Anda di halaman 1dari 34

PRESENTASI KASUS

GONORE

Disusun Oleh :
Gembong Satria Mahardhika
G4A016083

Pembimbing :
dr. Ismiralda Oke Putranti, Sp.KK

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
PURWOKERTO

2018
HALAMAN PENGESAHAN

Telah dipresentasikan dan disetujui presentasi kasus yang berjudul:


“GONORE”

Disusun oleh :

Gembong Satria Mahardhika


G4A016083

Presentasi kasus ini telah dipresentasikan dan disahkan sebagai salah satu tugas di
bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

Purwokerto, Februari 2018

Pembimbing,

dr. Ismiralda Oke Putranti, Sp. KK


NIP. 19790622 201012 2 001
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan atas berkat rahmat dan
anugerahnya sehingga penyusunan presentasi kasus dengan judul “Gonore” ini
dapat diselesaikan. Presentasi kasus ini merupakan salah satu tugas di SMF Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan laporan
kasus ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penyusun mengharapkan saran
dan kritik untuk perbaikan penulisan di masa yang akan datang. Tidak lupa
penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. dr. Ismiralda Oke Putranti., Sp.KK selaku dosen pembimbing


2. Dokter-dokter spesialis kulit dan kelamin SMF Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin di RSUD Margono Soekarjo
3. Rekan-rekan Dokter Muda Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin atas
semangat dan dorongan serta bantuannya.
Semoga presentasi kasus ini bermanfaat bagi semua pihak yang ada di dalam
maupun diluar lingkungan RSUD Margono Soekarjo.

Purwokerto, Februari 2018

Penyusun
I. PENDAHULUAN

Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah infeksi yang ditularkan melalui


hubungan seksual, walaupun tidak ada gejala yang timbul di alat kelamin. Infeksi
menular seksual akan lebih berisiko bila melakukan hubungan seksual dengan
berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal. IMS perlu
mendapatkan perhatian karena dapat menyebabkan infeksi alat reproduksi yang
serius. Bila tidak diobati secara tepat, infeksi dapat menjalar dan menyebabkan
penderitaan, sakit berkepanjangan, kemandulan, dan bahkan kematian. Untuk
remaja perempuan, resiko untuk terkena IMS lebih besar dari pada laki-laki sebab
alat reproduksinya lebih rentan. Seringkali berakibat lebih parah karena gejala awal
tidak segera dikenali, sedangkan penyakit menjadi lebih parah. (Nyoman, 2011)

Gonore ditemukan oleh Neisser pada tahun 1879 dan baru diumumkan pada
tahun 1882. Kuman Neisseria gonorrhoeae dimasukkan dalam kelompok
Neisseria. Selain spesies itu, terdapat 3 spesies lain, yaitu N meningitidis dan 2
lainnya yang bersifat komensal N, catarrhalis serta N. Pharyngis sicca. Keempat
ini susah dibedakan kecuali dengan tes fermentasi. (Fahmi, 2015)

Gonore adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri.


Neisseria gonorhoeae yang menginfeksi lapisan dalam saluran kandung kemih,
leher rahim, rektum, tenggorokan, serta bagian sklera. Penyakit gonore ini dapat
menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lainnya terutama pada kulit dan
persendian. (Clevere, 2013)

Gonore pertama kali ditemukan pada pertengahan tahun 1970-an dan dengan
cepat meluas keberbagai negara didunia. Di afrika barat dan timur, tempat pertama
kali ditemukan tetap merupakan endemik dan didapatkan pada lebih sepertiga
isolat. Survei di Filipina melaporkan sebanyak 30-40%, dan terutama ditemukan
pada pekerja seks komersial. Di Jakarta mulai dilaporkan pada tahun 1980 dan
sampai sekarang. Di kota besar NGPP (N. Gonorrhoeae penghasil penisillin
terdapat sekitar 40-60% sedangkan di kota-kota kecil sampai saat ini belum
diperoleh data mengenai hal itu. (Fahmi, 2015)
II. LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
Nama : Tn Y
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 20 tahun
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
Alamat : Banjarnegara
Tanggal Pemeriksaan : Selasa, 6 Februari 2018
Metode Anamnesis : Autoanamnesis
B. Anamnesis
1. Keluhan Utama
Keluar nanah dari saluran kencing.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien Tn. Y, laki-laki 20 tahun, datang ke Balai Pengobatan Puskesmas I
Baturaden pada tanggal 6 Februari 2018 sekitar pukul 11.00 WIB dengan
dengan keluhan keluar nanah dari saluran kencing sejak 2 hari yang lalu,
nanah yang keluar tersebut keluar bewarna putih kekuningan. Nanah tidak
disertai darah dan tidak berbau, keluar menetes tanpa disadari pasien. Pasien
juga merasa nyeri saat buang air kecil dan ujung kemaluan terasa panas dan
gatal. Awalnya pasien merasakan sakit dan panas saat buang air kecil, dan
kemudian nanah mulai keluar dari saluran kencingnya. Keluhan dirasa
mengganggu aktivitas sehari-hari, karena pasien beberapa kali harus
mengganti celana dalamnya. Keluhan nyeri saat kencing dirasakan terus
menerus. Pasien mempunyai riwayat kontak seksual dengan pasangan 5 hari
yang lalu. Pasien mengaku sering berganti-ganti pasangan. Pasangan yang
terakhir melakukan hubungan seksual dengan pasien mengakui mempunyai
keluhan yang sama. Keluhan yang sama diakui oleh pasangan pasien setelah
melakukan hubungan seksual. Pada saat melakukan hubungan seksual, pasien
mengakui tidak menggunakan pengaman (kondom) dan pasien juga belum
pernah sebelumnya mengalami keluhan seperti ini dan untuk pertama kalinya
datang berobat.

