Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Praktik keperawatan dilakukan berdasarkan standar organisasi profesi dan sistem
perundang-undangan yang telah ditetapkan dimanapun perawat bekerja. Ketika menjalankan
tugas, perawat harus memiliki pedoman yang mengatur cara berperilaku, baik terhadap klien
maupun teman sejawat, sehingga perawat tersebut dapat dikatakan sebagai perawat
professional. Profesionalisme keperawatan di Indonesia sudah disepakati saat
diselenggarakannya lokakarya nasional bulan Januari 1983, dimana dalam lokakarya
tersebut ditetapkan pengertian keperawatan sebagai profesi dan struktur pendidikan tinggi
keperawatan (Asmadi, 2008).
Pada masa sekarang ini terjadi perubahan-perubahan yang terjadi dalam proses
praktik keperawatan. Perubahan mendasar dalam keperawatan adalah pergeseran yang
terjadi pada pelayanan atau pemberian asuhan keperawatan, yaitu dituntutnya seorang
perawat melakukan asuhan keperawatan berdasarkan perkembangan ilmu dan kualitas
keperawatan. Perubahan tersebut merupakan penambahan pengetahuan baru sebagai metode
pengembangan diri perawat (Rustina, 2014). Perubahan yang terjadi dalam keperawatan
secara tidak langsung mengubah pandangan dan tatanan yang ada terkait dengan tatanan
pelayanan atau asuhan keperawatan, pendidikan keperawatan maupun perkembangan
organisasi keprofesian. Hal tersebut merupakan suatu fenomena yang perlu kita amati dan
pelajari sesuai dengan paradigma dan falsafah keperawatan.
Paradigma keperawatan dapat diartikan sebagai cara pandang perawat terhadap
keperawatan itu sendiri sebagai suatu kegiatan pelayanan, manusia sebagai klien,
kesehatan, lingkungan dari klien dan perawat itu sendiri. Paradigma ini memberikan
informasi tentang lingkup dan batasan, esensi, serta tujuan dan manfaat dari perkembangan
profesi keperawatan. Sedangkan nilai-nilai yang terkandung didalamnya disebut falsafah
keperawatan. Berdasarkan hal tersebut, makalah ini akan dibahas mengenai paradigma dan
falsafah keperawatan lebih mendalam.
1.2. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini antara lain:
1.1. Menjelaskan definisi paradigma dan falsafah sains keperawatan
1.2. Menjelaskan sifat dan karakteristik sains keperawatan
1.3. Menjelaskan filosofi dasar sains keperawatan
1.4. Menjelaskan paradigma sains keperawatan
1.5. Menjelaskan falsafah sains keperawatan
1.6. Menguraikan pengembangan sains keperawatan serta hubungan interaktif antara
pendidikan, pelayanan/praktik dan riset keperawatan dalam pengembangan sains
keperawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1 Definisi Paradigma dan Falsafah Sains Keperawatan


.1.1.Definisi Paradigma Keperawatan
Paradigma adalah cara pandang yang mendasar (melihat, memikirkan, memaknai,
menyikapi serta memutuskan tindakan) terhadap suatu fenomena (Asmadi, 2008). Sedangkan
paradigma keperawatan merupakan sebuah pandangan global yang didalamnya terdapat
hubungan berbagai teori yang membentuk suatu susunan yang mengatur hubungan di antara
teori-teori tersebut untuk mengembangkan kerangka kerja keperawatan, yaitu teori keperawatan
dan model konseptual (Fawcett,2005).Berdasarkan definisi tersebut, paradigma keperawatan
dapat dijadikan sebagai arahan seorang perawat dalam menyikapi dan menyelesaikan
permasalahan di lingkup profesi keperawatan.
Paradigma keperawatan memfokuskan pada manusia, keperawatan, sehat sakit dan
lingkungan (Fawcett,2005). Hubungan keempat komponen tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut :

HUMAN

NURSING HEALTH

ENVIRONMENT

Gambar 2.1 Paradigma Keperawatan


( Sumber : Fawcett, 2005. Contemporary Nursing Knowledge. )

Berikut empat komponen paradigma keperawatan tersebut :


a. Manusia
Manusia adalah makhluk bio psiko sosial dan spiritual yang utuh serta unik dimana
memiliki akal, pikiran dan perasaan yang mampu beradaptasi dan berinteraksi secara tetap
dengan lingkungan eksternalnya serta senantiasa berusaha selalu menyeimbangkan keadaan
internalnya (homeoatatis).(Konsorsium Ilmu Kesehatan, 1992. Kozier, 2000, La Ode Jumadi,
1999 :40).
Manusia sebagai sistem terbuka , manusia dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
lingkungannya, baik lingkungan fisik, biologis, psikologis maupun sosial dan spiritual sehingga
perubahan pada manusia akan selalu terjadi khususnya dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya
(Betty Neuman).
Manusia sebagai sistem adaptif manusia akan merespon terhadap perubahan
lingkungannya dan akan menunjukan respon yang adaptif maupun respon maladaptif. Respon
adaptif akan terjadi apabila manusia tersebut mempunyai mekanisme koping yang baik
menghadapi perubahan lingkungannya, tetapi apabila kemampuannya untuk merespon
perubahan lingkungan yang terjadi rendah maka manusia akan menunjukan prilaku yang
maladaptif (calista roy).

