BATUBARA
Data-data dasar yang digunakan dalam perhitungan sumberdaya batubara pada umumnya
terdiri dari 3 (tiga) bagian yaitu : peta topografi, peta geologi atau penyebaran batubara, dan
data pemboran.
Skala peta topografi yang digunakan untuk perhitungan sumberdaya batubara pada umumnya
berkisar antara 1 : 10.000 sampai 1 : 5000 tertutama untuk keperluan studi kelayakan.
Peta geologi atau tepatnya peta penyebaran cropline batubara yang diplot pada peta topografi
di atas berguna untuk merekonstruksi blok-blok sumberdaya batubara. Blok-blok tersebut
disusun dan dibatasi berdasarkan kenampakan struktur geologi dan penyebaran singkapan
batubara.
Selain peta penyebaran titik bor, data-data pemboran yang perlu ditampilkan meliputi :
koordinat titik bor, elevasi titik bor, sudut kemiringan pemboran (jika melakukan bor miring),
total kedalaman, serta data log bor yang terutama menunjukkan posisi (kedalaman), deskripsi
dan ketebalan batubara serta batuan lainnya. Pada umumnya pemboran eksplorasi untuk
endapan batubara dilakukan dengan bor coring. Jika tidak maka data pemboran harus
dilengkapi dengan logging geofisika untuk meyakinkan kondisi dan jenis batuan di sepanjang
lubang bor. Data lubang bor dapat dilengkapi juga dengan data uji paritan atau uji sumuran.
Untuk membantu memudahkan perhitungan sumberdaya maka data-data dasar yang telah
tersebut di atas diolah menjadi : peta isopach, peta iso struktur, peta iso overburden,
penampang melintang, dan data log bor.
Peta isopach merupakan peta yang menunjukkan kontur penyebaran ketebalan batubara. Data
ketebalan pada peta ini merupakan tebal sebenarnya yang dapat diperoleh dari data bor, uji
paritan, uji sumuran, atau dari singkapan. Peta ini juga dapat disusun dari kombinasi peta iso
struktur. Selisih elevasi top dan bottom batubara merupakan data ketebalan batubara. Tujuan
penyusunan peta ini adalah untuk menggambarkan variasi ketebalan batubara di bawah
permukaan.
Peta iso struktur menunjukkan kontur elevasi yang sama dari top atau bottom batubara.
Elevasi top atau bottom batubara dapat diperoleh dari data bor. Peta iso struktur berguna
untuk mengetahui arah umum (jurus) masing-masing seam batubara, sekaligus sebagai dasar
untuk menyusun peta iso overburden.
Peta iso overburden menunjukkan kontur ketebalan overburden (lapisan penutup) yang sama.
Nilai ketebalan tersebut dapat diperoleh dari data bor atau dari peta iso struktur dimana
ketebalan overburden dapat dihitung dari perpotongan kontur iso struktur dengan kontur
topografi. Peta iso-overburden cukup penting sebagai dasar evaluasi cadangan selanjutnya,
dimana ketebalan tanah penutup ini dapat digunakan sebagai batasan awal dari penentuan
potensial pit. Sebagai gambaran, daerah dengan pola kontur iso-overburden sempit dan rapat
relatif akan memiliki nisbah kupas (Stripping Ratio SR) yang lebih tinggi daripada daerah
dengan pola kontur melebar dan jarang.
Selain itu ketebalan tanah penutup ini sering menjadi persyaratan oleh Direktorat Jenderal
Pertambangan Umum dalam penentuan sumberdaya (resources) batubara, seperti :
Sumberdaya terukur (measured resources) untuk daerah yang mempunyai ketebalan
tanah penutup 0 100 m,
Sumberdaya tertunjuk (indicated resources) untuk daerah yang mempunyai ketebalan
tanah penutup 100 200 m,
Sumberdaya tereka (inferred resources) untuk daerah yang mempunyai ketebalan
tanah penutup 200 400 m
Melalui peta iso-ketebalan tanah penutup ini dapat dilakukan perhitungan volume tanah
penutup dengan menggunakan metoda isoline, sehingga perkiraan SR (atau dapat diistilahkan
sebagai Waste/Coal W/C) dapat dengan cepat diketahui.