3. Riwayat Penyakit Dahulu


a. Riwayat keluhan yang sama sebelumnya disangkal
b. Riwayat penyakit kulit sebelumnya disangkal
c. Riwayat alergi makanan disangkal
d. Riwayat asma disangkal
e. Riwayat tekanan darah tinggi (hipertensi) dan kencing manis (diabetes
melitus) disangkal
f. Riwayat rawat inap di rumah sakit disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga
a. Riwayat keluhan yang sama dengan pasien disangkal
b. Riwayat alergi obat, makanan, dan debu disangkal
c. Riwayat penyakit asma pada keluarga disangkal
5. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien merupakan seorang pelajar yang tinggal bersama orangtua dan
kedua adiknya. Pasien bertempat tinggal di Banjarnegara, namun beberapa
hari ini pasien sedang menemani teman pasien bekerja di daerah sekitar
Baturaden sebagai supir ojek.
C. Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalis
Keadaaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Antropometri : BB: 54 kg, TB: 165 cm IMT : 20 (Normal)
Vital Sign : Tensi : 120/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
Pernafasan : 20x/menit
Suhu : 36,8°C
Kepala : Mesochepal, simetris, rambut hitam, distribusi merata
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Simetris, deviasi septum (-), sekret (-), discharge (-)
Telinga : Simetris, sekret (-), discharge (-)
Mulut : Mukosa bibir dan mulut lembab, sianosis (-),
Tenggorokan : T1 – T1 tenang, tidak hiperemis
Thorax : Simteris. Retraksi (-)
Jantung : BJ I-II regular, gallop (-), murmur (-).
Paru : SD vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-)
Abdomen : Datar, supel, timpani, BU (+) normal
Kelenjar Getah Bening : tidak teraba pembesaran.
Ekstremitas : Akral hangat, edema , sianosis
2. Status Dermatologi dan Venereologi
a. Lokasi
Orifisium uretra eksterna
b. Penyebaran
Regional
c. Efloresensi
Discharge mukopurulen, eritema

D. Pemeriksaan Penunjang
Pewarnaan Gram menggunakan larutan Methylene Blue

Gambar 3. Pemeriksaan mikroskopis pewarnaan Gram


E. Resume
Pasien Tn. Y, laki-laki 20 tahun, datang ke Balai Pengobatan Puskesmas
I Baturaden pada tanggal 6 Februari 2018 sekitar pukul 11.00 WIB dengan
dengan keluhan keluar nanah dari saluran kencing sejak 2 hari yang lalu, nanah
yang keluar tersebut keluar bewarna putih kekuningan. Nanah tidak disertai
darah dan tidak berbau, keluar menetes tanpa disadari pasien. Pasien juga
merasa nyeri saat buang air kecil dan ujung kemaluan terasa panas dan gatal.
Awalnya pasien merasakan sakit dan panas saat buang air kecil, dan kemudian
nanah mulai keluar dari saluran kencingnya. Keluhan nyeri saat kencing
dirasakan terus menerus dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Pasien
mempunyai riwayat kontak seksual dengan pasangan 5 hari yang lalu. Pasien
mengaku sering berganti-ganti pasangan.
Pasien belum pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya.
Riwayat alergi makan disangkal. Riwayat asma pada pasien disangkal.
Riwayat darah tinggi (hipertensi) disangkal. Keluarga tidak pernah mengalami
keluhan seperti pasien.
Pasien merupakan seorang pelajar yang tinggal bersama orangtua dan
kedua adiknya. Pasien bertempat tinggal di Banjarnegara, namun saat ini
pasien sedang menemani teman pasien bekerja di daerah sekitar Baturaden
sebagai supir ojek.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien baik, BB 54
kg dan TB 165 cm. Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal. Pemeriksaan
status lokalis didapatkan discharge mukopurulen dan eritema pada orifisium
uretra eksterna Berdasarkan anamnesis, gambaran klinis, dan pemeriksaan
penunjang yang ditemukan pada pasien maka dapat ditegakkan diagnosis
gonore.
F. Diagnosis Kerja
Gonore
G. Diagnosis Banding
1. Infeksi Genital Non Spesifik
H. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
- Terapi antibiotik gonore
a. Seftriakson 125 mg im SD atau
b. Sefiksim 400 mg oral SD atau
c. Siprofloksasin 500 mg oral SD atau
d. Ofloksasin 400 mg oral SD
- Terapi antibiotik klamidia
a. Doksisiklin 2x100 mg/hr 7 hr atau
b. Azitromisin 1000mg SD
2. Non medikamentosa
a. Melakukan test terhadap HIV dan kemungkinan IMS lainnya
3. Edukasi
a. Penjelasan mengenai penyakit, berupa penyebab, cara penularan,
pengobatan, pencegahan dan komplikasi
b. Menyarankan pasangan pasien untuk berobat
c. Mengganti celana dalam minimal 2 kali sehari
d. Pasien diminta agar tidak melakukan hubungan pasutri untuk sementara
waktu
e. Menghindari perilaku hubungan seksual yang berganti-ganti pasangan
f. Menggunakan kondom sebagai alat pengaman untuk pencegah infeksi
pada saat berhubungan

I. Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam
Qua ad comesticam : ad bonam
III. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Gonore adalah semua penyakit yang disebabkan oleh Neisseria
gonorrhoeae, infeksi purulen ini terjadi pada permukaan membran mucosa.
N. gonorrhoeae disebarkan oleh kontak seksual atau melewati transmisi
selama melahirkan. CDC (The Center for Disease Control)
merekomendasikan bahwa pasien dengan infeksi gonorrhea juga harus
diobati dengan infeksi yang menyertai misalnya Chlamydia trachomatis.
(Fahmi, 2015)
Gonore adalah penyakit infeksi yang menular secara seksual yang
dapat menginfeksi pria dan wanita. Penyakit ini dapat menginfeksi genital,
rectum, dan tenggorokan. Ini merupakan infeksi umum, terutama pada anak
muda berumur 15-24 tahun, setiap orang yang aktif seksual dapat menderita
gonore. Banyak orang yang menderita gonore tidak menyadarinya
khusunya wanita yang tidak mempunyai gejala. Gonore dapat disembuhkan
dengan pengobatan yang tepat dan apabila tidak diobati maka dapat
menimbulkan masalah kesehatan yang serius. (CDC, 2015)

