Anda di halaman 1dari 2

PEMBAHASAN

3.6 Hasil produksi

Bagi masyarakat Indonesia burung puyuh sudah tidak terdengar asing lagi. Hewan
ini memang merupakan binatang liar yang hidup di gunung. Namun beberapa puluh tahun
terakhir, burung liar ini sudah bisa dibudidayakan serta dikembangkan secara
komersial.Potensi pasar ternak puyuh memang terus berkembang pesat seiring dengan
kebutuhan telur unggas tersebut. Berdasarkan data Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan
(2016), populasi puyuh di Indonesia mengalami peningkatan sebanyak 8,6% dari tahun 2015
mencapai 13.782.000 ekor menjadi sebanyak 13.933.000 ekor di tahun 2016.Pada hasil
survey yang dilakukan di peternakan bapak paimin di ketahuai bahwa puyuh yang di pelihara
adalah jenis puyuh petelur atau sering dikenal sebagai jenis coturnix coturnix japonica
atau puyuh ketam dimana merupakan jenis puyuh petelur yang di ternakkan sebagai jenis
produksi telur konsumsi, puyuh jenis ini banyak dipilih sebagai bibit karena dianggap
sebagai jenis yang sehat atau bebas dari karier penyakit. Puyuh ketam adalah jenis puyuh
dengan warna bulu pada punggung hitam bintik putih. Yang yang populer karena tergolong
produktif. Jumlah telur yang dihasilkan pada peternakan pak paimin mencapai 90 100 butir
per ekor per hari. Dimana di panen setiap 4 hari sekali yang di lakukan secara manual
rutinitas ini dilakukan olehnya secara pribadi tanpa pekerja, dalam 1 kilogram puyuh berisi
90 butir telur puyuh. Produktivitas telur pada ternak puyuh milik bapak paimin sekitar 85
persen dan awal bertelur pada puyuh miliknya terjadi pada umur 50 hari dengan lama
penetasan 16-18 hari,dimana puncak produksi telur terjadi pada umur 4-5 bulan.
Berdasarkan hasil survey di dapatkan bawah puyuh merupakan ternak yang mudah
mengalami stres dan ekstra rumit baik dalam pemberian pakan ataupun cara
pemeliharaannya,dalam hal ini berkaitan sangat erat dengan produksi yang akan dihasilkan
baik daging maupun telurnya. Peternakan puyuh milik bapak paimin memanfaatkan
pemeliharaan ternak puyuh sebagai penghasil telur dimana perlu dilakukan pencegahan agar
ternak puyuh tidak mengalami penurunan produktivitasnya karena stres, dimana stress pada
unggas mengakibatkan jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin akan mengalami perubahan
akibat terlalu banyak cairan tubuh yang dikeluarkan, sehingga terjadi perubahan bentuk yang
tidak normal pada eritrosit dan menyebabkan hemoglobin yang terikat akan terlepas. Ternak
unggas yang menderita stress akan memperlihatkan ciri-ciri gelisah, banyak minum, nafsu
makan menurun dan mengepak-ngepakan sayap di lantai kandang. Stress pada unggas akan
sangat merugikan peternak, karena akan menyebabkan penurunan produksi telur yang sangat
signifikan

Anda mungkin juga menyukai