
gondok (-), riwayat DM (-), Hipertensi (-), Kolestrol (-), Asma (+).
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan keadaan umum sakit sedang,
kesadaran compos mentis, denyut nadi 88 ×/menit kuat angkat, respirasi 20
×/menit, suhu axilla 36,80C. Perbesaran kelenjar tiroid (+). Pada pemeriksaan
sistem lain dalam batas normal. Hasil pemeriksaan hematologi rutin tanggal
26 Mei 2017 hemoglobin 12,1 g/dL, leukosit 10,47 x 103/uL, eritrosit 4,90 x
106/uL, trombosit 411 x 103/uL, hematokrit 36.9%, FT4 >7,77 pmol / L, dan
TSHS < 0,005 µUI / ml.

F. DIAGNOSIS
a. Diagnosis kerja : Hipertiroid e.c Grave’s Disease

G. TERAPI
 Medikamentosa
1) PTU 3 x 100mg

H. ANJURAN PEMERIKSAAN
- Pemeriksaan kontrol darah rutin dan kadar hormone tiroid

9
BAB III
DISKUSI KASUS

Diagnosis pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan


fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan pasien anak
perempuan usia 12 tahun 8 bulan masuk ke RS dengan keluhan benjolan pada
bagian leher dengan diameter 15 cm. Benjolan sudah dialami sejak kurang lebih 3
bulan yang lalu, benjolan dirasakan membesar dan tidak nyeri. Pasien juga
mengeluhkan cepat merasa lelah (+), jantung berdebar – debar (+), tangan terasa
gemetar (+), sering berkeringat (+) dan mata mulai tampak melotot (+). Keluhan
demam (-), batuk (-), flu (-), mual (-), muntah (-), sesak (-), nafsu makan baik (+),
berat badan turun, BAB (+) lancar, BAK (+) lancar. Menurut keluarga pasien, anak
tidak pernah menderita keluhan yang sama sebelumnya. Riwayat keluarga yang
menderita gondok (-), riwayat DM (-), Hipertensi (-), Kolestrol (-), Asma (+).
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan keadaan umum sakit sedang, kesadaran
compos mentis, denyut nadi 88 ×/menit kuat angkat, respirasi 20 ×/menit, suhu
axilla 36,80C. Perbesaran kelenjar tiroid (+). Pada pemeriksaan sistem lain dalam
batas normal. Hasil pemeriksaan hematologi rutin tanggal 26 Mei 2017 hemoglobin
12,1 g/dL, leukosit 10,47 x 103/uL, eritrosit 4,90 x 106/uL, trombosit 411 x 103/uL,
hematokrit 36.9%, FT4 >7,77 pmol / L, dan TSHS < 0,005 µUI / ml.
Hipertiroid adalah hiperaktivitas kelenjar tiroid, yang menyebabkan
pelepasan hormon tiroid dalam jumlah banyak dan peningkatan metabolisme di
jaringan perifer [4]. Hipertiroid adalah suatu keadaan klinik yang ditimbulkan oleh
sekresi berlebihan dari hormon tiroid yaitu tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3).
Didapatkan pula peningkatan produksi triiodotironin (T3) sebagai hasil
meningkatnya konversi tiroksin (T4) di jaringan perifer [4].
Hipertiroid ditandai dengan peningkatan kadar T4 dan T3 bebas dan TSH
[4]
serum yang rendah ataupun normal . Hipertiroid ditandai dengan aktivitas
kelenjar tiroid disertai dengan manisfestasi yang dikenal dengan tiroktosiosis [6].