B. Epidemiologi
Gonore adalah penyakit terbanyak kedua yang ditemukan di
amerika serikat, penyakit ini mempunyai prevalensi yang tinggi pada negara
berkembang (Goldsmith,2015). Gonore adalah penyakit yang hanya
ditemukan pada manusia dan mempunyai adaptasi paling tinggi pada
ekologi setempat. (Tapsall, 2005)
Estimasi infeksi gonore baru di USA(United States American)
dengan kurang dari setengah dilaporkan. Pada tahun 2009, 301.174 kasus
gonore yang dilaporkan ke CDC(Center for Disease Control dan
Prevention) US. Rata-rata negara pada tahun 2009 adalah 99.1% kasus per
100.000 populasi, 10.5% menurun pada tahun 2008 dengan variasi antar
negara. Beberapa ahli mengestimasi biaya gonore dan komplikasinya
mencapai 1.1 milyar.Pada anak yang terlibat kekerasan seksual, rata-rata
penyembuhan gonore berkisar antara 1% sampai 30%. Pada wanita remaja
yang aktif seksual, asimtomatik gonore muncul 1-5%. Tapi jumlah ini
semakin menurun dengan adanya screening. Dengan estimasi 200 juta kasus
baru gonore muncul. Pada tahun 1999, jumlah kasus baru infeksi gonore
yang didiagnosa di amerika utara adalah 1.56 juta, eropa barat 1.11 juta, asia
selatan dan tenggara adalah 27.2 juta serta amerika latin dan Karibia adalah
7.27 juta. Walaupun data frekuensi tidak diketahui pada negara
berkembang, negara berkembang inilah yang mempunyai frekuensi tinggi
infeksi gonore dan komplikasinya. Infeksi gonore pada wanita hamil di
Republik Afrika dan Afrika selatan adalah 3.1% dan 7.8%. Semua populasi
yang aktif seksual mempunyai resiko infeksi gonore dan level resikonya
bertambah dengan jumlah patner seksual dan adanya Infeksi menular
seksual lainnya. (Wong, 2015)
Walaupun ras tidak mempunyai efek intrinsik terhadap infeksi
gonore, frekuensi di Amerika serikat bertambah pada individu dengan status
sosial ekonomi rendah, populasi yang minoritas. Ini mungkin karena
kurangnya akses dalam mendiagnosis dan terapi. Kurangnya pelayanan
kesehatan yang baik, yang membuat tingkat infeksi bertambah. Pada
kelompok suku lain, jumlah rata-rata dari 2002 sampai 2006 bertambah,
22.8% di Amerika Indian/ Alaska. 17.7% di whites dan 11.8% untuk suku
hispanik. Serta suku asia dengan 1.4%. (Wong, 2015)
Rasio antara pria dan wanita adalah 1:1.2, namun, wanita biasanya
asimtomatik. Wanita yang umurnya lebih muda dari 25 tahun mempunyai
resiko paling tinggi infeksi gonore. Pria yang melakukan hubungan seks
dengan pria biasanya telah terinfeksi oleh gonore dan mempunyai
kemungkinan rata-rata yang sangat tinggi dalam resistan antibiotik terhadap
bakteri. Pada tahun 1980, prevalansi antara pria dan wanita sudah hampir
sama pada semua kelompok umur. (Goldsmith et al., 2012)
C. Etiologi
Gonore disebabkan oleh bakteri Gonococcus yang intraselular,
aerob dan mempunyai 4 spesies yaitu N. gonorrhoeae, N. menigitidis, N.
pharyngis,dan N. catarrhalis. Bakteri ini pertama kali ditemukan pada
tahun 1879 oleh Albert Ludwig Sigismund Neisser. Gonokok termasuk
golongan diplococcus berbentuk biji kopi berukuran lebar 0,8u dan panjang
1,6u bersifat tahan asam dan berpasangan. Pada sediaan langsung dengan
pewarnaan gram bersifat Gram negatif terlihat diluar dan didalam leukosit,
tidak tahan lama diudara bebas, cepat mati dalam keadaan kering, tidak
tahan suhu diatas 39ºC dan tidak tahan cairan desinfektan. (Wong, 2015)
Secara morfologik gonococcus ini terdiri atas 4 tipe, yaitu tipe 1 dan
2 yang mempunyai pili yang bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang tidak
mempunyai pili dan bersifat nonvirulen. Banyak faktor yang memediasi
virulensi dan patogenitas gonococcus. Pili akan melekat pada mukosa epitel
kuboid yang akan menimbulkan reaksi radang dan mencegah hancurnya
oleh neutrofil. Infeksi biasanya diikuti oleh inokulasi mukosa selama kontak
seksual anal, vaginal dan oral.OPA (Opacity-associated protein)
meningkatkan ikatan antara gonokok dan fagosit, mempromosikan invasi
ke sel host dan biasanya dapat menurunkan reaksi imun. (Wong, 2015)
Gonore juga dapat ditularkan secara vertikal dari ibu ke anak selama
proses kelahiran vaginal, karateristiknya akan menyebabkan infeksi mata
dan inflamasi. (ophthamia neonatorum). (Goldsmith et al., 2012)

