Anda di halaman 1dari 6

PAPER MEREVIEW JURNAL

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH ILMU NUTRISI TERNAK


RUMINANSIA II

Oleh :

KELAS “E”

Mega Dharu Muharramah

NIM. 155050101111148

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
LATAR BELAKANG

Adanya peningkatan populasi ternak ruminansia, maka pakan merupakan salah


satu faktor penting dalam usaha ternak, oleh sebab itu perbaikan manajemen pakan
diharapkan mampu meningkatkan efisiensi usaha sapi potong. Penggemukan sapi
potong memerlukan pakan yang banyak sehingga perlu rekayasa menggunakan bahan
pakan berkualitas dengan manfaat optimal, biasanya terdiri dari 25% hijauan dan 75%
konsentrat.
Limbah pertanian yang terbanyak memberikan sumbangan sebagai bahan pakan
ternak adalah jerami padi. Jerami padi ini di Indonesia prosuksinya cukup melimpah,
bahkan di daerah-daerah juga banyak dijumpai dengan produksi yang melimpah pula.
Produksi jerami padi per hektar sekali panen bisa mencapai 4 – 5 ton BK . Jerami padi
merupakan salah satu limbah pertanian yang terdapat dalam jumlah yang melimpah dan
mudah diperoleh untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Karakterisitk jerami padi
ditandai oleh rendahnya kandungan nitrogen, kalsium, dan fosfor sedangkan kandungan
serat kasarnya tinggi. Hal ini mengakibatkan daya cerna jerami padi rendah dan
konsumsinya terbatas tetapi masih berpotensi sebagai sumber energi. Jerami padi
tersedia dalam jumlah banyak, palatabilitasnya cukup baik dan potensial untuk
dimanfaatkan tetapi kandungan lignoselulosanya tinggi, protein kasarnya rendah
sehingga nilai kecernaan BK juga rendah dan pemberiannya tidak terkontrol secara
kualitas maupun kuantitas menyebabkan produktivitas ternak rendah. Peningkatan
kualitas jerami padi dilakukan melalui teknologi amoniasi dan fermentasi (amofer)
dengan menambahkan urea dan probiotik, dapat pula disuplementasi dengan bahan
pakan lain yang berkualitas lebih baik sehingga dapat disimpan dalam waktu lama.
Kecernaan yang rendah pada jerami padi merupakan akibat dari struktur jaringan
penyangga tanaman yang sudah tua. Jaringan tanaman ini sudah mengalami proses
lignifikasi sehingga lignoselulosa dan lignohemiselulosa sulit dicerna.
Tingginya serat pada jerami ini akan menghalangi proses hidrolisis oleh enzyme
mikroba di dalam rumen, sehingga dapat menurun kan tingkat kecernaannya (Tang et
al, 2008). Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas jerami adalah
dengan memberikan perlakuan secara fisika, kimia dan biologis.
KANDUNGAN SERAT JERAMI PADI FERMENTASI
DENGAN LAMA WAKTU INKUBASI YANG BERBEDA SEBAGAI PAKAN
SAPI POTONG