Penampang melintang dapat disusun dari kombinasi antara peta cropline batubara dengan
data pemboran (log bor). Penampang melintang perlapisan batubara disusun dengan
melakukan interpolasi antar data seam pada setiap titik bor yang berdekatan. Garis
penampang melintang sebaiknya selalu diusahakan tegak lurus jurus cropline batubara.
Sumberdaya batubara tereka (inferred coal resource) adalah jumlah batubara di daerah
penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan yang dihitung berdasarkan data yang
memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap prospeksi.
Sumberdaya batubara terunjuk (indicated coal resource) adalah jumlah batubara di daerah
penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan yang dihitung berdasarkan data yang
memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi pendahuluan.
Sumberdaya batubara terukur (measured coal resource) adalah jumlah batubara di daerah
penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan yang dihitung berdasarkan data yang
memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi rinci.
Cadangan batubara terkira (probable coal reserve) adalah sumberdaya batubara terunjuk dan
sebagian sumberdaya batubara terukur, tetapi berdasarkan kajian kelayakan semua faktor
yang terkait telah terpenuhi sehingga penambangan dapat dilakukan secara layak.
Cadangan batubara terbukti (proved coal reserve) adalah sumberdaya batubara terukur yang
berdasarkan kajian kelayakan semua faktor yang terkait telah terpenuhi sehingga
penambangan dapat dilakukan secara layak.
Secara skematik hubungan antar sumberdaya dan cadangan dapat dilihat pada Gambar 1.
terkira
( inferred )
kelas 1 kelas 2
CADANGAN
kenaikan tahap eksplorasi
terunjuk ( reserve )
( indicated )
terukur
( measured ) menggunakan faktor
perolehan tambang
terperoleh
( recoverable )
prediksi perolehan
bila diolah
terpasarkan
( marketable )
Gambar 1. Hubungan antara sumberdaya dan cadangan batubara (Australian Code for
Reporting Identified Coal Resources and Reserves, 1996)
Klasifikasi sumberdaya dan cadangan batubara didasarkan pada tingkat keyakinan geologi
dan kajian kelayakan. Pengelompokan tersebut mengandung dua aspek yaitu aspek geologi
dan aspek ekonomi.
Aspek geologi
Aspek ekonomi
Ketebalan minimal lapisan batubara yang dapat ditambang dan ketebalan maksimal dirt
parting atau lapisan pengotor yang tidak dapat dipisahkan pada saat ditambang yang
menyebabkan kualitas batubara menurun karena kandungan abunya meningkat, merupakan
beberapa unsur yang terkait dengan aspek ekonomi dan perlu diperhatikan dalam
menggolongkan sumberdaya batubara.
Tahapan Eksplorasi
eksplorasi Eksplorasi rinci
Survei tinjau Prospeksi pendahuluan
( detailed
( reconnaissance ) ( prospecting ) ( preliminary
exploration )
Status kajian exploration )
Cadangan terkira
( probable reserve )
Layak
Cadangan terbukti
( proven reserve )
KEYAKINAN GEOLOGI
3.3 Persyaratan
Persyaratan jarak titik informasi untuk setiap kondisi geologi dan kelas sumberdaya
diperlihatkan pada Tabel 2.