D. Patogenesis
Patofisiologi N. gonorrhoeae dan virulen lainnya berbeda subtipe
tergantung pada karateristik antigen pada permukaan protein masing-
masing. Beberapa subtipe dapat menghindari respon serum imun dan dapat
mengarahkan ke infeksi diseminata (sitemik) (Wong, 2015). Pasien yang
mengalami penyakit ini biasanya mempunyai masa inkubasi 2-7 hari, tapi
bisa lebih (Chandra, 2013). Karateristik plasmid baik biasanya membawa
gen resisten antibiotik, yang paling banyak ditemukan adalah penicillin.
Gen plasmid dan nonplasmid ditransmisikan secara bebas diantara subtipe
berbeda. Perubahan gen protein permukaan menghasilkan tempat infeksi
yang baik. perubahan gen resisten antibiotik telah mengarahkan ke resisten
antibiotik beta lactam. Resisten Fluoroquinolone telah didokumentasikan
pada beberapa pulau dan tersebar pada populasi di amerika serikat. (Wong,
2015)
Gonococcus mempunyai afinitas untuk epitelium
columnar.Epitelium berlapis dan pipih lebih resisten terhadap serangan.
Gonococcus mempenetrasi diantara sel epitelial, menyebabkan inflamasi
submucosa dengan reaksi leukosit polymorphonuclear (PMN) dengan
pengeluaran purulen. Rantai gonococcus yang menyebabkan infeksi
diseminata biasanya menyebabkan sedikit inflamasi genital dan biasanya
tidak ditemukan saat di deteksi. Kebanyakan tanda dan gejala infeksi
diseminata adalah manifestasi pembentukan dan penyimpanan imun
kompleks. Banyak infeksi yang tersebar biasanya dengan abnormalitas
faktor utama komponen komplemen. (Wolff, 2013)
Infeksi gonore Diseminata (DGI/IGD) muncul diikuti sekitar 1%
dari infeksi genital. Pasien dengan DGI biasanya akan ada panas,
arthralgias, ruam, migratory polyarthritis, septic arthritis, tendonitis,
tenosynovitis, endocarditis dan meningitis. Organisme N. Gonorrhoeae
menyebar dari tempat awal seperti endocerviks, uretra, faring atau rectum
dan diseminata pada darah untuk menginfeksi organ lain. Biasanya,
beberapa tempat masuk, seperti kulit dan sendi telah terinfeksi. Organisme
neisseria diseminata pada darah karena beberapa faktor predisposisi seperti
perubahan fisiologi host, faktor virulen organisme sendiri, dan kegagalan
pertahanan imun host. Contohnya perubahan pH vagina selama menstruasi,
kehamilan dan periode puerperium membuat lingkungan vagina lebih
mudah untuk pertumbuhan organisme dan menyediakan akses tambahan ke
pembuluh darah (3 dari 4 kasus DGI muncul pada wanita, mudahnya
terinfeksi bertambah ketika infeksi primer mukosa muncul selama
menstruasi dan kehamilan (Wong, 2015). Gangguan pada imun tubuh juga
dapat mempengaruhi patofisiologi, dengan beberapa pasien akan
mengembangkan bakterimia. Khusunya, pasien dengan defisiensi
komponen komplemen terminal yang tidak mampu melawan infeksi,
sebagai komplemen berperan penting dalam membunuh organisme
neisseria. Sebanyak 13% pasien dengan DGI mempunyai defisiensi
komplemen. (Chandra, 2013)

E. Manifestasi Klinis
Masa tunas gonore sangat singkat, pada pria umumnya berkisar antara 2-5
hari, kadang-kadang lebih lama. Pada wanita masa tunas sulit untuk
ditentukan karena pada umumnya asimtomatik. (Fahmi, 2015)

Gambar 1. Purulen, discharge uretra dari distal uretra (Goldsmith et al., 2012)

Pada pria, presentasi paling umum adalah discharge uretra purulen,


90% akan berkembang menjadi urethritis dalam kurun waktu 5 hari
sedangkan pada wanita biasanya asimtomatik, ketika gejala muncul, ini
biasanya >14 hari setelah terpapar. Jika tidak di obati maka akan
menyebabkan pembentukan absses dan infeksi gonore diseminata. (Wolff,
2013)
Masa inkubasi sangat singkat, pada laki-laki 2-5 hari, kadang –
kadang lebih lama dan hal ini disebabkan karena penderita telah
mengobati diri sendiri, tetapi dengan dosis yang tidak cukup atau gejala
sangat samar sehingga tidak diperhatikan oleh penderita.pada wanita masa
tunas sulit ditentukan karena pada umumnya asimtomatik. (Fahmi, 2015)
Beberapa pria dengan gonorrhoeae biasanya tidak memiliki sindrom, tapi
ada beberapa gejala contohnya (CDC, 2015):
- Sensasi terbakar diperiksa saat buang air kecil;
- Disharge putih, kuning atau hijau dari penis.
- Rasa sakit pada testis yang membengkak (walaupun agak jarang).
Gejala pada wanita adalah sebagai berikut:
- Rasa sakit dan sensasi terbakar ketika buang air kecil.
- Menambahkan discharge
- Perdarahan vagina diantara periode.
Gejala pada pria dan wanita:
- Gatal pada wanita
- Kering teggorongan:
- perdarahan;
- pergerakan usus yang sakit.