Jerami padi merupakan limbah pertanian yang dapat dimanfaatkan sebagai


pakan ternak. Jerami padi mengandung nitrogen, kalsium, dan fosfor yang rendah
sedangkan kandungan serat kasarnya tinggi sehingga mengakibatkan daya cerna jerami
padi rendah dan konsumsinya terbatas tetapi masih berpotensi sebagai sumber energi.
Kecernaan yang rendah pada jerami padi merupakan akibat dari struktur jaringan
penyangga tanaman yang sudah tua. Jaringan tanaman ini sudah mengalami proses
lignifikasi sehingga lignoselulosa dan lignohemiselulosa sulit dicerna. Tingginya serat
kasar akan menghalangi proses hidrolisis oleh enzim mikroba di dalam rumen yang
mampu menurunkan tingkat kecernaannya.
Lignin merupakan faktor yang banyak mempengaruhi rendahnya daya cerna
dari jerami pada umumnya, sedangkan pada jerami padi rendahnya daya cerna
disebabkan oleh tingginya kandungan silika. Usaha untuk meningkatkan nilai nutrisi
dan kecernaan jerami padi dapat dilakukan dengan perlakuan kimia (Amoniasi) dan
perlakuan biologis (Probiotik) atau kombinasinya. Melalui teknologi amoniasi, serat-
serat jerami padi menjadi lunak sehingga serat menjadi lebih mudah untuk disusupi
mikroba rumen dan kemudian mudah didegradasi. Oleh sebab itu, terjadinya
peningkatan kecernaan jerami padi tidak hanya melalui proses fermentasi oleh mikroba
tetapi juga disebabkan oleh proses hidrolisis basa lemah (amoniasi).
Melalui proses fermentasi dengan EM4, urea juga ditambahkan ke dalamnya
sehingga selama proses pemeraman terjadi proses amoniasi. Kombinasi perlakuan
perbedaan starter dan lama peram tidak berpengaruh terhadap peningkatan kecernaan.
Penambahan probiotik Bacillus sp. dapat meningkatkan kadar protein kasar dan
kecernaan in vitro, bahan kering dan bahan organik, menurunkan kadar serat kasar,
NDF, ADF, selulosa dan lignin jerami padi. Urea banyak digunakan dalam ransum
ternak ruminansia karena mudah diperoleh, harganya murah, dan sedikit keracunan
yang diakibatkan. Prinsipnya adalah memecah ikatan lignoselulosa dan silika yang
menjadi faktor penyebab rendahnya daya cerna jerami padi. Pengawetan hijauan dapat
disimpan dalam jangka waktu yang lama, proses pembuatannya yang mudah, dan dapat
dipergunakan sebagai cadangan pakan pada saat ketersediaan hijauan rendah dan pada
saat petani peternak tidak dapat mencari hijauan segar untuk ternaknya.
Proses yang pertama adalah Amoniasi yaitu pengolahan jerami padi dengan
menggunakan urea dimana amoniak berperan untuk menghidrolisis ikatan lignin
selulosa, menghancurkan ikatan lignin hemiselulosa dan memuaikan serat selulosa
sehingga memudahkan penetrasi enzim selulase dan meningkatkan kadar nitrogen
menjadikan kandungan protein kasar meningkat. Proses yang ke dua adalah fermentasi
yaitu suatu proses an-aerob dengan memanfaatkan campuran beberapa bakteri seperti
proteolitik, selulotik, lipolitik dan lignolitik.
Perlakuan secara biologis yang bisa dilakukan adalah dengan perlakuan
fermentasi. Menurut Sitorus (2002), perlakuan fermentasi pada jerami padi yang
menggunakan isi rumen yaitu RIR dan ditambah dengan substrat dedak halus serta
diperam selama 6 minggu, dapat meningkatkan nilai nutrisinya. MA-11 merupakan
mikroorganisme yang berperan sebagai dekomposer dan mampu memecah dinding
lignin. Terdiri dari bakteri Rhizobium sp. yang berasal dari alfaafa dan dicampur dengan
berbagai bakteri yang berasal dari isi rumen sapi antara lain bakteri pencerna selulosa,
hemiselulosa, amylum, gula dan protein. MA-11 dapat Fermentasi bahan limbah
pertanian dengan MA-11 dapat meningkatkan kandungan gizi hanya membutuhkan
waktu yang relatif singkat.

