Anda di halaman 1dari 9

88.

penyebab foetor ex nasi

1. Pembusukan sel-sel mati (benda-benda organik) atau korpus alienum oleh kuman saprofit.

2. Pembusukan sel-sel jaringan yang nekrotis, sebagai akibat dari :

a. Trauma, mengakibatkan kerusakan jaringan sampai matinya jaringan karena tidak


mendapat suplai darah. Terjadilah nekrosis dan infeksi sekunder sehingga timbul foetor.

b. Radang oleh iritasi fisik atau kimiawi.

c. Toksin bakteri.

d. Neoplasma maligna dengan bagian-bagian yang nekrotik.

89. apa yang dimaksud dengn tampon belloque, SR/SK, NAW, CWL, FESS, rinotomi lateral,
rinoplasti, konkotomi, ethmoidektomi, anrostomi ?

- Tampo bellocq : tampon yang mempunyai 3 utas benang, 1 utas di tiap ujung dan 1 utas di
tengah. Tampon harus dapat menutup koana (nares posterior). Tampon dibuat dari kasa padat
berbentuk bulat atau kubus dengan diameter sekitar 3 cm.

- SR/SK : Submucousa Ressection

Pada operasi ini mukoperikondrium dan mukoperiostium kedua sisi dilepaskan dari
tulang rawan dan tulang septum. Bagian tulang atau tulang rawan dari septum
kemudian diangkat, sehingga mukoperikondrium dan mukoperiosteum sisi kiri dan
kanan akan lansung bertemu di garis tengah.
Reseksi submukosa dapat menyebabkan komplikasi seperti terjadinya hidung pelana
(saddle nose) akibat turunnya puncak hidung, oleh karena bagian atas tulang rawan
septum terlalu banyak diangkat.
- NAW : Naso Antral Window
Nasoantral window adalah sebuah antrostomi yang dilakukan dengan cara membuat
lubang antara sinus maksilaris dan anteroinferior hidung. Kemudian sinus maksilaris
di pungsi pada daerah ini dengan menggunakan trokar begkok

- CWL : Caldwell-Luc
Caldwell-Luc adalah sebuah antrostomi yang dilakukan melalui fossa kanina melalui
insisi pada sulkus gingivobukal. Dimana pada prosedur ini meliputi pengangkatan
seluruhnya mukosa antrum dan pembukaan jendela nasoantral melalui meatus
inferior.
- FESS : Functional Endoscopic Sinus Surgery
FESS (Functional Endoscopic Sinus Surgery) adalah sebuah prosedur dengan
menggunakan endoskopi nasal ( menggunakan tekonologi lensa Hopkin ) melewati
kavum nasi untuk menghindari sayatan pada kulit. Endoskopi ini memiliki diameter
4mm ( untuk orang dewasa ) dan 2,7 mm ( untuk anak-anak ) dan memiliki sudut
yang bervariasi dari 0, 30, 45, 70, 90 dan 120. Memberikan iluminasi yang baik
di dalam kavum nasi dan sinus.
- Rinotomi lateral
Reseksi neoplasma hidung dan sinus paranasal adalah tindakan pembedahan
pengangkatan neoplasma hidung dan sinus paranasal, yaitu maksilektomi medial
rinotomi lateral, reseksi radikal maksila dengan eksenterasi orbita dan sebagian
etmoid, reseksi maksila termasuk dasar orbita dengan mempertahankan bola mata dan
maksilektomi parsial (maksilektomi infrastruktur dan maksilektomi suprastruktur).
- Rinoplasti
Rinoplasti adalah sebuah prosedur pembentukan hidung dengan membentuk tulang
dan tulang rawan hidung. Dengan rinoplasti, hidung dapat dibentuk lebih besar atau
lebih kecil dengan menambah atau mengurangi tonjolan tulang hidung; hidung yang
lebih lurus atau lebih tipis juga dapat diperoleh dengan membentuk tulang rawannya.
- Konkotomi
Konkotomi atau dikenal juga dengan istilah turbinektomi merupakan tindakan operasi
yang dilakukan untuk mengatasi sumbatan atau hambatan dari aliran udara yang
melewati hidung. Sumbatan pada hidung dapat menjadi sumber infeksi dan diperberat
jika adanya bahan alergi atau iritan yang masuk bersama udara yang dihirup.
Pembengkakan hebat pada konka akan menghambat aliran udara sehingga
memerlukan intervensi operatif. konka yang memegang perananan terpenting adalah
konka inferior dan paling sering mengalami permasalahan.
Operasi ini dapat dilakukan dengan pengangkatan secara partial atau total. Lapisan
dinding yg mandasari konka (mukosa) akan diusahakan agar dapat dipertahankan
semaksimal mungkin sekalipun konka harus diangkat seluruhnya. Partial atau total
bergantung dari kondisi konka dan hambatan yang terjadi.
- Ethmoidektomi
Ethmoidektomi adalah salah satu jenis operasi sinusitis yang diterapkan pada bagian
etmoid dengan cara mengikis gumpalan lendir yang mengeras di bagian etmoid atau
mengikis jaringan etmoid yang mengalami pertumbuhan abnormal (tumor)
- Antrostomi
Antrostomi yaitu membuat hubungan atau lubang di bawah pangkal konka inferior,
sehingga ada hubungan langsung antara sinus maksilaris dengan cavum nasi agar
pengaliran lendir atau sekret menjadi lebih baik.

