PENDAHULUAN
1
Rendahnya angka kejadian serta tidak khasnya gejala awal hipertiroid
pada anak seringkali tidak diperhatikan para praktisi kesehatan dalam
menentukan diagnosis dan penatalaksananya. Seringkali anak dengan hipertiroid
harus mengalami ’penderitaan’ beberapa bulan lebih lama sampai diagnosis
hipertiroidnya tertegakkan [4].
2
BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. NK
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal lahir/Usia : 04 agustus 2005/ 12 tahun 8 bulan
Alamat : Ds. Saloya, Palu
Agama : Islam
Waktu Masuk : 29 Mei 2017
Tempat Pemeriksaan : Poliklinik Anak RSD Madani Palu
Identitas Orang Tua :
Nama Ibu : Ny. S
Pekerjaan : IRT / Petani
Alamat : Ds. Saloya, Palu
3
3) Riwayat Penyakit Sebelumnya
Menurut keluarga pasien, anak tidak pernah menderita keluhan
yang sama sebelumnya.
5) Riwayat Sosial-Ekonomi
Pasien berasal dari keluarga dengan sosial-ekonomi menengah
ke-atas.
4
9) Anamnesis Makanan
Pasien mendapatkan ASI dari lahir hingga usia 4 bulan, susu
formula mulai diberikan pada usia 4 bulan, bubur susu mulai diberikan
pada usia ± 6 bulan , bubur saring mulai diberikan pada usia ± 8 bulan.
Diberikan makanan keluarga dimulai usia ± 1 tahun. Saat ini, pasien
makan-makanan olahan rumah.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Sakit Sedang
Kesadaran : Compos mentis
Berat Badan : 32 kg
Tinggi Badan : 146 cm
Status Gizi : CDC (78%) Gizi kurang
Tanda Vital :
- Denyut Nadi : 88 ×/menit, kuat angkat, irama reguler
- Respirasi : 20 ×/menit, pola pernapasan regular
- Suhu axilla : 36,8 0C
1) Kulit:
Warna : Sawo matang, sianosis (-)
Efloresensi : Petechiae tidak tampak
Turgor : Segera kembali
Kelembaban : Cukup
2) Kepala:
Bentuk : Normocephalus
5
Rambut : Warna hitam, tidak mudah dicabut, tebal,
alopecia (-)
3) Mata:
Konjungtiva : Anemis (-/-)
Sklera : Ikterik (-/-)
Refleks cahaya : RCL (+/+) / RCTL (+/+)
Refleks kornea : (+/+)
Pupil : Bulat, isokor
Exophthalmus : (-/-)
Cekung : (-/-)
4) Hidung:
Pernafasan cuping hidung : tidak ada
Epistaksis : tidak ada
Rhinorrhea : tidak ada
5) Mulut:
Bibir : Kering (-), sianosis (-), stomatitis (-)
Gigi : Tidak ditemukan karies
Gusi : Tidak ditemukan adanya perdarahan
6) Lidah:
Tremor : (-)
Kotor/Berselaput : (-)
Warna : Merah muda
7) Telinga:
Sekret : Tidak ditemukan
Serumen : Minimal
Nyeri : Tidak ada
6
8) Leher :
Kelenjar getah bening : Pembesaran (- /-), nyeri tekan (-)
Kelenjar Tiroid : Pembesaran (+) D = 15 cm, nyeri tekan (-)
Trake a : Posisi central
Kaku Kuduk : (-)
Faring : Hiperemis (-)
Tonsil : T1 / T1
9) Toraks:
a) Dinding Dada/Paru:
Inspeks : Ekspansi paru simetris bilateral kanan = kiri,
tampak retraksi (-), jejas (-), bentuk normochest, pola
pernapasan kesan normal.
Palpasi : Ekspansi dada simetris, vocal fremitus
simetris kanan = kiri, nyeri tekan (-).
Perkusi : Sonor di semua lapang paru
Auskultasi : Vesicular (+/+)Suara napas tambahan:
Ronkhi (-/-), Whezzing (-/-)
b) Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba pada SIC V arah
medial linea midclavicula sinistra
Perkusi : Batas atas: SIC II linea midclavicularis
dextra et parasternalis sinistra
o Batas kiri : SIC V linea midclavicularis sinistra
o Batas kanan: SIC V linea parasternalis dextra
Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2 murni reguler,
bunyi tambahan: murmur (-), gallop (-).
