Anda di halaman 1dari 5

A.

PENGOLAHAN INFORMASI
Teori pengolahan informasi menfokuskan perhatian pada bagaimana orang
memerhatikan peristiwa-peristiwa lingkungan, mengkodekan informasi-informasi untuk
dipelajari dan menghubungannya dengan pengetahuan yang ada dalam memori,
menyimpan pengetahuan yang baru dalam memori, dan menariknya kembali ketika
dibutuhkan. (Shuell,1986). Prinsip-prinsip dari teori tersebut adalah sebagai berikut ;
Manusia merupakan pemroses informasi. Kognisi adalah serangkaian proses mental.
Pembelajran adalah penguasaan representasi-representasimental(Mayer,1996,hlm.154).
B. APLIKASI APLIKASI DALAM PENGAJARAN
Prinsip-prinsip pengolahan informasi makin sering diaplikasikan dalam
pembelajaran di sekolah. Relevansi teori ini dengan pendidikan akan terus berkembang
bersama penelitian-penelitian di masa mendatang. Tiga aplikasi pengajaran yang
mencerminkan prinsip-prinsip pengolahan informasi adalah organisator-organisator
pengantar, kondisi-kondisi pembelajaran, dan muatan kognitif.
Berikut aplikasi-aplikasi dari teori pengolahan informasi dalam pengajaran :
1. Organisator pengantar
Organisator pengantar (advance organizer) adalah pernyataan umum yang
disajikan di awal pembelajran yang membantu pengoneksikan materi yang baru
dengan pembelajran sebelumnya (Mayer 1984). Pengantar semacam ini mengarahkan
perhatian siswa terhadap konsep-konsep penting untuk dipelajari, mengaris bawahi
hubungan- hubungan antar gagasan dan mengaitkan materi yang baru dengan hal-hal
yang sudah diketahui oleh siswa(Faw & Waller, 1976).
Landasan konseptual untuk organisator pengantar diperoleh dari teori Asubel
(1963, 1968,1977, 1978; Ausubel & Robinson, 1969) tentang pembelajaran resepsi
yang bermakna(meaningful reception learning). Belajar menjadi bermakna ketika
materi yang baru memiliki hubungan sistematis dengan konsep-konsep yang relevan
dalam LTM; yang berarti bahwa materi baru memperluas, memodifikasi, atau
mengembangkan informasi dari memori. Kebermaknaan juga tergantung pada
variabel variabel personal seperti usia, latar belakang pengalaman, status social-
ekonomi, dan latar belakang pendidikan. Pengalaman-pengalaman yang telah lalu
menentukan apakah siswa merasa pembelajarannya memiliki makna.
Organisator dapat bersifat ekspositoris atau komparatif. Organisator ekosipotis
memberi siswa pengetahuan baru yang diperlukan untuk memahami pelajaran.
Organisator ekspositoris mencakup definisi konsep dan generalisasi konsep. Definisi
konsep menyatakan konsep dan karakteristik dari konsep tersebut. generalisasi adalah
pernyataan-pernyataan yang luas cakupannya dari prinsip-prinsip umum yang
menjadi dasar ditariknya hipotesis atau ide spesifik.
Organisator komparatif memperkenalkan materi yang baru dengan menarik
analogi-analogi dengan materi yang telah dikenalkan. Organisator organisator dapat
membantu siswa menghubungkan materi-mater yang baru dengan sekumpulan
pengalaman yang lebih luas yang dapat menunjukkan transfer. Contohnya dalam
sebuah sekolah kedokteran seorang instruktur sedang mengajarkan efek-efek
gangguan-gangguan dalam darah. Ia memulai kulianyan dengan menjelaskan bagian-
bagian dasar dari darah (missal : plasma, sel darah merah dan darah putih,
platelet/trombosit). Setelah itu ia menyebut berbagai kategori penyakit darah
(misalnya: animia, pendarahan dan luka memar, leukemia, penyakit sumsum tulang
belakang). Mahasiswa dapat mempergunakan kerangka ini untuk mempelajari
penyakit-penyakit dalam kategori-kategori berbeda dan dengan mencermati gejalah-
gejlan dan perawatan perawatan untuk tiap-tiap kondisi.
2. Kondisi-kondisi pembelajran
Salah satu teori pengajar yang paling popular berdasarkan prinsip-prinsip kognitif
dirumuskan oleh Robert Gagne (1985). Teori ini mengemukakan tentang kondisi
kondisi pembelajran atau situasi-situasi yang berpengaruh ketika pembelajran
berlangsung (Ertmer,Driscoll, & Wager,2003). Ada dua langka dalam hal ini. Yang
pertama mengidentifikasi tipe hasil pembelajran. Yang kedua adalah menentukan
peristiwa-peristiwa pembelajran, factor-factor yang menimbulkan perbedaan-
perbedaan dalam pengajran.
- Hasil hasil pembelajran Gagne (1984) mengidentifikasi lima tipe hasil
pembelajran, yaitu keterampilan-keterampilan intelektual, invormasi-invormasi
verbalstrategi-strategi kognitif keterampilan keterampilan motoric dan sikap
sikap.
Hasil hasil pembelajran
tipe Contoh
Keterampilan-keterampilan intelektual Aturan-aturan, prosedur-prosedur,
konsep-konsep
Informasi-informasi verbal Fakta-fakta, tanggal-tanggal
Strategi-strategi kognitif Pengulangan, pemecahan masalah
Keterampilan-keterampilan motoric Memukul bola, junggling
Sikap-sikap Kemurahatian, kejujuran, keadilan