KONDISI SUMBERDAYA
KRITERIA
GEOLOGI terukur terunjuk tereka hipotetik
Jarak titik tidak
SEDERHANA X300 300<X500 500<X1000
informasi (m) terbatas
Jarak titik tidak
MODERAT X200 200<X300 300<X800
informasi (m) terbatas
Jarak titik tidak
KOMPLEKS X100 100<X200 200<X400
informasi (m) terbatas
Pada kondisi geologi sederhana, endapan batubara umumnya tidak dipengaruhi oleh aktivitas
tektonik seperti sesar, lipatan, dan intrusi. Lapisan batubara umumnya landai, menerus secara
lateral sampai ribuan meter, hampir tidak meiliki percabangan. Ketebalan lapisan batubara
secara lateral dan kualitasnya tidak menunjukkan variasi yang berarti. Contoh dari jenis
kelompok ini antara lain, di Bangko Selatan dan Muara Tiga Besar (Sumsel), Senakin Barat
(Kalsel), dan Cerenti (Riau).
Pada kondisi geologi moderat, endapan batubara sampai tingkat tertentu telah mengalami
pengaruh deformasi tektonik. Pada beberapa tempat intrusi batuan beku mempengaruhi
struktur lapisan dan kualitas batubaranya. Pada kondisi ini dicirikan pula oleh kemiringan
lapisan dan variasi ketebalan lateral yang sedang serta berkembangnya percabangan lapisan
batubara, namun sebarannya masih dapat diikuti sampai ratusan mater. Contoh dari jenis
kelompok ini antara lain, di daerah Senakin, Formasi Tanjung (Kalsel), Loa Janan-Loa Kulu,
Petanggis (Kaltim), Suban dan Air Laya (Sumsel), serta Gunung Batu Besar (Kalsel).
Sedangkan endapan batubara pada kondisi geologi kompleks umumnya telah mengalami
deformasi tektonik yang intensif. Pergeseran dan perlipatan akibat aktivitas tektonik
menjadikan lapisan batubara sukar dikorelasikan. Perlipatan yang kuat juga mengakibatkan
kemiringan lapisan yang terjal. Sebaran lapisan batubara secara lateral terbatas dan hanya
dapat diikuti sampai puluhan meter. Contoh dari jenis kelompok ini antara lain, di Ambakiang,
Formasi Warukin, Ninian, Belahing dan Upau (Kalsel), Sawahluhung (Sumbar), Air Kotok
(Bengkulu), Bojongmanik (Jabar), serta daerah batubara yang mengalami ubahan intrusi
batuan beku di Bunian Utara (Sumsel).
Jenis batubara coklat (brown coal) menunjukkan kandungan panas yang relatif lebih rendah
dibandingkan dengan batubara keras (hard coal). Karena pada hakekatnya kandungan panas
merupakan parameter utama kualitas batubara, persyaratan batas minimal ketebalan batubara
yang dapat ditambang dan batas maksimal lapisan pengotor yang tidak dapat dipisahkan pada
saat ditambang untuk jenis batubara coklat (brown coal) dan jenis batubara keras (hard coal)
akan menunjukkan angka yang berbeda. Persyaratan tersebut diperlihatkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Persyaratan kuantitatif ketebalan lapisan batubara dan lapisan pengotor (BSN,
1997)
PERINGKAT BATUBARA
KETEBALAN Batubara coklat Batubara keras
(brown coal) (hard coal)
Lapisan batubara minimal 1,00 m 0,40 m
Lapisan pengotor 0,30 m 0,30 m
Karena semua keputusan teknis di atas sangat tergantung pada sumberdaya, penaksiran
sumberdaya merupakan salah satu tugas terpenting dan berat tanggung jawabnya dalam
mengevaluasi suatu proyek pertambangan.
Perlu diingat bahwa penaksiran sumberdaya menghasilkan suatu taksiran. Model sumberdaya
yang disusun adalah pendekatan dari realitas, berdasarkan data/informasi yang dimiliki, dan
masih mengandung ketidakpastian.
Diagram alir konstruksi model perhitungan sumberdaya batubara dapat dilihat pada Gambar
2.
