Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelas Ibu Hamil


Kelas Ibu Hamil adalah kelompok belajar ibu-ibu hamil dengan umur
kehamilan antara 20 minggu s/d 32 minggu dengan jumlah peserta maksimal
10 orang. Di kelas ini ibu-ibu hamil akan belajar bersama, diskusi dan tukar
pengalaman tentang kesehatan Ibu dan anak (KIA) secara menyeluruh dan
sistimatis serta dapat dilaksanakan secara terjadwal dan berkesinambungan.
Kelas ibu hamil difasilitasi oleh bidan/tenaga kesehatan dengan menggunakan
paket Kelas Ibu Hamil yaitu Buku KIA, Flip chart (lembar balik), Pedoman
Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil, Pegangan Fasilitator Kelas Ibu Hamil dan Buku
senam Ibu Hamil.
Program ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, merubah sikap
dan perilaku ibu agar memahami tentang kehamilan, perubahan tubuh dan
keluhan selama kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan, perawatan nifas,
KB paska persalinan, perawatan bayi baru lahir, mitos/kepercayaan/adat
istiadat setempat, penyakit menular dan akte kelahiran.
Pelaksanaan pertemuan kelas ibu hamil dilakukan sesuai dengan
kesepakatan antara bidan/petugas kesehatan dengan peserta/ibu hamil, dengan
tahapan pelaksanaan sebagai berikut:

Gambar 2.1. Skema Pelaksanaan Kegiatan


1. Analisa Singkat
Melakukan analisa kebutuhan sebelum melaksanakan kelas ibu hamil
bertujuan untuk mengetahui kebutuhan apa yang diperlukan untuk
menunjang kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan kegiatan kelas ibu
hamil.
Misalnya : siapa tim fasilitator yang akan memfasilitasi pertemuan, apakah
diperlukan nara sumber atau tidak, bagaimana persiapan materi dan alat
bantu sudah lengkap atau perlu ditambah dengan alat bantu lainnya, dll.
2. Kegiatan Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil
Pertemuan kelas ibu hamil dilakukan 3 kali pertemuan selama hamil
atau sesuai dengan hasil kesepakatan fasilitator dengan peserta. Pada setiap
pertemuan, materi kelas ibu hamil yang akan disampaikan disesuaikan
dengan kebutuhan dan kondisi ibu hamil tetapi tetap mengutamakan materi
pokok. Pada setiap akhir pertemuan dilakukan senam ibu hamil. Senam ibu
hamil merupakan kegiatan/materi ekstra di kelas ibu hamil, jika
dilaksanakan, setelah sampai di rumah diharapkan dapat
dipraktekkan.Waktu pertemuan disesuaikan dengan kesiapan ibu-ibu,
bisa dilakukan pada pagi atau sore hari dengan lama waktu pertemuan 120
menit termasuk senam hamil 15 - 20 menit.
Materi Pada Kelas Ibu Hamil
Pertemuan I
1. Kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan
a) Apa kehamilan itu?
b) Perubahan tubuh ibu selama kehamilan
c) Keluhan umum saat hamil dan cara mengatasinya (kram kaki, wasir
dan nyeri pinggang)
d) Apa saja yang perlu dilakukan ibu hamil
e) Pengaturan gizi termasuk pemberian tablet tambah darah untuk
penanggulangan anemia
2. Perawatan kehamilan
a) Kesiapan psikologis menghadapi kehamilan
b) Hubungan suami istri selama kehamilan
c) Obat yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi ibu hamil
d) Tanda-tanda bahaya kehamilan
e) Perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K)

Pertemuan II
1. Persalinan
a) Tanda-tanda persalinan
b) Tanda bahaya persalinan
c) Proses persalinan
2. Perawatan nifas
a) Apa yang dilakukan ibu nifas agar dapat menyusui ASI eksklusif?
b) Bagaimana menjaga kesehatan ibu nifas?
c) Tanda-tanda bahaya dan penyakit ibu nifas
d) KB pasca persalinan

Pertemuan III
1. Perawatan bayi
a. Perawatan bayi baru lahir (BBL)
b. Pemberian K1 injeksi pada BBL
c. Tanda bahaya BBL
d. Pengamatan perkembangan bayi/anak
e. Pemberian imunisasi pada BBL
2. Mitos
Penggalian dan penelusuran mitos yang berkaitan dengan kesehatan
ibu dan anak.
3. Penyakit menular
a. Infeksi menular seksual (IMS)
b. Informasi dasar HIV/AIDS
c. Pencegahan dan penanganan malaria pada ibu hamil
d. Akte kelahiran
4. Pentingnya akte kelahiran.