b. Keperawatan
Komponen yang kedua dalam paradigma keperawatan ini adalah konsep
keperawatan.Ada beberapa definisi keperawatan menurut tokoh tokoh dibawah ini :
1) Florence Nightingale 1895
Keperawatan adalah suatu proses menempatkan pasien dalam kondisi paling baik untuk
beraktivitas dengan cara memanipulasi lingkungan sekitar pasien.
2) Faye Abdellah (Twenty one nursing problems,1960)
Keperawatan adalah bentuk pelayanan kepada individu dan keluarga, serta masyarakat
dengan ilmu dan seni yang meliputi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang dimilki
seorang perawat untuk membantu manusia baik dalam keadaan sehat atau sakit sesuai
dengan tingkat kebutuhannya.
3) Virginia Henderson (Fourteen Basic needs, 1960)
Keperawatan adalah suatu fungsi yang unik dari perawat untuk menolong klien yang
sakit atau sehat dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan meningkatkan kemampuan,
kekuatan, pengetahuan dan kemandirian pasien secara rasional, sehingga pasien dapat
sembuh atau meninggal dengan tenang.Definisi ini merupakan awal terpisahnya ilmu
keperawatan dan medik dasar.Fungsi yang unik dari perawat adalah membantu individu
sehat ataupun sakit untuk menggunakan kekuatan, keinginan dan pengetahuan yang
dimilikinya sehingga individu tersebut mampu melaksanakan aktivitas sehari harinya,
sembuh dari penyakit atau meninggal dengan tenang.
4) Dorothy E. Johnson (Behavioral System Theory, 1981)
Keperawatan adalah seperangkat tindakan tindakan yang memiliki kekuatan untuk
melindungi kesatuan atau integritas prilaku klien berada pada level yang optimal untuk
kesehatannya.
5) Imogene King (Goal Attainment Theory, 1971, 1981)
Keperawatan adalah suatu profesi yang memberikan bantuan pada individu dan
kelompok untuk mencapai, memelihara dan mempertahankan derajat kesehatan dengan
memperhatikan, memikirkan, menghubungkan, menentukan dan melakukan tindakan
perawatan sehingga individu atau kelompok berprilaku yang sesuai dengan kondisi
keperawatan.Keperawatan berhubungan langsung dengan lingkungan, menanggulangi status
kesehatan dalam proses interpersonal reaksi interaksi dan transaksi dimana perawat dan
klien berbagi informasi mengenai persepsinya dalam keperawatan.Kerangka ini dikenal
dengan system kerangka terbuka
6) Madeleine Leininger (Transcultural Care Theory, 1984)
Mempelajari seni humanistic dan ilmu yang berfokus pada manusia sebagai individu
atau kelompok, kepekaan terhadap kebiasaan, fungsi dan proses yang mengarah pada
pencegahan ataupun prilaku memelihara kesehatan atau penyembuhan dari penyakit.
7) Martha Roger (Unitary Human Beings, an energy field, 1970)
Keperawatan adalah pengetahuan yang ditujukan untuk mengurangi kecemasan
terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, perawatan dan
rehabilitasi penderita sakit dan penyandang cacat.
8) Dorothea Orem (Self care theory, 1985)
Keperawatan merupakan salah satu daya atau usaha manusia untuk membantu
manusia lain dengan melakukan atau memberikan pelayanan yang professional dan yang
berfokus pada pemenuhan kebutuhan manusia untuk merawat diri, kesembuhan dari
penyakit atau cedera dan penanggulangan komplikasinya sehingga dapat meningkat derajat
kesehatannya secara mandiri.
9) Callista Roy (Adaptation Theory, 1976, 1984)
Roy menggambarkan metode adaptasi dalam keperawatan.Tujuan keperawatan
adalah meningkatkan respon adaptasi dalam menghadapi permasalahan
kesehatannya.Respon adaptif mempunyai pengaruh positif terhadap kesehatannya.
10) Betty Newman, 1989
Keperawatan adalah suatu profesi yang unik dengan memperhatikan seluruh faktor-
faktor yang mempengaruhi respon individu terhadap penyebab stress.Perawatan berfokus
kepada mencegah serangan stress dalam melindungi klien untuk mendapatkan atau
meningkatkan derajat kesehatan yang paling baik.
11) Martha Rogers, 1970
Keperawatan adalah pengetahuan yang ditujukan untuk mengurangi kecemasan
terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan , pencegahan penyakit, perawatan
rehabilitasi penderita sakit serta penyandang cacat.Teori Rogers berfokus pada proses
kehidupan manusia. Menurutnya kehidupan seseorang dipengaruhi alam sebagai lingkungan
hidup manusia dan pola pertumbuhan dan perkembangan seseorang
12) Peplau
Keperawatan adalah suatu hasil proses kerja sama manusia dengan manusia lainnya
supaya menjadi sehat atau tetap sehat (hubungan antar manusia). Hubungan interpersonal
yang merupakan faktor utama model keperawatan menurut Peplau.

13) Jean Orlando 1961


Keperawatan berlandaskan teori hubungan interpersonal yang menitikberatkan pada
sifat unik individu atau klien dalam ekspresi verbal yang mengisyaratkan adanya kebutuhan
dan cara-cara memenuhi kebutuhan
14) Jean Watson 1979
Keperawatan adalah filsafat dalam usaha merawat untuk memberi definisi hasil
tindakan keperawatan dengan memperhatikan aspek humanistic dalam kehidupan.Tindakan
keperawatan diarahkan pada pemeliharaan hubungan timbal balik dalam kesehatan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa keperawatan adalah upaya pelayanan kesehatan yang
holistik meliputi bio-psiko-sosio-spiritual individusecara professionalyang dinamis sesuai
dengan perkembangan teknologi. Pelayanan yang diberikan secara komprehensif melalui
suatu proses keperawatan yang ditujukan kepada individu, keluarga/kelompok dan
lingkungan/masyarakat baik sehat maupun sakit.

c. Kosep Sehat Sakit


Sehat adalah keadaan utuh dan sejahtera secara fisik, jasmani, mental dan sosial dan
bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari penyakit cacat dan kelemahan yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.(WHO,1947. UU
no 23/1992 tentang kesehatan).
Sakit adalah ketidakseimbangan fungsi normal tubuh dari individu yang ditandai
adanya gejala dan persepsi tentang keadaan sakit yang dirasakan serta kemampuan
beraktifitas yang menurun sehingga mengakibatkan tidak terpenuhinya satu atau lebih
kebutuhan dari individu tersebut ( Parson, Bauman, Perkin ).
Berdasarkan definisi sehat sakit tersebut maka paradigma keperawatan dalam konsep
sehat sakit adalah memberikan asuhan keperawatan dengan mempertimbangkan rentang
sehat sakit seperti gambar di bawah ini, sebab setiap rentang (sejahtera, sehat sekali, sehat
normal, setengah sakit, sakit, sakit kronis hingga mati) memiliki tingkat kebutuhan yang
berbeda dan tujuan yang ingin dicapaipun berbeda.