F. Penegakkan Diagnosis
Penegakan diagnosis dilakukan dengan cara yaitu anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (Daili, 2009).
1. Anamnesis
Pertanyaan yang diajukan kepada pasien dengan dugaan IMS gonorrhoeae
meliputi:
a. Keluhan dan riwayat penyakit saat ini.
b. Keadaan umum yang dirasakan.
c. Pengobatan yang telah diberikan, baik topikal ataupun sistemik
dengan penekanan pada antibiotik.
d. Riwayat seksual yaitu kontak seksual baik di dalam maupun di luar
pernikahan, berganti-ganti pasangan, kontak seksual dengan pasangan
setelah mengalami gejala penyakit, frekuensi dan jenis kontak
seksual, cara melakukan kontak seksual, dan apakah pasangan juga
mengalami keluhan atau gejala yang sama.
e. Riwayat penyakit terdahulu yang berhubungan dengan IMS atau
penyakit di daerah genital lain.
f. Riwayat penyakit berat lainnya.
g. Riwayat keluarga yaitu dugaan IMS yang ditularkan oleh ibu kepada
bayinya.
h. Keluhan lain yang mungkin berkaitan dengan komplikasi IMS,
misalnya erupsi kulit, nyeri sendi dan pada wanita tentang nyeri perut
bawah, gangguan haid, kehamilan dan hasilnya.
i. Riwayat alergi obat.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan kepada pasien harus
memperhatikan hal penting seperti kerahasiaan pribadi pasien. Pada
pasien pria, organ reproduksi lebih mudah diraba. Mula-mula inspeksi
daerah inguinal dan raba adakah pembesaran kelenjar dan catat
konsistensi, ukuran, mobilitas, rasa nyeri, serta tanda radang pada kulit
di atasnya. Pada waktu bersamaan, perhatikan daerah pubis dan kulit
sekitarnya, adanya pedikulosis, folikulitis atau lesi kulit lainnya.
Lakukan inspeksi skrotum, apakah asimetris, eritema, lesi superfisial
dan palpasi isi skrotum dengan hati-hati. Perhatikan keadaan penis
mulai dari dasar hingga ujung. Inspeksi daerah perineum dan anus
dengan posisi pasien sebaiknya bertumpu pada siku dan lutut (Daili,
2009).
Pada pasien wanita, pemeriksaan meliputi inspeksi dan palpasi
dimulai dari daerah inguinal dan sekitarnya. Untuk menilai keadaan di
dalam vagina, gunakan spekulum dengan informed consent kepada
pasien terlebih dahulu. Lakukan pemeriksaan bimanual untuk menilai
ukuran, bentuk, posisi, mobilitas, konsistensi dan kontur uterus serta
deteksi kelainan pada adneksa (Daili, 2009).
3. Pemeriksaan penunjang
Pengambilan bahan duh tubuh uretra pria, dapat dilakukan
dengan menggunakan lidi kapas yang dimasukkan ke dalam uretra.
Sedangkan pengambilan duh tubuh genital pada wanita dilakukan
dengan spekulum dan mengusapkan kapas lidi di dalam vagina dan
kemudian dioleskan ke kaca objek bersih (Daili, 2009).
a. Pemeriksaan Gram
Pemeriksaan Gram dengan menggunakan sediaan langsung
dari duh uretra memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi
terutama pada duh uretra pria, sedangkan duh endoserviks memiliki
sensitivitas yang tidak begitu tinggi. Pemeriksaan ini akan
menunjukkan N.gonorrhoeae yang merupakan bakteri gram negatif
dan dapat ditemukan baik di dalam maupun luar sel leukosit (Daili,
2009).
Pada pewarnaan Gram dapat ditemukan bakteri gram negatif
diplococcus intraseluler dan ekstraseluler dalam leukosit PMN pada
eksudat. Bahan duh tubuh pria diambil dari fossa navicularis
sedangkan pada wanita diambil dari uretra, muara kelenjar
bartholin., serviks, untuk pasien dengan anamnesis berisiko
melakukan kontak seksual anogenital dan orogenital, maka
pengambilan duh tubuh dilakukan pada faring dan rektum.
Sensitivitas pemeriksaan langsung ini bervariasi, pada spesimen duh
uretra pria sensitivitasnya berkisar 90-95%, sedangkan pada
endoserviks sensitivitasnya hanya berkisar antara 45-65%, dengan
spesifitasnya yang tinggi yaitu 90-99%. GO dikatakan positif bila
dijumpai adanya diplokokus gram nrgatif dengan bentuk
morfologinya yang khas dan biasanya terdentifikasi di dalam sel
leukosit polimorfonuklear (intraselular) maupun dekat di sekitar sel
leukosit (ekstraselular). (Afriana, 2012)
Gambar 2. Neisseria gonorrhoeae diplokokus gram (-) dengan leukosit
PMN (Goldsmith et al., 2012)

b. Kultur
Identifikasi spesies perlu dilakukan pemeriksaan biakan
(kultur). 2 macam media yang dapat digunakan:
1. Media transport: Media stuart dan Transgrow
2. Media pertumbuhan: Mc Leod’s chocolate agar, Thayer Martin,
dan Modified Thayer Martin agar.
Media transgrow selektif dan nutritif untuk N. gonorrhoeae dan N.
meningiditis;dapat bertahan hingga 96 jam dan merupakan
gabungan media transport dan pertumbuhan sehingga tidak perlu
ditanam kembali. Media ini merupakan metode modifikasi Thayer
Martin dengan menambahkan trimetoprim untuk mematikan
Proteus spp. (Fahmi, 2015)
c. Tes defenitif
Tes oksidasi akan ditemukan semua Neisseria akan
mengoksidasi dan mengubah warna koloni yang semula bening
menjadi merah muda hingga merah lembayung. Sedangkan dengan
tes fermentasi dapat dibedakan N.gonorrhoeae yang hanya dapat
meragikan glukosa saja (Daili, 2009).
d. Tes beta-laktamase
Pemeriksaan ini menggunakan cefinase TM dis. BBL 961192
yang mengandung chromogenic cephalosporin akan menyebabkan
perubahan warna dari kuning menjadi merah (Daili, 2009).
e. Tes Thomson
Tes ini berguna untuk mengetahui sampai mana infeksi telah
berlangsung. Dahulu pemeriksaan ini perlu dilakukan karena
pengobatan pada waktu itu ialah pengobatan setempat. Pada tes ini
ada syarat yang perlu diperhatikan yaitu:
- Sebaiknya dilakukan setelah bangun pagi
- Urin dibagi menjadi 2 gelas
- Tidak boleh menahan kencing dari gelas I kegelas II
Syarat mutlak ialah kandung kencing harus mengandung air seni
paling sedikit 80-100 ml, jika air seni kurang dari 80 ml, maka gelas
II sukar dinilai baru menguras uretra anterior.
Hasil pembacaan:

Tabel 1. Rekomendasi pemeriksaan laboratorium (Goldsmith et al.,


2012)

