Anda di halaman 1dari 3

BADAN PEKERJA MAJELIS SINODE

GEREJA KRISTEN INDONESIA

ANGGOTA PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA

Sekretariat: Kompleks Ruko Gading Bukit Indah Blok Q-29, Jl. Bukit Gading Raya, Kelapa Gading Jakarta 14240
Telepon / Facsimile: (021) 45850904, 45852899, E-mail: bpms@sinodegki.org

Sumpah Pemuda:
Inspirasi untuk menjadi Kristen Indonesia
Pesan Pastoral pada Peringatan Hari Sumpah Pemuda 2017

S egenap simpatisan dan anggota jemaat Gereja Kristen Indonesia


yang kami kasihi,
Sumpah pemuda berawal dari kesadaran para pemuda bahwa
perlawanan terhadap kolonialisme tidak bisa dilakukan sendirian.
Mereka pun mengorganisir diri dalam kelompok-kelompok pelajar.
Kelompok-kelompok ini memakai ikatan suku: Jong Java, Jong Celebes,
Jong Ambon, Jong Islamieten Bond.

Tanggal 27-28 Oktober 1928, perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia


yang terdiri dari organisasi kedaerahan, mengadakan Kongres Pemuda
II di Jakarta. Rapat dilaksanakan dua kali. Rapat pertama di Gedung
Katholieke Jongenlingen Bond (KJB) dan rapat kedua dilakukan di
gedung Oost -Java Bioscoop. Penutupan rapat dilaksanakan di sebuah
rumah pondokan pelajar, di Jl. Kramat raya 106, yang hak guna
bangunannya dipegang oleh Sie Kong Liong. Di rumah itulah para
pemuda mengikrarkan Sumpah Pemuda: bertanah air, berbangsa, dan
berbahasa satu: Indonesia.
Kongres yang sangat signifikan menentukan arah kemerdekaan
Indonesia itu, panitianya terdiri dari berbagai macam kelompok pelajar,
bahkan ada pengamat dari pemuda Tionghoa. Dua di antara panitia inti
adalah pemuda Kristen, yaitu: Amir Sjarifuddin (Jong Bataks Bond) dan
Johannes Leimena (Jong Ambon). Kemungkinan besar, dr. R.C.L. Senduk
(pemuda dari Minahasa) juga beragama Kristen.
Berkaitan dengan perayaan Hari Sumpah Pemuda tahun ini, kami
mengajak seluruh simpatisan dan anggota jemaat Gereja Kristen
Indonesia (GKI) untuk memerhatikan dan merenungkan beberapa hal
berikut ini.
1. Sumpah Pemuda Adalah Karya para Pemuda dari
Berbagai Etnis dan Agama
Ada tiga hal penting yang kita perlu perhatikan dari catatan sejarah
di atas. Pertama, tempat bersejarah diikrarkannya Sumpah Pemuda
adalah rumah Sie Kong Liong. Kedua, panitia inti Kongres terdiri
dari berbagai etnis dan agama. Ketiga, orang Tionghoa ikut sebagai
pengamat dalam kongres tersebut. Ini penting kita perhatikan.
Sebab ada beberapa kelompok dalam masyarakat Indonesia yang
menganggap etnis dan agama tertentu berjasa untuk negeri ini
dan etnis serta agama lain yang jumlah pengikutnya lebih sedikit,
tidak atau kurang berjasa. Ada juga orang yang menuduh kalau
orang Kristen adalah kelompok masyarakat yang mendukung
kolonialisme dan karena itu, orang-orangnya tidak nasionalis.
Ada juga yang menganggap, orang Tionghoa seperti benalu, yang
hanya menumpang hidup di Indonesia, mengambil keuntungan dari
Indonesia dan tidak memiliki nasionalisme.

2. Indonesia Tidak Mengenal Pembedaan


Berdasarkan Ikatan Primordial
Peristiwa Sumpah Pemuda, yang tokoh-tokohnya terdiri dari berbagai
macam suku dan agama, menyadarkan kita bahwa Indonesia dan
cita-cita kemerdekaannya, sejak awal tidak membedakan seseorang
berdasarkan ikatan primordial, yang adalah anugerah dari Tuhan.
Ketika bangsa ini mengaku sebagai bangsa yang ber-ketuhanan yang
Maha Esa, maka bangsa ini perlu konsekuen menerima sesamanya
yang berbeda suku dan agama sebagai rahmat dari Tuhan. Ikrar
sumpah Pemuda mengingatkan bangsa ini untuk menerima dan
menghormati kepelbagaian etnik dan agama. Bukan itu saja.
Sebagaimana semangat kesatuan pada zaman dahulu mampu
mengalahkan kolonialisme, maka persatuan berbagai etnis dan
agama di Indonesia dapat menjadi kekuatan dahsyat yang dapat
membawa Indonesia menuju cita-cita kemerdekaannya.

3. Menjadi orang Kristen Indonesia


Tuhan Yesus berkata: Demikianlah hendaknya terangmu
bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu
yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga. (Mat 5:16)
Tuhan memerintahkan kita untuk membuat terang kita bercahaya
di depan orang lain. Perintah Tuhan ini perlu kita artikan seperti
ini: Hendaklah kamu, orang Kristen Indonesia, menunjukkan
kekristenan dan keindonesiaanmu secara jelas!

Tuhan ingin agar seluruh simpatisan dan anggota GKI benar-


benar menunjukkan identitas kekristenan dan keindonesiaannya.
Menunjukkan identitas kekristenan berarti, menunjukkan gaya hidup
yang seperti Kristus: berjuang dan berkurban untuk menghadirkan
kehendak Allah, yaitu damai sejahtera-Nya, dan damai sejahtera
Allah itu kita wujudkan di bumi Indonesia. Tuhan ingin agar
kekristenan kita menolong kita untuk menyintai dan membangun
negeri ini. Cinta dan ketaatan kita kepada kehendak-Nya kita
wujudkan dalam cinta kita kepada sesama dan negeri ini, antara lain
dengan menunjukkan sikap hidup yang bertanggung jawab dalam
membangun negeri ini. Kita perlu menghidupkan kembali semangat
dan teladan para pemuda Kristen: Leimena, Amir Syarifuddin, R.C.L.
Senduk, yang terlibat aktif membangun nasionalisme saat sumpa
Pemuda, sehingga persatuan dan kemerdekaan yang kita terima,
benar-benar kita isi dengan tindakan nyata membangun Indonesia.
Melalui aktualisasi identitas kita sebagai orang Kristen Indonesia,
kita percaya, Indonesia akan semakin dekat dengan cita-cita
kemerdekaannya.

Pdt. Budi Cahyono Sugeng Pdt. Arliyanus Larosa


Ketua Umum Sekretaris Umum

Anda mungkin juga menyukai