Gambar 2.2 Sehat-Sakit


( sumber : Hidayat, 2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan )

d. Lingkungan
Lingkungan adalah faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia, terdiri dari
lingkungan internal dan lingkungan eksteral. Lingkungan internal adalah yang berasal dari
manusia itu sendiri (genetik, psikologis, jenis kelamin, pola perilaku, dll).Sedangkan
lingkungan eksternal yaitu disekitar manusia (sosial, kultural, spiritual, dll).
Menurut Leavell (1965), ada tiga faktor yang saling mempengaruhi kesehatan dalam
lingkungan yaitu agen (penyebab), hospes (manusia) dan lingkungan.
a. Agen adalah faktor yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit, seperti faktor
biologi, kimiawi, fisik, mekanik atau psikologis misalnya virus, bakteri, jamur atau
cacing., senyawa kimia bahkan stress.
b. Hospes adalah makhluk hidup yaitu manusia atau hewan yang dapat tertular atau
terinfeksi oleh agen
c. Lingkungan adalah faktor eksternal yang mempengaruhi kesehatan manusia maupun
agen. Contohnya lingkungan kerja yang tidak nyaman, tingkat sosial ekonomi yang
rendah, lingkungan yang kumuh, atau fasilitas pelayanan kesehatan yag tidak
memadai.
L
H i A
o n g
s g e
p k n
e u
s n
g
a
n

Gambar 2.3 Konsep lingkungan


( sumber : Hidayat, 2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan )

Jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan individu untuk mempertahankan


kesehatan dirinya dapat dipengaruhi oleh lingkungan dimana individu tersebut berada.
Sehingga dapat dikatakan intervensi terhadap lingkungan dalam praktik keperawatan
bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya penyembuhan dan
pemulihan kesehatan seorang klien( Alligood,M, 2017; Taylor, 2010)

2.1.2 Definisi Falsafah Keperawatan


Falsafah adalah keyakinan terhadap nilai-nilai yang dijadikan sebagai pedoman
mencapai tujuan tertentu.Falsafah bisa juga dipakai sebagai pandangan hidup (Asmadi,
2008).Jadi, falsafah keperawatan adalah keyakinan perawat terhadap nilai-nilai keperawatan
yang dijadikan sebagai pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien
(Asmadi, 2008).Selain itu, falsafah keperawatan dapat menjelaskan tentang keperawatan
secara mendasar serta menjelaskan mengapa keperawatan itu penting dalam kehidupan
manusia (Fawcett, 2005).Falsafah keperawatan merupakan ciri utama profesi keperawatan,
sehingga falsafah keperawatan harus tertanam dalam diri setiap perawat.
Falsafah merupakan keyakinan terhadap suatu nilai-nilai yang menjadi suatu
pedoman bagi individu, kelompok maupun organisasi. Falsafah tersebut kemudian menjadi
pandangan hidup dan menjadi ciri utama baik bagi seorang individu, kelompok maupun
suatu organisasi.Falsafah keperawatan merupakan keyakinan perawat terhadap nilai-nilai
keperawatan yang menjadi pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan.(Fawcett,
2005; Alligood,2006 )
Falsafah keperawatan memandang manusia sebagai mahluk yang holistik.Sehingga
asuhan keperawatan harus diberikan secara komprehensif, yaitu mencakup pemenuhan
semua kebutuhan mulai dari aspek biologis, psiklogis, sosial hingga spiritual secara
meyeluruh. (Fawcett, 2005; Robbin, 2013)
Pendapat para pakar keperawatan tentang falsafah keperawatan.
1) Jean Watson (Caring)
Perilaku caring meliputi mendengarkan penuh perhatian.Manusia sebagai fokus sentral dan
keperawatan sebagai human care yang menggunakan sains dan seni sebagai dasar dalam
pegembangan ilmu keperawatan.
2) Betty Neuman
Neuman memandang manusia secara utuh dengan menggabungkan konsep holistikdan
pendekatan sistem terbuka. Focus keperawatannya adalah pencegahan terhadap stessor
(konsep stressor).
3) Callista Roy
Menurut Roy, setiap manusia memiliki potensi beradaptasi terhadap stimulus internal
maupun eksteral dalam berbagai rentang usia. Roy menekankan pada nilai kemanusiaan
(humanism) dan kebenaran (veritivity) dalam melaksanakan praktik keperawatan.
4) Florence Nihgtingale
Florence mengatakan manipulasi lingkungan eksternal dapat memperbaiki kondisi sakit
seseorang menjadi lebih baik. Dengan kata lain lingkungan berpengaruh terhadap proses
pemulihan klien.
Jadi dapat disimpulkan bahwa falsafah keperawatan merupakan cara pandang atau
keyakinan terhadap nilai-nilaikeperawatan dan kemudian dipakai sebagai dasar/landasan
dalam praktek keperawatan. Paradigma keperawatan berfokus pada empat komponen, yaitu
manusia, keperawatan, lingkungan dan konsep sehat-sakit.Interaksi manusia dengan
lingkungannya akan banyak memunculkan fenomena-fenomena baru yang harus dicari
jawabannya.Disinilah peran perawat sebagai peneliti diuji untuk menghasilkan teori-teori
baru dengan tujuan peningkatan kualitas asuhan keperawatan (Fawcett, 2005; Robbin, 2013;
Alligood, 2006).