ALTERNATIF SKENARIO
BLOK-BLOK RENCANA
PENAMBANGAN
Setelah data-data hasil uji kualitas dari conto dimasukkan ke dalam basis data, kemudian
dilakukan penaksiran data kualitas pada titik-titik (grid) yang belum mempunyai data kualitas.
Nilai data hasil taksiran tersebut merupakan nilai rata-rata tertimbang (weighting average)
dari data conto yang telah ada.
Dalam penaksiran data kadar (kualitas) ini dilakukan teknik-teknik pembobotan yang
umumnya didasarkan kepada :
Letak grid atau blok yang akan ditaksir terhadap letak data conto,
Kecenderungan penyebaran data kualitas,
Orientasi setiap conto yang menunjukkan hubungan letak ruang antar conto.
VL
S1 + S2
2
S 2 S1,S2 = luas penampang endapan
L = jarak antar penampang
V = volume cadangan
S 1
Gambar 3.
Sketsa perhitungan volume batubara dengan
L rumus mean area (metode penampang)
Rumus prismoida
L
V = ( S1 + 4M + S2 )
6
S 1 1/2 L
S 1
V
L
3 S1 + S2 + S1 S2
L
S1 = luas penampang atas
S2 = luas penampang alas
L = jarak antar S1 dan S2
V = volume cadangan
S 2
Rumus Obelisk
Rumus ini merupakan suatu modifikasi dari rumus Prismoida dengan mengsubstitusi :
M =
a1 + a2 b1 + b2
2 2
a 2
S 2
b 2
S 1
b 1
a 1
V =
L
S + 4M + S2
6 1
L
a1 + a2 b1 + b2
= 6 S1 + 4 4
+ S2
L
S + S2 +
a1 + b2 a2 + b1
= 3 1 24 (obelisk)
Metoda poligon ini merupakan metoda penaksiran yang konvensional. Metoda ini umum
diterapkan pada endapan-endapan yang relatif homogen dan mempunyai geometri yang
sederhana.
Kadar pada suatu luasan di dalam poligon ditaksir dengan nilai conto yang berada di tengah-
tengah poligon sehingga metoda ini sering disebut dengan metoda poligon daerah pengaruh
(areal of influence). Daerah pengaruh dibuat dengan membagi dua jarak antara dua titik
conto dengan satu garis sumbu (lihat Gambar 4a).
Dalam kerangka model blok, dikenal jenis penaksiran poligon dengan jarak titik terdekat (rule
of nearest point), yaitu nilai hasil penaksiran hanya dipengaruhi oleh nilai conto yang terdekat
(lihat Gambar 4b), atau dengan kata lain titik (blok) terdekat memberikan nilai pembobotan
satu untuk titik yang ditaksir, sedangkan titik (blok) yang lebih jauh memberikan nilai
pembobotan nol (tidak mempunyai pengaruh).
Penaksiran cadangan secara manual dengan metode poligon daerah pengaruh pada dasarnya
tak lagi dilakukan.
3 4
5
1 6 = titik bor/sumur uji
10
= daerah pengaruh
9 8 7
Andaikan ketebalan endapan bijih pada titik 1 adalah t 1 dengan kadar rata-rata k1, maka
volume - assay - produk (V%) = S1 x t1 x k1 (volume pengaruh). Bila spec. gravity dari bijih =
, maka tonnage bijih = S1 x t1 x k1 x ton.
Sistem United States Geological Survey (USGS, 1983) merupakan pengembangan dari sistem
blok dan perhitungan volume biasa. Sistem USGS ini dianggap sesuai untuk diterapkan dalam
perhitungan sumberdaya batubara, karena sistem ini ditujukan pada pengukuran bahan galian
yang berbentuk perlapisan (tabular) yang memiliki ketebalan dan kemiringan lapisan yang
relatif konsisten. Sumberdaya yang dihitung terdiri dari sumberdaya terukur (measured coal)
dan sumberdaya terunjuk (indicated coal), yang keduanya termasuk ke dalam jenis
sumberdaya demonstrated coal. Prosedur atau teknik perhitungan dalam sistem USGS adalah
dengan membuat lingkaran-lingkaran (setengah lingkaran) pada setiap titik informasi endapan
batubara, yaitu singkapan batubara dan lokasi titik pemboran.
Daerah dalam radius lingkaran 0-400 m adalah untuk perhitungan sumberdaya terukur dan
daerah radius 400-1200 m adalah untuk perhitungan sumberdaya terunjuk (USGS/Wood dkk.,
1983) (lihat Gambar 6).
Teknik perhitungan seperti di atas hanya berlaku untuk kemiringan lapisan lebih kecil atau
sama dengan 300 (300). Sedangkan untuk batubara dengan kemiringan lapisan lebih besar
dari 300 (300) caranya adalah mencari harga proyeksi radius lingkaran-lingkaran tersebut ke
permukaan terlebih dahulu (lihat Gambar 7).
Selain itu aspek-aspek geologi daerah penelitian seperti perlipatan, sesar, intrusi dan
singkapan batubara di permukaan, ikut mengontrol perhitungan sumberdaya batubara
(Gambar 8).
Metoda ini merupakan suatu cara penaksiran dengan telah memperhitungkan adanya
hubungan letak ruang (jarak), merupakan kombinasi linier atau harga rata-rata tertimbang
(weighting average) dari titik-titik data yang ada di sekitarnya.
- Suatu cara penaksiran di mana harga rata-rata suatu blok merupakan kombinasi linier atau
harga rata-rata berbobot (wieghted average) dari data lubang bor di sekitar blok tersebut.
Data di dekat blok memperoleh bobot lebih besar, sedangkan data yang jauh dari blok
bobotnya lebih kecil. Bobot ini berbanding terbalik dengan jarak data dari blok yang
ditaksir.
- Untuk mendapatkan efek penghalusan (pemerataan) data dilakukan faktor pangkat. Pilihan
dari pangkat yang digunakan (ID1, ID2, ID3, ) berpengaruh terhadap hasil taksiran.
Semakin tinggi pangkat yang digunakan, hasilnya akan semakin mendekati metode poligon
conto terdekat.
Jika d adalah jarak titik yang ditaksir dengan titik data (z), maka faktor pembobotan (w)
adalah :
Kriging adalah penaksir geostatistik yang dirancang untuk penaksiran kadar blok sebagai
kombinasi linier dari conto-conto yang ada di dalam/sekitar blok, sedemikian rupa sehingga
taksiran ini tidak bias dan memiliki varians minimum. Secara sederhana, kriging
menghasilkan seperangkat bobot yang meminimumkan varians penaksiran (estimation
variance) sesuai dengan geometri dan sifat mineralisasi yang dinyatakan dalam fungsi
variogram yang mengkuantifikasikan korelasi spatial (ruang) antar conto.
- Metode inipun menggunakan kombinasi linier atau weighted average dari data conto
lubang bor di sekitar blok, untuk menghitung harga rata-rata blok yang ditaksir.
- Pembobotan tidak semata-mata berdasarkan jarak, melainkan menggunakan korelasi
statistik antar-conto yang juga merupakan fungsi jarak. Karena itu, cara ini lebih canggih
dan perilaku anisotropik dapat dengan mudah diperhitungkan.
- Cara ini memungkinkan penafsiran data kualitas batubara secara probabilistik. Selain itu
dimungkinkan pula interpretasi statistik mengenai hal-hal seperti bias, estimation
variance, dll.
- Merupakan metode yang paling umum dipakai dalam penaksiran kualitas/kadar blok
dalam suatu model cadangan.
Pemodelan pada seam batubara atau cebakan-cebakan berlapis lainnya akan lebih sesuai jika
dilakukan dengan cara gridded seam model. Secara garis besar pemodelan ini mempunyai
aturan sebagai berikut :
- Secara lateral endapan batubara/cebakan mineral dan daerah sekitar-nya dibagi menjadi
sel-sel yang teratur, dengan lebar dan panjang tertentu.