90. Persarafan dan perdarahan rongga hidung

a. Persarafan hidung
1) Saraf motorik
Untuk gerakan otot-otot pernafasan pada hidung luar mendapat persarafan dari cabang
nervus fasialis.
2) Saraf sensoris
Bagian depan dan atas rongga hidung mendapat persarafan sensoris dari nervus
etmoidalis anterior, merupakan cabang dari nervus nasosiliaris, yang berasal dari
nervus ophtalmika (N. V-I). rongga hidung lainnya sebagian besar mendapat
persarafan sensoris dari nervus maksila melalui ganglion sfenopalatina
3) Saraf otonom
Ganglion sfenopalatinum, selain memberikan persarafan sensoris, juga memberikan
persarafan vasomotor atau otonom mukosa hidung. Ganglion ini menerima serabut
parasimpatis dari nervus petrosus profundus. Ganglion sfenopalatinum terletak di
belakang dan sedikit di atas ujung posterior konka media.
4) Nervus olfaktorius (penciuman)
Nervus olfaktorius turun melalui lamina kribriformis dari permukaan bawah bulbus
olfaktorius dan kemudian berakhir pada sel-sel reseptor penghidu pada mukosa
olfaktorius di daerah sepertiga atas hidung
b. Pendarahan hidung
1) Bagian atas rongga hidung mendapat pendarahan dari a.etmoid anterior dan
posterior yang merupakan cabang dari a.oftalmikus, sedangkan a.oftalmikus berasal
dari a.karotis interna.
2) Bagian bawah rongga hidung mendapat pendarahan dari cabang a.maksila
interna.
3) Bagian depan hidung mendapat pendarahan dari a.fasialis.
4) Pada bagian depan septum terdapat anastomosis dari cabang-cabang
a.sfenopalatina, a.etmoidalisanterior, a.labialis superior dan a.palatina mayor, yang
disebut pleksus kiesselbach. Pleksus kiesselbach letaknya superficial dan mudah
cedera oleh trauma, sehingga sering menjadi sumber epistaksis
5) Vena-vena hidung mempunyai nama yang sama dan berjalan berdampingan
dengan arterinya. Vena di vestibulum dan struktur luar hidung bermuara ke vena
ophtalmika superior yang berhubungan dengan sinus kavernosus.

91. Vestibulitis adalah suatu peradangan atau infeksi pada kulit vestibulum. Biasanya terjadi
karena iritasi dari sekret dari rongga hidung (rinore) akibat inflamasi mukosa yang
menyebabkan hipersekresi sel goblet dan kelenjar seromusinosa bisa juga akibat trauma.

- Tanda dan gejala

Gejala gejala yang dapat ditemukan antara lain ditemukan antara lain adanya rasa nyeri,
kemerahan, atau benjolan pada lubang hidung bagian depan. Jika infeksi menyebar, maka
kulit bisa menjadi sangat merah, membengkak, dan panas. Infeksi yang mengenai sinus
kavernosus bisa menyebabkan pembengkakan atau penonjolan mata, penglihatan ganda, atau
penurunan penglihatan.