Gelas 1 Gelas 2 Arti


Jernih Jernih Tidak ada infeksi
Keruh Jernih Infeksi uretritis anterior
Keruh Keruh Panuretritis
Jernih Keruh Tidak mungkin
Gambar 3. Diagnosis pasien wanita dengan pendekatan sindrom (Fahmi,
2015)
Gambar 4. Diagnosis pasien wanita dengan pendekatan Mikroskop
(Fahmi, 2015)
Gambar 5. Diagnosis pada pria dengan pendekatan mikrospkop (Fahmi,
2015)
Gambar 6. Diagnosis pria dengan pendekatan sindrom (Fahmi, 2015)

G. Diagnosis Banding
Berikut adalah beberapa diagnosis banding untuk penyakit akibat infeksi
N. gonorrhoeae (Malik et al., 2004) :
1. Candidiasis
Penyakit ini akan memberikan manifestasi klinis berupa duh tubuh,
gatal digenital, panas, nyeri sesudah miksi dan dispareunia. Penyakit ini
disebabkan oleh candida albicans. Tanda yang khas adalah disertai
gumpalan-gumpalan sebagai kepala susu berwarna puitih kekuningan.
2. Chlamydia
Infeksi Chlamydia merupakan infeksi paling umum yang
disebabkan oleh bakteri yang dapat disembuhkan. Manifestasi klinisnya
berupa pengeluaran duh tubuh disertai dengan urethritis pada pria dan
endocervicitis pada wanita. Jika tidak diobati maka dapat menimbulkan
epididymitis dan prostatitis. Walalupun pada wanita biasanya
asimtomatik tapi biasanya koimplikasinya akan berat yaitu pelvic
inflammatory disease (PID), kemandulan dan kehamilan ectopic.
3. Vaginosis Bakterial
Merupakan sidrom klinis, yang disebabkan oleh bertambah
banyaknya organisme komensal dalam vagina (yaitu Gardnerella
vaginalis, Preevotella, Mobiluncus spp) serta berkurangnya organisme
Lactobacillus yang menghasilkan hidrogen peroksida. Pada keadaan
normal bakteri ini yang mempertahankan suasana asam dan aerob di
vagina. Sebanyak 50% yang menderita penyakit ini tidak mengalami
keluhan atau asimtomatik. Bila ada keluhan, umumnya berupa duh
tubuh vagina normal, yang terjadi setelah hubungan seksual. Pada
pemeriksaan klinis duh tubuh berwarna abu-abu homogen, viskositas
rendah atau normal, berbau amis, melekat didinding vagina, seringkali
terlihat di labia dan fourchette. pH sekret vagina berkisar 4,5-5,5.
4. Trikomoniasis
Trikomoniasis pada saluran urogenital dapat menyebabkan vaginitis
dan sistitis. Walaupun sebagian besar tanpa gejala, tetapi dapat
menimbulkan masalah kesehatan yang cukup berat. Pada laki-laki
biasanya mengalami urethritis. Trikomoniasis pada wanita asimtomatik.
Pada kasus akut biasanya terlihat sekret vagina seropurulen sampai
mukopurulen berwarna kekuningan, sampai kuning kehijauan, berbau
tidak enak(malodor) dan berbusa.
Trikomoniasis pada laki-laki menyerang uretra, kelenjar prostat, dan
kadang-kadang preputium, vesika seminalis dan epididimis. Pada
umumnya gejala lebih ringan daripada wanita. Bentuk akut gejalanya
adalah mirip urethritis non-gonore, misalnya disuria, poliuria, disertai
sekret uretra mukoid dan mukopurulen.
H. Penatalaksanaan
Insiden antibiotik resisten rantai N. gonorrhoeae telahmeningkat sejak
1940. Hal yang sangat di khawatirkan adalah pertumbuhan dari kasus
penicillinase-producing N. gonorrhoeae (Wong, 2015). Pada pengobatan yang
perlu diperhatikan adalah efektivitas, harga dan sesedikit mungkin efek
toksiknya. Dulu teryata pilihan utama ialah penisillin+probenesid. Secara
epidemiologis pengobatan yang dianjurkan adalah obat dosis tunggal. (Fahmi,
2015)
Pengobatan lokal gonore tanpa komplikasi, infeksi cerviks, rectum, faring
dan uretra (Goldsmith et al., 2012) :
-
Dosis tunggal intramuscular Ceftriaxone 125mg
-
Oral cefixime 400mg 2 kali sehari
Alternatif dosis tunggal regimen cephalosporin:
-
Intramuscular Ceftriaxone 500mg
-
Oral cefotaxime 500mg,
-
Intramuscular cefoxitin 2g dengan oral probenecid 1g.
-
Jika Alergi penicillin, intramuscular spectinomycin 2mg.
Untuk pasien yang alergi dengan cephalosporin,
-
Spectinomycin 2g dengan dosis tunggal IM.
Dalam terapi untuk chlamydia ditambahkan:
-
Azithromycin 1 g oral dosis tunggal,
-
Doxycycline 100 mg oral 2 kali sehari dalam 7 hari. (Goldsmith et al.,
2012)
Pengobatan pada neonatus yang terinfeksi gonore (Goldsmith et al., 2012):
- Ceftriaxone, 25–50 mg/kg/hari IV atau IM dosis tunggal sehari selama 7
hari, atau untuk 10–14 hari jika meningitis ada
- Cefotaxime, 25 mg/kg IV atau IM setiap 12 jam untuk 7 hari, atau untuk
10–14 hari jika meningitis ada diketahui.
Dalam sebuah jurnal ditemukan bahwa ceftriaxone telah menjadi resisten
untuk penyakit gonore, ini ditemukan di australia dengan beberapa bakteri.
(Jawas, 2008)
Beberapa obat golongan kuinolon untuk pengobatan gonore yaitu:
- Ciprofloksasin 500 mg oral diberikan dosis tunggal.
- Ofloksasin 400 mg oral diberikan dosis tunggal.
Beberapa obat golongan sefalosforin untuk pengobatan gonore yaitu:
- Ceftriakson 500 mg IM diberikan dosis tunggal
- Cefixime 400 mg oral diberikan dosis tunggal
Rejimen yang dianjurkan oleh CDC adalah pilihan pertama adalah
sefriakson 125 mg IM dosis tunggal dan pilihan kedua adalahn cefixime 400
mg oral dosis tunggal kemudian sifroloksasin 500 mg oral dosis tunggal atau
ofloksasin 400 mg dosis tunggal. (Malhotra et al., 2013)