2.1.3 Definisi Falsafah Keperawatan


Falsafah adalah keyakinan terhadap nilai-nilai yang dijadikan sebagai pedoman
mencapai tujuan tertentu.Falsafah bisa juga dipakai sebagai pandangan hidup (Asmadi,
2008).Jadi, falsafah keperawatan adalah keyakinan perawat terhadap nilai-nilai keperawatan
yang dijadikan sebagai pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien
(Asmadi, 2008).Selain itu, falsafah keperawatan dapat menjelaskan tentang keperawatan
secara mendasar serta menjelaskan mengapa keperawatan itu penting dalam kehidupan
manusia (Fawcett, 2005).Falsafah keperawatan merupakan ciri utama profesi keperawatan,
sehingga falsafah keperawatan harus tertanam dalam diri setiap perawat.
Falsafah merupakan keyakinan terhadap suatu nilai-nilai yang menjadi suatu
pedoman bagi individu, kelompok maupun organisasi. Falsafah tersebut kemudian menjadi
pandangan hidup dan menjadi ciri utama baik bagi seorang individu, kelompok maupun
suatu organisasi.Demikian halnya dengan keperawatan.Falsafah keperawatan merupakan
keyakinan perawat terhadap nilai-nilai keperawatan yang menjadi pedoman dalam
memberikan asuhan keperawatan.(Fawcett, 2005; Alligood,2006 )
Falsafah keperawatan memandang manusia sebagai mahluk yang holistic. Sehingga
asuhan keperawatan diberikan secara komprehensif, yaitu pemenuhan kebutuhan biologis,
psiklogis, social dan spiritual secara meyeluruh. (Fawcett, 2005; Robbin, 2013)
Pendapat para pakar keperawatan tentang falsafah keperawatan.
5) Jean Watson (Caring)
Perilaku caring meliputi mendengarkan penuh perhatian.Manusia sebagai focus sentral dan
keperawatan sebagai human care yang menggunakan sains dan seni sebagai dasar dalam
pegembangan ilmu keperawatan.
6) Betty Neuman
Neuman memandang manusia secara utuh dengan menggabungkankonsep holistic dan
pendekatan sistem terbuka. Focus keperawatannya adalah pencegahan terhadap stessor
(konsep stressor).
7) Callista Roy
Menurut Roy, setiap manusia memiliki potensi beradaptasi terhadap stimulus internal
maupun eksteral dalam berbagai rentang usia. Roy menekankan pada nilai kemanusiaan
(humanism) dan kebenaran (veritivity) dalam melaksanakan praktik keperawatan.
8) Florence Nihgtingale
Florence mengatakan manipulasi lingkungan eksternal dapat memperbaiki kondisi sakit
seseorang menjadi lebih baik. Dengan kata lain lingkungan berpengaruh terhadap proses
pemulihan klien.
Jadi dapat disimpulkan falsafah keperawatan merupakan nilai yang menjadi dasar
asuhan keperawatan dimana manusia yang dipandang secara holistic dan menjadi setral
untuk mencapai suatu tujuan melalui berbagai pengembangan ilmu keperawatan.
Pengembangan sain keperawatan sangat diperlukan karena manusia merupakan sistem
terbuka sehingga selalu memungkinkan munculnya fenomena-fenomena baru yang harus
dicarikan solusinya.(Fawcett, 2005; Robbin, 2013; Alligood, 2006)
2.1.4 Filosofi dasar sains keperawatan
a. Science
Sebelum filosofi dari science dijelaskan lebih dalam, ini sangat penting untuk
memulai dari pengembangan arti dari science dan filosofi. Science berasal dari bahasa Latin
yaitu scientia, yang memiliki arti pengetahuan, secara tradisional mengacu pada keduanya
baik itu proses dan hasil dari proses seperti hukum secara umum dan observasi. Science
dibagi menjadi 3 bagian besar yaitu ilmu pengetahuan alam, ilmu terapan dan ilmu manusia.
Science merupakan body of knowledge.
Fisika, mate-matika dan kimia merupakan 3 contoh komposisi disiplin keilmuan
dari body of knowledge yang unik. Keilmuan ini selalu diklasifikasikan sebagai ilmu
pengetahuan alam dikarenakan mempelajari hukum alam dan mulai dari gerakan fisik di
dunia. Ilmu pengetahuan alam juga biasa kita sebut sebagai ilmu murni dikarenakan ilmu ini
independent daripada yang lain, bisa berdiri sendiri dan mungkin bisa mengembangkan
lebih jauh terkait dengan badan keilmuan mereka sendiri. Penggunaan ilmu pengetahuan
alam dalam dunia kesehatan mulai dari mempelajari kelimuan fisik yang termasuk proses
biofisika dan biokimia berhubungan dengan diabetes, kardiovaskuler dan kanker. Keilmuan
ini tentang diagnosis, tindakan dan hasil dari tindakan. Bisa berupa efek samping dan
patologi dari penyakit itu sendiri.
Ilmu terapan seperti Sosiologi, Psikologi dan Antropologi merupakan badan
keilmuan yang unik dan berbeda dengan kategori ilmu pengetahuan alam. Hal ini
dikarenakan ilmu terapan fokus menggunakan hubungan keilmuan dan biasanya bertemu
dengan tipe kebutuhan manusia. Contoh penggunaan ilmu terapan dalam dunia kesehatan
bisa ditemukan pada pekerja sosial, psikoterapi, pemeriksaan kesehatan disparitas antara
orang bewarna, kesejahteraan dan orang tua yang rentan. Dalam praktek beberapa Negara
memutuskan keperawatan sebagai pengetahuan spesialisasi khusus dari ilmu fisik dan sosial.
Dalam kasus ini keperawatan menkombinasikan konsep dari ilmu alam, ilmu murni dan
ilmu terapan.
Pembagian ilmu yang terakhir adalah ilmu manusia. Ilmu manusia merupakan tipe
penting dari kelimuan itu sendiri. Ilmu ini bukan bentuk baru dari science akan tetapi sudah
dikenalkan pada tahun 1800an oleh Dilthey, seorang Filosof Jerman. Perbedaan antara
ketiganya yaitu terkait dengan subyek, ilmu dan ilmuannya. Dalam ilmu pengetahuan alam
ilmuan dan subyek tidaklah sama, hal ini juga ada di ilmu terapan ilmu dan ilmuawan tidak
harus satu. Ini berbeda dengan ilmu manusia, mereka harus satu dan tidak bisa dipisahkan
satu dengan yang lain.
Keperawatan merupakan bagian dari ilmu manusia? Perawat harus mengenal mereka
sendiri sebagai keilmuan. Mereka bekerja melakukan perawatan untuk individu, keluarga
dan komunitas mungkin dilihat dari lensa keilmuan bahwa keperawatan menggunakan
secara bersamaan semua keilmuan ini mulai dari ilmu fisik, terapan dan manusia.