7
10) Abdomen:
Inspeksi : Tampak datar, kesan normal
Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
Perkusi : Bunyi timpani (+) diseluruh abdomen, dullness (+)
Palpasi : Nyeri tekan abdomen (+), distensi (-), meteorismus
(-).
o Hati : Tidak teraba
o Lien : Tidak teraba
o Ginjal : Tidak teraba
+/+
13) Otot-Otot: Eutrofi +/+ , kesan normal
++/++ −/−
14) Refleks: Fisiologis (++/++), patologis (−/−)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Laboratorium (26 Mei 2017) :
Hematologi Hasil Rujukan Satuan
Hemoglobin 12.1 11.7 – 15.5 g/dl
Leukosit 10.47 3.6 – 11.0 103/uL
Eritrosit 4,90 3.8 – 5.2 106/uL
Trombosit 411 150 – 440 103/uL
Hematokrit 36.9 35 – 47 %
FT4 >7,77 0,93-1,60 Pmol/L
TSHS < 0.005 0.530-3,590 µUI / ML
8
E. RESUME
Pasien anak perempuan usia 12 tahun 8 bulan masuk ke RS dengan
keluhan benjolan pada bagian leher dengan diameter 15 cm. Benjolan sudah
dialami sejak kurang lebih 3 bulan yang lalu, benjolan dirasakan membesar
dan tidak nyeri. Pasien juga mengeluhkan cepat merasa lelah (+), jantung
berdebar – debar (+), tangan terasa gemetar (+), sering berkeringat (+) dan
mata mulai tampak melotot (+). Keluhan demam (-), batuk (-), flu (-), mual (-
), muntah (-), sesak (-), nafsu makan baik (+) namun berat badan turun, BAB
(+) lancar, BAK (+) lancar. Menurut keluarga pasien, anak tidak pernah
menderita keluhan yang sama sebelumnya. Riwayat keluarga yang menderita
gondok (-), riwayat DM (-), Hipertensi (-), Kolestrol (-), Asma (+).
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan keadaan umum sakit sedang,
kesadaran compos mentis, denyut nadi 88 ×/menit kuat angkat, respirasi 20
×/menit, suhu axilla 36,80C. Perbesaran kelenjar tiroid (+). Pada pemeriksaan
sistem lain dalam batas normal. Hasil pemeriksaan hematologi rutin tanggal
26 Mei 2017 hemoglobin 12,1 g/dL, leukosit 10,47 x 103/uL, eritrosit 4,90 x
106/uL, trombosit 411 x 103/uL, hematokrit 36.9%, FT4 >7,77 pmol / L, dan
TSHS < 0,005 µUI / ml.
F. DIAGNOSIS
a. Diagnosis kerja : Hipertiroid e.c Grave’s Disease
G. TERAPI
Medikamentosa
1) PTU 3 x 100mg
H. ANJURAN PEMERIKSAAN
- Pemeriksaan kontrol darah rutin dan kadar hormone tiroid
9
BAB III
DISKUSI KASUS
10
Penelitian di Amerika Serikat pada tahun 2008 menunjukkan, terdapat 0,44
kejadian hipertiroid per 1000 populasi pada anak usia 0-11 tahun, dan 0,59 per
1000 populasi pada usia 12-17 tahun, dengan rata-rata usia 10-15 tahun [2].
Hipertiroid (tiroid yang menyebabkan tirotoksikosis) pada anak-anak
disebabkan oleh hal-hal berikut: Penyakit Graves, McCune-Albright Sindrom,
Tiroiditis Subakut (virus), Tiroiditis Bakteri [1] [2]. Gangguan pada kelenjar pituitari
juga dapat menyebabkan hipertiroid pada anak-anak, hal ini dapat disebabkan oleh
adenoma pituitari dan pituitari resisten T4. Penyebab lain hipertiroid pada anak
adalah : Hipertiroid yang diinduksi Iodine dan Tumor Sekresi hCG [1] [2].
Gejala yang sering ditemukan pada hipertiroid anak adalah hiperaktivitas,
gugup, dan gangguan emosional, yang sering terjadi adalah Attention Deficit
Hyperactivity Disorder (ADHD). Adanya perubahan perilaku dan kemampuan
belajar di sekolah juga merupakan tanda yang harus diperhatikan [2].
Tabel 1. Gejala Klinis Penyakit Grave’s pada anak [2].