5. Materi, Metode dan Alat Bantu.


Berikut adalah contoh jadwal pertemuan I kelas ibu hamil :
Tabel 2.1. Contoh Jadwal Pertemuan

Monitoring dilakukan dalam rangka melihat perkembangan dan


pencapaian, serta masalah dalam pelaksanaan kelas ibu hamil, hasil
monitoring dapat dijadikaan bahan acuan untuk perbaikan dan pengembangan
kelas ibu hamil selanjutnya. Kegiatan monitoring dilakukan secara berkala dan
berjenjang mulai dari tingkat Desa, Kecamatan, Kabupaten/Kota dan Provinsi.
Monitoring di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota dilakukan minimal setiap
3 (tiga) bulan sekali.
Evaluasi dilakukan untuk melihat keluaran dan dampak baik positif
maupun negatif pelaksanaan kelas ibu hamil berdasarkan indikator. Dari hasil
evaluasi tersebut bisa dijadikan sebagai bahan pembelajaran guna melakukan
perbaikan dan pengembangan kelas ibu hamil berikutnya. Evaluasi oleh
pelaksana (Bidan/koordinator bidan) dilakukan pada setiap selesai pertemuan
kelas ibu.Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota serta Dinas Kesehatan Provinsi
dapat
melakukan evaluasi bersama sama misalnya 1 kali setahun.
Keberhasilan dari pelaksanaan program kelas ibu hamil, dapat dinilai dari
beberapa indikator, yakni:
Indikator Input:
% petugas kesehatan sebagai fasilitator Kelas Ibu Hamil
% ibu hamil yang mengikuti Kelas Ibu Hamil
% suami /anggota keluarga yang hadir mengikuti Kelas Ibu Hamil
% kader yang terlibat dalam penyelenggaraan Kelas Ibu Hamil
Indikator Proses:
Fasilitator: manajemen waktu, penggunaan variasi metode pembelajaran,
bahasan penyampaian, penggunaan alat bantu, kemampuan melibatkan
peserta, informasi Buku KIA
Peserta: frekuensi kehadiran, keaktifan bertanya dan berdiskusi, hasil pra
dan pasca kuesioner Kelas Ibu Hamil
Penyelenggaraan: tempat, sarana, waktu
Indikator output:
% peningkatan jumlah ibu hamil yang memiliki Buku KIA
% ibu yang datang pada K4
% ibu/keluarga yang telah memiliki Perencanaan Persalinan
% ibu yang datang untuk mendapatkan tablet Fe
% ibu yang telah membuat pilihan bersalin dengan Nakes
% KN
% IMD(Inisisasi Menyusu Dini)
% kader dalam keterlibatan penyelenggaan
2.2. Sumber Pembiayaan Puskesmas
Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif,
kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah
daerah dan/atau masyarakat.
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Menurut Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009, upaya kesehatan dibiayai
dari sumber Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (APBD) yang ada di berbagai sektor. Besar
anggaran kesehatan Pemerintah dialokasikan minimal sebesar 5% (lima
persen) dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) di luar gaji.
Sedangkan Besar anggaran kesehatan pemerintah daerah provinsi,
kabupaten/kota dialokasikan minimal 10% (sepuluh persen) dari anggaran
pendapatan dan belanja daerah (APBD) di luar gaji. Untuk terselenggaranya
berbagai upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat yang
menjadi tanggung jawab puskesmas, perlu ditunjang dengan tersedianya
pembiayaan yang cukup.
Pada saat ini ada beberapa sumber pembiayaan puskesmas, seperti dana
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) dari pendapatan asli daerah,
dana kapitasi JKN, Dana Alokasi Khusus Fisik sub bidang pelayanan
kesehatan dasar dan Dana Alokasi Khusus non Fisik dalam bentuk Bantuan
Operasional Kesehatan, Dana Desa, Dana Bagi Hasil Cukai Tembakau, Pajak
Rokok, dan dana Corporate Social Responsibility (CSR) dan sumber dana
lainnya yang sah. Seluruh sumber pendanaan tersebut di atas diharapkan dapat
dimanfaatkan secara efektif dan efisien oleh setiap Puskesmas.

1. APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah)


Kemampuan pemerintah daerah untuk membiayai pembangunan
termasuk pembangunan kesehatan tergantung dari besarnya pendapatan. Sejak
era desentralisasi, aliran anggaran lebih banyak mengalir ke daerah, dengan
demikian sumber pembiayaan saat ini lebih bergantung kepada APBD
Kabupaten/Kota, sejalan dengan diberlakukannnya UU No. 32/2004 tentang
Pemerintahan Daerah yang menerapkan sistem desentralisasi di
Kabupaten/Kota. Dengan desentralisasi akan terjadi pemindahan kewenangan
atau pembagian kekuasaan dalam perencanaan pemerintahan, manajemen dan
pengambilan keputusan dari tingkat nasional ke tingkat daerah. Pemindahan
kewenangan tersebut termasuk kewenangan bidang kesehatan, yang bahkan
menjadi kewenangan wajib yang harus diselenggarakan oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota (UU No. 32 /2004). Pemerintah daerah wajib
mengalokasikan dana untuk kesehatan sebesar minimal 10% dari APBD
sesuai dengan ketentuan Undang-undang Nomor 26 Tahun 2009 tentang
Kesehatan, khususnya kegiatan yang langsung menyentuh kepentingan
masyarakat. APBD dibagi menjadi tiga bagian yaitu penerimaan, pengeluaran,
dan pembiayaan. APBD merupakan satu kesatuan, yang terdiri dari:
1. Pendapatan Daerah
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Dana Perimbangan
Dana Bagi Hasil (DBH)
Dana Alokasi Umum (DAU)
Dana Alokasi Khusus (DAK) : Fisik dan Non Fisik
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
2. Belanja Daerah
3. Pembiayaan Daerah
Setiap tahun anggaran tersebut disusun oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota untuk diajukan dalam Daftar Usulan Kegiatan ke pemerintah
kabupaten/kota untuk seterusnya dibahas bersama DPRD kabupaten/kota.
Puskesmas diberikan kesempatan mengajukan kebutuhan untuk kedua
anggaran tersebut melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Anggaran yang telah disetujui yang tercantum dalam dokumen keuangan
diturunkan secara bertahap ke puskesmas melalui Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Untuk beberapa mata anggaran tertentu, misalnya pengadaan
obat dan pembangunan gedung serta pengadaan alat, anggaran tersebut
dikelola langsung olen Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau oleh pemerintah
kabupaten/kota.
Penanggungjawab penggunaan anggaran yang diterima puskesmas adalah
kepala puskesmas, sedangkan administrasi keuangan dilakukan oleh
pemegang keuangan puskesmas yakni seorang staf yang ditetapkan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota atas usulan kepala puskesmas. Penggunaan dana
sesuai dengan usulan kegiatan yang telah disetujui dengan memperhatikan
berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dana Alokasi Khusus Non Fisik


Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)
BOK yang merupakan salah satu bentuk DAK non fisik Bidang
Kesehatan, merupakan bantuan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah
untuk mendukung operasional Puskesmas dalam rangka pencapaian program
kesehatan prioritas nasional, khususnya kegiatan promotif preventif sebagai
bagian dari upaya kesehatan masyarakat. Pemanfaatan BOK diarahkan untuk
mendekatkan petugas kesehatan kepada masyarakat dan memberdayakan
masyarakat melalui mobilisasi kader kesehatan untuk berperan aktif dalam
pembangunan kesehatan.
Tahun 2017, Pemerintah mengalokasikan anggaran DAK Bidang
Kesehatan sebesar Rp.23.220.985.381.000,- (dua puluh tiga triliun dua ratus
dua puluh miliar sembilan ratus delapan puluh lima juta tiga ratus delapan
puluh satu ribu rupiah) terdiri dari DAK Fisik sebesar
Rp.16.603.785.381.000,-, (enam belas triliun enam ratus tiga miliar tujuh ratus
delapan puluh lima juta tiga ratus delapan puluh satu ribu rupiah) dan DAK
Nonfisik sebesar Rp.6.617.200.000.000,- (enam triliun enam ratus tujuh belas
miliar dua ratus juta rupiah). Dengan meningkatnya anggaran DAK Bidang
Kesehatan Tahun 2017 untuk kegiatan fisik dan nonfisik, diharapkan dapat
mendukung pembangunan kesehatan di daerah yang sinergis dengan prioritas
nasional.
Dana BOK Puskesmas dapat digunakan untuk berbagai kegiatan yang
diselenggarakan oleh Puskesmas dan jaringannya meliputi:
Upaya kesehatan masyarakat esensial dan pengembangannya, termasuk
pemenuhan kebutuhan pendukung kegiatan, pemberdayaan masyarakat,
dan kerjasama lintas sektoral serta manajemen Puskesmas.
Upaya kesehatan masyarakat yang dilaksanakan oleh Tim Nusantara Sehat
meliputi pelayanan kesehatan luar gedung khususnya untuk menjangkau
daerah sulit/terpencil, pemberdayaan masyarakat, dan inovasi pelayanan
kesehatan. Kegiatan yang dilaksanakan oleh Tim Nusantara Sehat tetap
menjadi kesatuan dengan Puskesmas dimana tim tersebut berada.
Kegiatan untuk mewujudkan desa Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM) oleh sanitarian/tenaga kesehatan lingkungan Puskesmas, yang
meliputi: pemicuan, Identifikasi Masalah dan Analisis Situasi (IMAS)
perilaku kesehatan, monitoring paska pemicuan, pembuatan dan update
peta sanitasi dan buku kader, kampanye cuci tangan pakai sabun,
kampanye higiene sanitasi sekolah, dan surveilans kualitas air (pra dan
paska konstruksi) serta verifikasi Stop Buang Air Sembarangan (SBS).
Pengangkatan tenaga kontrak promosi kesehatan di Puskesmas yang
dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.Dana BOK yang
tersedia disetiap jenjang dapat dimanfaatkan

Untuk membiayai kegiatan yang tercakup dalam menu kegiatan di


fasilitas pelayanan kesehatan yang menerima alokasi dana BOK, meliputi:
Transport lokal dalam wilayah desa, kecamatan, kabupaten/kota bagi
petugas kesehatan, lintas sektor termasuk kader;
Perjalanan dinas atau transport PNS dan non PNS;
Pembelian barang pakai habis;
Belanja bahan/material untuk mendukung pelayanan promotif dan
preventif antara lain penggandaan media, reagen, rapid tes/tes cepat, bahan
PMT penyuluhan dan pemulihan berbahan lokal;
Belanja cetak dan penggandaan;
Belanja makanan dan minuman;
Penyelenggaraan rapat-rapat, sosialisasi,pertemuan; dan
Honorarium PNS dan non PNS; Dana BOK tidak dapat dimanfaatkan
untuk keperluan belanja tidak langsung (gaji, tunjangan dll) belanja
modal, upaya kesehatan kuratif dan rehabilitatif, pembelian obat, vaksin,
pemeliharaan gedung, kendaraan, biaya transportasi rujukan.

Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


Puskesmas sebagai pemberi layanan kesehatan tingkat pertama dalam JKN
berhak menerima pembayaran dari BPJS Kesehatan atas pelayanan kesehatan
yang diberikan kepada peserta JKN. Pembayaran tersebut diberikan oleh BPJS
Kesehatan secara pra-upaya berdasarkan jumlah peserta JKN yang terdaftar
pada Puskesmas yang selanjutnya disebut cara pembayaran kapitasi. Dana
Kapitasi adalah besaran pembayaran per-bulan yang dibayar dimuka kepada
Puskesmas berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar tanpa memperhitungkan
jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan. Dana kapitasi
sebagaimana dimaksud dibayarkan langsung oleh BPJS Kesehatan kepada
Puskesmas dan dana tersebut diakui sebagai pendapatan dan dapat digunakan
untuk mendukung pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat di
Puskesmas.
a. Pemanfaatan Dana Kapitasi pada Puskesmas Badan Layanan Umum
Daerah (BLUD)Pengelolaan dan Pemanfaatan Dana Kapitasi pada
Puskesmas yang telah menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan BLUD,
sepenuhnya mengacu pada ketentuan BLUD.
b. Pemanfaatan Dana Kapitasi pada Puskesmas Non-BLUDDana Kapitasi
yang diterima oleh Puskesmas dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan dimanfaatkan seluruhnya untuk pembayaran jasa pelayanan
kesehatan dan dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan. Alokasi
untuk pembayaran jasa pelayanan kesehatan untuk tiap Puskesmas
ditetapkan sekurang-kurangnya 60% (enam puluh persen) dari penerimaan
Dana Kapitasi, sedangkan alokasi untuk pembayaran dukungan biaya
operasional pelayanan kesehatan ditetapkan sebesar selisih dari
penerimaan dana kapitasi dikurangi dengan besar alokasi untuk
pembayaran jasa pelayanan kesehatan.

Besaran alokasi tersebut diatas ditetapkan setiap tahun dengan Keputusan


Kepala Daerah atas usulan Kepala SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
dengan mempertimbangkan:
a. Tunjangan yang telah diterima dari Pemerintah Daerah;
b. Kegiatan operasional pelayanan kesehatan dalam rangka mencapai target
kinerja di bidang pelayanan kesehatan; dan
c. Kebutuhan obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai.

Pemanfaatan Dana Kapitasi untuk Jasa Pelayanan Kesehatan diberikan


kepada pegawai di Puskesmas dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Jasa pelayanan kesehatan dari Dana Kapitasi diberikan kepada tenaga
kesehatan dan tenaga non kesehatan yang melakukan pelayanan pada
Puskesmas yang meliputi: Pegawai Negeri Sipil, Pegawai Pemerintah
dengan Perjanjian Kerja, dan Pegawai Tidak Tetap.
b. Jasa pelayanan diberikan dengan memperhitungkan variabel kehadiran,
jenis ketenagaan, masa kerja, rangkap tugas administrasi, dan tanggung
jawab program yang dipegang.

Sedangkan alokasi dana Kapitasi untuk dukungan biaya operasional


pelayanan kesehatan dapat dimanfaatkan dengan mengikuti ketentuan sebagai
berikut:
a. Alokasi Dana Kapitasi untuk pembayaran dukungan biaya operasional
pelayanan kesehatan dimanfaatkan untuk biaya obat, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai serta biaya operasional pelayanan kesehatan
lainnya.
a. Dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan lainnya sebagaimana
dimaksud diatas meliputi:
1) Belanja barang operasional, antara lain meliputi:
- Pelayanan kesehatan dalam gedung,
- Pelayanan kesehatan luar gedung,
- Operasional dan pemeliharaan kendaraan Puskesmas keliling,
- Bahan cetak atau alat tulis kantor,
- Administrasi, koordinasi program, dan sistem informasi
- Peningkatan kapasitas sumber daya manusia kesehatan
- Pemeliharaan sarana dan prasarana
2) Belanja Modal untuk penyediaan sarana dan prasarana di Puskesmas
yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan pelayanan
kesehatan di Puskesmas milik pemerintah daerah pemerintah daerah.
Contoh belanja modal antara lain: belanja kursi tunggu pasien, lemari obat,
toilet, gorden, linen, lemari arsip, meja kerja petugas, AC, genset,
pembuatan papan nama, pembuatan billboard, pembuatan pagar FKTP,
dan lain lain.