- Penatalaksanaan
Non medikamentosa
a) Menghindari kebiasaan mengorek hidung
b) Menjaga higiene
c) Tidak memencet atau melakukan insisi bila ada bisul
Medikamentosa
d) Pemberian antibiotik topikal, seperti pemberian salep antibiotik bacitrasin dan
polmiksin B serta antibiotik oral. Antibiotik diberikan dalam 7-10 hari, dengan
pemberian Amoxicilin 500mg, 3x/hari, Cephalexin 250 500 mg, 4x/hari, atau
Eritromisin 250 500 mg, 4x/hari.
e) Insisi dilakukan pada bisul yang besar untuk mengeluarkan isinya.
92. Sintopi
Cavum nasi atau rongga hidung memiliki syntopi sebagai berikut :
6) Di bagian Superior berbatasan dengan sinus frontalis, fossa crania inferior,
sinus sphenoidalis, dan fossa crania media
7) Di bagian Inferior berbatasan dengan cavitas oris yang dipisahkan oleh
palatum durum.
8) Di bagian Anterior berhubungan dengan dunia luar melalui nares anterior /
nosethrill
9) Di bagian Posterior behubungan dengan nasopharynx melalui nares posterior /
aperture posterior / coanae. Coanae memiliki batas2 yakni :
a) Batas medial : os.vomer
b) Batas inferior : lamina horizontalis os. Palatinum
c) Batas lateral : lamina pterygoidea
d) Batas superior : corpus os. Sphenoidale
10) Di sebelah Anterolateral dibatasi oleh nasus externus
11) Di sebelah Posterolateral dibatasi oleh Orbita, sinus maxillaris, sinus
ethmoidales, fossa pterygopalatina, fossa pterygoidea.
c. Skletopi
1) Di bagian atap dibentuk oleh cartilagines nasi, os. Nasale, proc. nasalis os.
Frontalis, lamina et foramina cribosa os. Ethmoidale, dan corpus os.sphenoidale
2) Di bagian dasar dibentuk oleh processus palatines os.maksillare dan lamina
horizontalis os.palatinum yang membentuk palatum durum yang memisahkan cavum
nasi dengan cavum oris.
3) Dinding medial atau septum nasi dari anterior ke posterior tersusun atas
cartilage septi nasi, lamina perpendicularis os. Ethmoidale dan os.vomer
d. Dinding lateral cavum nasi dibentuk oleh os.nasale, os. Maxilla, os. Lacrimale,
labyrinthus et conchae os. Ethmoidale, concha nasalis inferior, dan lamina Syntopi
Nasopharynx(Nasofaring)/ Epifaring (Epipharynx)

Nasopharynx memiliki syntopi :


1) ventral : choanae (nares posterior), menghubungkan pharynx dg cavum nasi
2) superior : bassis crania
3) belakang : vertebrae cervical yg dipisahkan oleh fascia prevertebrae dan m.
capitis
4) lateral : dinding medial leher
5) inferior : palatum mole
e. Syntopi Oropharynx
Oropharynx memiliki syntopi sbg berikut :
1) superior : nasopharynx (isthmus nasopharynx, palatum mole)
2) ventral : cavum oris propia dg arcus palatopharynx dan uvulae
3) dorsal : Vertebrae Cervical II III
4) Lateral : dinding medial leher
5) Inferior : tepi atas epiglottis, basis linguae
f. Syntopi Laringofaring (Laringopharynx)/ Hipofaring (Hipopharynx)
Laringopharynx memiliki syntopi :
1) Superior : oropharynx (setinggi tepi atas epiglottis)
2) Ventral : tepi belakang epiglottis, additus laryngis
3) Dorsal : vertebrae cervical III VI
4) Lateral : dinding lateral leher
5) Inferior : portae esophagus

6) pterygoideus medialis os. Sphenoidale


g. 93. Syntopi Nasopharynx(Nasofaring)/ Epifaring (Epipharynx)
Nasopharynx memiliki syntopi :
1) ventral : choanae (nares posterior), menghubungkan pharynx dg cavum nasi
2) superior : bassis crania
3) belakang : vertebrae cervical yg dipisahkan oleh fascia prevertebrae dan m.
capitis
4) lateral : dinding medial leher
5) inferior : palatum mole
h. Syntopi Oropharynx
Oropharynx memiliki syntopi sbg berikut :
1) superior : nasopharynx (isthmus nasopharynx, palatum mole)
2) ventral : cavum oris propia dg arcus palatopharynx dan uvulae
3) dorsal : Vertebrae Cervical II III
4) Lateral : dinding medial leher
5) Inferior : tepi atas epiglottis, basis linguae
i. Syntopi Laringofaring (Laringopharynx)/ Hipofaring (Hipopharynx)
Laringopharynx memiliki syntopi :
1) Superior : oropharynx (setinggi tepi atas epiglottis)
2) Ventral : tepi belakang epiglottis, additus laryngis
3) Dorsal : vertebrae cervical III VI
4) Lateral : dinding lateral leher
5) Inferior : portae esophagus

94. M. Constrictor pharyngis superior

a. M. Constrictor pharyngis media


b. M. Constrictor pharyngis inferior
c. M. Levator pharyngis

95. Pembuluh darah :


a. Pharyngea ascendens
b. Palatina ascendens
c. Thyroidea inferior
d. Vv. Pharyngeae
e. Vv. Meningeae
Saraf :
a. Plexus pharyngealis
b. N. Pharyngeus
c. N. Maxillaris
d. N. Glossopharyngeus
e. N. Vagus

Anda mungkin juga menyukai