b. Kriteria science
Perbedaan penting yang harus diperhatikan adalah perbedaan antara science dengan
non-science. Ini sudah berjalan selama berabad-abad terkait ilmu manusia termasuk sebagai
non-science atau bukan. Lalu memunculkan kriteria dari science agar dapat membedakan
antara science dengan non-science: kesesuaian inter-subyektif, reliabilitas, ketepatan dan
presisi, koherensi serta kelengkapan dan ruang lingkup.
Kesesuaian inter-subyektif merupakan dasar dari keyakinan dan kepercayaan antara
dua orang yang melihat cara pandang yang sama untuk suatu proses, yang biasa kita sebut
secara obyektif. Reliabilitas, merupakan kriteria kedua dimana bahwa peneliti mendapatkan
hasil yang sama pada waktu yang berbeda ketika penelitian itu dilakukan kembali.
Ketepatan dan ketaan menjadi kriteria ketiga yaitu lebih spesifik tidak general. Jika
penelitian dilakukan kembali maka ketepatan dan ketaan menjadikan hasil yang sama
dengan penelitian yang terdahulu. Koheren menyatakan adanya hubungan antara bagian
satu dengan yang lain dalam suatu keilmuan, sambung menyambung menjadi satu.
Komprehensif dan ruang lingkup menjadi kriteria kelima yaitu untuk mencapai kesatuan
yang utuh dan menjadikan batasan dari tujuan kelimuan itu sendiri.

c. Nursing science
Semakin dewasa peningkatan keperawatan sebagai disiplin, dan mengembangkan
untuk mengarah kepada ilmu keperawatan atau nursing science. Hal ini ditekankan pada
pengembangan teori keperawatan dan pengembangan disiplin mulai dari 1960-1980an.
Pengembangan teori dan ilmu keperawatan sebagai berikut. Dimulai dari Logical positivism,
historicism, postmodernism, phenomenological philosophy, hermenenutics dan feminisrt
epistemology.
Positivism logical mempengaruhi berkembangnya keilmuan khususnya keperawatan.
Selain itu logical positivsm memliki dampak unutk terori keperawatan saat ini. Perawat yang
menerima pendidikan tingkat doktoral di bidang lain tidak diragukan lagi dipengaruhi oleh
dominasi ideologi ini pada saat itu. Orientasi filosofis ini berevolusi selama beberapa dekade
dan memiliki penekanan pada pengembangan gagasan tentang kontens sains secara luas.
Jadi, sementara Positivisme logis sebagai filosofi sangat mempengaruhi perkembangan Ilmu
pengetahuan selama pertengahan tahun 1900-an, pengaruh itu mudah dibawa ke dalam
perawatan oleh mereka yang memperoleh pendidikan doktor dan persiapan penelitian di
bidang-bidang terkait. Positivisme logis menempatkan penekanan besar pada demarkasi
sains dari bentuk pengetahuan lainnya.
Ilmu pengetahuan pada dasarnya dipandang sebagai bangunan teori aktivitas, dengan
pernyataan teoritis ideal. Teori membentuk inti aktivitas ilmiah, dan investigasi merupakan
upaya untuk mengembangkan, memperbaiki, atau verifikasi teori yang ada. Suatu disipin
ilmu apabila ingin dikatakan sebagai disiplin ilmu harus mempunyai pernyataan teoritis. Jika
sains memang, aktivitas membangun teori, maka cendekiawan perawat menyarankan agar
harus ada landasan teoritis untuk pengetahuan keperawatan dan praktik jika harus
dipertimbangkan sebuah ilmu atau science.
Filosofi secara langsung menemukan pengetahuan dan kebenaran, yang
diidentifikasikan dari yang berharga dan penting untuk berada menjadi disiplin ilmu,
masalah utama dalam filosofi adalah memusatkan perhatian pada sifat eksistensi,
pengetahuan, moral alasan dan tujuan manusia (Alligood, et al, 2010).
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengembangan Sains Keperawatan Dan Hubungan Interaktif Dalam Pelayanan/ Praktek
Keperawatan.
Keperawatan sebagai profesi harus didasari prinsip keilmuan yang jelas, yang menuntun untuk
berpikir kritis-logis-analitis, bertindak secara rasional-etis, serta kematangan untuk bersikap tanggap
terhadap kebutuhan dan perkembangan kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan. Menurut
Roy (2011) harapan sosial terhadap keperawatan yaitu memberikan pelayan kesehatan berdasarkan
pengetahuan yang terkait dengan kebutuhan kesehatan pada masa kini dan kebutuhan kesehatan yang
akan muncul. Perkembangan ilmu keperawatan dipengaruhi oleh semakin majunya peradaban
manusia maka semakin berkembang pula pelayanan keperawatan. Diawali oleh seorang
Florence Nightingale yang mengamati fenomena bahwa pasien yang dirawat dengan keadaan
lingkungan yang bersih ternyata lebih cepat sembuh dibanding pasien yang dirawat dalam
kondisi lingkungan kotor. Hal ini menghasilkan pemikiran bahwa perawatan lingkungan
berperan dalam keberhasilan perawatan pasien yang kemudian menjadi paradigma keperawatan
berdasarkan lingkungan. Paradigma ini menjadi dasar dalam praktek / pelayanan keperawatan.
Melalui berbagai macam metode penelitian kemudian ditemukan berbagai teori keperawatan.
Roy (2011) melakukan penelitian pengembangan model adaptasi yang menguraikan tujuan
keperawatan untuk mendorong adaptasi dalam mode adaptif, berperan dalam kesehatan,
meningkatkan kualitas hidup pasien,dan meninggal dengan terhormat. Penelitian ini bertujuan
untuk menambah sistem yang berhubungan dengan penerimaan, perlindungan, dan memelihara
saling ketergantungan, dan meningkatkan perubahan pribadi dan lingkungan. Berdasarkan
penelitian ini diharapkan perawat berperan dalam hubungan dengan manusia dan dunia luas,
sehingga perawat mampu menciptakan dukungan sosial terhadap kehidupan manusia dan
kehormatannya.