Sumber lain
Dana Desa
Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) Kabupaten yang dialokasikan dengan tujuan
pemerataan kemampuan keuangan antar desa untuk mendanai kebutuhan
desa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan
pembangunan serta pelayanan masyarakat.
Pada tahun anggaran 2016 prioritas penggunaan Dana Desa masih
diutamakan untuk mendanai program atau kegiatan bidang pelaksanaan
pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa. Untuk program
atau kegiatan selain pada dua bidang kewenangan tersebut, pendanaanya
bersumber pada sumber lainnya seperti Alokasi Dana Desa (ADD) yang
bersumber pada APBD, Bagi hasil pajak dan retribusi dan Pendapatan Asli
Desa (PADes).
Alokasi Dana Desa (ADD) diarahkan untuk membiayai berbagai
kegiatan, salah satunya yakni Pemberdayaan Masyarakat dengan prioritas
kegiatan seperti:
Peningkatan Sumber Daya Manusia Kepala Desa dan Perangkat Desa
meliputi Pendidikan, Pelatihan, Pembekalan, Studi Banding.
Biaya operasional Tim Pelaksana Bidang Pemerintahan.
Biaya tunjangan Kepala Desa, Perangkat Desa, tunjangan dan
operasional BPD, Honor ketua RT dan RW serta penguatan
kelembagaan RT / RW
Biaya perawatan kantor dan lingkungan Kantor Kepala Desa.
Biaya penyediaan data dan pembuatan pelaporan, pertanggung
jawaban meliputi:
Pembuatan/Perbaikan monografi, peta dan lain-lain data dinding.
Penyusunan APBDes, LPPD dan LKPJ, pelaporan dan
pertanggung jawaban penggunaan Alokasi Dana Desa (ADD).
Biaya lain-lain yang perlu dan mendesak, misalnya Penanganan
keadaan darurat seperti bencana alam, kebakaran dan sebagainya.
Integrasi pemanfaatan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK), Dana Kapitasi
JKN dan APBD lainnya untuk Pendanaan di Puskesmas.
Pemerintah Daerah sebagai pelaksana urusan kesehatan di wilayahnya, wajib
berperan aktif dalam pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga. Puskesmas sebagai Unit Teknis dibawah Pemerintah Daerah dan pelaksana
pendekatan keluarga, harus didukung penuh pendanaan dari Pemerintah Daerah.
Dalam melaksanakan kegiatan tersebut, Puskesmas dapat menggunakan berbagai
sumber pendanaan yang ada di Puskesmas.
Untuk dapat mengintegrasikan sumber pendanaan yang ada di Puskesmas,
Puskesmas dapat melaksanakan langkah-langkah sebagai berikut:
Puskesmas melakukan identifikasi seluruh kegiatan menurut jenis, tujuan, sasaran
dan rincian kegiatan yang akan dilaksanakan selama suatu periode secara rinci.
Identifikasi jenis kegiatan tersebut dilakukan pada setiap tahapan, mulai dari tahap
sosialisasi, pengorganisasian, perencanaan, penggerakan-pelaksanaan, dan
pengawasan - pengendalian - penilaian.
Puskesmas mengidentifikasi sumber pendanaan yang didapatkan pada suatu Periode
sesuai ketentuan yang berlaku. Ketentuan tersebut meliputi pemanfaatan,
mekanisme penyaluran dana, penganggaran, pelaksanaan dan penatausahaan, serta

pertanggung jawaban pendanaan sebagaimana contoh tabel 1.

Tabel 2.2. Sumber Pembiayaan Puskesmas


No Sumber Pendanaan Petunjuk Pemanfaatan
1. Dana APBD Permendagri 13/2006 beserta Perubahannya
(Permendagri 59/2007 dan Permendagri
21/2011) Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah
Peraturan Menteri Dalam Negeri no. 31
Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan
APBD Tahun Anggaran 2017

2. Dana Kapitasi Peraturan Presiden no. 32 tahun 2014 tentang


Pengelolaan dan Pemanfaatan Dana Kapitasi
JKN pada FKTP milik Pemda
Peraturan Menteri Kesehatan no. 21 Tahun
2016 tentang Penggunaan Dana Kapitasi JKN
untuk Jasa Pelayanan Kesehatan dan
Dukungan Biaya Operasional pada FKTP
milik Pemda.

3. Bantuan Operasional Peraturan Menteri Kesehatan no. 71 Tahun


Kesehatan (BOK) 2016 tentang Penggunaan DAK Non Fisik
Bidang Kesehatan Tahun Anggaran 2017

4. Dana Desa Peraturan Pemerintah no. 60 Tahun 2014


tentang Dana Desa yang Bersumber dari
APBN sebagaimana telah diubah beberapa
kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah no.
8 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua
Peraturan Pemerintah no. 60 Tahun 2014
Peraturan Menteri Desa no. 21 Tahun 2015
tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa
Tahun 2016

Puskesmas melakukan pemetaan terhadap sumber dana di Puskesmas yang


memungkinkan untuk digunakan pada setiap jenis kegiatan yang telah
direncanakan, mengacu pada regulasi yang sudah diidentifikasi.

Selanjutnya, Puskesmas dapat merinci kegiatan-kegiatan dalam pelaksanaan


Pendanaan yang dilakukan mengacu pada regulasi yang sudah diidentifikasi
dengan prinsip menghindari tumpang tindih/double pembiayaan dalam satu
kegiatan/aktivitas.