Tanda Klinis Jumlah (%)
Goiter 98 – 99
Takikardia 82 - 95
Bruit pada Tiroid 20 – 84
Bising Jantung 10 – 84
Iritable 80 – 82
Peningkatan Pulse Presure 77 – 80
Berkeringat Banyak 41 – 78,6
Tremor 51 – 78,2
Palpitasi 34 – 76,8
Intoleransi Panas 27 – 76,8
Peningkatan Nafsu Makan 47 – 73,2
Hipertensi 71
Oftalmopati 58,9 – 71
Peningkatan Tinggi Badan 7,1 - 71
Penurunan Berat Badan 50 -54
11
Diare 13 – 48,2
Hiperaktif 44
Gangguan Menstruasi 33,3
Gangguan Tidur 22 – 30,4
Lekas Lelah 5,4 – 16
Sakit Kepala 15
12
kardiovaskuler yang berlebihan sampai dicapai keadaan eutiroid. Pengecekan
fungsi tiroid dilakukan setiap 4-6 minggu sampai kadar T4 dan T3 sudah normal.
Kadar TSH serum biasanya kembali normal dalam waktu yang cukup lama,
sehingga pengukuran TSH lebih baik dilakukan setelah dalam keadaan eutiroid
bukan pada awal terapi.
Setelah T4 dan T3 normal, dosis obat anti tiroid diturunkan bertahap 30-
50% dari total harian [2][3]. Keadaan eutiroid biasanya tercapai dalam 6-12 minggu.
Selama masa rumatan, PTU dapat diberikan 2 kali sehari, dan MMI cukup 1 kali
[2][3]
sehari, dan terus kontrol setiap 4-6 bulan . Ablasi dengan radioaktif jarang
digunakan pada penderita anak. Pembedahan tiroidektomi dilakukan pada penderita
yang mengalami kegagalan dengan anti-tiroid dan goiter yang sangat besar.
Tanda dan gejala Gagal Jantung Kongestif jarang terjadi pada anak - anak.
Oftalmopati biasanya sedang, dan dapat menetap walaupun hipertiroid sudah
teratasi. Pada anak yang lebih tua, prognosis penyakit Graves dapat lebih buruk.
Walaupun penyakit Graves anak dapat diobati dengan baik, tetapi komplikasi
kraniosinostosis dan keterlambatan perkembangan dapat masih dapat terjadi.
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. 2003. Basic Pathology. 7th ed., Vol.2. USA
: Elsevier Inc.
2. Sunil Sinha, Jonathan G. Gold. 2013. “Pediatric Hypertiroidism”.
http://www.emedicine.com/article/921707-overview. (Diakses 20 Desember,
2014).
3. Faizi M, P. E. Netty. (2006). Penatalaksanaan Hipertiroid Pada Anak. Naskah
Lengkap Continuing Education XXXVI. Divisi Endokrinologi Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FK UNAIR RSU Dr. Soetomo. Surabaya.
4. Balai Penelitian dan Pengembangan GAKI Kementerian Kesehatan RI. 2010.
“Nilai Diagnostik Indeks Wayne dan Indeks Newcastle untuk Penapisan Kasus
Hipertiroid”.
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/bpk/article/download/2110/1
176. (Diakses 23 Desember 2014).
5. Bahn RS, Burch HB, et all. 2011. “Hyperthyroidism and Other Causes of
Thyrotoxicosis : Management Guidelines of The American Thyroid Association
and American Association of Clinical Endocrinologists”. 14 Hyperthyroidism
Management Guidelines, Endocrine Practice, Vol. 17 No. 3
6. Anderson D. (2014). Insidens Relaps pada Anak dengan Hipertiroid Graves
dan Hubungannya Terhadap Kadar Awal Tiroksin Bebas. Tesis Program
Pendidikan Dokter Spesialis IKA FKUI Jakarta : tidak diterbitkan
7. Firdaus I. Fibrilasi Atrium pada Penyakit Hipertiroidisme Patogenesis dan
Tatalaksana. Jurnal Kardiologi Indonesia. 2007; 28 : 375-386.
8. Sherwood L. 1996. Human Physiology : From Cells to System. 2nd ed. USA :
International Thomson Publishing Inc.
9. Junqueira LC. 2003. Basic Histology : Text & Atlas. 10th ed. USA : The
McGraw-Hill Companies, Inc.
14