I. Komplikasi
Gambaran klinis dan komplikasi gonore sangat erat hubungannya dengan
susunan anatomi dan faal genitalia. Oleh karena itu perlu pengetahuan susunan
anatomi genitalia pria dan wanita. (Fahmi, 2015)
Komplikasi gonore pada pria dan wanita (Fahmi, 2015) :
a. Infeksi Simtomatik pada pria: Uretritis
Infeksi ini akan menyebabkan beberapa komplikasi yaitu:
Lokal :
1. Tysonitis
Kelenjar tyson adalah kelenjar yang menghasilkan smegma. Infeksi
biasanya terjadi pada penderita dengan preputium yang panjang dan
kebersihan yang kurang baik. diagnosis dibuat dengan ditemukannya
butir pus atau pembengkakan daerah frenulum yang nyeri tekan.
2. Litriasis
Tidak ada gejala khusus, hanya pada urin ditemukan benang-benang
atau butir-butir. Bila salah satu saluran tersumbat maka akan terjadi
abses folikular.
3. Cowperitis
Bila hanya duktus yang terkena biasanya tanpa gejala, sedangkan
infeksi yang mengenai kelenjar cowper dapat terjadi abses. Keluhan
berupa nyeri dan adanya benjolan pada daerah perineum disertai rasa
penuh dan panas, nyeri pada saat defeksi dan disuria.
4. Parauretritis
Sering pada orang dengan orifisium uretra eksternum terbuka dan
hipospadia. Infeksi pada duktus ditandai dengan butir pus pada kedua
muara uretre.
Ascendens :
1. Prostatitis
Ditandai dengan rasa tidak nyaman di daerah perineum dan
suprapubis, malaise, demam, nyeri saat berkemih, hematuri, spasme otot
uretra hingga terjadi retensi uri, tenesmus ani, sulit buang air besar, serta
obstipasi.
2. Trigonitis
Infeksi asendens dari uretra posterior dapat mengenai trigonum
vesika urinaria. Trigonitis menimbulkan gejala poliuria, disuria terminal
dan hematuria
3. Vesikulitis
Merupakan radang akut yang mengenai vesikula seminalis dan
duktus ejakulatorius, dapat timbul menyertai prostatitis akut atau
epididimitis akut. Gejala subjektif menyerupai prostatitit akut yaitu
demam,polakisuria, hematuria terminal, nyeri pada saat ereksi atau
ejakulasi
4. Epididimitisdan Vas Deferentitis/ Funikulitits
Gejala berupa rasa nyeri pada daerah abdomen bawah sisi yang
sama dengan terjadinya infeksi.
5. Orkitis
Reaksi inflamasi akut yang terjadi pada testis yang diakibatkan oleh
bakteri dan merupakan infeksi sekunder. Hal ini dapat menyebabkan
strerilitas. Apabila dilihat maka terlihat testis membesar, dan akan
terasa nyeri ketika duduk.
b. Infeksi Simtomatik pada wanita: Uretritis dan servisitis
Infeksi ini akan menyebabkan beberapa komplikasi yaitu:
Lokal :
1. Bartholinitis
Labium minor sisi yang terkena membengkak, merah dan nyeri
tekan. Kelenjar bartholin membengkak, terasa nyeri sekali bila berjalan
dan pasien sukar duduk. Bila saluran kelenjar tersumbat maka akan
terjadi abses atau dapat pecah melalui mukosa dan kulit.
2. Parauretritis
Kelenjar dapat terkena tapi biasanya jarang terjadi abses.
Ascendens :
1. Salpingitis,
Cara infeksi dari serviks melalui tuba fallopi sampai pada daerah
salping dan ovarium, sehingga dapat menimbulkan Penyakit radang
pinggul (PRP). Infeksi ini dapat menimbulkan kehamilan ektopik
dan sterilitas. 10% wanita dengan gonore akan mengalami PRP.
Gejala subjektif berupa nyeri pada daerah abdomen bawah,
keluarnya duh tubuh vagina, disuria, dan menstruasi yang tidak
teratur atau abnormal.
2. Penyakit radang pinggul (PRP)
Peradangan bersifat akut, subakut atau kronis. Ada beberapa faktor
predisposisi, yaitu:
- Masa puerperium
- Dilatasi setelah kuretase
- Pemakaian IUD, tindakan AKDR (alat kontrasepsi dalam
rahim)
Kira-kira 1% penyakit gonore akan berlanjut pada komplikasi
gonore diseminata. Penyakit ini banyak didapat pada penderita dengan
gonore asimtomatik sebelumnya, terutama pada perempuan. Gejala yang
timbul bisa berupa: artritis (terutama monoartritis), miocarditis,
endocarditis, pericarditis dan meningitis. (Fahmi, 2015)
J. Progonosis
Kebanyakan laki-laki yang terinfeksi mencari pengobatan karena gejala
awal yang muncul untuk mencegah masalah serius, tapi tidak mencegah
penularan ke orang lain. Kebanyakan infeksi pada wanita tidak mempunyai
gejala yang terlihat sampai komplikasi seperti PID (Pelvic Inflamation
Disease), infertilitas, timbulnya kehamilan ektopik, DGI lebih umum pada
wanita dengan asimtomatik cervical, endometrium, atau infeksi tuba dan
homoseksual dengan asimtomatik rectal atau gonore faring. (Wolff, 2013)
Jika seorang wanita hamil yang terinfeksi N. gonorrhoeae maka melahirkan
seorang anak akan membuat dia terinfeksi maka pengobatan yang baik akan
menurunkan resiko pada bayi. (CDC, 2015)
IV. PEMBAHASAN