10
Penelitian di Amerika Serikat pada tahun 2008 menunjukkan, terdapat 0,44
kejadian hipertiroid per 1000 populasi pada anak usia 0-11 tahun, dan 0,59 per
1000 populasi pada usia 12-17 tahun, dengan rata-rata usia 10-15 tahun [2].
Hipertiroid (tiroid yang menyebabkan tirotoksikosis) pada anak-anak
disebabkan oleh hal-hal berikut: Penyakit Graves, McCune-Albright Sindrom,
Tiroiditis Subakut (virus), Tiroiditis Bakteri [1] [2]. Gangguan pada kelenjar pituitari
juga dapat menyebabkan hipertiroid pada anak-anak, hal ini dapat disebabkan oleh
adenoma pituitari dan pituitari resisten T4. Penyebab lain hipertiroid pada anak
adalah : Hipertiroid yang diinduksi Iodine dan Tumor Sekresi hCG [1] [2].
Gejala yang sering ditemukan pada hipertiroid anak adalah hiperaktivitas,
gugup, dan gangguan emosional, yang sering terjadi adalah Attention Deficit
Hyperactivity Disorder (ADHD). Adanya perubahan perilaku dan kemampuan
belajar di sekolah juga merupakan tanda yang harus diperhatikan [2].
Tabel 1. Gejala Klinis Penyakit Grave’s pada anak [2].
Tanda Klinis Jumlah (%)
Goiter 98 – 99
Takikardia 82 - 95
Bruit pada Tiroid 20 – 84
Bising Jantung 10 – 84
Iritable 80 – 82
Peningkatan Pulse Presure 77 – 80
Berkeringat Banyak 41 – 78,6
Tremor 51 – 78,2
Palpitasi 34 – 76,8
Intoleransi Panas 27 – 76,8
Peningkatan Nafsu Makan 47 – 73,2
Hipertensi 71
Oftalmopati 58,9 – 71
Peningkatan Tinggi Badan 7,1 - 71
Penurunan Berat Badan 50 -54

11
Diare 13 – 48,2
Hiperaktif 44
Gangguan Menstruasi 33,3
Gangguan Tidur 22 – 30,4
Lekas Lelah 5,4 – 16
Sakit Kepala 15

Diagnosis hipertiroid dapat ditegakkan bila didapatkan goiter dapat


asimetris maupun simetris dan pemeriksaan tes fungsi tiroid yang menunjukkan
[1][2]
peningkatan kadar hormon tiroid . Peningkatan hormone tiroid ditentukan
dengan pengukuran T4, T3, dan Thyroid-stimulating Hormone (TSH). Pengukuran
kadar TSH dapat dilakukan untuk menentukan penyebab utama terjadinya
hipertiroid. Pada penyakit Graves biasanya ditemukan kadar T4 dan T3 yang tinggi,
TSH rendah dan terdapat imunoglobulin TSI atau TBII. Karena terjadi inhibisi
sekresi TSH oleh peningkatan T4 dan T3 yang disebabkan oleh imunoglobulin TSI
[1] [5]
. Pada pemeriksaan darah lengkap, terdapat leukopenia dan trombositopenia.
Diagnosis dengan uptake radioaktif jarang digunakan, karena dapat menekan
hormon TSH dan menghilangkan TSIs.
Pengobatan antiroid yang sering digunakan adalah methimazole (MMI),
carbimazole, dan prophylthyouracil (PTU). MMI ini menghambat biosintesis
hormon tiroid melalui penurunan oksidasi iodine dan iodinisasi tirosin. PTU
digunakan untuk mengkonversi T4 dan T3, sehingga dapat menurunkan segera
hormon tiroid aktif pada keadaan krisis tiroid [2][3]. PTU dan MMI diabsorpsi cepat
di saluran cerna, kadar puncak di dalam serum terjadi 1-2 jam setelah minum obat.
Kadar obat dalam serum akan menurun habis dalam 12-24 jam untuk PTU dan lebih
lama lagi untuk MMI. Dengan demikian MMI dapat diberikan 1 kali sehari,
sedangkan PTU diberikan 2-3 kali sehari [3].
Pada awal terapi PTU dapat diberikan 5-7 mg/kgBB/hari dalam dosis
terbagi 3, dan MMI diberikan 5-10% dari dosis PTU dalam dosis terbagi 2 atau
sekali sehari [2][3]. Pada kasus berat, beta blocker (Propanolol 0,5-2,0 mg/kgBB/hari
dalam dosis terbagi 3) dapat diberikan untuk mengendalikan aktivitas