Lgar et al. (2011) mengembangkan model keperawatan interpersonal shared


deciosion making, pada model keperawatan ini pasien dibantu untuk ikut serta dalam
pengambilan keputusan sehingga tercapai sebuah kesepakatan dengan para praktisi kesehatan
mengenai pilihan perawatan yang akan dilakukan. Model keperawatan ini dapat menyatukan
proses pengambilan keputusan pada kondisi sistem kesehatan yang berbeda serta profesi
kesehatan berbeda pula. Penerapan teori keperawatan dalam praktek keperawatan dapat menjadi
panduan seorang perawat dalam mecapai tujuan keperawatan yaitu meningkatkan derajat
kesehatan dan mencegah penyebaran penyakit (McCurry, Revell, & Roy, 2010). Dengan
menerapkan berbagai model dalam teori dan konsep keperawatan kemudian disamakan dengan
pandangan filosofis, maka pengetahuan keperawatan akan semakin maju dan pelayanan
keperawatan akan berkembang melalui kemampuan praktisi klinis dalam menggunakan
pengetahuannya untuk merubah pandangan, mengatur cara berpikir kritis, dan cara untuk
mengambil keputusan, bertindak, dan mencapai tujuan secara rasional.

Berdasarkan hal ini ilmu keperawatan digunakan sebagai ilmu, pedoman, dan dasar
dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien dengan berbagai tingkatan individu,
keluarga, kelompok bahkan sampai masyarakat luas guna meningkatkan derajat kesehatan
pasien tersebut. Sehingga bisa mampu merubah kondisi seseorang atau sekelompok orang dari
kondisi sakit menjadi sembuh dan yang sudah sehat dapat mempertahankan atau
mengoptimalkan derajat kesehatannya.