Hasil identifikasi aktivitas dan sumber pembiayaan dituangkan dalam


penyusunan Rencana usulan Kegiatan (RUK) dan Rencana pelaksanaan
Kegiatan (RPK) Puskesmas yang terintegrasi dalam manajemen puskesmas
dan sistem perencanaan di daerah.
2.3 Pembiayaan Kegiatan Kelas Ibu Hamil
Pembiayaan kelas ibu hamil bersumber dari dana pemerintah yaitu Bantuan
Operasional Kesehatan atau BOK. Hal ini sudah sesuai dengan pemanfaatan dan
penggunaan BOK sebagai upaya kegiatan promotif preventif sebagai bagian dari
upaya kesehatan masyarakat.
2.3.1 Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)
BOK merupakan bantuan pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah untuk mendukung operasional Puskesmas dalam rangka
pencapaian program kesehatan prioritas nasional, khususnya kegiatan
promotif preventif sebagai bagian dari upaya kesehatan masyarakat. BOK
diharapkan dapat mendekatkan petugas kesehatan kepada masyarakat dan
memberdayakan masyarakat, melalui mobilisasi kader kesehatan untuk
berperan aktif dalam pembangunan kesehatan.
BOK tahun 2017 dalam pemanfaatan mengalami perluasan bukan
hanya untuk operasional Puskesmas dan dukungan manajemen tetapi juga
untuk peningkatan peran Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai
fasilitas rujukan Upaya Kesehatan Masyarakat sekunder termasuk Balai
Kesehatan Masyarakat sebagai UPTnya serta untuk kegiatan peningkatan
distribusi obat ke Puskesmas dan e-logistic di kabupaten/kota
Dalam pengelolaan dana BOK merupakan satu kesatuan sumber
pembiayaan operasional untuk pelaksanaan upaya kesehatan bersama
sumber dana lain yang ada di Puskesmas seperti dana APBD, kapitasi
BPJS dan dana lainnya yang sah yang dikelola menggunakan mekanisme
APBD.

2.3.2 Alokasi Dana BOK


a. Alokasi dana per kabupaten/kota
Besaran alokasi dana BOK untuk setiap kabupaten/kota
ditetapkan berdasarkan SK Menteri Kesehatan. Pengelolaan
keuangan BOK tingkat kabupaten/kota diatur dalam buku Pedoman
Pengelolaan Keuangan BOK.
b. Alokasi dana per Puskesmas
Besaran alokasi dana BOK setiap Puskesmas di kabupaten/kota
tersebut ditetapkan berdasarkan SK Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Nilai besaranse tiap Puskesmas memperhatikan
situasi dan kondisi:
a. Jumlah penduduk
b. Luas wilayah/kondisi geografis
c. Kesulitan wilayah
d. Cakupan program
e. Jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas
f. Situasi dan kondisi yang ditentukan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota bersangkutan

2.3.2. Penggunaan dana BOK


Dana BOK yang diterima dapat digunakan untu kegiatan-kegiatan
promotive dan preventif dan kegiatan dukungan manajemen yang
meliputi:
a. Kegiatan Puskesmas
Dana BOK Puskesmas dapat digunakan untuk berbagai kegiatan yang
diselenggarakan oleh Puskesmas dan jaringannya meliputi
1) Upaya kesehatan masyarakat esensial dan pengembangan termasuk
pemenuhan kebutuhan pendukung kegiatan, pemberdayaan
masyarakat, dan kerjasama lintas sektoral serta manajemen
puskesmas termasuk administrasi. Untukm mewujudkan
percepatan Keluarga Sehat maka berbagai kegiatan di Puskesmas
dilaksanakan melalui strategi Pendekatan Keluarga dengan
kegiatan keluar gedung (kunjungan rumah) pada keluarga di
wilayah kerjanya dan mengatasi berbagai masalah kesehatan yang
dihadapi di keluarga.
2) Upaya kesehatan masyarakat yang dilaksanakan oleh Tim
Nusantara Sehat meliputi pelayanan kesehatan keluar gedung
khususnya menjangkau daerah sulit/terpencil, pemberdayaan
masyarakat, dan inovasi pelayanan kesehatan. Kegiatan yang
dilaksanakan oleh Tim Nusantara Sehat tetap menjadi kesatuan
dengan Puskesmas dimana Nusantara Sehat berada
3) Pemicuan desa STBM
Kegiatan untuk mewujudkan desa STBM di desa oleh sanitarian
/tenaga kesehatan lingkungan Puskesmas meliputi : Pemicuan,
identifikasi masalah dan analisis situasi (IMAS) perilaku
kesehatan, Monitoring paska pemicuan, pembuatan dan update
peta sanitasi dan buku kader, kampanye cuci tangan pakai sabun,
kampanye higiene sanitasi sekolah, dan surveilans kualitas air
(Pra dan Paska Konstruksi) serta verifikasi stop buang air besar
sembarangan (SBS)
4) Pengangkatan tenaga kontrak promosi kesehatan di Puskesmas
yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
b. Kegiatan Balai Kesehatan Masyarakat
Penggunaan BOK untuk Balai Kesehatan Masyarakat yang
merupakan UPT kabupaten/kota untuk meningkatkan jangkauan
pelayanan promotif dan preventif di luar gedung Balai Kesehatan
Masyarakat, pemberdayaan masyarakat, kampanye, sosialisasi,
advokasi perilaku hidup sehat termasuk menjalankan fungsi rujukan
UKM dari dan ke Puskesmas. Dalam pelaksanaan kegiatan agar
bersinergi dengan Puskesmas setempat untuk mendukung outreach
Puskesmas melalui pendekatan keluarga. Petunjuk teknis kegiatan
ditetapkan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bersama Balai Kesehatan
Masyarakat
c. Kegiatan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Penggunaan dana BOK di kabupaten/kota fasilitas rujukan upaya
kesehatan masyarakat sekunder dan dukungan manajemen sebagai
pengelola keuangan satuan kerja pengelola BOK meliputi:
1) Kegiatan koordinasi lintas program, lintas sektor tingkat
kabupaten/kota, pembinaan program kesehatan masyarakat ke
Puskesmas minimal 4 kali/tahun, menghadiri minilokakarya di
Puskesmas, melaksanakan kampanye, sosialisasi advokasi perilaku
hidup sehat di tingkat kabupaten, pemberdayaan masyarakat, fungsi
rujukan UKM dari Puskesmas maupun ke Puskesmas berupa
fasilitasi, Backup sarana, prasarana, tenaga, teknologi dan
pelayanan kesehatan (kejadian KLB, bencana dll) petunjuk teknis
kegiatan Upaya Kesehatan Masyarakat Sekunder ditetapkan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
2) Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang ada di
359 kabupaten (terlampir) berupa pengangkatan tenaga kontrak
yang berfungsi sebagai fasilitator STBM kabupaten untuk
pencapaian desa STBM di Puskesmas dan dukungan
operasionalnya,
3) Dukungan manajemen satuan kerja pengelola BOK tingkat
kabupaten/kota

