Anda di halaman 1dari 3

Komponen Organisme eukariotik yang mempunyai inti dan

organel. Jamur tersusun dari hifa yang merupakan


benangbenang sel tunggal panjang, sedangkan
kumpulan hifa disebut dengan miselium. Miselium
merupakan massa benang yang cukup besar
dibentuk dari hifa yang saling membelit pada saat
jamur tumbuh. Jamur mudah dikenal dengan melihat
warna miseliumnya (Volk and Wheeler, 1993).
Inti Sel Kromosom dan nukelus dari jamur relatif kecil dan
jumlah kromosom tidak banyak. Jumlah nukleus
pada masing-masing jenis jamur mempunyai
jumlah yang berbeda. Contohnya pada spesies
Glomeromycota yang mempunyai ribuan nukleus
pada bentuk aseksual chlamydospora. Masing-
masing spesies jamur mempunyai jumlah inti sel
yang beragam, bahkan ada yang mempunyai dua
nukleus dalam satu sel. (Kristf et al, 2013)
Sitoplasma Sitoplasma pada jamur pada dasarnya sama seperti
pada organisme lain. Yang membedakan adalah
pada jamur memiliki hifa. Hifa merupakan struktur
menyerupai benang yang terdiri atas satu atau
banyak sel yang dikelilingi dinding berbentuk pipa.
Pada beberapa jenis jamur, hifa memiliki sekat-sekat
antar sel yang disebut septa. Septa memiliki celah
atau pori yang cukup besar sehingga organel sel
dapat mengalir dan suatu sel ke sel lainnya. Sel
jamur mengandung organel eukariotik, antara lain
mitokondria, ribosom, dan inti sel (nukleus). Pada
beberapa jenis jamur lainnya, hifa tidak memiliki
sekat sehingga disebut asepta. Oleh karena tidak
memiliki sekat, hifa jamur asepta merupakan massa
sitoplasma yang panjang dan mengandung ratusan
hingga ribuan nukleus; disebut hifa senositik.
Jumlah inti sel yang banyak merupakan hasil
pembelahan inti sel yang berulang ulang tanpa
disertai pembelahan sitoplasma. (Kristf et al, 2013)
Dinding Sel Dinding sel jamur terdiri dari (1,4) N-acetil-
glucose-amin, atau yang dikenal sebagai
chitin.Selain chitin, dinding sel jamur terdiri dari
yeast (namun hanya mempunyai presentase kecil).
Pada beberapa grup (contoh: Zygomycota) chitin
secara parsial mengalami deasetiliasi oleh enzim
deacetylase sehingga dinding sel mengandung
chitosan. Dinding sel jamur mengandung
polisakarida (1,3) dan (1,6) glucans yang
tersintesis oleh enzim transmembran glucan
synthase. Dinding sel jamur juga mengandung
protein yang mengalami glikosilasi yaitu mannan
atau mannoprotein. Protein mempunyai peran
penting dalam integritas dinding sel. (Kristf et al,
2013)

Membran Sel Membran sel pada jamur mempunyai struktur yang


sama pada sel eukariotik pada umumnya. Membran
sel jamur terdapat struktur khas yaitu ergpsterol
yang mempengaruhi fluiditas memban. Pada
beberapa jenis jamur mengandung metilen dan etile
kolesterol, brassicosterol. Fungsi dai membran sel
pada jamur mempunyai peran tersendiri pada terapi
antifungal. Beberapa obat yang bersifat fungisida
akan mempunyai target pada molekul ergosterol
dengan cara menghambat sintesisnya. (Kristf et al,
2013)
Flagela Hanya satu jenis jamur yang mempunyai flagella,
yaitu chytridiomycota. Zoospora motil mempunyai
flagella posterior (opisthokont) dan mempunyai
mikrotubulus. (Kristf et al, 2013)
Ribosom Pada dasarnya, struktur ribosom pada eukariot
mempunyai struktu yang sama pada prokariot. Hanya
ribosom pada eukariot disebut sebagai 80Sm sedangkan
prokariot 70S. Yang membadakan adalah pada susunan
protein pada ribosomnya. (Kristf et al, 2013)
Ukuran Berdasarkan ukurannya, jamur dibedakan menjadi
dua, yaitu jamur mikroskopis dan jamur
makroskopis. Jamur mikroskopis merupakan jamur
yang sangat kecil dan hanya dapat dilihat dengan
menggunakan bantuan mikroskop. Tubuh jamur
mikroskopis hanya terdiri atas satu sel (uniseluler).
Jamur mikroskopis misalnya Saccharomyces sp.,
Rhodotorula, Candida sp. danNeurospora. (Kristf
et al, 2013)
Bentuk 1. Jamur berbentuk untaian benang, misalnya jamur
tempe (Rhizopus oryzae)
2. Jamur berbentuk seperti payung, misalnya jamur
merang (Volvariella volvacea)
3. Jamur berbentuk mangkok,
misalnya Sarcoscypha coccinea
4. Jamur berbentuk pipih, misalnya jamur kuping
(Puricularia polytricha)
5. Jamur berbentuk bulat, mislanya puffball
(Lycoperdon gemmatum)
6. Jamur berbentuk bercak bercak, misalnya
jamur penyebab panu
7. Jamur berbentuk embun tepung, misalnya
kapang tori (Mucor sp.)
(Kristf et al, 2013)
Perkembang biakan Jamur dapat melakukan reproduksi secara seksual
(generatif) maupun aseksual (vegetatif). Jamur
memperbanyak diri dengan cara memproduksi
sejumlah besar spora aseksual jika kondisi habitat
sesuai. Untuk mendapatkan kebutuhan energinya,
jamur akan mencari dan mengabsorbsi molekul-
molekul organik. Melewati dinding selnya, jamur
dapat mengabsorbsi molekul-molekul kecil yang
kemudian diabsorbsi dan digunakan secara langsung
atau disusun menjadi molekul organik dalam sel.
Spora jamur memiliki berbagai bentuk dan ukuran,
dan dapat dihasilkan secara seksual maupun
aseksual. Pada umumnya spora adalah organisme
uniseluler, tetapi ada juga spora multiseluler. Spora
dihasilkan di dalam atau dari struktur hifa yang
terspesialisasi. Ketika kondisi lingkungan
memungkinkan pertumbuhan yang cepat, jamur
memperbanyak diri dengan menghasilkan banyak
spora secara aseksual. Terbawa oleh angin atau air,
spora-spora tersebut berkecambah jika berada pada
tempat yang lembab pada permukaan yang sesuai
(Campbell et al., 2003).

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, NA, Reece JB, Nitchel LG. 2002. Biologi : Edisi kelima Jilid 1. Jakarta : Erlangga
Kristf Zoltn, Pl Vgi, va Preininger, Gbor M. Kovcs, Zoltn Kristf, Kroly Bka, and
Bla Bddi. 2013. Stucture of Plant and Fungi. Journal of Biology. Department of Plant
Anatomy
Volk, W.A and M.F. Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar. Edisi Kelima. Jilid 1. Penerbit
Erlangga. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai