Anda di halaman 1dari 6

Adik Kecil,

Ayo Mengompolah!

Hari minggu,pin libur.murid kelas 5 itu jadi malas keluar rumah dan terus membaca
sambil tiduran.Ketika sedang asyik membaca , tangis adiknya mengusiknya. “pin , adikmu menangis !
mama tanggung nih , sedang masak , tolong berikan dot itu !” seru mamanya di dapur. Pin jengkel ,
dengan raut emberut ia menuju kamar adiknya . dilihiatnya Gandang , yang masih berusia 5 bulan itu
sedang menangis , sementara selimutnya kusut tak keruan . namun pin tetap saja santai . ia sudah
terbiasa melihat kebiasaan adiknya itu setiap bangun tidur dan meminta dot susu . begitu dot susu
dimasukkan dalam mulut mungilnya,tangis seketika berhenti . Gandang minum dengan lahapnya . tak
lama kemudia.... cur! “nah , betul kan , apa yang aku duga ? ngompol lagi . ngompol lagi !” seru pin
jengkel , “ma , adik ngompol !” “mama masih tanggung ! oba ganti celananya dong !” ujar mama.
“uuhh , nggak mau ! ompol adik kan bau pesing !” tolak pin .

Ketika pin berkata keras –keras , adiknya menghentikan minum sebentar . begitu
keadaan tak berisik , adiknya melanjutkan minumnya . air botol itu kini tinggal separoh , gandang
sudah memperlambat minumnya , kini sesekali nampak ia tersenyum . seakan – akan ia memamerkan
giginya yang baru tumbuh . lucu benar , senyum itu ! namun pin tak tertarik pada senyum itu . ia
enggan menanggapi canda adiknya . “dik kamu itu bagaimana sih ? kapan kenyangnya , kalau atas
diisi , yang bawah ngompol !” gerutu pin lagi . mungkin karena alas tidur adiknya sudah terlanjur
basah , tubuh mungil itu pun kembali bergerak kesana kemari . “ ayo! ayo nangis , dong ! nangis !
bukankah kemarin sehabis ngompol terus menangis ?” gerutu pin jengkel .

Belum selesai pin menggerutu , gandang pun menangis keras – keras . “uuhhh ,
kebiasaan !” umpatnya jengkel . mamanya yang sudah selesai masak buru – buru ke kamar . elana dan
alas tidur adik buru – buru digantinya . seketika itu pula , tangis pun berhenti . pin kembali ke
kamarnya . belum lama suasan diam , bu broto , tetangganya yang mempunyai anak seusia gandang
datang menemui mamanya . “waduh bu , tidak seperti biasayan , sejak tadi anak saya belum juga
ngompol” keluh bu broto cemas. Dari balik kamar , pin justru menggerutu dalam hati “bu broto ini
bagaimana , bayi enggak ngompol kok malah susah ? seharusnya dia senang akrena enggak repotkan
dengan bau pesing itu ! “saya takut , jangan – jangan anak saya sakit , bu” suaranya datar . “kalau
begitu , sebaiknya di bawa saja ke dokter.” Mama pin mendukungnya. Pin yang mendengarnya jadi
kaget dan bertanya – tanya. Ia segera menemui mamanya. “ma ,apakah adik bayi kalau tak bisa
mengompol berarti sakit ?” tanya pin cemas. “ ya jelas 1 mengompol dan menangis itu kebiasaan bayi
dan itu pertanda bahwa bayi itu sehat” jelas mamanya. Pin diam , mamanya tersenyum.

Ketika pin diminta menunggui gandang yamng mulai tidur kembali, ia tak menggerutu
lagi. Dikecupnya adiknya itu dengan gemas. Mungkin karena terlalu keras mengeup , gandang
terbangun. Adiknya pun menangis lagi. Pin segera memberikan dot susu, adiknya pun meminumnya
dengan lahap. “adik! Adik keil, ayo mengompolah ! bukankah mengompol kebiasaanmu ? dengan
mengompol berarti adik sehat !” batinnya girang. Tak lama kemudian.... ur ! “ma ! ma ! adik
mengompol ! adik sehat , ma , lihatlah mengompolnya banyak ma!” seru pin girang. Pin kini tsk lagi
mengeluh atau menggerutu bila diminta menunggui adiknya.
Akibat cita – cita sama