3.2 Pengembangan Sains Keperawatan Dan Hubungan Interaktif Dalam Riset Keperawatan
Perkembangan ilmu pengetahuan berbeda setiap disiplin ilmu baik dari perspektif
filosofis dan teoritis. Pemahaman ilmu keperawatan menurut Rogers mengarah pada
pemahaman baru yang diambil dari persepsi, pengalaman dan inovasi yang dikembangkan
untuk praktik dan penelitian keperawatan (Parker, 2000). Penelitian dasar berusaha
meningkatkan atau memajukan ilmu pengetahuan melalui penyelidikan sistematis tetang sebuah
subjek atau fonomena (Gradi, 2010).Riset dalam keperawatan memungkinkan peneliti
mempelajari prinsip dan hukum kehidupan, kesejahteraan dan fungsi optimal manusia dinilai
saat individu berinteraksi dengan lingkungan selama situasi krisis (Melanie, 2011).Riset
keperawatan merupakan penelitian suatu masalah yang diselesaikan secara sistematis untuk
memperoleh fakta baru atau pemecahan masalah dibidang keperawatan.Pengembangan ilmu
pengetahuan melalui riset keperawatan memberikan kontribusi yang sangat besar untuk
kemajuan dan perkembangan ilmu keperawatan.
Ilmu Keperawatan merupakan pengetahuan yang berfokus pada kesehatan manusia,
lingkungan yang mengacu pada sistem hubungan respon manusia dalam kesehatan dan
penyakit dari sudut pandang yang komprehensif (Grortner & Schultz, 1988, dikutip dari Parker,
2000). Secara umum, pengembangan ilmu keperawatan mencerminkan keterkaitan antara ilmu
keperawatan dan penelitian. Pengembangan pengetahuan melalui pendekatan tiga aspek
menurut Powers and Knapp (2006, dikutip dari Melanie, 2011): yaitu
1. Ontologi
Studi yang mengacu pada keberadaan sesuai kenyataan atau apa adanya.
2. Epistemiologi
Studi tentang ilmu pengetahuan dan cara mengetahuinya.
3. Metodologi
Sarana memperoleh pengetahuan.
Middle-range teori mengembangkan teori keperawatan dan paradigm serta menguji
secara empiris dan mereplikasi penelitian untuk pengembangan lebih lanjut dari pengetahuan
dasar keperawatan.Middle-range teori bersifat pragmatis yang membahas kondisi kesehatan saat
tertentu, populasi tertentu, lokasi tertentu, dan tindakan asuhan keperawatan. Perkembangan
teori ini memfasilitasi pemahaman atau pengetahuan antara teori, praktik keperawatan, dan
outcome atau hasil yang diperoleh pasien (Alligood, 2017).
Penelitian untuk menguji teori dapat dilakukan untuk mejatuhkan teori lama dan
memunculkan teori baru yang dapat dikembangkan sebagai upaya dalam menjelaskan fenomena
keperawatan yang lebih adekuat.Pengujian suatu teori keperawatan ditekankan pada hubungan
teori, riset, dan praktik untuk meningkatkan kesahihan dari riset yang dilakukan baik oleh
perawat ilmuan amaupun perawat praktisi. Kutipan penyataan Schlotfeldt bahwa perawat klinis
ilmuwan sendiri yang mengidentifikasi fenomena manusia yang merupakan focus utama praktik
keperawatan, dan menimbang permasalahan tentang pengetahuan yang diperlukan namun belum
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari (Alligood, 2017). Namun, penelitian keperawatan yang
dilakukan yang melibatkan manusia sebagai objek dalam penelitian memungkinkan interpretasi
yang berbeda karena manusia sebagai obejek penelitian itu bersifat kompleks.Sehingga temuan
hasil riset keperawatan tidak menjadi satu-satunya dasar dalam melakukan praktik keperawatan
(Fawcett, 2005).
Masa depan keperawatan tergantung bagaimana perawat sebagai praktisi dan ilmuan
mengembangangkan sains keperawatan melalui riset keperawatan yang dilakukan melalui
analisis fenomena yang ditemukan. Perawat sebaiknya mengembangkan ilmu pengetahuan
tentang keperawatan dan lebih peka dalam melihat fenomena yang terjadi dan
membandingkannya dengan teori yang ada.Ketika fenomena yang ditemukan berbeda dengan
teori yang ada hal ini berarti bahwa ada gap atau kesenjangan antara teori dan fakta yang
ditemukan.Melalui kesenjangan itu, perawat sebagai praktisi sekaligus ilmuwan yang memiliki
dasar teori keperawatan sebaiknya melakukan penelitian untuk mengetahui kebenaran atau fakta
baru terkait teori yang ada dan mengupdate ilmu baru dalam keperawatan.

3.3 Pengembangan Sains Keperawatan Dan Hubungan Interaktif Dalam Pendidikan


Keperawatan
Perkembangan keperawatan sebenarnya sudah dimulai sejak berdirinya sekolah
keperawatan di st.thomas Hospital London yang telah melahirkan keperawatan Modern dimana
pada waktu itu awal dari perjuangan Nightingale dalam praktik dan pendidikan keperawatan
professional di Amerika serikat pada awal abad kedua puluh (Kalisch, 2003; Nightingale,
1859/1969 dalam Alligood, 2010). Sejalan dengan perjalanannya lahirlah teori-teori
keperawatan yang merupakan komponen yang sangat penting untuk meningkatkan pengetahuan
dalam ilmu keperawatan terutama dalam pendidikan keperawatan guna untuk meningkatkan dan
mengembangkan keilmuan keperawatan profesional. Dimana suatu profesi dapat diakui secara
resmi jika dibangun berdasarkan kemampuannya untuk menghasilkan dan menerapkan suatu
teori(Alligood, 2010). Sejak ditemukannya empat konsep metaparadigma oleh Fawcett (1984)
yaitu manusia, lingkungan, kesehatan dan keperawatan.Model konsep ini berfungsi untuk
digunakan dalam kerangka menyususn kurikulum belajar di berbagai instansi pendidikan.
Pesatnya perkembangan sains keperawatan berpengaruh terhadap system pendidikan
keperawatan di Indonesia dimana teori-teori keperawatan digunakan sebagai acuan dalam
mengembangkan kurikulum keperawatan sehingga aktivitas belajar mengajar lebih terarah
sesuai dengan kebutuhan yang berorientasi pada pelayanan keperawatan.Model pembelajaran
yang dulunya berpusat pada teacher center learning sekarang sudah berubah menjadi student
center learning.Berkembangnya standar kompetensi dalam pendidikan yang diaplikasikan
dalam bentuk uji kompetensi saat ini bertujuan agar pendidikan keperawatan dapat
menghasilkan lulusan akademik yang profesional (Sitzman & Eichelberger, 2011).
Perkembangan Pendidikan terutama pendidikan keperawatan di Indonesia tidak luput
dari konsep dasar tridarma perguruan tinggi yang meliputi pengabdian masyarakat, pengajaran
dan penelitian.Tiga komponen ini yang terus menerus melahirkan ilmu-ilmu yang bermanfaat
terutama dalam keperawatan.Penekanan pengembangan dan pembinaan pendidikan tinggi
keperawatan lebih diarahkan pada upaya meningkatkan mutu pendidikan pada masa mendatang
sesuaiBerdasarkan UU Keperawatan no 38 tahun 2014, level keperawatan dibagi menjadi 4
yaitu perawat vokasional, profesional, spesialis dan konsulen.sehingga lulusan benar-benar
menunjukkan keterampilan mengusai ilmu keperawatan secara professional.
3.4 Pengembangan Sains Dan Hubungan Interaktif Antara Pendidikan, Pelayanan, Dan
Riset Keperawatan
Pengembangan sains kepererawatan tidak bisa terlepas dari interaksi antara pendidikan,
pelayanan dan riset di bidang keperawatan. Melalui pendidikan perawat mampu menampilkan
potensi yang dimiliki melalui praktik keperawatan maupun riset keperawatan. Pendidikan
keperawatan akan menghasilkan keluaran lulusan profesional yang memahami dengan jelas
ilmu keperawatan dan bagaimana pengaplikasiannya di masyarakat. Selain itu pendidikan
keperawatan menghasilkan luaran seperti hasil penelitian berupa karya ilmiah atau perawat
peneliti. Perawat yang melakukan praktik keperawatan akan menemui banyak fenomena-
fenomena yang terjadi di masyarakat yang berbeda dengan pehamaman dan pengetahuan yang
diperoleh saat menempuh pendidikan. Celah antara teori dan aplikasi yang berbeda akan
menjadi menjadi dasar perawat untuk melakukan penelitian. Hasil penelitian yang diperoleh
dapat berupa teori baru atau menjadi solusi dari permasalahan yang ada sehingga perawat dapat
memperluas pehamanan terkait ilmu dan praktik keperawatan. Pengembangan sains
keperawatan ini akan memunculkan suatu evidance base practis yang dapat diaplikasikan
dalam praktek keperawatan dan dikembangkan lagi melalui pendidikan dan riset keperawatan.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
4.1.1 Paradigma keperawatan dan model konseptual keperawatan dapat dijadikan sebagai dasar
arahan seorang perawat dalam menyikapi dan menyelesaikan permasalahan di lingkup
profesi keperawatan.
4.1.2 Falsafah keperawatan merupakan nilai yang menjadi dasar asuhan keperawatan dimana
manusia yang dipandang secara holistic dan menjadi focus setral untuk mencapai suatu
tujuan melalui berbagai pengembangan ilmu keperawatan.
4.1.3 Penekanan pengembangan dan pembinaan pendidikan tinggi keperawatan lebih diarahkan
pada upaya meningkatkan mutu pendidikan pada masa mendatang sesuai Berdasarkan UU
Keperawatan no 38 tahun 2014, level keperawatan dibagi menjadi 4 yaitu perawat
vokasional, profesional, spesialis dan konsulen. sehingga lulusan benar-benar menunjukkan
keterampilan mengusai ilmu keperawatan secara professional.
4.1.4 Riset keperawatan merupakan penelitian suatu masalah yang diselesaikan secara sistematis
untuk memperoleh fakta baru atau pemecahan masalah dibidang keperawatan.
Pengembangan ilmu pengetahuan melalui riset keperawatan memberikan kontribusi yang
sangat besar untuk kemajuan dan perkembangan ilmu keperawatan Pendidikan, pelayanan
dan riset keperawatan adalah satu kesatuan yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi
satu sama lain. Hal ini merupakan suatu mata rantai yang tidak boleh terputus agar
pengembangan sains terus berkembang untuk meningkatkan profesionalisme keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi.(2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.