2.3.3 Pemanfaatan dana BOK


Dana BOK yang tersedia di setiap jenjang dapat dimanfaatkan
untuk membiayai setiap kegiatan yang dilaksanakan yang tercakup
dalam menu kegiatan disetiap fasilitas pelayanan kesehatan yang
menerima alokasi dana BOK yang meliputi :
a. Transport lokal dalam wilayah desa, kecamatan, kabupaten/kota bagi
petugas kesehatan, lintas sektor termasuk kader
b. Perjalanan dinas PNS dan non PNS
c. Pembelian barang pakai habis
d. Belanja bahan/material untuk mendukung pelayanan promotif dan
preventif antara lain penggandaan media, reagen, rapid tes/tes
cepat, bahan PMT penyuluhan dan pemulihan berbahan lokal;
e. Belanja cetak dan penggandaan;
f. Belanja makanan dan minuman;
g. Penyelenggaraan rapat-rapat, sosialisasi, pertemuan
h. Honorarium PNS dan non PNS
Dana BOK tidak dapat dimanfaatkan untuk keperluan belanja
tidak langsung (gaji, tunjangan dll) belanja modal, upaya kesehatan
kuratif dan rehabilitatif, pembelian obat, vaksin, pemeliharaan gedung,
kendaraan, biaya transportasi rujukan
Dalam upaya untuk peningkatan kegiatan promosi kesehatan serta
mewujudkan program STBM dana BOK dapat dimanfaatkan untuk
pembayaran honor pegawai yang dikontrak untuk kegiatan tersebut
dengan ketentuan:
1. Dana BOK yang ada di Puskesmas dapat untuk membayar 1 (satu)
orang tenaga promosi kesehatan setiap Puskesmas yang dikontrak
oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang ditempatkan di
Puskesmas. Ketentuan khusus terkait dengan tenaga kontrak
promotor kesehatan adalah:
a) Berpendidikan minimal D3 Kesehatan jurusan/peminatan
Kesehatan Masyarakat diutamakan jurusan/peminatan Promosi
Kesehatan/Ilmu Perilaku, diutamakan yang memiliki pengalaman
kerja minimal 1 tahun dibidangnya.
b) Diberikan honor minimal sesuai upah minimum di
Kabupaten/Kota yang berlaku dengan target kinerja bulanan yang
ditetapkan secara tertulis oleh Kepala Puskesmas (output based
performance).
c) Diberikan hak/fasilitas yang setara dengan staf Puskesmas lainnya
termasuk Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
d) Lama kontrak maksimal 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang
sesuai ketersediaan anggaran dan capaian target kinerjanya
2. Dana yang ada BOK fasilitas UKM sekunder di dinas kesehatan
kabupaten dapat untuk membayar tenaga yang akan dikontrak untuk
tenaga STBM kabupaten dengan ketentuan ditetapkan melalui SK
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten yang mengacu pada
peraturan yang berlaku. Ketentuan khusus terkait dengan
tenaga kontrak STBM adalah:
a) Berpendidikan minimal D3 Kesehatan Lingkungan
b) Diberikan honor minimal sesuai upah minimum di Kabupaten
c) Lama kontrak maksimal 1 (satu) tahun dan dapat
diperpanjang sesuai ketersediaan anggaran dan capaian target
kinerjanya
d) Diberikan hak/ fasilitas yang setara dengan staf
Kabupaten lainnya.

2.4. Pengusulan dan Pencairan Anggaran Kegiatan


Pengusulan dan pencairan anggaran untuk setiap Puskesmas harus
mengikuti prosedur berikut:
1. Puskesmas membuat Plan of Action (POA) yang merupakan satu kesatuan
dengan POA Puskesmas.
2. Berdasarkan POA tersebut, Puskesmas mengusulkan kebutuhan dana untuk
kegiatan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
3. Bendahara Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota akan mencairkan permintaan
dana Puskesmas berdasarkan persetujuan atas hasil verifikasi Tim
Pengelola Jamkesmas dan BOK Tingkat Kabupaten/Kota.
4. Untuk pencairan dana berikutnya dapat dilakukan dengan tetap membuat
POA dari hasil lokakarya mini dan melampirkan laporan pemanfaatan dana
sebelumnya serta Laporan Pelaksanaan Bantuan Operasional Kesehatan
(BOK) oleh Puskesmas di Kab/Kota (SIKNAS online).
5. Untuk Puskesmas terpencil/sangat terpencil, periode pencairan dana dapat
diatur berdasarkan kesepakatan Puskesmas dengan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Pembiayaan kelas ibu hamil UPTD Puskesmas Kuala Lempuing