Koko, reza, budi, doni, iwan, pulang sekolah bersama – sama. Mereka asyik
membicarakan cita – citanya masing – masing. Budi dan doni ingin menjadi dokter. Iwan ingin jadi
insinyur. Tapi reza yang semula ingin menjadi astronot, mendadak mengganti cita – citanya. “aku
ingin jadi presiden saja ah !” kata reza mantap. “tidak boleh ! aku yang duluan punya cita – cita itu,
tanya saja pada iwan atau doni kalau tak percaya!” jawab koko mendadak sengit. “lo, kenapa tidak
boleh ?” reza keheranan, sedikit jengkel juga. “presiden itu cuma satu! Mana ada negara yang
presidennya dua !” elak koko berang. Teman –teman lainnya membenarkan juga. “iya, rez! Lebih baik
kamu tetap bercita – cita jadi astronot. Nanti kalau insinyur – insinyur sudah bisa bikin helikopter
angkasa, siapa yang akan menerbangkannya kalau tidak ada astronot ?” sambung doni. “biar saja!
Pokoknya aku ingin menjadi presiden!” reza tak peduli.

Koko, reza, budi, doni, iwan, go home from school together. They are busy talking about their dream.
Budi and doni want to be doctors. Iwan wants to be an engineer. But reza who originally wanted to
become an astronaut, suddenly replace his dream. "I want to be a president ah!" Said reza steady.
"should not ! I who first have dream that, just ask iwan or doni if you do not believe! "Said koko
suddenly fierce. ", why not?" Reza wonder, a little annoyed too. "The president is just one! Where is
there a country with two presidents! " koko furious. Other friends justify it too. "Yes, rez! You better
still aspire to be an astronaut. Later if engineers - engineers can make space helicopter, who will fly it
if there is no astronaut? "Continued doni. "let it be! Anyway I want to be president! "Reza did not
care.

Usai berkata begitu, reza berlari mendahului yang lain. Koko, iwan, budi, dan doni
berusaha mengejarnya, namun gagal. Esok harinya saat akan berangkat sekolah, koko mendadak
ngambek. Ia diam saat reza berseru – seru memanggilnya. Mamanya jadi bingung sendiri, ia terus
membujuknya namun koko tetap saja diam, Akhirnya mamanya mengalah. Baru ketika terdengar
suara doni, budi, dan iwan koko baru menawab. Tas sekolah langsung disambarnya dan buru – bru
pamit sambil berlari. “pokoknya,reza jangan diajak bicara. Dia harus ganti cita – citanya itu,” doni
membuka pembiaraan dalam perjalanan. “harusbya dia bercita – cita jadi insinyur saja seperti aku,
kalau insinyurnya ada banyak, kan rumah - rumah juga jadi bagus – bagus,” sambung iwan. “iya! Tapi
reza memang ngaco!” jawab koko sengit.

After saying that, reza ran ahead of the others. Koko, iwan, budi, and doni tried to
chase him, but failed. The next day when going to school, koko suddenly sulking. He was silent as
reza shout out for him. His mama became confused himself, he continued to persuade him but koko
still silent, Finally his mother relented. when heard the sound of doni, budi, and iwan koko just
answered. School bag directly struck and hurry farewell while running. "Anyway, reza do not ask to
talk. He should change his dream, "Doni opened the talks on the way. "He should aspire to be an
engineer like me, if there are many engineers, the houses are also so good," continued iwan. "Yes! But
reza is trump up! "Replied koko fierce.

Mereka berempat lalu membuat kelompok baru yang kompak. Karena pulang sekolah
tidak bersama reaza, mama koko jadi heran. “di mana reza ? biasanya kan kalian pulang bersama,”
tanya mama koko. Keempat murid SD itu saling pandang. “reza sudah bukan teman kami lagi tante,”
jawab doni. “mengapa begitu?” tanya mama koko lagi ingin tahu. “pokoknya, kami tidak mau lagi
berteman dengan reza!” jawab koko. “benar tante! Reza itu ngaco!” jawab iwan dan doni hampir
berbarengan. Mereka lalu pamit pulang. Kini mama membuntuti koko yang masuk rumah.
“sebenarnya ada apa sih dengan reza?” tanya mama penasaran. Koko menghela napas.

four of them then create a new group that is compact. Since school is not with reaza,
mama koko is surprised. "Where is reza? Usually you guys go home together, "asked mama koko.
four elementary students looked at each other. "Reza is not our friend anymore aunt," replied doni.
"Why is that?" Asked mama koko more curious. "Anyway, we do not want to be friends with reza!"
Replied koko. "Right aunt! Reza is trump up! "Replied iwan and doni almost simultaneously. They
went home. Now Mom is following koko who entered the house. " what happen with reza?" Asked
mama curious. Koko sighs.