Fawcett, J. (2005). Contemporary Nursing Knowledge : Analysis and Evaluation of Nursing Models
and Theories. 2nd ed. F.A. Davis Company: Philadelphia.
Alligood, Martha, R., Tomey, Ann, M. (2010). Nursing Theorist and Their Works,Seventh
Edition. St. Louis. Missouri: Mosby Elsivier.
Melanie, M.R. (2011). Theoritical basic for nursing (3rded.). China: Wolters Kluwer
Parse, Rosemarie Rizzo (1987) Nursing Sciene, Major Paradigm, Theories, and Critiques.
Philadelphia, W.B. Saunders Company.
Parker, M.E. (2005).Nursing theories and nursing practice (2nded.). Philadelphia: F.A. Davis
Company
Sitzman, K.L., & Eichelberger, L.W. (2011).Understanding the work of nurse theorists: A
creative beginning (2nd ed). Massachusetss: Jones and Bartlett Publisher.
Robbins, S.(2013). Organizational Behavior. Zhurnal Eksperimental noi Teoreticheskoi Fiziki.
http://doi.org/10.12737/447
Rustina, Y. (2014). Konstruktivisme dalam Keperawatan: Suatu Telaah Pengantar. Jurnal
Keperawatan Indonesia, 9(2).doi:http://dx.doi.org/10.7454/jki.v9i2.163
Roy, Callista L. (1995). Developing Nursing Knowledge: Practice Issued Raised from Four
Philosophical Perspectives. http://nsq.sagepub.com/content/8/2/79
Butts, Janie B, Karen L. Rich. (2011). Philosophies and Theories for Advances Nursing Practice.
Canada: Jones & Bartlett Learning.
Reed, Pamela G., Nelman B Crawford Shearer, Leslie H. Nicoll. (2004). Perspectives on Nursing
Theory. New York: Lippincott Williams & Wilkins.
Carol R. Taylor PhD MSN RN, Carol Lillis, Priscilla LeMone, Pamela Lynn-Fundamentals of
Nursing_ The Art and Science of Nursing Care-Lippincott Williams & Wilkins (2010).pdf
http://gen.lib.rus.ec/book/index.php?md5=853CD162C799797B018C31EABB3DA6BC.
Hidayat (2014) Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta Christina
L. Sieloff
Lgar, F., Stacey, D., Pouliot, S., Gauvin, F.-P., Desroches, S., Kryworuchko, J., Graham, I. D.
(2011). Interprofessionalism and shared decision-making in primary care: a stepwise
approach towards a new model. Journal of Interprofessional Care, 25(1), 1825.
https://doi.org/10.3109/13561820.2010.490502
McCurry, M. K., Revell, S. M. H., & Roy, S. C. (2010). Knowledge for the good of the individual
and society: linking philosophy, disciplinary goals, theory, and practice. Nursing
Philosophy, 11(1), 4252. https://doi.org/10.1111/j.1466-769X.2009.00423.x
Roy, C. (2011). Extending the Roy Adaptation Model to Meet Changing Global Needs. Nursing
Science Quarterly, 24(4), 345351. https://doi.org/10.1177/0894318411419210

Anda mungkin juga menyukai