- Adapun dimensi vertikalnya tidak dikaitkan dengan tinggi jenjang tertentu, melainkan
dengan unit stratigrafi dari cebakan yang bersangkutan. Pemodelan dilakukan dalam
bentuk puncak, dasar, dan ketebalan dari unit stratigrafi (lapisan batubara, dll.). Kadar
dari berbagai mineral atau variabel dimodelkan untuk setiap lapisan.
Pada Gambar ditampilkan hasil pemodelan batubara dengan mengunakan program paket
Datamine.
Perhitungan sumberdaya batubara sangat tergantung dari jumlah titik informasi yang
dihasilkan selama kegiatan eksplorasi. Secara umum berdasarkan data-data yang telah
dikumpulkan, maka kegiatan eksplorasi yang telah dilakukan dapat dikelompokkan menjadi 2
(dua) fase (tahapan) utama, yaitu :
Pemastian kemenerusan singkapan searah jurus (striking) yang dilakukan dengan
pemetaan geologi detil serta dilanjutkan dengan pembuatan serangkaian paritan uji dan
pemboran dangkal.
Pemastian kemenerusan lapisan ke arah dip (dipping) yang dilakukan dengan
serangkaian pemboran dalam dengan menggunakan bor mesin.
Asumsi dan pendekatan yang digunakan dalam perhitungan sumberdaya batubara umumnya
berkaitan dengan model dan struktur endapan batubara itu sendiri serta batas penambangan
yang direncanakan. Secara umum asumsi dan pendekatan dalam perhitungan sumberdaya
batubara dapat dijelaskan sebagai berikut :
Sumberdaya batubara dihitung berdasarkan peta penyebaran seam, peta lubang bor,
dan luas wilayah KP eksploitasi.
Metode perhitungan yang digunakan tergantung dari model endapan batubaranya dan
jarak antar titik informasi, misalnya jarak antar penampang pada metode penampang
diambil sesuai dengan jarak antar titik bor rata-rata.
Perhitungan sumberdaya batubara berdasarkan USGS 1983 memperhitungkan
kemiringan seam batubara dengan dua kategori, yaitu kemiringan 300 atau 300.
Kriteria atau klasifikasi sumberdaya dapat ditentukan berdasarkan kekompleksan
struktur geologi di daerah yang diteliti, apakah termasuk kategori sederhana, moderat,
atau kompleks (Tabel 2).
Tergantung pada kemampuan alat gali yang digunakan maka sumberdaya batubara
dapat dibedakan menjadi dua kategori berdasarkan ketebalan seamnya yaitu ketebalan
1 m dan ketebalan 0,5 1 m.
Perhitungan sumberdaya batubara dapat dibatasi hanya untuk seam-seam yang
dianggap potensial saja, misalnya seam-seam yang tebal atau kualitasnya paling baik.
Perhitungan sumberdaya batubara juga dapat dibatasi berdasarkan batas bawah elevasi
atau kedalaman rencana penambangan.
1. Anonim, Australian Code for Reporting Identified Coal Resources and Reserves, Report
of The Joint Committee of The Australian Institute of Mining and Metallurgy,
Australian Institute of Geoscientists and Minerals Council of Australia
(JORC), July 1996.
2. Badan Standardisasi Nasional (BSN), Klasifikasi Sumber Daya dan Cadangan Batu
Bara, Rancangan Standar Nasional Indonesia, 1997.
3. Syafrizal, Optimasi Cadangan Batubara Berdasarkan Batasan Parameter Kualitas
Pada Batubara Daerah Tiang Satu, Sei. Tambangan Kiliran Jao, Sumatera
Barat, Tesis Magister (tidak dipublikasikan), Program Studi Rekayasa
Pertambangan ITB, 2000.