A. Penegakkan Diagnosis

Kelainan kelamin yang terjadi pada kasus adalah Gonore. Gonore


adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Neisseria
gonorhoeae yang menginfeksi lapisan dalam saluran kandung kemih, leher
rahim, rektum, tenggorokan, serta bagian sklera. Penyakit gonore ini dapat
menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lainnya terutama pada kulit dan
persendian. Alasan penegakan diagnosis Gonore yaitu:
1. Anamnesis
a. Keluhan keluar nanah dari saluran kencing sejak 2 hari yang lalu, nanah
yang keluar tersebut keluar bewarna kuning kental
b. Awalnya pasien merasakan sakit dan panas saat buang air kecil, dan
kemudian nanah mulai keluar dari saluran kencingnya.
c. Keluhan dirasa mengganggu aktivitas sehari-hari, karena pasien
beberapa kali harus mengganti celana dalamnya. Keluhan nyeri saat
kencing dirasakan terus menerus.
d. Pasien mempunyai riwayat kontak seksual dengan pasangan 5 hari yang
lalu. Pasien mengaku sering berganti-ganti pasangan. Pasangan yang
terakhir melakukan hubungan seksual dengan pasien mengakui
mempunyai keluhan yang sama.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Lokasi
Orifisium uretra eksterna
b. Penyebaran
Regional
c. Efloresensi
Discharge mukopurulen, eritema
B. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien adalah memberikan obat
memberikan obat antibioitik secara sistemik. Obat antibioitik yang diberikan
yaitu ada dua, antibiotik untuk gonore dan antibiotik terhadap klamidia, karena
infeksi gonore biasanya akan disertai dengan infeksi klamidia. Antibiotik
gonore yang digunakan yaitu salah satu dari antibiotik pilihan berikut :
Seftriakson 125 mg im SD atau Sefiksim 400 mg oral SD atau Siprofloksasin
500 mg oral SD atau Ofloksasin 400 mg oral SD. Antibiotik klamidia yang
digunakan yaitu salah satu dari antibiotik pilihan berikut : Doksisiklin 2x100
mg/hari selama 7 hari atau Azitromisin 1000mg SD. Selain pengobatan
medikamentosa, pasien diberikan edukasi mengenai penyebab dan faktor
resiko terjadinya penyakit tersebut. Beberapa cara pencegahan penyakit gonore
yaitu menghindari perilaku hubungan seksual yang berganti-ganti pasangan,
menggunakan kondom sebagai alat pengaman untuk pencegah infeksi pada
saat berhubungan dan yang terpenting adalah menyarankan agar pasangan
pasien untuk berobat
V. KESIMPULAN

1. Gonore merupakan infeksi menular seksual.


2. Penularan gonore semakin tinggi terutama pada multiple seks partner.
3. Keluhan yang dirasa pasien secara umum berupa keluar nanah seperti susu
pada OUE (Orifisum Uretra Eksternum) setelah berhubungan kelamin dan
beberapa hari selanjutnya. Keluhan lainnya seperti perih dan nyeri saat
berkemih.
4. Diagnosis gonore ditegakkan dengan pemeriksaan sediaan langsung nanah
putih tersebut dengan pewarnaan gram dan ditemukan Gonokokkus negatif,
intraseluler dan ekstraseuler.
5. Terapi pada pasien gonore menggunakan Ceftriakson 250 mg IM dosis
tunggal dan Azithromisin 1000 mg oral dosis tunggal.
DAFTAR PUSTAKA

Afriana N. 2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian infeksi gonore


pada wanita penjaja sex komersial: An Update.
(http://www.lib.ui.ac.id.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3818592/) (Diakses
pada 7 Februari 2018)

Center for Disease Control (CDC). 2015. Gonorrhea. (http:// www. cdc. gov/ std/
gonorrhea/stats.htm). (Diakses pada 7 Februari 2018)

Chandra B. 2013. Kontrol Penyakit Menular Pada Manusia. EGC. Jakarta: Pp 42

Clevere S,R dan Ari M, GA Made. 2013. Penyakit kulit dan kelamin. Nuha medika.
Yogyakarta: Pp:131
th
Daili, S.F., 2009. Gonore. In: Daili, S.F., et al., Infeksi Menular Seksual. 4 ed.
Jakarta: Balai Penerbitan FKUI, 65-76.

Fahmi DS. 2015. Infeksi menular Seksual edisi ketujuh. FKUI. Jakarta: 2015.
Pp:65

Goldsmith L. A. et al. 2012. Fitzpatrick Dermatology in General Medicine Eighth


Edition. New York: McGraw Hill.

Jawas FA, Murtiastutik D. 2008. Gonorrhoeae patient in sexually transmitted


disease division, dermato venerology departemen of Dr. Soetomo general
hospital in 2002-2006: An Update. (http://
www.lib.ui.ac.id.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3818592/) (Diakses pada 7
Februari 2018)

Malhotra M et al. 2013. Genital Chlamydia Trachomatis: An Update. (http://


www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3818592/) (Diakses pada 7
Februari 2018)

Malik SR, et al. 2004. Gonore In: Amiruddin, MD(editor). Penyakit Menular
Seksual. Makassar: Universitas Hasanuddin.

Nyoman K, Ni. 2011. Infeksi Menular Seksual dan Infeksi Saluran Reproduksi
Diskes Bali. Bali.
Tapsall, JW. 2005. AntibioticResistantein Neisseria gonorrhoeae.
(http://cid.oxfordjournals.org/content/41/Supplement_4/S263.full).
(Diakses pada 7 Februari 2018)

Wolff K, Johnson R.A, Saavedra A.P. 2013. Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis
of Clinical dermatologys Seventh Edition. New Yoark: Mc Graw Hill.

Wong B. 2015. Drug & DiseaseGonorrhoeae. Medscape (Online). http://


emedicine. medscape. com/article/218059-medication#showall) (Diakses
pada 7 Februari 2018)

Anda mungkin juga menyukai