12
kardiovaskuler yang berlebihan sampai dicapai keadaan eutiroid. Pengecekan
fungsi tiroid dilakukan setiap 4-6 minggu sampai kadar T4 dan T3 sudah normal.
Kadar TSH serum biasanya kembali normal dalam waktu yang cukup lama,
sehingga pengukuran TSH lebih baik dilakukan setelah dalam keadaan eutiroid
bukan pada awal terapi.
Setelah T4 dan T3 normal, dosis obat anti tiroid diturunkan bertahap 30-
50% dari total harian [2][3]. Keadaan eutiroid biasanya tercapai dalam 6-12 minggu.
Selama masa rumatan, PTU dapat diberikan 2 kali sehari, dan MMI cukup 1 kali
[2][3]
sehari, dan terus kontrol setiap 4-6 bulan . Ablasi dengan radioaktif jarang
digunakan pada penderita anak. Pembedahan tiroidektomi dilakukan pada penderita
yang mengalami kegagalan dengan anti-tiroid dan goiter yang sangat besar.
Tanda dan gejala Gagal Jantung Kongestif jarang terjadi pada anak - anak.
Oftalmopati biasanya sedang, dan dapat menetap walaupun hipertiroid sudah
teratasi. Pada anak yang lebih tua, prognosis penyakit Graves dapat lebih buruk.
Walaupun penyakit Graves anak dapat diobati dengan baik, tetapi komplikasi
kraniosinostosis dan keterlambatan perkembangan dapat masih dapat terjadi.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. 2003. Basic Pathology. 7th ed., Vol.2. USA
: Elsevier Inc.
2. Sunil Sinha, Jonathan G. Gold. 2013. “Pediatric Hypertiroidism”.
http://www.emedicine.com/article/921707-overview. (Diakses 20 Desember,
2014).
3. Faizi M, P. E. Netty. (2006). Penatalaksanaan Hipertiroid Pada Anak. Naskah
Lengkap Continuing Education XXXVI. Divisi Endokrinologi Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FK UNAIR RSU Dr. Soetomo. Surabaya.
4. Balai Penelitian dan Pengembangan GAKI Kementerian Kesehatan RI. 2010.
“Nilai Diagnostik Indeks Wayne dan Indeks Newcastle untuk Penapisan Kasus
Hipertiroid”.
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/bpk/article/download/2110/1
176. (Diakses 23 Desember 2014).
5. Bahn RS, Burch HB, et all. 2011. “Hyperthyroidism and Other Causes of
Thyrotoxicosis : Management Guidelines of The American Thyroid Association
and American Association of Clinical Endocrinologists”. 14 Hyperthyroidism
Management Guidelines, Endocrine Practice, Vol. 17 No. 3
6. Anderson D. (2014). Insidens Relaps pada Anak dengan Hipertiroid Graves
dan Hubungannya Terhadap Kadar Awal Tiroksin Bebas. Tesis Program
Pendidikan Dokter Spesialis IKA FKUI Jakarta : tidak diterbitkan
7. Firdaus I. Fibrilasi Atrium pada Penyakit Hipertiroidisme Patogenesis dan
Tatalaksana. Jurnal Kardiologi Indonesia. 2007; 28 : 375-386.
8. Sherwood L. 1996. Human Physiology : From Cells to System. 2nd ed. USA :
International Thomson Publishing Inc.
9. Junqueira LC. 2003. Basic Histology : Text & Atlas. 10th ed. USA : The
McGraw-Hill Companies, Inc.

14

Anda mungkin juga menyukai