“koko kan sudah lama bercita – cita ingin jadi presiden. Reza waktu itu ingin jadi
presiden juga seperti koko. Itu kan, ngao !” jelas koko. “tapi, kalau cuma ganti cita – cita, kenapa
harus sampai musuhan?” mama koko masih belum mengerti. “mama ini bagaimana sih !” presiden itu
kan, cuma satu. Mana ada satu negara presiden nya ada dua. Jadi reza itu ngaco!” serang koko lagi.
“hahaha...” kini mama koko tersenyum geli. “ko, punya cita – cita sama kan tidak salah. Cita – cita itu
membuat orang jadi rajin belajar, jadi bersemangat.” “tapi, mana ada negara yang presidennya dua
ma?” koko tetap ngotot. Mamanya kembali tersenyum.

"Koko's been long aspired to become president. Reza then wanted to be president as
well as koko. That's it,trump up! "Explained koko. "But, if change a dream, why should to be
enemy?" Mama koko still do not understand. " mama how the hell!" The president is, the one. Where
there is one country president there are two. So reza is trump up! "Attacked koko again. "Hahaha ..."
now mama koko smile amused. "Ko, have the same dream are not wrong. The dream that make
people so diligent study, so excited.” " But, where there is a country that the president two ma? "Koko
persistent. Her mother smiled again.

“ko, tidak semua orang berhasil mencapai cita – citanya. Bila bercita – ita jadi
insinyur, belum tentu juga berhasil jadi insinyur. Yang penting sudah belajar dan berusaha sungguh –
sungguh. Waktu kecil dulu, papa juga ingin menjadi presiden seperti kamu. Tapi nyatanya papamu
bekerja sebagai dosen. Dan papa senang dengan pekerjaan itu!” koko terdiam. “cita – cita itu
membuat tingkah lakumu jadi teratur, karena ingin jadi presiden, kamu tentu akan berusaha jadi anak
baik kan? coba bayangkan, kalau kamu bercita – cita ingin menjadi penuri!” lanjut mamanya lagi.
Koko semakin terdiam. Ia mulai mengerti arti dari cita – cita. Ah koko jadi menyesal telah marah
pada reza. Ia akan meminta maaf pada reza dan berteman lagi
seperti biasanya.

"Ko, not everyone has achieved his goal. If you want to be an engineer, not necessarily also
become an engineer. The important thing is to learn and try hard. When was a kid, your daday want to
be president like you. But in fact your father works as a lecturer. And dad is happy with the job!
"Koko paused. "dream make your behavior so orderly, because you want to be president, you would
be trying to be a good boy right? Imagine, if you aspire to become a thief! "Continued his mama
again. Koko grew silent. He began to understand the meaning of dream. Ah koko feel sorry been
angry at reza. He will apologize to reza and be friends again as usual.
Akibat gengsi

Siang – siang begini paling enak makan nasi dengan sayur bening. Kriuuuk....
perut atok berbunyi. Ia mengayuh sepedanya lebih kencang, semoga saja ibu benar – benar memasak
sayur bening, harap atok. Atok memang sangat kelaparan, itu sebabnya ia terburu – buru dari sekolah.
Setibanya di rumah, atok memasukkan sepedanya ke gerasi. “assalamualaikum ibu masak apa hari
ini?” atok masuk ke dapur. “belum selesai masak ya bu?” tanya atok sambil celingukan. “belum, ibu
baru saja menyelesaikan kue pesanan bu arman, ibu agak apek...” kata ibu. Ibu atok memang biasa
menerima pesanan kue. “jadi, ibu masak apa hari ini?” tanya atok penasaran. “dadar telur.” “yaa...
dadar telur..” atok keewa, hilang sudah harapannya untuk makan yang enak dan segar di siang terik
ini. “sudahlah tok, dadar telur bikinan ibu juga enak kok,” ibu menyodorkan nasi dan lauk dadar telur
itu kepada atok. Atok menggeleng, “terus kamu tidak makan?” “kalau lauknya itu, laebih baik aku
tidak makan.” “benar? Kamu tidak mau makan ?” tanya ibu. Atok mengangguk mantap, ia berharap
ibu mau memasakan lauk yang lain.

“ya sudah!” ternyata ibu acuh tak acuh tidak berbelas kasihan pada atok, padahal
biasanya ibu tidak tega. “kalau begitu, nasi dan telur dadarnya ibu saja yang makan.” Ibu duduk di
kursi makan, kemudian melahap makanan dengan nikmatnya, atok menelan ludah. Sebetulnya, dadar
telur buatan ibu memang lezat rasanya, apalagi bila nasinya hangat dan diberi sambal kecap hmmm
lezat, Atok membayangkan. “kamu tetap tidak mau makan?” tanya ibu lagi. “ya!” atok tetap bertahan
dengan keputusannya, padahal atok seharusnya sudah tidak kuat menahan lapar, tapi gengsi dong
pikir atok.