HASIL DAN PEMBAHASAN


a. Kandungan ADF Rata-rata
Fermentasi jerami padi dengan bakteri MA-11 selama 2-6 hari mampu
menurunkan kandungan ADF. Hal ini terjadi karena selama proses fermentasi
ikatan antara lignoselulosa dan hemiselulosa mengalami perenggangan sehingga isi
sel meningkat. Seperti yang dikatakan oleh Arif (2001), bahwa dalam perlakuan
fermentasi telah terjadi perenggangan ikatan antara lignoselulsa dengan
hemiselulosa yang mengakibatkan isi sel meningkat.
b. Pengaruh Probiotik Dan Lama Fermentasi Terhadap Komposisi Kimia Jerami
Padi
Kandungan protein kasar disebabkan karena perbedaan lama waktu
fermentasi. Semakin lama waktu fermentasi maka semakin banyak fiksasi nitrogen
dari ammonia yang terbentuk oleh jerami padi. Proses amoniasi akan menyebabkan
terjadinya fiksasi nitrogen (N) ke dalam jaringan jerami padi dan nitrogen yang
terfiksasi ini nantinya akan terukur sebagai protein kasar. Menurut Komar (1984),
kenaikan kadar protein kasar yang diamoniasi dengan urea adalah sebagai akibat
dari adanya ammonia hasil hidrolisis urea yang terfiksasi ke dalam jaringan serat
dan nitrogen yang terfiksasi akan terukur sebagai protein kasar.
Kandungan serat kasar jerami padi yang diperam 6 minggu lebih rendah.
Rendahnya kandungan serat kasar (29,687%) disebabkan oleh perbedaan lama
waktu fermentasi. Semakin lama waktu fermentasi maka semakin banyak zat
makanan yang dirombak seperti bahan kering dan bahan organik. Peningkatan lama
fermentasi menyebabkan meningkatnya kesempatan mikroba untuk mendegradasi
jerami padi. Semakin lama fermentasi maka serat kasar jerami padi semakin
menurun. Penurunan serat kasar jerami padi ini juga terjadi karena adanya proses
amoniasi yang merubah sruktur dinding sel yang disebabkan oleh adanya proses
hidrolisis yang mampu memecah ikatan lignoselulosa dan lignohemiselulosa serta
melarutkan silika dan lignin yang terdapat dalam dinding sel bahan pakan berserat.
c. Pengaruh Aras Probiotik Dan Lama Fermentasi Terhadap Komponen Serat
Jerami Padi
Probiotik tidak mempengaruhi kandungan komponen serat jerami padi. Lama
fermentasi berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kandungan komponen serat. NDF
pada lama fermentasi 6 minggu nyata (P<0,05) lebih rendah dibandingkan dengan
lama fermentasi 2 dan 4 minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan NDF
ada kecenderungan menurun seiring dengan meningkatnya lama waktu fermentasi.
Fermentasi berjalan akibat adanya aktivitas mikroorganisme yang menghasilkan
enzim selulase yang berfungsi untuk menguraikan senyawa kompleks dari
substratnya.
Rataan kandungan NDF terendah diperoleh pada F3 (6 minggu) yaitu sebesar
69,746%. Rendahnya kandungan NDF juga disebabkan adanya perlakuan amoniasi
yang menyebabkan pemutusan ikatan antara lignin dengan polisakarida penyusun
dinding sel. Hemiselulosa dan selulosa meningkat atau terjadi penurunan yang
berakibat pada penurunan kandungan NDF jerami padi. Maka peluang mikroba
rumen untuk memecahkan komponen serat jerami padi semakin besar, jumlah
bahan yang dicerna didalam rumen dan energi yang tersedia bagi ternak meningkat.
Rataan kandungan ADF terendah diperoleh pada F3 yaitu sebesar 52,899%.
Rataan kandungan ADF menurun seiring dengan meningkatnya lama waktu
fermentasi. Penurunan rataan kandungan ADF pada lama fermentasi 6 minggu (F3)
diduga telah terjadi perombakan dinding sel selama proses fermentasi. Terlarutnya
sebagian protein dinding sel dan hemiselulosa dalam larutan deterjen asam,
sehingga meningkatkan porsi ADS dan menyebabkan menurunnya kandungan
ADF. Tanuwijaya (1987) menyatakan bahwa degradasi secara biologis pada saat
proses fermentasi merupakan salah satu cara mengubah bahan yang mengandung
komponen serat seperti selulosa dan lignin menjadi bahan berguna seperti
monosakarida, disakarida atau selobiosa. Perbedaan rataan kandungan ADF
disebabakan karena penambahan urea pada perlakuan fermentasi dapat
melonggarkan ikatan lignoselulosa sehingga mudah dicerna oleh enzim yang
disekresikan oleh bakteri yang menyebabkan kandungan bahan kering.
d. Pengaruh Aras Probiotik Dan Lama Fermentasi Terhadap Kecernaan Bahan
Kering Dan Bahan Organik Jerami Padi Amofer
Probiotik dan lama fermentasi mempengaruhi kecernaan bahan kering
(KCBK), sedangkan kecernaan bahan organik (KCBO) hanya dipengaruhi oleh
lama fermentasi. Mikroba yang dimasukkan ke dalam medium baru, tidak akan
segera tumbuh dan waktu generasinya lambat, hal ini tergantung spesies dan umur
mikroba, substrat serta faktor lingkungan partumbuhan. Peningkatan lama waktu
fermentasi menyebabkan meningkatnya kesempatan mikroba untuk melakukan
pertumbuhan dan fermentasi, sehingga semakin lama waktu fermentasi maka
kesempatan mikroba untuk mendegradasi jerami padi semakin meningkat.
KCBO pada perlakuan lama fermentasi 6 minggu (F3) nyata lebih tinggi
dibandingkan dengan perlakuan lama fermentasi 2 minggu, tetapi tidak berbeda
dengan lama fermentasi 4 minggu. Semakin lama waktu fermentasi maka
kecernaan bahan organik jerami padi semakin tinggi. Hal ini dapat terjadi karena
pada awal-awal fermentasi, pertumbuhan mikroba masih belum optimal sehingga
degradasi serat belum optimal, akibatnya kecernaan juga tidak maksimal. Dalam
pelaksanaan fermentasi, lama waktu fermentasi merupakan salah satu faktor yang
harus diperhatikan.
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Muhamad., Sofyan D. H., Oscar Y., Mohammad I., I Wayan K,. 2016.
Peningkatan Kualitas Jerami Padi Menggunakanteknologi Amoniasi
Fermentasi. Jurnal Ilmu Dan Teknologi Peternakan Indonesia. 2 (1): 96 – 103

Sukaryani, Sri. 2016. Kandungan Serat Jerami Padi Fermentasi Dengan Lama Waktu
Inkubasi Yang Berbeda. Jurnal Ilmiah Teknosains, Vol. 2(2) : 91-94

Trisnadewi, A. A. A. S., I G. L. O. Cakra., T. G. B. Yadnya., I K. M. Budiasa., I W.


Suarna., Dan I D. G. A,. 2016. Teknologi Pengawetan Hijauan Sebagai
Alternatif Peningkatan Ketersediaan Pakan Di Desa Sebudi Kecamatan Selat
Kabupaten Karangasem. Jurnal Udayana Mengabdi. 15(3) : 203-208

Anda mungkin juga menyukai