Melihat tinjauan pustaka yang sudah dipaparkan di atas dan melihat
kenyataannya yang terjadi di lapangan, sebenarnya pembiayaan untuk kelas ibu hamil
yang dilaksanakan di Puskesmas sudah sesuai dengan teori. Program kelas ibu hamil
yang dilaksanakan di UPTD Puskesmas Kuala Lempuing menggunakan pembiayaan
yang bersumber dari dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) sesuai dengan
pemanfaatan dana BOK yang tercantum didalam Permenkes 71/2016 ttg Penggunaan
DAK Non Fisik TA 2017.
Adapun rincian dana program kelas ibu hamil UPTD Puskesmas Kuala
Lempuing tahun 2017 meliputi :
No Kegiatan Biaya Keperluan Sumber
Dana
1 Kunjungan Ibu - 2 x Rp. 80.000,- - Transportasi BOK
Hamil Resiko x 6 kali petugas
Tinggi pertemuan
2 Pendampingan - 2 x Rp. 80.000,- x - Tranportasi BOK
Kelas Ibu 6 kali pertemuan petugas
Hamil - 10 x Rp. 25.000,- - Konsumsi
x 6 kali Peserta
pertemuan
3 Sosialisasi - 3 x Rp. 250.000,- - Honour NS BOK
Pendampingan x 1 kali
kelas ibu pertemuan - Transportasi
hamil - 3 x Rp. 80.000,- x petugas
1 kali pertemuan - Transpostasi
- 20 x Rp. 50.000,- peserta
x 1 kali - Konsumsi
pertemuan
- 26 x Rp. 30.000,- - ATK dan
x 1 kali Pengadaan
pertemuan
- 3 x Rp. 250.000,-
x 1 kali
pertemuan
- 1 x Rp. 150.000,-
x 1 kali
pertemuan
Table 3.1 Rincian Anggaran Kelgiatan UPTD Puskesmas Kuala
Lempuing

Dana BOK adalah bantuan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk
mendukung operasional Puskesmas dalam rangka pencapaian program kesehatan
prioritas nasional. Dana BOK yang diterima dapat digunakan untuk kegiatan-kegiatan
promotive dan preventif, slah satunya adalah program kelas ibu hamil.
Alur penerimaan dana BOK sampai dapat dimanfaatkan untuk program kelas
ibu hamil di Puskesmas Kuala Lempuing adalah sebagai berikut :

Bendahara Dinas
Pembuatan POA, melalui Puskesmas mengajukan Kesehatan akan
lokakarya mini dana ke Pemerintah Kota mencairkan dana

Dana sampai ke
Diterima oleh bendahara
Terlaksananya Kegiatan penanggung jawab
Puskesmas
program

Gambar 3.1 Alur Penerimaan Dana BOK Puskesmas Kuala Lempuing

Dari grafik didapatkan bahwa alur penerimaan dana BOK di Puskesmas Kuala
Lempuing sudah sesuai dengan teori yang ada. Pertama pembuatan POA berdasarkan
hasil lokakarya mini. Selanjutnya Puskesmas mengajukan dana ke pemerintahan kota,
lalu bendahara Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota akan mencairkan permintaan dana
Puskesmas berdasarkan persetujuan atas hasil verifikasi Tim Pengelola Jamkesmas
dan BOK Tingkat Kota. Setelah itu Dana akan diterima oleh Bendahara Puskesmas
dan akan disalurkan ke penanggung jawab program.
Di UPTD Puskesmas Kuala Lempuing didapatkan bahwa pembiayaan yang
dianggarkan tidak sesuai dengan jumlah kegiatan yang dilaksanakan. Contohnya pada
pendampingan kelas ibu hamil, dalam anggaran dana tertulis bahwa program
pendampingan kelas ibu hamil dilaksanakan 6 kali dalam setahun, padahal dalam
kenyataannya program pendampingan kelas ibu hamil tersebut dilakukan 12 kali
dalam setahun atau setiap bulan yaitu setiap tanggal 28. Hal yang sama juga terjadi
pada program kunjungan ibu hamil resiko tinggi. Anggaran dana hanya diberikan
untuk 6 kali pertemuan sementara dalam kenyataannya kunjungan ibu hamil resiko
tinggi ini dilakukan setiap bulan. Untuk menutupi hal ini, penanggung jawab program
mengaku bahwa mereka terkadang menggunakan dana pribadi agar kegiatan dapat
terus terlaksana.
Selanjutnya masalah juga terjadi pada pembiayaan program sosialisasi kelas
ibu hamil. Program sosialisasi kelas ibu hamil membutuhkan banyak biaya seperti
rincian pada tabel 3.1, program ini seharunya terlaksana di bulan Juli 2017, akan
tetapi sampai saat ini dana yang dibutuhkan belum juga tersedia, sehingga program ini
mengalami kemunduran jadwal dari yang seharusnya.
Masalah yang terjadi ini diakibatkan karena kurangnya komunikasi antara
petugas. Di UPTD Puskesmas Kuala Lempuing. Sebaiknya hal ini disampaikan pada
lokakarya mini yang telah dilaksanakan agar dana yang sampai sesuai dengan jumlah
kegiatan.

Anda mungkin juga menyukai