Siang itu atok tidak keluar dari kamar. Setelah mengerjakan PR, atik membaa
majalah barunya. Ia berharap ibu akan memanggil, tapi hingga majalah kesukaannya dibaa tuntas, ibu
tetap tidak juga memanggil. Perut atok semakin panas. Uh! Atok membolak – balikkan badannya di
atas tempat tidur. Ia lalu berjalan menuju meja belajar untuk mengambil minyak kayu putih. Di
olesinya perutnya, atok berharap perutnya tidak sakit lagi, namun olesan minyak kayuh putih tidak
mempan. Perutnya semakin panas dan perih.

“aduh...”atok memgangi perutnya, Atok akhirnya tidak tahan lagi. ia membuka


pintu kamarnya, sepi mungkin ibu sudah istirahat di kamar. Mengendap – endap atok menuju meja
makan. Dibukanya tudung saji penutup makanan. Kosong!! Tidak ada makanan sedikit pun. “akh
mukin di dapur ada makanan yang tersisa,” gumam atok lirih. Sambil berjalan pelan – pelan supaya
tidak terdengar ibunya,atok menuju dapur. Seluruh pelosok dapur diperiksa atok, tapi tidak ada
makanan apa pun di dapur. Perut atok semakin perih, ia mengambil gelas, “ya.. kosong juga,” atok
keewa karena teko air juga tidak ada isinya. Tapi, rasa gengsinya masih mengalahkan rasa laparnya,
atok masih malu menemui ibunya. “mungkin di kulkas ada yang bisa aku makan...” atok membuka
kulkas, “ya kosong juga,” atok menggerutu. Perutnya semakin perih, ia hampir menangis merasa tidak
tahan, atok berjalan membungkuk – bungkuk menuju kamar ibunya. “bu.. bu...” panggil atok dengan
suara lirih. “ada apa tok?” sahut ibu dari dalam kamar. “kok, tidak ada makanan sih bu,,” “lo, katanya
kamu tidak mau makan,,,” “perutku perih sekali bu” ibu membuka pintu kamar, dilihatnya atok duduk
di tembok dekat pintu kamar sambil meringis memegangi perutnya.

“kamu sakit betulan ya?” ujar ibu. “nanti ibu buatkan teh manis panas supaya
perutmu agak enak.” Setelah minum teh, perut atok berangsur sembuh tidak perih lagi. “makanya,
jangan suka menunda makan,” ujar ibu. Tdi aku sudah mau makan, tapi tidak ada makanan sam
sekali.” “kenapa tidak memanggil ibu?”tanya ibu. “he.. hee.. aku malu bu.” “malu apa gengsi?”
“he..he..he..” atok malu didindir ibu. Ibu mengambil rantang yang ditutupi serbet di atas kulkas, “ini
makananmu” “wahh, mana aku tahu kalau ada makanan di situ!” seru atok senang melihat rantang
dari ibu. Isinya, nasi dan ayam goreng. Enak...

Guci ajaib palsu

Oben gembira diajak indra berlibur ke kampung orang tua indra. Sudah lama ia
ingin melihat kampung indra di daerah pantai selatan, sebab indra selalu bererita seru mengenai
kampung cijampang, begitu tiba di kampung itu, oben merasa takjub melihat pemandangan di
depannya. Hamparan laut dengan pasir yang berwarna putih. “benar – benar indah,” puji oben kagum.
“ya, apalagi kalau kita ke pantai ujung genteng. Kita bisa melihat taman laut, bahkan di sana ada
bekas dermaga tua pada zaman belanda,” tunjuk indra. “nanti sore kita ke sana, sekalian melihat
matahari tenggelam. Sekarang kita istirahat dulu sambil minum kelapa muda.” “boleh juga usulmu,”
timpal oben girang mendengar kata kelapa muda.

Mereka segera beristirahat sambil menghabiskan air kelapa muda yang dipetik pas
kusnadi, paman indra. “selain ke pantai, kita bisa main ke mana lagi?” tanya oben ingin tahu. “kalau
mau lihat yang aneh, ayo kita ke kampung nelayan,” ajak pak kusnadi. “apanya yang aneh?” tanya
oben. “dua hari lalu ada nelayan yang menemukan guci cina dari dasar laut, nelayan itu kemudian
mimpi didatangi kakek tua dari cina. Dalam mimpinya, kakek itu berkata bahwa guci itu ajaib, bisa
mmengabulkan permintaan siapa pun, asal memasukkan uang kedalam guci itu.” “wah menarik juga.
Apa pak kus pernah ke sana?” “ah, pak kus tidak begitu percaya erita seperti itu. Tapi orang kampung
ini dan kampung lainnya banyak yang ke sana.” Oben menoleh ke arah indra. “nanti sore kita sekalian
melihat guci ajaib itu yuk!” ajak oben. “boleh kebetulan letak oantai ujung genteng tak jauh fari sana.
Eh, memangnya kamu peraya pada keajaiban guci cina itu?” tanya indra. “tentu saja tidak. Aku Cuma
penasaran inginmelihat guci itu,” ujar oben.