Keterampilan-keterampilan intelektual tipe pengetahuan ini digunakan dalam


berbicara, menulis, membaca, menyelesaikan soal-soal matematika, dan menerapkan
prinsip-prinsip ilmiah terhadap permaslahan-permasalahan.
Informasi-informasi verbal informasi verbal mencangkup fakta-fakta atau bahas
tulis atau pun lisan yang dihubungkan sehingga membentuk suatu makna yang diingat
persis seperti bentuk aslinya (misalnya : katak-kata dlam sebuah puisi ). Skema-
skema adalah bentuk dari informasi verbal
Strategi-strategi kognitif tipe ini mencakup keterampilan-keterampilan
pengolahan informasi seperti memerhatikan informasi-informasi baru, memutuskan
untuk mengulang suatu informasi, menjelaskan informasi dalam LTM dan
menerapkan strategi-strategi pemecahan masalah.
Keetrampilan keterampilan motorik dikembangkan melalui peningkatanyang
bertahap dalam kualitas (kelancaran dan pengaturan waktu)gerakan-gerakan yang
dicapai melalui praktik. Keterampilan keterampilan motoric berkembang berangsur-
angsur melalui latihan yang berkelanjutan dan dengan upaya sadar (Ericsson et
al,1993)
Sikap-sikap kaeaykinan-keyakinan internal yang mempengaruhi tindakan-
tindakan dan mencerminkan karakteristik-karakteristik seperti kemurahan hati,
kejujuran, dan komitmen terhadap hidup sehat. Sikap dipelajrai tidak secar langsung
melalui pengalaman-pengalaman dan pengalamn melalui model hidup dan simbolik
(melalui televise dll)
Peristiwa peristiwa pembelajran, pembelajran memiliki kondisi yang berbeda-
beda. Kondisi internal adalah keterampilan keterampilan keterampilan prasyarat dan
kebutuhan-kebutuhan akan pengolahan kognitif. Kondisi-kondidi eksternal adalah
stimulus-stimulkus lingkungan yang mendukung proses-proses kognitif.
Pembelajaran.
Kondisi kondisi internal adalah kapabilitas kapabilitas siswa saat ini yang
tersimpan dalam LTM sebagai pengetahuan. Kondisi eksternal berbeda sebagai fungsi
dari hasil pembelajran dan kondisi-kondisi internal. Untuk mengajarkan aturan kelas
pada siswa, seorang guru dapat menerapkan pada mereka tentang aturanya dan
menampilkan secara visual.
Hirarki-hirarki pembelajaran adalah kumpulan keterampilan intelektual yang
terorganisasi. Elemen tertinggi dalam sebuah hirarki adalah keterampilan target.
Untuk menggunakan sebuah hirarki, kita mulai dari atas dan bertanya keterampilan-
keterampilan apa yang harus dijalankan oleh siswa sebelum mempelajari
keterampilan target atau keterampilan apa yang menjadi prasyarat langsung untukk
mempelajari keterampilan target.
Hirarki bukanlah pengaturan urutan keterampilan yang linier. Kita harus sering
mengaplikasikan dua atau lebih keterampilan prasyarat untuk dapat mempelajari
keterampilan dengan tingkat atau urutan yang lebih tingggi dimana satu keterampilan
prasyarat tidak tergantung pada keterampilan prasyarat yang lainnya. Begitu siswa
telah menguasai keterampilan-keterampilan pada tingkatan yang lebih rendah,
pembelajaran keterampilan pada tingkatan yang lebih tinggi akan tampak lebih muda.
Fase-fase pembelajaran. Pengajaran merupakan sekumpulan peristiwa eksternal
yang dirancang untuk menfasilitasi proses-proses pembelajaran internal