Pukul empat sore mereka bergegas menuju kampung nelayan. Tidak sulit
menemukan kampung nelayan pemilik guci ajaib itu, banyak orang yang datang ke rumah itu. “kalau
ingin minta sesuatu, harus cepat – cepat katanya minggu depan guvi itu mau dibeli orang jakarta,”
terdengar bisik – bisik di antara pengunjung. Setelah antri ukup lama, oben dan indra akhirnya
mendapat giliran. Nelayan pemilik guci agak terkejut melihat oben dan indra, Baru kali ini ia
menerima tamu anak – anak. “kami dari jakarta pak sengaja datang untuk minta tolong guci ajaib,”
oben buru – buru memamerkan uang sepuluh ribu rupiah di tangannya. Nelayan itu segera
mempersilahkan oben dan indra masuk ke sebuah kamar keil dari bilik bambu. Di sudut kamar itulah
mereka melihat guci itu. Ukurannya lumayan besar, sekitar stengah meter tingginya, ada lukisan
perempuan bermata sipit dengan rumpun – rumpun bambu seperti umumnya lukisan cina di antara
lukisan itu.

“ucapkan permintaan kalin, lalu masukkan uang ke dalam gui itu,” ujar si nelayan.
Oben merogoh sakunya, namun ketika ia mengeluarkan uang, tiba – tiba sesuatu terjatuh dari
sakunya. cLing! Benda itu menggelinding. “aduh, cincin warisan ibu saya!” seru oben. “tolong bantu
arikan. Di sini gelap, saya kurang bisa mlihat.” Nelayan itu membantu oben menari cincin, setelah
agak lama baru lelaki itu menemukannya. Buru – buru ia memberikannya kepada oben. “terima kasih
pak. Oh iya permintaannya sudah saya sebutkan. Uangnya juga sudah dimasukkan tadi.” Oben lalu
mengajak indra keluar. Setelah jauh dri rumah itu oben tertawa geli sendiri.
“mengapa tertawa? Dan sejak kapan kamu membawa cincin warisan?” tanya indra.
“lucu! Benar – benar lucu! Hahaha, cincin itu kutemukan tadi di kamar mandi pamanmu, kupikir aku
harus meminjamnya sebelum kukembalikan pada pamanmu, siapa tahu berguna dan ternyata memang
berguna..” “maksudmu?” indar makin bingung. “sewaktu kalian menari cincin itu, aku membaa
tulisan cina di guci itu.” “memangnya kamu mengerti huruf dan bahasa cina?” “itu bukan huruf dan
bahasa cina, setelah kuperhatikan ternyata itu huruf latin biasa,namun dihiasi sehingga mirip huruf
kanji yang dipakai orang cina. Bahasanya juga bahasa indonesia, kalau mata yang melihat kurang
teliti, pasti akan menyangka itu huruf dan bahasa cina, makanya sengaja kujatuhkan cincin ini, karena
aku perlu waktu lama untuk membacanhya,” papar oben.

“memangnya tulisan apa yang tertera di guci itu?” tanya indra penasaran. “guci buatan
plered, akhir agustus 2001.” “plered? Rasanya aku pernah dengar!” “masak lupa sih? Itu kan nama
tempat pusat industri gerabah dan keramik di jawa barat yang terkenal, nah berarti itu bukan guci cina
asli semua erita tentang guci ajaib itu juga palsu!” oben menggelng. “kita harus minta pamanmu
melapor ke kantor polisi. Kasihan banyak penduduk desa yang tertipu.” Indra menelan ludah,
“tapi...kita kan, mau melihat matahari tenggelam di pantai ujung genteng..” “besok kan matahari
masih akan terbit dan tenggelam gampang, kita pulang dan laporan dulu sama pamanmu. Ayo!” paksa
oben. Indra mengangkat bahu, lalu mengikuti langkah oben. Peruma melawan oben, kemauannya
tidak pernah bisa ditentang siapa pun. Namun, biar bagaimana pun indra bangga memiliki sahabat
seerdik oben.

Hadiah dari ayah

Anda mungkin juga menyukai