Pada table menunjukkan fase pembelajaran yang dikelompokkan menjadi tiga


kategori (Gagne, 1985).
Persiapan untuk belajar mencakup aktivitas-aktivitas pembelajaran pendahulkuan.
Selama masa memerhatikan, siswa menfokuskan perhatian pada stimulus-stimulus
yang relevan dengan materi-materi yang dipelajari (audiovisual, materi-materi
tertulis, perilaku- perilaku yang dimodelkan guru). Harapan siswa mengarahkan
siswa kepada tujuan (mempelajari keterampilan motoric). Pada tahap penarikan
informasi yang relevan dari LTM, siswa mengaktifkan bagian-bagian yang
relevandengan topic yang dipelajari (Gagne &Dick,1983).
Fase-fase pembelajran utama adalah penguasaan dan praktik. Persepsi selektif
bermakna bahwa register-register sensorik mengenali karakteristik-karakteristik
stimulus yang relevan dan mentransfernya ke WM. Pengkodean semantic adalah
proses dimana pengetahuan yang baru ditransfer ke LTM. Pada tahap penarikan dan
pemberian respon, siswa menarik informasi-informasi baru dari memori dan
memberikan sebuah respon yang menunjukkan pembelajaran. Penguatan mengacu
pada umpan-balik yannng mengkonfirmasi keakkuratan dari respon siswa dan
memberikan informasi perbaikan ketika diperlukan.
Fase-fase transfer pembelajaran mencakup pemberian tanda untuk penarikan dan
generalisasibilitas. Dalam pemberian tanda untuk penarikan , siswa menerima tanda
yang mengisyaratkan bahwa pengetahuan yang sebelumnya dapat diterapkan dalam
situasi tersebut. ketika mengerjakan sosal-soal kata misalnya, seorang guru
matematika dapat menjelaskan pada para siswa bahwa pengetahuan mereka tentang
segitiga siku-sikku dapat diterapkan. Generalisasibillitas ditingkatkan memberi siswa
kesempatan untuk mempraktikkan keterampilan-keterampilan dengan muatan materi
yang berbeda-beda dan dengan situasi-situasi yang berbeda(misalnya PR, sesi
pengulangan pelajaran secara berkala).

Satu persoalan dalam hal ini adalah mengembangkan hierarki-hierarki


pembelajran bisa jadi sulit dan menghabiskan banyak waktu. Proses ini memerlukan
keahlian dalam bidang studi materi pelajran untuk menentukan rangkaian
keterampilan prasyarat cakupan dan rangkaian pembelajran. Meski demikian. Teori
ini menawarkan saran-saran yang pasti tentang cara-cara mengaplikasikan prinsip-
prinsip pengolahan informasi pada rancangan rencana pembelajaran (Ertmer et al,
2003).
3. Muatan kognitif
Teori muatan kognitif memperhitungkan keterbatasan keterbatasan pengolahan ini
dalam rancangan rencana pembelajaran (Deleeuw & Myer, 2008; Schnotz &
Kurschner, 2007; sweller, Van Merrienboer,& pass, 1998). Muatan kognitif,atau
tuntutan terhadap system pengolahan informasi, dapat dibagi menjadi dua tipe. Tipe
pertama, muatan kognitif instrinsik, tergantung pada karakter-karakter informasi yang
tidak dapat diubah yang akan dipelajari dan hanya akan muda dicapai jika siswa
mendapatkan sebuah skema kognitif yang efektif untuk mengola informasi. Muatan
kognitif ekstrinsik disebabkan oleh cara bagaimana metri-materi dasajikan atau oleh
aktivitas-aktivitas yang perlu dimiliki oleh siswa (Bruning et al.,2004)

Anda mungkin juga menyukai